AFTER
.
Cast : Jung Yunho (29 tahun)
Jung (Kim) Jaejoong (27 tahun)
Jung (Shim) Changmin (3 tahun)
Other cast : Yihan (28 tahun), Park Yoochun (26 tahun), Kim Junsu (25 tahun), Son Dongwoon (23 tahun), Jessica Jung (23 tahun), Mr. Jung (52 tahun)
Genre : YAOI/Family/MPreg
Pairing : YUNJAE
Note : cerita ini asli milik saya sendiri, hanya saja dulu saya pernah post di akun teman saya. #lirik Merry Jung.. Bagi yang sudah pernah baca, mungkin kalian masih ingat ceritanya? Ini hanya Repost ya readers semua ^^
.
.
.
Ja, tanoshimi ni oyomi kudasai ^^
.
.
DOUZO
.
::
PROLOG
::
.
Jaejoong POV
Aku mematut diri didepan cermin kamarku, memastikan penampilanku sudah sopan kali ini. Hari ini adalah hari yang akan merubah hidupku untuk kedepannya. Memang hari ini akan menyakitkan bagiku. Namun ini sudah menjadi keputusan yang ku ambil. Demi kelangsungan hidupku dan Changmin anakku. Sebenarnya aku sangat tersiksa untuk melakukan hal ini, terlebih lagi saat ini Changmin masih sangat kecil. Namun aku sudah tak kuat lagi jika harus hidup dalam kebohongan dan penyiksaan batin seperti ini. Ini adalah cara yang sangat tepat untuk ku lakukan. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku yakin aku akan bisa melalui semua ini.
Kulihat Changmin masuk saat aku hendak memakai jas, kulihat matanya yang sembab karna baru bagun tidur. Kudekati ia dan berjongkok untuk mensejajarkan tubuhku. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya lucu, membuatku tak tahan untuk mencubit pipinya yang tembam. Kukecup kedua pipinya untuk memberinya morning kiss.
"Anak eomma sudah bangun eoh, bagaimana tidur semalam? Hmm?"
Ia tak langsung menjawab pertanyaanku, matanya terpaku pada penampilanku. Matanya yang sipit-seperti mata milik-nya-memincing sambil memiringkan kepalanya. Lucu.
"Wae?"
"Eomma mau pergi?" tanyanya masih dengan suara yang serak. Kuacak rambutnya pelan sebelum menjawab pertanyaannya.
"Ne, eomma akan pergi sebentar ne. Nanti Minie tinggal dulu bersama Su-ie Jumma, arra?"
"Eomma mau kemana? Kenapa tidak ajak Minie?" ia mempoutkan bibirnya kesal, kebiasaan yang sama denganku ketika tengah kesal. Kuacak pelan lagi rambutnya sambil menatap lembut kedua bola matanya.
"Andwae. Minie tak boleh ikut ne. Kalau Minie mau tinggal di rumah Su-ie Jumma, eomma janji nanti setelah eomma pulang, eomma akan langsung menjemput Minie dan mengajak Minie jalan-jalan. Ne?"
"Hmm," ia tampak berfikir, kelakuannya sudah seperti orang dewasa yang tengah berfikir serius saja. Nampak sangat menggemaskan dimataku.
"Ottokhae?" tanyaku lagi.
"Baiklah. Tapi eomma janji ne langsung menjemput Minie."
"Ne. Nah sekarang Minie mandi dulu, setelah itu makan lalu kita berangkat ke rumah Su-ie Jumma. Kajja!"
Akupun mendorongnya masuk kamar mandi, membuka bajunya dan mulai memandikannya. Setelahnya kupakaikan baju, dan kami ke ruang makan untuk sarapan. Hari ini aku hanya memasak omelet. Aku tak sempat memasak yang lain karna pikiranku sedang kacau. Saat aku minta maaf pada Changmin, ia hanya tersenyum dan memakluminya. Ya, selain hobi makan yang diluar batas, Changmin juga anak yang sangat penurut dan pengertian. Tak pernah sekalipun ia keberatan saat aku pergi meninggalkannya ataupun lupa memasakkannya. Seperti sekarang, ia masih dengan lahap makan sarapannya. Walau hanya dengan omelete.
