:: The Wedding Forecast ::

.

: ) Pair: ChanBaek and ALL EXO couple

: ) Disclaimer: fanfic ini milik author sedangkan 12 wolf tercinta milik Tuhan yang Maha Esa

: ) Rated: T, but sometimes can change

: ) Warning: GS, OOC, typo bertebaran, alur agak aneh, bahasa berantakan

: ) Genre: Romance, Comedy, Drama, and more

:) Summary: Ini hanyalah sebuah kisah tentang 'ramalan manis' yang pada akhirnya menyatukan keduanya ke jenjang pernikahan. Chanyeol hanya ingin membantu Baekhyun menghilangkan kutukannnya [CHANBAEK / GS]

.

Don't Like Don't Read

.

Read n Review Please

.

.

.

Namaku Byun Baekhyun, aku hanyalah yeoja biasa yang memiliki kebiasaan aneh sejak kecil. Aku sangat suka tidur. Bahkan aku sering bangun kesiangan dan mudah tertidur dimana pun dan kapan pun. Itulah yang membuatku sering kali keluar masuk ruang BK ketika aku masih sekolah dasar sampai aku lulus dari sekolah menengah. Pertama karena aku sering terlambat. Kedua karena aku tertidur di toilet sekolah. Ouch.. jangan bahas yang satu itu!

Oh, jangan katakan ini sebuah kutukan atau aku akan mengikat mulut siapa saja yang berani mengataiku seperti itu. Hentikan. Aku sudah lelah seperti ini terus. Siapa pun bantu aku mengakhiri ini!

.o.o.o.o.

Chater 1

BYUUUUURR...

"KYAAAAAAA!"

"Rasakan kau Byun Baekhyun!" teriak seorang yeoja China dengan rambut keemasannya. "Sampai kapan kau akan tidur seperti ini eoh? Kau mau ketinggalan mata kuliah?!"

"Eon... nie..." suara serak si yeoja yang dipanggil Baekhyun itu terdengar begitu lirih. Pandangannya mengabur dan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Yeoja itu menatap Luhan yang berdiri di hadapannya dengan bibir mengerucut sambil menarik tangan dongsaeng manisnya.

"Pabbo! Cepat bangun atau akan ada siraman kedua!" Luhan menarik kemeja tidur strawberry yang dikenakan dongsaengnya dengan beringas. "Kajimaa!"

"Aku masih mengantuk," geram Baekhyun dan ia meraih selimut tebalnya sebelum sang kakak menariknya kasar.

"Ya! Auuw... hentikan rusa genit!"

"Kau kelinci tidur hentikan kebiasaan burukmu eoh?! Aku kesal padamu issh..." Luhan mengangkat tangannya bersiap menjambak rambut Baekhyun. Sebelum akhirnya si kelinci tukang tidur itu menyambar handuk di pundak Luhan dan berlari ke kamar mandi.

BRAAK...

Luhan menghembuskan nafas kesal kemudian beranjak turun menuju dapur. Ia menarik kursi dengan kasar. Lalu melahap sandwich tanpa ampun. "Yixing eonie, kurasa aku harus punya kesabaran ekstra untuk menghadapi kelinci menyebalkan itu."

Yixing, yeoja yang menyandang status sebagai kakak iparnya itu tengah merapikan piring-piring dan menuangkan green tea di atas cangkir-cangkir lain. Ia tersenyum menampilkan dimple pipinya yang menawan.

"Ada apa Lu? Kau tampak berantakan?"

"Hampir saja kami bertengkar dan ouch... tatanan rambutku rusak..issh... untung hari ini tidak ada jam kuliah. Jadi aku bisa pergi ke salon." Luhan tersenyum sambil meniup-niup kukunya. Mata rusa itu sesekali melirik ke arah tangga dan ia langsung melengos mendapati dongsaengnya turun dengan muka kusut dan sesekali menguap.

"Ya! Baekhyunie kau belum mandi?!" jerit Luhan dan itu membuat Baekhyun berjengit sebal sebelum ia menghempaskan tubuh mungilnya di kursi.

"Apa pedulimu?" Baekhyun menjulurkan lidah sambil merampas sandwich di piring Luhan.

"Jangan ambil punyaku!" Luhan menyentil tangan Baekhyun dengan sebal dan merebut miliknya kembali. "Jangan membuatku ingin menjambak rambutmu itu kelinci tidur!"

"Terserah saja!"

