One night stand

Genre: Romance

Rating: NC 17

Cast: Jung Yunho, Kim Jaejoong and other

Lenght: threeshot

Disclamer : ff ini milikku, terinspirasi dari sebuah komik YAOI tapi dengan jalan cerita yang jauh berbeda.

Warning : Typo (s), Boys love, hampir sama dengan ONS-ONS lainnya, OOC

Part One~

"Ahjumma..harga apel ini berapa?" Tanya seorang namja cantik pada sang penjual buah yang ia temui di pasar. Seorang wanita bertubuh kurus keluar dari dalam toko.

"Harganya 2500 won sekilo" Kata wanita itu, Jaejoong hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Srett

"Ah" Saat sedang berfikir akan membeli atau tidak, tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang menarik tasnya. Orang itu berlari cepat.

"YAK! Aku pinjam ini" Jaejoong mengambil 3 buah jeruk yang ada di dekatnya, lalu berlari mengejar orang tadi, tanpa mempedulikan si penjual yang berteriak.

"HEI TUNGGUUU.."

Bruk!

1 jeruk meleset saat di lempar olehnya.

"YAK!" Pria bernama Jaejoong itu terus berlari, jarak ia dan pencopet itu tak terlalu jauh tapi karena kakinya yang tak panjang menyebabkan ia tertinggal.

BRUK!

Senjata berupa jeruk itu berkurang lagi 1. Jaejoong berhenti untuk mengatur nafasnya. 2 jeruk tidak tepat sasaran. Kini ia dan pencopet itu terhalang jalanan yang cukup ramai.

"HEIII!"

Prak!

"Eh" Jaejoong terkejut di tempatnya, ketika jeruk yang ia lempar mendarat di sebuah kaca mobil yang lewat. Mobil itu langsung menepi.

'Ga-gawat' Ia berbalik dan berniat kabur tapi ia kalah cepat.

"Hei kau.."

Jaejoong memejamkan mata dan terus memanjatkan do'a berharap bahwa ia tak lebih sial dari tadi.

"Hei aku bicara padamu" Pria yang Jaejoong duga sebagai pengemudi mobil tadi, sudah berdiri di sampingnya. Tak ada yang bisa Jaejoong lakukan selain tersenyum yang membuat wajahnya aneh.

"He-he..mianhae. Ta-tadi aku tak bermaksud" Kata Jaejoong gugup.

Pria tadi menghela nafas, "Kau tahu? Jeruk mu itu mendarat tepat di kaca depan wajah bos ku"

Jaejoong membungkuk beberapa kali "Mianhae.."

Ponsel pria itu berdering dan Jaejoong merasa terselamatkan dengan itu.

"Ah, ne. Baik Tuan" Setelah berkata itu, ia mengembalikan ponselnya kedalam saku jas miliknya. Ia menatap Jaejoong lama sebelum bicara lagi.

"Kali ini kau selamat, tapi kalau tidak.." Pria itu menempelkan telunjuknya pada kening Jaejoong. "Aku akan menembakmu" Lanjutnya lagi. Ia lalu pergi meninggalkan Jaejoong yang tersenyum.

Ah~ ternyata hari ini ia tidak sepenuhnya sial, tidak seperti tadi.

'Aish, tasku'

.

.

.

.

"Tadi kenapa kau melarangku, Tuan? Anak itu harus di beri pelajaran" Kata pria yang tadi. Ia kini sedang menyetir mobil bersama seorang pria lain di sampingnya.

"Sudahlah, Park Yoochun. Tidak usah melakukan sesuatu yang tidak penting. Kita tinggal pergi ketempat pencucian mobil dan membersihkan cairan jeruk tadi" Kata pria yang di panggil tuan oleh Yoochun. Yoochun menghela nafas.

"Apa kau sudah memutuskan sikap yang akan kau ambil tentang perjodohan itu?" Tanya Yoochun. Pria bernama Yunho itu tidak menoleh atau berkata apapun, tetap sibuk dengan tab yang ada di tangannya, mengecek email dari klien.