"Ya, Minie, pelan-pelan makannya. Nanti tersedak,"
"Umm, maca..kan..eo..mma..ca..ngat..ena..akkk" jawabnya terputus-putus karna terus memasukkan makanan ke mulutnya yang mungil.
"Uhuk,, uhuk.. Air eo,, mma.."
"Yah, apa eomma katakan. Kau tersedak kan, ini minum." kusodorkan air kehadapannya, dan dengan cepat ia meneguknya hingga habis tak bersisa.
"Haah, haah, haah," nafasnya tersengal, aku cemas melihat ekspresi wajahnya. Kuelus lembut wajahnya, Changminpun tersenyum menenangkanku.
"Gwencana eomma," katanya menghiburku.
"Sekarang makanlah pelan-pelan ne. Setelah itu kita berangkat ke rumah Su-ie Jumma." dengan cepat ia mengangguk. Aku segera menghubungi Junsu. Dia adalah sepupu ku yang paling dekat denganku. Selama aku kesusahan ia selalu memberiku dan Changmin tempat untuk berlindung. Ia selalu dengan senang hati menjaga Changmin apabila aku sedang pergi, karna ia sudah menganggap Changmin seperti anaknya sendiri. Ia sangat menyayangi Changmin, karna Changmin sangat terbuka dengan siapa saja. Tak heran jika Changmin bisa langsung dekat dengan siapa saja.
"Yeoboseyo Hyung," sapanya setelah kuucapkan salam.
"Ne Su-ie, aku akan menitipkan Minie padamu, kau ada waktu Su-ie?"
"Jinja hyung? Wah, aku senang sekali jika diminta menjaga Changmin. Ja, aku tunggu hyung."
"Ne, gomawo Su-ie."
Aku menutup sambungan telponku dan kembali memperhatikan Changmin makan.
"Minie cudah celecai eomma. Kajja kita ke lumah Cu-ie ahjumma. Kajja." Changmin segera menarik tanganku keluar. Rupanya ia tak sabar ingin bertemu dengan Junsu. Ia juga sangat menyayangi Junsu. Ia bahkan pernah tak mau pulang ketika diajak Junsu piknik bersama.
Kududukkan Changmin disebelah kemudiku. Ia masih menggunakan kursi khusus balita saat aku mengajaknya berpergian mengendarai mobil, karna aku tak ingin terjadi apa-apa padanya. Safety riding sangat aku utamakan kepadanya. Setelah siap, ku pakaikan sabuk khusus yang ada di kursinya, lalu bersiap menyalakan mobil dan meluncur menuju rumah Junsu. Sepanjang perjalanan Changmin sangat cerewet, ia tak bosan bercerita tentang apa saja. Tapi yang sangat sering ia bicarakan adalah tentang makanan. Aku hanya tersenyum saat ia berbicara, bukannya aku enggan untuk menjawab semua ocehannya, tapi sekarang otakku sedang banyak pikiran. Alhasil aku hanya diam mendengar celotehannya.
Tak terasa setengah jam perjalanan akupun tiba di apartemen Junsu. Seketika Changmin diam saat mobilku berhenti di depan loby. Aku turun dan segera menurunkan Changmin juga, setelah turun Changmin dengan segera menarik tanganku untuk masuk kedalam. Ia rupanya benar-benar semangat ingin bertemu Junsu. Baginya, rumah Junsu adalah rumahnya yang kedua.
Ting
Pintu lift terbuka tepat dilantai 5. Changmin dengan segera kembali menarikku menuju pintu 507 tempat Junsu tinggal. Sesampainya kami disana, Changmin melepas genggamannya pada tanganku, lalu dengan brutal mengetuk pintu kamar Junsu.
"Yah Minie, kenapa memukul pintunya seperti itu? Nanti Minie mengganggu tetangga yang lain. Minie kan bisa pencet bel ini, arra?" kataku sambil menunjukkan bel yang ada dipintu.
