I'am still you chapter 4

Cast : Lee Hyukjae – Lee Donghae

Genre : Hurt, Romance

Rate : T

Warning : YAOI, Typo, EYD jelek

09.00

Seorang namja masih terlelap dalam tidur nya. Namja itu sedikit menggeliat saat sinar matahari mulai masuk ke celah-celah jendela di kamar ini.

Perlahan mata nya terbuka, lalu tangannya meraba sisi samping tempat tidurnya hendak mencari seseorang yang selalu tidur di sampingnya.

Donghae, nama namja itu langsung terbangun saat menyadari sosok disamping sudah tidak ada. Matanya melirik jam yang bertengger di dinding, mata nya langsung membulat sempurna saat mengetahui jam berapa sekarang.

"gawat,, aku kesiangan" Donghae langsung bangkit dan melesat ke kamar mandi.

Setelah setengah jam membersihkan diri di kamar mandi, Donghae pun keluar dengan wajah yang sudah segar. Ia melangkahkan kaki nya menuju dapur.

Matanya melirik sesuatu dimeja makan itu. Ternyata sudah terhidang di meja sepiring nasi goreng dan telur mata sapi yang sudah dingin.

"kenapa Hyukjae tidak membangunkanku?" tanya nya pada diri sendiri.

Setelah menghabiskan waktu lima belas menit untuk sarapan, Donghae kembali menuju kamarnya hendak mengganti pakaian santainya dengan pakaian kantor.

Saat berpakaian Donghae lupa membawa dasi kemarin, akhirnya Donghae memilih mengambil di lemari baju Hyukjae.

Donghae membatu di depan lemari baju Hyukjae. Isinya kosong, lemari Hyukjae bersih tak tersisa. Tiba-tiba jantungnya berdetak cepat, merasa suatu firasat yang buruk. Jangan sampai apa yang dipikirkannya benar-benar terjadi, doa Donghae dalam hatinya.

Donghae langsung menyambar handphone yang berada di meja samping ranjang tidurnya. Dengan cepat Donghae mendial nomor hp yang sudah ia hapal di luar kepala, Handphone Hyukjae.

"nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau diluar jangkauan"

Donghae mengerang frustasi.

"Hyukkie apa yang terjadi?"

Donghae langsung mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar apartement.

'Tuhan, kumohon apa yang aku pikirkan tidak benar-benar terjadi'

"Lee Hyukjae?"

"ne"

"Bukankah kemarin ia mengundurkan diri, aku kira kalian akan menikah makanya Hyukjae mengajukan surat pengunduran diri kemarin" wajah Donghae langsung memucat saat mendengar apa yang dikatakan teman kerja Hyukjae.

Tanpa bilang terima kasih, Donghae melangkah keluar kantor Hyukjae dengan linglung.

Hyukjae berhenti? Kemarin? Kenapa dia sama sekali tidak tahu. Apa yang Hyukjae sembunyikan darinya? Atau Donghae yang tidak peka dengan sikap Hyukjae.

Donghae langsung teringat sikap Hyukjae kemarin. Dari Hyukjae yang mengajaknya kencan seharian seolah mereka tida akan kencan lagi, Donghae merutuk dirinya karena tidak menyadari sikap Hyukjae kemarin. Dan lagi, Donghae ingat Hyukjae menangis semalam saat mereka berdua sedang bercinta, apa Hyukjae menangis karena itu hari terakhirnya. Donghae benar-benar marah pada dirinya sendiri, tapi kenapa?.

Kenapa Hyukjae meninggalkannya?.

"Hyukkie, kau dimana?" air mata Donghae pun jatuh.

Donghae menangis, Tidak diperdulikan lagi tatapan aneh orang-orang yang melintas di depannya.

Klek.

Pintu apartemen itu terbuka.

Donghae melangkah tertatih ke dalam apartemen sunyi tersebut. Penampilannya benar-benar kacau. Dari pagi hingga tengah malam ini, Donghae mencari Hyukjae segala tempat yang ia tahu, namun ia tak menemukannya.

Donghae terjatuh didinding pintu yang baru saja ditutupnya. Ia mengusap rambutnya kasar, pikirannya benar-benar kacau.

"Hyukkie kau dimana?" Lirihnya.

Benar-benar mengenaskan.