"Entahlah, Karam anak yang baik" Hanya itu respon yang Yunho berikan. Yoochun tidak bertanya lagi, ia tahu sahabat sekaligus bosnya itu sedang bimbang.

Seminggu yang lalu orang tua Yunho mengatakan akan menjodohkan anaknya itu dengan anak sahabat mereka yang sudah Yunho kenal sejak kecil. Yunho tidak terkejut saat itu karena ia sudah mendengar secara tidak langsung dari Karam yang mengatakan dengan riang kepadanya. Tapi ia semakin bingung, apa ia harus menerima perjodohan ini? Yunho sudah menganggap Karam sebagai adiknya sendiri karena ia anak tunggal.

"Iya, tapi kau 'kan tidak mencintainya" Sambung Yoochun. Ia menoleh dan melihat Yunho sedang melamun.

.

.

.

.

Jaejoong duduk di kursi belajar yang ada dikamarnya, sibuk menulis rincian pengeluaran pada bulan ini. Ia menghitung secara detail kemana saja uang hasil kerja kerasnya mengalir. Jaejoong adalah anak yatim piatu sejak berusia 5 tahun, tinggal di sebuah panti asuhan selama 10 tahun dan memutuskan untuk mandiri sejak 2 tahun yang lalu. Ia keluar dari panti asuhan yang menjadi rumahnya selama bertahun-tahun, melawan larangan dari orang yang sudah ia anggap ibu kandungnya sendiri karena tekat yang sudah bulat di dalam dirinya.

"Untung saja uang yang ada didalam tas itu tidak seberapa, jadi kerugiannya tidak terlalu terlihat. Huh awas saja kalau bertemu dengan pencopet brengsek itu, akan aku kuliti dia sampai hancur" Kata Jaejoong pada dirinya sendiri.

"Joongie..." Panggil seseorang dari luar kamar bersama dengan bunyi berisik.

BRAK BRUK

"Yah Kim Junsu! Bisakah kau diam?" Teriak Jaejoong dari dalam, lalu orang yang ia panggil Junsu itu memunculkan kepalanya lewat pintu.

"Joongie, apa kau tidak suka lagi pada musim gugur? Kenapa berdiam diri di kamar?" Tanya Junsu yang sudah masuk sepenuhnya kedalam kamar Jaejoong. Jaejoong tampak tak peduli dengan kehadiran sahabatnya itu dan tetap melanjutkan menulis.

"Kau sedang apa?" Junsu melihat apa yang sedang Jaejoong tulis meskipun ia tidak mengerti. Jaejoong menggeram.

"Lihat, keuanganku sedang menurun dalam bulan ini. Aku rasa, aku harus mencari pekerjaan sambilan lagi" Kata Jaejoong frustasi. Junsu mengambil buku Jaejoong lalu membacanya, banyak angka dengan tanda minus (-) di depannya. Seolah mengerti ia menganggukkan kepalanya.

"sini" Jaejoong mengambil bukunya dari tangan Junsu.

"Bekerja di toko kue tidak cukup?" Tanya Junsu yang mengetahui pekerjaan Jaejoong selama ini. Mereka sudah bersahabat selama 2 tahun ini dan Jaejoong bekerja di toko kue milik ibu Junsu.

"Tentu saja tidak. Apa lagi aku harus membayar sewa rumah dan makan sehari-hari, tidak mungkin gajiku cukup" Kata Jaejoong dengan lemas. Junsu berfikir, apa ia masih punya pekerjaan untuk Jaejoong.

"Kau bisa menari?" Tanya Junsu tanpa sebab. Jaejoong mengerutkan keningnya, mencoba mengerti kearah mana pembicaraan sahabatnya itu.

"menari seperti apa dulu"

"Kalau mau, kau bisa ikut denganku besok malam ke club langgananku" Kata Junsu sambil tersenyum sok misterius. Jaejoong menatap curiga pada Junsu, berharap tidak tertimpa sial lagi.