"Allaceo eomma, mian. Minie cuma ingin Cu-ie jumma cepat bukain pintunya buat Minie." katanya sambil mempoutkan bibirnya, kesal karna aku memarahinya. Tak berapa lama, pintupun terbuka. Menampakkan wajah Junsu yang langsung sumbringah ketika melihat Changmin.
"Kyaaa, Minie. Bogoshipooo," kata Junsu sambil memeluk tubuh kecil Changmin.
"Aicc ajumma, balu kemalin kita beltemu, kenapa jumma cepelti tak beltemu Minie lama." dengusnya tapi dengan senyum yang merekah dan membalas pelukan Junsu. Bertolak belakang dengan ucapannya.
"Yah Minie, kan sudah aku bilang. Panggil aku ahjussi, aku ini namja tahu!" jawab Junsu sambil bangkit berdiri dan berkacak pinggang.
"Ne Minie, Junsu ini namja, jadi Minie harus memanggilnya Ahjussi, arra?"
"Huh, andwae. Minie cuma mau panggil jumma dengan jumma. Bukannya eomma juga memanggil Cu-ie jumma dengan jumma kalau bicala cama Minie?" ya, selain pintar dan jago makan, Changmin juga sangat keras kepala. Menurun dari sifat keras kepala-nya.
"Aiss, jadi kau hyung yang menyuruhnya memanggil aku ahjumma?" tanya Junsu sambil melotot padaku.
"Aiss, Su-ie, aku hanya bercanda. Kau tak membiarkan kami masuk eoh?" kataku mengalihkan pembicaraan.
"Haha, baiklah. Aku juga tak marah, apapun panggilan Minie untukku, aku menyukainya. Kajja, masuk."
Kamipun masuk ke apartemen Junsu. Segera setelah masuk, Changmin segera berlari masuk ke dapur Junsu. Ia memang sudah hafal dengan letak rumah Junsu. Kini Changmin sudah berada didepan kulkas dua pintu Junsu.
"Jumma, Minie mau puding ini ne, boleh?" teriak Changmin heboh.
"Yah Minie, tidak sopan." teriakku karna Changmin berbuat yang tidak sopan. Walaupun ini dirumah saudaranya, tapi tetap saja pebuatannya itu kurang sopan.
"Sudah hyung, biarkan saja. Lagipula aku memang membelikan semua makanan itu untuk Changmin."
"Bukan begitu Su-ie, ia harus bersikap sopan."
"Bairlah hyung, dia masih anak-anak."
Sementara itu, Changmin tak memperdulikan teriakanku, kini ia sedang lahap makan makanan yang baru saja 'dicurinya' dari kulkas Junsu.
"Lalu hyung, apa sekarang saatnya?" tanya Junsu mengalihkan pembicaraan. Kulihat matanya sendu memandang kearahku.
"Ne Su-ie, sekarang sudah waktunya."
"Tenanglah hyung,"
Aku memang sudah bercerita tentang masalah yang aku hadapi kepada Junsu. Selain ia sepupuku, ia juga adalah pendengar yang baik.
"Ne Su-ie, aku sudah lelah dengan keadaanku sekarang. Aku sudah tak sanggup jika terus-terusan menghadapi masalah yang sama. Aku sudah lelah."
"Ne hyung, arasseo. Lakukanlah yang terbaik, aku selalu mendukungmu."
"Gomawo Su-ie, sudah mau membantuku selama ini."
"Ne. Aku senang bisa membantumu. Lakukanlah yang terbaik dan percayalah, kalau kau mampu menjalaninya. Kau harus percaya dan yakin, selama kau yakin Tuhan tak akan jauh darimu. Tuhan senantiasa akan melindungimu. Perayalah." katanya sambil tersenyum manis padaku.
Ya, dibalik sifat ceria dan kekanakannya, terkadang Junsu bisa berubah menjadi sosok yang dewasa. Ia bisa memberikan pencerahan ketika aku kesulitan. Ia sangat pintar untuk menempatkan sifatnya itu di tempat yang tepat.