Donghae tiba-tiba ingat saat semalam ia terbangun sebentar saat itu Hyukjae menciumi wajahnya. Donghae ingat saat itu Hyukjae tengah menangis sambil terus menciumnya.

"apa itu tanda perpisahan darimu"

"apa yang harus aku lakukan tanpamu"

Donghae merogoh handphone di saku celana nya.

"nomor yang anda tuju sedang tidak aktif"

"KYAAAAAAAA"

Prangg..

Handphone itu pecah berkeping-keping saat Donghae melemparnya dengan keras.

Tap,,tap,,tap,,

Seorang wanita paruh baya terlihat berjalan tergesa-gesa di lorong sebuah apartemen. Sejak kemarin perasaanya tidak enak tentang anak lelakinya apalagi saat ia tidak bisa menghubungi anaknya semalam.

Langkahnya terhenti di depan salah satu pintu apartemen.

Duk..duk..

"Donghae" Panggilnya.

Namun tak ada jawaban dari dalam. Ia mencoba kembali.

"Donghae,,Donghae" Teriaknya berharap pintu itu terbuka dan menampilkan sosok anak terseyangnya.

Namun hasilnya tetap sama, pintu itu masih tertutup dan tak ada suara apapun dari dalam.

Ibu Donghae – wanita paruh baya itu – berjalan kembali untuk turun meminta tolong kepada siapa saja agar bisa membuka apartemen milik kekasih anaknya itu.

Klek.

Sunyi dan gelap.

Tangannya meraba kedinding mencari saklar penerangan apartemen ini.

Klik.

Semua lampu pun hidup.

"OMOOO" Teriak wanita paruh baya itu.

"DONGHAE-AH" Kembali teriakannya menggema di ruangan sunyi ini saat melihat anak tersayangnya tergelatak tak sadarkan diri didinding dekat pintu apartemen itu.

Dengan sigap seorang teknisi yang membantu Eomma Donghae membuka pintu apartemen ini mengangkat Donghae.

"bawa dia kerumah sakit" Pekik Eomma Donghae.

Teknisi itu mengangguk dan segera membawa tubuh Donghae ke rumah sakit.

Silau.

Donghae perlahan bangun. Mata segera menyipit saat retinanya menerima cahaya terang dari lampu rumah sakit ini.

"Hyukkie" nama langsung muncul saat ia terbangun.

Donghae langsung terduduk saat ingat kekasihnya itu.

"Hae" teriak Eomma Donghae yang sejak tadi duduk disofa kamar rawat Donghae.

"Eomma?"

"baringkan tubuhmu nak, tubuhmu masih sangat lemah" perintah lembut Eomma Donghae.

"aku dimana? Dan Hyukkie?" tanya nya.

Eomma Donghae terdiam, bingung untuk menjawab apa.

"kau dirumah sakit, eomma menemukanmu pingsan di apartemen Eunhyuk".

"dimana Hyukkie eomma?" Eomma Donghae diam, tidak menjawabnya.

"Dimana Hyukkie Eomma?" Tanya Donghae lagi.

"Eomma tidak tahu hae, Eomma tidak melihatnya sejak kemarin" jawab Eomma Donghae.

Donghae langsung panik, dan tiba-tiba melepas selang infus ditangannya.

"DONGHAE, apa yang kau lakukan?" Teriak Eommanya saat Donghae mencoba bangun dari ranjang.

Donghae tidak menjawab, dia berjalan pelan karena rasa pusing dikepalanya.

"Donghae!" Eomma nya menahan lengan Donghae.

"aku ingin mencarinya Eomma" lirih Donghae.

"kau masih sakit nak" air mata Eomma Donghae pun turun saat melihat anaknya lemah seperti ini.

"aku tidak bisa hidup tanpanya Eomma, aku harus menemukannya" lirih Donghae kembali sambil melepas genggaman tangan Eommanya.

Eomma nya terdiam dan jatuh terduduk ditempatnya.

'kau pasti bisa melupakannya nak'

Sudah lima hari sejak Hyukjae pergi, Donghae terus mencarinya ditempat yang ia tahu. Namun tak juga menemukan kekasihnya itu.