.

.

.

.

"Bersulang..."

Bersamaan dengan itu suara dentingan gelas yang beradu terdengar walau masih kalah dengan suara musik di club itu. Di sebuah meja yang di pesan khusus untuk sebuah acara, duduk di sekelilingnya beberapa orang berkemeja mahal. Mereka semua merayakan keberhasilan perusahaan yang berhasil mendapatkan tender besar.

"Semua ini berkat kharisma yang di miliki oleh atasan tercinta kita, Jung Yunho" Kata salah satu dari mereka dengan riang, mengarahkan kedua tangannya pada sosok Yunho yang duduk di pojok. Mereka semua tepuk tangan dengan meriah.

"Kalian bersenang-senanglah, semuanya aku yang bayar" Kata Yunho dengan santainya, di sertai oleh suara kegirangan para karyawannya.

"yey!"

Dalam sekejap semua orang yang tadinya berkumpul di dekat Yunho menjauh, menikmati semua yang ada di club ini. Sedang Yunho memilih untuk menyendiri, menyesap wine yang di pesankan khusus untuknya. Ia sedang tidak ingin tenggelam dalam euphoria yang tercipta. Otaknya masih sibuk mencerna apa yang sudah dikatakan ibunya kemarin. Tentu saja tentang perjodohannya dengan Karam.

Jung eun bi ibu kandung Yunho, selalu bicara semua kebaikan yang Karam punya mulai dari sifat hingga sikap, padahal Yunho jauh lebih mengetahuinya. Mereka tumbuh bersama dan hampir separuh hidup Yunho ada Karam yang mengisi hari-harinya. Yunho yang merupakan anak tunggal keluarga Jung, bermain dengan tetangganya yang bermarga Han, seorang anak yang berbeda 4 tahun dengannya. Karam adalah seorang pria yang cukup manja di usianya yang menginjak 23 tahun dan Yunho sangat memahami itu. Karam merupakan anak lelaki satu-satunya dari keluarga Han dan tentunya orang tuanya sangat memprioritaskan dirinya di banding kedua kakak perempuannya.

Karam memang pria yang baik dan cocok untuk Yunho yang juga Pria baik, tapi ada hal yang mengganggu pikiran Yunho. Ia tidak rela menjadikan Karam sebagai pasangan hidupnya, entahlah ia juga tidak mengerti.

Huuuuu huuuu hhuuu

Yunho melihat kearah depan, ketempat banyak orang berkumpul sambil bersorak. Entah apa yang mereka lihat dan sepertinya itu seru. Yunho berdiri untuk melihat pertunjukan yang di adakan oleh pengelola club.

hyeolgwaneul tago heureuneun su eok gae ui na uiCrystal
Machimnae shijakdwaen byeonshin ui kkeuteun na
igeotdo sarangeun anilkka? Oh~

Neon nareul wonhae neon naege ppajyeo neon naege michyeo
He eo nal su eobseo I got you~ under my skin
Neon nareul wonhae neon naege ppajyeo neon naege michyeo
Neon naui no ye I got you~ under my skin

Yunho terdiam. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat seseorang tengah menari diatas panggung. Mata orang itu terpejam, merasakan tiap gerakan yang ia lakukan. Yunho cukup terpana dengan tarian yang sederhana namun tampak elegan, ditambah dengan wajah yang dimiliki orang itu. Yunho belum pernah melihat sesuatu seindah ini.

Di atas panggung, seseorang menari dengan sebuah tiang yang ada di sana. Menggesekkan tubuhnya sambil sedikit melilit, membuat gerakan yang bisa berakibat orang yang melihatnya gemetar. Dan begitu pun dengan Yunho.

Beberapa jam yang lalu..

"Sepertinya aku sudah tak butuh uang, Su-ie" Kata Jaejoong seraya berbalik, sebelum melangkah Junsu sudah terlebih dulu memegang kerah kemejanya.