"Ne, gomawo ne."
"Cheonma hyung."
Kulihat jam dinding yang tergantung diatas TV Junsu, "Sudah waktunya Su-ie, aku harus pergi. Aku titip Minie ne."
"Ne hyung, kau tenanglah. Aku akan menjaga Minie."
"Nah Minie, eomma pergi dulu ne. Minie tak boleh nakal dan jangan menyusahkan jumma ne. Arra?"
"Ne eomma," jawab Changmin dengan senyum evil.
"Nah, Su-ie aku titip Minie ne, kalau dia nakal pukul saja pantatnya dengan sapu." kataku yang sukses membuat wajah Changmin cemberut.
"Nah Minie, eomma pergi ne, daa"
Cup~
"Da eomma,"
"Hati-hati hyung."
Akupun keluar dari apartemen Junsu. Pergi menuju tempat yang nantinya akan mengubah seluruh kehidupanku. Tapi ini sudah keputusan ku yang bulat. Aku tak boleh setengah-setengah. Kunyalakan mobil lalu bergegas pergi menembus panasnya kota Seoul hari ini.
.
::
AFTER
::
.
Aku tengah duduk sendiri ditengah lautan manusia yang memenuhi tempat ini. Suasana panas diluar menambah pengap udara ditempat ini. Walaupun ac sudah dihidupkan, tapi sama sekali tak mengurangi panasnya udara di dalam sini.
Berkali-kali kuseka keringat yang jatuh dari keningku, keringat yang bercampur antara rasa panas dan rasa gelisahku. Entah kenapa sesaat setelah memasuki ruangan dilantai dua ini, aku menjadi ragu akan keputusan yang sudah kuambil ini. Namun jika mengingat betapa tersiksanya aku dulu, aku kembali mantap dengan keputusanku ini.
Kini tepat pukul 09.00, seorang namja dengan mata musang yang sangat tajam tiba dan langsung mengambil posisi duduk menyebelahiku. Matanya nyalang seperti elang yang siap menerkam mangsanya. Aku bergidik ngeri jika harus menatap mata itu. Mata seseorang yang sebenarnya sangat aku cintai. Tapi, ini adalah jalan yang memang harus ku tempuh. Untuk menyelamatkan ku juga Changmin.
Cukup lama ia memandangku dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Entah kenapa aku merasa sangat sakit dengan kelakuannya itu.
Aku sedikt berharap, dipertemuan terakhir kami ini, ia akan memohon atau mengajakku untuk tidak melakukan hal ini, berharap ia memintaku untuk kembali bersamanya. Memulai kehidupan yang baru. Namun, sampai terdengar ketukan palu sebanyak tiga kali, ia benar-benar tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Yah, hari ini resmi sudah aku bercerai dari namja mata musang itu. Namja yang selama 4 tahun selalu hidup bersamaku. Namja yang sangat aku cintai, dan appa dari anakku, Jung Changmin.
Sekarang, aku sudah tidak lagi menyandang nama Jung untuk margaku. Ya, sekarang aku kembali menyandang marga Kim. Setelah keputusan pengadilan tadi yang mengabulkan permohonan ku untuk bercerai dari namja jangkung dengan mata musang itu, Jung Yunho.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Modudeul annyeong ^^ saya kembali dengan FF baru.. Tapi, sesuai dengan note saya diatas, readers pasti sudah paham kan kalau FF ini hanya Repost. Dulu saya sudah pernah post FF ini di akun teman, karna dulu saya masih gaptek dan males buat akun. #ketahuan gapteknya.
Tapi sekarang supaya semua FF saya berada dalam 1 wadah, alhasil saya mau ngeRepost lagi FF ini, semoga kalian semua senang dengan ceritanya.. ^^
Ada yang penasaran kenapa YunJae bisa cerai? Kalo penasaran, silahkan tunggu kelanjutannya ne, dan jangan lupa berikan komentar kalian tentang chap ini. Saya ingin tahu respond kalian.
Akhir kata, review onegaishimasu ^^