"Hentikan kalian berdua, ckckck... Rumah ini selalu berisik gara-gara kalian. Kelinci dan rusa yang menyebalkan." Yixing mengetuk-ngetuk piring di hadapannya sehingga terdengar bunyi nyaring yang membuat dua yeoja berisik di hadapannya saling membuang muka. "Pertengkaran berakhir! Baekhyunie cepatlah berangkat, aku tidak mau kau terlambat. Dan Luhanie... lebih baik kita ke salon sekarang."

"Kau benar eonie!" jerit Luhan senang dan ia mengibarkan bendera kemenangannya. Baekhyun meliriknya kesal sebelum bangkit merapikan rambut dan tas kuliahnya.

"Aku pergi.."

"Semoga harimu menyenangkan kelinci tidur," Luhan melambaikan tangan bahagia. "Dan jangan sampai kau tertidur lagi."

Yixing membuang nafas berat sambil menata piring-piring di rak. "Kau sangat nakal Lulu."

Luhan bangkit membantu Yixing menata cangkir porselen dengan kuku-kuku cantiknya. "Aku hanya sebal pada kebiasaan buruknya itu. Atau... eonie jangan-jangan Baek terkena kutukan?" tebak Luhan serius.

"Huush... apa yang kau katakan eoh? Jangan mengada-ada!"

"Itu bisa saja eonie. Kudengar di Myeongdong ada seorang peramal yang bisa membaca kehidupan manusia. Bagaimana kalau kita kesana?"

"MWO?!" jerit Yixing kaget. Dia langsung mendecak. "Kau terlalu banyak mengkhayal Luhanie."

"Eonie harus percaya padaku. Peramal itu benar-benar hebat. Minseok sendiri yang mengatakannya."

"Dan kau percaya?"

"Tentu saja."

"Dasar pabbo!" gumam Yixing sambil berjalan menuju ruang tengah. Luhan mempoutkan bibir sebal. Yeoja bermata rusa itu terus saja mengikuti langkah Yixing. "Kita coba saja eonie. Siapa tahu kita akan mendapat obat manjur untuk Baek."

Yixing menoleh dan menatap Luhan intens. "Kau serius?"

"Apa mataku berkata aku sedang berbohong?"

Yixing menyipitkan matanya dan tersenyum cerah. "Hmm... baiklah." Yixing berbalik dan menjerit melihat jam di dinding menunjuk pukul 11. "Oh tidak, aku harus menjemput Joonma, jangan sampai Myeonie marah-marah gara-gara aku telat lagi."

Luhan langsung berlari masuk ke dalam kamar sambil berteriak riang. "Aku ikut."

.o.o.o.o.

Baekhyun menghempaskan tubuh mungilnya di atas kursi halte. Ia menatap sebal pada hiruk-pikuknya jalanan. Sudah hampir dua puluh menit dan bus yang ia tunggu belum muncul juga. Jangan sampai ia kena hukum lagi oleh kyosunim menyebalkan itu dan menulis selembar penuh essay. Tidak. Jangan sampai.

Tunggu...

Bukankah itu memang hobinya?

Issh... Baekhyun menghembuskan nafas kesal. Hampir saja ia membanting kursi panjang yang didudukinya itu kalau bus yang ditunggunya tidak segera muncul.

Yeoja imut itu mengambil start dan menyerobot beberapa penumpang lain.

"Silehamnida... silehamnida..." Baekhyun berjalan cepat melewati seorang ahjumma dan ahjussi berbadan besar. Ia langsung menyerobot kursi yang akan diduduki namja berkumis.

"Mian, hehe..." Baekhyun cengengesan sambil menampilkan wajah tak berdosanya. Sementara si namja meliriknya sebal. Baekhyun langsung mengalihkan wajahnya pura-pura tak melihat.

"Pergi... pergi..." gumam Baekhyun dongkol. Ia melirik ke belakang dan tersenyum lega karena penumpang namja yang mengerikan itu sudah hilang. Kepalanya bergerak menatap sekeliling dan langsung menunduk merasakan hawa dingin yang menyejukkan. Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Pandangannya berkunang-kunang.

Oh tidak.

Dia tidak boleh tertidur.

Baekhyun memaksakan matanya terbuka. Tapi sulit. Oh, sepertinya tidur sebentar tidak masalah juga. Ide bagus.

Baekhyun menyandarkan kepalanya pada kursi. Ia menguap lebar sebelum akhirnya lelap menuju alam mimpi.

.o.o.o.o.

Luhan terperanjat senang melihat macam-macam cat kuku yang ada di etalase kaca di hadapannya. Tangan yeoja itu terasa gatal bila tidak menyentuhnya satu persatu. Atau paling tidak menatapnya berjam-jam sebelum akhirnya mengambil satu yang berwarna ungu.

Ya. Yeoja itu sangat suka warna ungu.