"Kau tidak boleh menarik ucapanmu kembali" Kata Junsu tegas. Jaejoong memasang wajah melas yang ia bisa, tapi tak terpengaruh pada Junsu.

"Katamu kau akan bekerja sampingan lagi karena gajimu di toko tidak cukup. Nah disini tempatnya" Kata Junsu.

"Iya, tapi bukan di club. Kau tahu, itu tempat orang dewasa sedangkan aku masih kecil, tak seharusnya aku disana" Kata Jaejoong berlebihan. Junsu hanya memasang wajah datar.

"Memang, usia kita baru 17 tahun. Tapi ini bukan club seperti yang kau bayangkan, kau hanya menari dengan 'sedikit' sensual dan bukan erotis" Jawab Junsu.

Jaejoong tak punya pilihan. Dimana ia kerja sambilan dengan bayaran 200ribu won dalam semalam? Rasanya tak masuk akal. Yah pasti ada apa-apanya.

Dan ketakutan Jaejoong pun terbukti, ia kini harus menahan malu bergerak dengan gerakan yang seumur hidup baru ia lakukan dan di tonton banyak orang.

'Aku akan membunuhmu nanti, Junsu' Geram Jaejoong dalam hati.

Kembali pada Yunho yang masih terpaku di tempatnya, menatap lurus kearah Jaejoong yang masih menari. Semua orang berteriak histeris seraya jenis tarian Jaejoong yang semakin meningkat. Sepertinya Yunho menyukai orang yang baru pertama kali ia lihat.

.

.

.

.

Malam semakin larut, kegiatan di club semakin banyak, tapi tidak semeriah tadi. Yunho duduk di stool bar, meminum wine yang sudah ia pesan beberapa kali. Yunho ingin melupakan sejenak masalah perjodohan gila itu dengan mabuk.

'Huks..huks'

Pria tampan itu sudah menghabiskan 4 gelas wine, melewati batasan minum seorang Jung Yunho yang hanya 2 gelas. Yunho mempunyai sedikit masalah dengan lambungnya dan tak pernah kuat meminum minuman yang berkadar alkohol tinggi. Tapi tak apalah jika hanya sesekali.

"Jus jeruk satu!"

"Mwo?" Suara Bartender seolah tak percaya.

"Apa kau tidak dengar? Aku pesan jus jeruk satu!"

Percakapan antara Bartender dan seseorang yang duduk di samping Yunho membuat ketenangan pria tampan itu terganggu, ia menoleh secara perlahan lalu mata kecilnya sedikit terkejut.

"..Aku tak mau tau, pokoknya aku pesan jus jeruk!"

"Hei, disini club bukan kedai anak-anak..aku hanya memenuhi pesanan segala jenis minuman beralkohol. Bukan jus jeruk" Percakapan antara Bartender dan seseorang yang Yunho kenal terus berlanjut bahkan semakin sengit.

"Huh dasar..EH?!" Tiba-tiba orang itu merasakan ada tangan yang menyentuh pinggangnya, ia pun menoleh cukup horor kearah samping.

"YAK!"

PLUK

Tubuh Yunho menubruk Jaejoong karena kesadarannya telah hilang. Jaejoong langsung panik dan agak kesusahan dengan tubuh orang yang tak dikenalnya itu cukup berat.

"Hei, Ahjusiii. Kau berat huwaaa" Stool bar yang Jaejoong duduki agak oleng karena itu, dengan segera ia menangkup tubuh Yunho.

"Hei, dia pingsan" Si Bartender itu ikut membantu Jaejoong walau itu tidak membantu.

BRUK

"Adududuh..." Keluh Jaejoong karena tubuhnya tertindih di lantai dengan tubuh Yunho di atasnya.

"Huweee..."

.

.

.

.

BRUK

Jaejoong dan bartender itu memandang puas kearah Yunho yang sudah berhasil mereka jatuhkan keatas kasur. Mereka tak tau harus membawa pria yang tidak mereka kenal itu kemana, dan hanya hotel satu-satunya tempat yang terpikir oleh mereka.