Yixing yang berdiri tak jauh darinya menatap dengan malas. Sementara Joonma, si namja cilik di gandengan Yixing asyik menjilat es krimnya.

"Luhannie, bisakah kau lebih cepat?" suara Yixing terdengar agak sebal. Luhan dengan cepat mengambil beberapa botol cat berwarna purple, tosqa, dan glitter emas.

"Ne, ne, bersabarlah eonie," Luhan meraih dompetnya dan mengulurkan lembaran won pada yeoja penjaga kasir.

Setelah selesai dengan cat kukunya, Luhan kembali menarik Yixing menuju beberapa butik mewah yang ada di Myeongdong. Tentunya Yixing dengan agak malas menuruti saja keinginan adik iparnya itu. Kecuali kalau dia sedang dalam bad mood tingkat akut yang dikarenakan rusa kesayangannya itu menghabiskan uang tabungan untuk hal tidak penting, oh, dan jangan sampai dia juga meminjam uangnya. Tidak boleh!

"Eomma, Joonma lapal," rengek Joonma, membuat Yixing mau tak mau menggendongnya dengan sabar.

"Chagi, sabar ne, sebentar lagi kita makan ke restoran. Arachi?"

Joonma langsung mengangguk imut. Pipinya yang berdimple itu tampak begitu manis dan tembam, mirip seperti ibunya.

Lagi, Yixing hanya bisa menghela nafas berat melihat Luhan masih sibuk dengan dress-dressnya. Yeoja itu memilih menunggu di depan butik sambil menemani aegya-nya menghabiskan es krim.

Dua puluh menit berlalu, Joonma sudah tertidur di gendongan Yixing. Sepertinya bocah itu kelelahan. Sepuluh menit kemudian barulah Luhan datang dengan beberapa bingkisan rapi di tangannya. Yeoja itu tampak tersenyum puas, sementara Yixing sudah berdecak sebal.

"Mau kemana lagi setelah ini eoh? Ke Belanda, Eropa, atau Roma hah?!"

Luhan mengerucutkan bibirnya mendengar nada sebal sang eonie. "Ya! Mian, eonie, aku tidak mau tertinggal fashion."

"Issh... terserah kau saja, yang jelas kapan kita ke peramal itu eoh?! Kau mau menipuku?!"

"Ani! Tak ada gunanya menipumu," Luhan menggerutu sambil beranjak menuju ke tempat peramal spesial di Myeongdong yang belakangan sangat digemari itu. Yixing mengikutinya.

.o.o.o.o.

Seorang namja dengan rambut kecoklatan berponi tampak sibuk menekuri buku sejarahnya yang tebal dan berisi mantra-mantra aneh. Ia membaca dengan serius sambil sesekali bergumam tak jelas mirip orang gila.

Baru ketika namja itu tengah menghafal mantra terbarunya, sesuatu dibalik jubah bintangnya berdering dengan nyaring menandakan sebuah panggilan. Dengan menghela nafas berat, namja itu meninggalkan ritualnya. Ia meraih ponselnya dengan malas. Dan kemalasannya bertambah dua kali lipat begitu tahu siapa yang menelponnya.

"Yeoboseyo," jawabnya dengan nada penuh kemalasan.

"YA CHEN! CHEN!" terdengar seruan membahana dari seberang sana.

"Issh... jangan berisik eoh?! Ada apa lagi? Sudah kubilang jangan menggangguku! Aku sedang sibuk! Awas kalau kau menelponku hanya untuk pamer lagi! Kubunuh kau!"

"Hahahaa..."

Namja yang dipanggil Chen itu hanya bisa mencibir mendengarkan tawa menyebalkan lawan bicaranya. "YA! PARK CHANYEOOL! Hentikan tawamu itu isssh... menyebalkan sekali! Lebih baik kau tidak usah pulang! Mengganggu saja!"

"Kotak kardus, kau sama sekali tidak merindukanku eoh?!"

"Buat apa?!"

"Baiklah, kupastikan tidak ada oleh-oleh untukmu. Arra?"

"Mwo?" Chen tampak menggurutu sebal sambil memukul-mukul layar ponselnya. Kemudian ia kembali menjawab. "Ne, ne, aku sangat merindukanmu. Kau puas?!"

"Tapi aku sama sekali tidak merindukanmu. Di sini sangat menyenangkan. Tidak ada suaramu yang sangat mengganggu."

"Oh begitu? Issh... terserah!"

"Ya! Aku hanya bercanda kotak kardus jelek. Huufh... kau ini tukang marah. Mian ne, kalau aku mengganggu." Namja bernama Park Chanyeol itu tampak menahan tawa.

Chen menunggu dibalik ponsel. "Berisik sekali! Apa yang kau lakukan?"

"Aku dan Kai sedang jogging di dekat Tokyo tower. Menyenangkan sekali kan? Aku akan bersenang-senang. Yeah...! Park Chanyeol akan menghabiskan hari terakhir dengan penuh kebahagian di Jepang."

"Hmm... Baiklah semoga hari terakhirmu akan menyenangkan."

"Hey, aku belum selesai!" terdengar suara jepretan kamera yang tak begitu jelas. "Pemandangan disini indah sekali. Jongdae-ah, apa kiriman fotoku sudah sampai?"

Chen memutar bola mata malas dan menemukan amplop coklat di bawah mejanya. "Ne, sudah sampai dengan selamat. Kau puas?" namja itu menghimpitkan ponselnya di antara kepala dan bahu. Sementara kedua tangannya bergerak mengambil foto dari dalam amplop. Tampak sebuah foto dimana seorang Park Chanyeol yang tampan berfoto di depan pohon Sakura yang indah. Chen mendengus sebal.

"Kau tampak semakin jelek di foto ini."

"Issh... enak saja! Sudahlah, aku harus segera kembali ke hotel. Lanjutkan pekerjaanmu ne, oracle ChenChen! Ppaii~"

"Ppaiii~ monyeeettt..." Chen melemparkan foto di tangannya hingga mendarat tepat di samping meja. Kemudian ia melanjutkan bacaan mantranya. Bibirnya komat-kamit menghafal.

"ChenChen chagi..." suara manja seorang yeoja tampak menginterupsi sang namja yang sibuk dengan buku ramalannya.

"Seokie chagi!" jerit Chen riang dan menggeser tempat duduknya. Mereka duduk di depan bola kaca besar milik Chen. "Ada apa chagi? Kau kesini cepat sekali?"

"Ne, tadi aku mengantar eomma belanja. Lalu aku langsung kesini." Minseok menghembuskan nafas. Tangannya membersihkan keringat yang mengalir di dahinya. Sepertinya ia kecapekan. "Bagaimana chagi? Banyak pelanggan?"

"Tentu saja Seokie. Aku berasa seperti seorang psikologi. Hehe..."

"Issh... ingat ne, kau ini peramal gadungan bukan psikologi!"

"Arraso." Chen mulai malas. Ia menggaruk lehernya gatal. Lalu melempar buku di tangannya. "Chagi, buku yang kau beri ini aneh sekali. Ada yang lain tidak? Aku sama sekali tidak mengerti membacanya."

Minseok menggeleng dengan tegas. "Chen-ah, jangan kau buang. Ini buku hebat. Arra? Kau hanya perlu memahaminya sedikit demi sedikit. Lama-lama kau akan mengerti juga. Banyak peramal awam sepertimu yang tidak mengerti. Tapi kalau mereka bersungguh-sungguh, pasti bisa. Kau juga. Hwaiting ChenChen!"

"NE, HWAITING!" ujar Chen semangat.

Keduanya kemudian tertawa bersama. Minseok dengan setia menemani Chen belajar buku mantra terbarunya. Sesekali Minseok menyuapi Chen dengan snack jika si namja mulai kelaparan.

Tak lama kemudian terdengar suara berisik dari luar stand oracle ChenChen. Minseok dan Chen mulai was-was dan memasang pendengaran mereka.

"Anyeong... apa Oracle ChenChen ada?"

Minseok memicingkan mata. Ia langsung terbelalak mendengar suara yang tidak asing baginya itu.

Luhan.

"MWO?!" jerit Minseok tertahan.

Gawat.

"Chagi aku harus pergi," bisik Minseok pada Chen. Yeoja itu bangkit dan keluar melalui tirai belakang. Ia langsung kabur menuju tempat lain.

Chen menatap tirai merah di hadapannya yang perlahan terbuka. "Ne, tentu saja," jawabnya sambil menutup wajahnya dengan jubah bintang birunya.

"Silahkan masuk."

.o.o.o.o.

Baekhyun menggeliat pelan sambil menguap lebar-lebar. Ia melirik ke samping dan mendapati suasana sepi di sekelilingnya.

"Mwo? Dimana ini?" gumamnya serak sambil membiasakan diri dengan penyinaran di sampingnya.

Baekhyun menoleh ke sekeliling dan berjengit kaget mendapati bahwa ia masih berada di dalam bus. Suasana sangat sepi. Hanya tinggal dia dan beberapa penumpang lain. Baekhyun melirik jam di tangannya.

Oh, tidak!