"Sudah ya aku kembali ke club dulu" Kata Bartender bernama Eunhyuk itu, tapi tangan Jaejoong mencegahnya.

"Tunggu! Lalu bagaimana dengan pria ini?"

"Biarkan saja dia, toh tadi kamar hotel ini sudah dibayar dengan uangnya" Kata Eunhyuk. Tadi mereka mencari uang di dalam dompet Yunho untuk membayar kamar hotel itu.

Jaejoong mengangguk, Eunhyuk lalu melangkah pergi setelah Jaejoong melepaskannya. Jaejoong juga berniat pergi seperti Eunhyuk tapi sesuatu mencekal tangannya.

"E-eh"

Jaejoong menoleh kebelakang, lalu terkejut karena seseorang yang tadinya tak sadarkan diri itu kini memegang pergelangan tangannya, membuka matanya sedikit, Jaejoong merasa melihat hantu karena penampilan Yunho yang cukup berantakkan.

"Kau...temani aku huks malam ini" Setelah kalimat terakhir usai, Jaejoong tertarik ke depan dan jatuh terlungkup keatas kasur. Ia sangat shock dengan hal tiba-tiba itu. Ia ingin bangun tapi tak bisa karena tubuh Yunho sedikit menindihnya.

"Tu-tunggu eungh.." Protes Jaejoong terputus karena Yunho sudah mengemut telinganya.

"Akh..ja-jang uugh" Meski tubuh Jaejoong masih terlungkup tapi tangan Yunho bisa mengelus nipplenya membuat ia tak henti mendesah.

"Kau..cantik" Dengan mudah Yunho membalikkan tubuh Jaejoong. Duduk diatas tubuh pria yang sudah pasrah dibawahnya. Jaejoong sebenarnya ingin memberontak tapi tubuh Yunho menduduki kedua kakinya.

Yunho membuka satu persatu kancing kemeja Jaejoong hingga pakaian Jaejoong terbuka, menampilkan kulit putih yang pernah dibayangkan Yunho.

Jaejoong mengeratkan pejaman matanya, tak ingin melihat apa yang pria itu lakukan padanya. Jaejoong ingin mencoba kabur tapi kepolosan yang dia punya menghancurkan segalanya. Jaejoong hanya pria berusia 17 tahun, melakukan semua pekerjaan untuk mendapatkan uang, tapi ia tetap menjaga tubuhnya yang tidak akan ia jual untuk memenuhi kebutuhan materinya, tapi sekarang..apakah ia akan membiarkan orang yang tidak ia kenal menguasainya?

"Lepaskan!" Jaejoong memberontak, ia memaksa bangun lalu menyingkirkan Yunho. Yunho yang mengetahui itu langsung memeluk Jaejoong, membuat pergerakan Jaejoong terhenti, meski dalam keadaan mabuk tetap saja Yunho bisa menahan Jaejoong. Sulit atau tidak, ia harus mendapatkan Jaejoong malam ini.

"A-aku mohon, bantu aku melupakan masalahku..aku...mohon" Bisik Yunho tepat di telinga Jaejoong.

Jaejoong mengerjapkan matanya dua kali. Ia jadi merasa iba dengan orang yang tengah memeluknya ini.

Cukup lama mereka terdiam, sebelum Jaejoong membalas pelukan Yunho lebih erat. Itu adalah lampu hijau untuk Yunho. Tanpa membuang waktu, Yunho langsung mendorong tubuh Jaejoong hingga berbaring. Ia merundukkan tubuhnya hingga berjarak beberapa centi dari tubuh Jaejoong. Jaejoong membuka kancing kemeja Yunho dengan perlahan, sambil memperhatikan wajah Yunho yang cukup dekat dengannya. Mata Yunho terpejam, karena memang ia masih mabuk.

Ketika bibir Yunho menubruk bibir Jaejoong, menyesapnya dan memasuki mulut Jaejoong, melilit lidah mereka, Jaejoong tahu sebentar lagi bibir itu akan bergulir kesetiap jengkal tubuhnya. Selama ini Jaejoong tak pernah merasakan apa yang orang sebut berciuman, dan dari pengalaman yang akan ia dapat malam ini, ia akan menjadi pria dewasa, tapi jangan lupakan tentang kepolosannya.

Bahkan tadi ia berhasil di tipu Junsu yang langsung kabur setelah menjerumuskannya kedalam club itu. Niat untuk membunuh Junsu berkali-kali semakin besar setelah ini. Jaejoong bersumpah untuk itu.

"Ough.." Jaejoong mendongakkan kepalanya ketika Yunho mengemut salah satu nipplenya. Yunho memutar benda kecil dalam mulutnya itu hingga desahan keluar dari bibir Jaejoong.

Bibir Yunho terus bergerilya menuju bawah tubuh Jaejoong, menyesap kulit lembut pria itu. Kulit Jaejoong terasa asin di mulutnya, tapi itu yang membuat Yunho semakin bersemangat.

"Akh..ahh..akh..." Mata Jaejoong semakin terpejam kala merasakan mulut hangat Yunho melingkupi kemaluannya. Dengan sangat ahli Yunho mengemut benda itu membuat Jaejoong mendesah berulang kali di ikuti dengan geliat tubuhnya.

Tentu saja Jaejoong terus mendesah, karena baru kali ini ada orang yang mengemut kemaluannya seperti sekarang dan itu sangat nikmat.

Setelah Jaejoong klimaks di mulutnya, Yunho membuka celana jeans yang ia pakai. Membebaskan satu benda di bawah tubuhnya itu. Yunho berdiri dengan lututnya, memegang kaki Jaejoong lalu melebarkannya. Jaejoong membuka matanya perlahan, lalu terbuka sempurna setelah melihat benda yang sudah mengacung di depannya.

Yunho mengurut kemaluannya, lalu mengarahkan benda itu kearah lubang Jaejoong, tapi Jaejoong mencegahnya.

"Tunggu!"

Yunho menatap sayu pada Jaejoong.

"Pe-pelan-pelan Ahjussi" Katanya. Jaejoong menyanggah tubuhnya dengan kedua siku tangannya, memperhatikan detik-detik majunya benda kebanggaan Yunho itu.

"Uukh sa..saakiit.."

Bayangkan, lubang kecil Jaejoong terpaksa harus menelan ujung kemaluan Yunho yang cukup besar. Jaejoong menahan rasa sakit yang belum pernah ia rasakan itu.

Klop..

Kemaluan Yunho masuk dengan sempurna kedalam lubang sempit milik Jaejoong. Ia menjatuhkan tubuhnya pada Jaejoong, menjilat airmata yang menetes di pipi Jaejoong, lalu mengecup seluruh wajah Jaejoong, mencoba mengurangi rasa sakit yang Jaejoong rasakan. Ini pertama kalinya bagi Jaejoong.

"Aku ingin bergerak.." Kata Yunho lembut. Jaejoong mengangguk cukup berat.

"Eumh ahh ahh ohh" Jaejoong mendesah-desah kala Yunho menggerakkan pinggangnya, kemaluan Yunho hanya bergerak sedikit di dalam Jaejoong karena terlalu sempit.

"Eungh..akhh..akhh" Yunho merasakan nikmat yang teramat sangat pada kemaluannya, terjebak di dalam lubang ketat milik Jaejoong. Ia memeluk Jaejoong, mengecupi lehernya sambil terus bergerak. Jaejoong mencengkram bahu Yunho untuk menahan sakit juga nikmat yang bercampur di dalam tubuhnya.

Cukup lama Yunho bergerak dan Jaejoong mendesah, Yunho mulai bergerak lebih cepat di ikuti dengan erangan pria itu, tanda bahwa ia mencapai klimaks.

Jaejoong merasakan lubangnya penuh. Yunho sudah berhenti bergerak meski masih di posisi semula, sedang Jaejoong ikut terdiam. Ia sudah klimaks beberapa kali tadi. Tubuh keduanya sangat lengket.