Lalu menoleh ke jendela. Tampak pemandangan asing.

Oh, TIDAAAKK!

Ini sudah terlewat jauh dari kampusnya. Sial!

Baekhyun bangkit dari duduk menuju kursi pengemudi. "Ahjusshi, bisakah kita putar arah lagi? Kumohon. Aku harus kuliah, tapi kampusku sudah terlewat jauh. Kurasa aku harus kembali lagi. Ahjusshi, aku mohon bantuanmu."

"Maaf agasshi, bus ini jalur lurus. Penumpang lain tidak mungkin kembali ke tempat tadi. Lebih baik agasshi ganti bus yang arahnya kembali."

Baekhyun menghembuskan nafas berat. "Baiklah, ahjusshi tolong turunkan aku disini, ne. Gomawo."

Sesuai permintaan, bus berhenti tiba-tiba. Baekhyun beranjak turun dengan malas. Rambutnya dan wajahnya sudah berantakan. Semua make-up nya sudah terhapus. Kini yang ada hanyalah muka kusut si penggila eyeliner yang tak ada semangatnya sama sekali.

Baekhyun mendudukkan tubuhnya di kursi halte. Bibirnya merengut sebal. Ia terus melirik jam tangannya. Pelajaran sebentar lagi usai. Benar-benar sial!

Baekhyun mengambil ponsel touch-nya dari saku. Ia langsung terhenyak mendapati bejibun SMS dari Kyungsoo yang intinya menanyakan keberadaannya sekarang. Dengan agak malas Baekhyun mengetik balasan. Lalu dengan cuek memasukkan ponselnya di tas, sehingga terhimpit barang-barang lain.

Sudahlah! Dia sudah lelah.

Bus merah yang ditunggu Baekhyun akhirnya datang. Baekhyun bangkit perlahan dan masuk dengan wajah yang masih ditekuk. Dalam hati ia terus mengumpat.

Sial! Sial!

.o.o.o.o.

"Benarkah ini tempatnya?" tanya Yixing agak tidak percaya ketika ia dan Luhan sampai di tempat bernama 'Oracle ChenChen' yang lumayan kecil dan sangat misterius.

"Tentu saja. Ini alamat yang diberikan Minseok padaku." Luhan menunjukkan layar ponselnya dan Yixing mangangguki saja. Kemudian Luhan berjalan pelan menuju tirai misterius di hadapannya. "Anyeong... apa Oracle ChenChen ada?"

"Ne, tentu saja. Silahkan masuk," jawab suara dari dalam.

Luhan dan Yixing memasuki tirai merah di hadapan mereka. Keduanya langsung dibuat terkaget dengan isi di dalamnya. Tembok dan lantainya dilapisi kain licin warna merah dengan hiasan bintang-bintang di bagian atap. Ada banyak barang-barang unik sekaligus aneh yang terpajang disana. Cermin raksasa, bola kaca besar, topeng, tongkat sihir, dan barang aneh lainnya.

"Silahkan duduk," ucap si oracle ChenChen yang kita ketahui bernama asli KimJongdae atau Chen.

"Gomawo," jawab Yixing diikuti Luhan. Mereka langsung mendudukkan diri di depan meja Chen.

"Anyeong... Ada yang bisa aku bantu?"

"Ne, kami butuh bantuanmu. Bisakah kau membantu kami?"

"Akan kuusahakan. Jadi apa masalahmu?"

"Begini oracle, kami punya seorang dongsaeng. Dongsaeng kami itu punya kebiasaan buruk sejak kecil. Dia itu sangat mudah ketiduran dan selalu bangun di atas jam 9. Apakah kau bisa menyembuhkan kebiasaan buruknya itu?" jelas Yixing.

"Apa menurutmu dongsaeng kami terkena kutukan?" tanya Luhan dan langsung mendapat sambitan dari Yixing. Sehingga yeoja itu memilih diam.

"Hmm... ini cukup sulit. Aku harus melihat wajahnya. Apakah kau membawa sesuatu seperti... eum... foto?"

"Ne, tentu saja," Yixing mengambil selembar foto dan meletakkannya di atas meja.

Chen mengambil foto itu dan mendekatkannya di bola kaca besar miliknya. Kedua tangannya tampak mengelus bola itu dengan penuh serius.

"Yeoja ini akan mati di usianya ke-21."

"MWO?!"

_ TBC_

Anyeong :) Reyna imnida...

Sekarang Reyna sedang tergila-gila sama 12 alien yang tengah mengaum itu. Ini hanya wujud imaginasi kegilaan Reyna. Hehe...

Bagaimana? Lanjut atau tidak?

^^REVIEW^^