Jaejoong mendengar dengkuran halus dari Yunho menandakan pria itu sudah tertidur. Jaejoong mendorong tubuh Yunho kesamping, membuat kemaluan Yunho terlepas dari lubangnya. Jaejoong melihat ada cairan putih yang mengalir dari dalam lubangnya. Segera ia menutupi tubuh mereka dengan selimut.

Yunho berbalik membelakangi Jaejoong, membuat Jaejoong hanya melihat punggungnya. Jaejoong termenung. Pria di depannya itu tidak ia kenal siapa namanya dan mungkin pria itu juga, tapi ia baru saja melewatkan satu kegiatan panas dengan pria itu. Wajah Jaejoong memerah mengingatnya.

.

.

.

.

Kicau burung bersahutan di pagi hari, sinar matahari masuk dari sela-sela jendela yang tertutup, langsung menerpa wajah seseorang yang masih tertidur diatas ranjang. Matanya mengerut akibat sinar matahari yang tepat menyorot kearahnya, memaksanya untuk bangun. Pusing yang pertama kali ia rasakan setelah membuka mata, bangun dengan sikunya, mengusap wajahnya yang tampak kaku. Ia mengedarkan pandangannya kesekitar, merasa asing dengan tempatnya sekarang. Ini bukan kamar apartemennya, bukan juga kamar sahabatnya, lalu ia dimana?

Pria yang ternyata Yunho itu menebak kalau ia berada di sebuah kamar yang belum pernah ia tempati sebelumnya. Mendudukkan tubuhnya, memegangi kepalanya yang sakit lalu ia sadar kalau sekarang ia juga tidak memakai baju. Loh baju? Yunho terbelalak, melihat bajunya yang berceceran dimana-mana. Lalu kenapa ia tidak memakai baju? Yunho menyingkap selimut yang menutupi bagian bawahnya, lalu menghela nafas berat. Apa ia baru saja bercinta dengan seseorang?

"MWO?" Yunho cukup lamban untuk sadar sepenuhnya. Ia baru saja tidur dengan seseorang?

"Aish" Yunho memejamkan matanya, kepalanya sakit sekali. Ia melihat sekitar dan tak menemukan siapapun disana, termasuk orang yang di sinyalir tidur dengannya.

"Bodoh! Jangan-jangan aku tidur dengan pelacur dan aku tertular penyakit kotornya?" Kata Yunho berasumsi sendiri. Berulang kali ia memaki dirinya. Ketika ia sedang bingung, ponsel di saku celananya yang tergeletak di lantai berbunyi. Yunho segera mengambilnya. Terdapat nama Karam disana.

"Hyung..kau dimana? Apa kau lupa kalau kau berjanji akan menemaniku mencari baju?" Cerocos Karam setelah Yunho menjawab teleponnya. Yunho menghela nafas.

"Dan lagi kata Ahjumma, semalam kau tak pulang. Kemana kau?" Tanya Karam lagi, ia memang cukup cerewet.

"Semalam aku mabuk dan menginap di hotel"

"...Aku akan segera ketempatmu, Karam" Kata Yunho lalu memutuskan sambungan telepon dengan karam. Ia sangat pusing sekarang dan tak ada waktu untuk menanggapi ocehan karam.

Ia sedang mengingat-ingat dengan siapa ia tidur.

"Akh, siapa dia? Wanita mana yang aku tiduri?" Tanya Yunho frustasi. Tampaknya ia lupa dengan siapa ia bercinta.

TBC

Gimana? Ada yang suka ceritanya? Ff ini cuma 3 chapter kok, buat selingan aja. Hehe. Aku lagi gak mood sama 2 ff ku yang lain, jadi maaf kalau aku buat ff baru lagi, tapi ini akan tamat dengan cepat kok ^^

Tergantung review sih. Hehe.

Makanya jangan lupa kasih aku review ne ^_^