Dan sejak saat itu, tubuh Donghae langsung kurus drastis dan dia benar-benar terlihat seperti mayat hidup. Tatapan matanya kosong, senyum tak lagi terlihat diwajah tampannya. Donghae sekarang hanya berbaring diranjang apartemennya dan Hyukjae. Pergelangan tangannya terpasang infus yang hanya itu satu-satunya asupan yang Donghae terima.

"Donghae, ayo makan nak" Donghae hanya merespon dengan gelengan kepala.

Ibunya meletakkan nampan yang berisi makanan ke meja samping ranjang itu.

"kau harus makan nak" Ucapnya lembut.

"tenang saja Eomma, aku tidak akan mati. Karena aku akan terus menunggu Eunhyuk disini. Mataku akan terus terbuka sampai ia kembali padaku" Ucap Donghae dingin.

3 Bulan kemudian...

Matahari bersinar terang, ini sudah memasuki musim semi.

Suasana sejuk pegunungan membuat namja manis ini betah untuk berlama-lama berdiri disini. Berdiri ditengah-tengah hamparan kebun bunga yang ditanam oleh neneknya sendiri.

"sampai kapan kau akan berlama-lama disana eoh?" suara lembut sang nenek menyadarkannya dari kegiatan menikmati udara pagi setiap hari.

"ish nenek mengagetkanku saja" ucap namja manis itu cemberut.

Ia berjalan kearah neneknya yang berdiri di teras rumah khas korea itu.

"nenek sudah siapkan sarapanmu, ayo makan" ajak neneknya dan langsung melangkah kedalam rumah diikuti namja manis itu.

Bibirnya langsung tersenyum saat melihat hidangan dimeja. Sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya dan segelas susu strawberry kesukaannya, sarapannya kali ini benar-benar sempurna.

Setelah selesai dnegan sarapannya, ia bangkit dati duduknya dan melangkah ke arah neneknya.

"nenek aku pergi dulu" pamitnya kepada Sang nenek yang sangat dicintainya.

Dan ia pun berjalan keluar rumah tua itu, dan mengambil sepedanya yang terparkir di perkarangan rumah ini. Lalu namja manis itupun mulai mengayuh sepedanya meninggalkan rumah nenek nya itu menuju sekolah menengah pertama yang sejak tiga bulan lalu menjadi tempat dirinya bekerja.

Dengan tiba-tiba sepeda itu berhenti sebelum sempat masuk kegerbang sekolah tempatnya bekerja. Matanya menatap kearah serombongan orang berdiri di pintu gerbang sekolah itu, tapi bukan rombongan orang itu yang dilihatnya melainkan sebuah mobil mewah hitam yang sangat dikenalnya.

Tiba-tiba ada harapan dalam hatinya, berharap yang keluar adalah seseorang yang sangat dirindukannya. Airmata mulai menggantung dipelupuk matanya.

Dan

Perasaan kecewa datang saat melihat siapa yang keluar dari mobil mewah itu.

"Hyukjae-ah"

Hyukjae langsung terdiam membatu ditempatnya, dan setetes air mata pun lolos dari pelupuk matanya.

"Eommo-nim".

Belum ada yang mau mengawali percakapan antara keduanya.

Hyukjae mengajak Eomma Donghae ke cafe dekat sekolah tempat ia mengajar. Sejak lima belas menit yang lalu mereka sudah duduk disalah satu bangku paling pojok. Namun sejak tadi belum ada satupun diantara mereka berdua yang mau mengawali percakapan keduanya.

Hyukjae masih terdiam dengan pikirannya, kenapa Eomma Donghae bisa disini? Dari mana ia bisa tahu kalau Hyukjae ada disini? Banyak pertanyaan yang timbul dalam hati Hyukjae.

"bagaimana kabarmu?" akhirnya Eomma Donghae pertama yang memulai percakapan antara keduanya.

"ba-ik" jawab Hyukjae gugup.

Helaaan nafas berat eomma Donghae terdengar.

"Hyuk".

Hyukjae yang sejak tadi menunduk akhirnya mendongakan kepalanya saat Eomma Donghae memanggilnya.

Sungguh kaget Hyukjae saat melihat Eomma Donghae yang ternyata sedang menangis.

"Eomma" ucap Hyukjae lembut.

"maaf, maafkan aku" ucap Eomma Donghae sedikit terisak.

Hyukjae terdiam, bingung.

"maafkan aku Hyuk-ah" ucapnya kembali sambil mengeggam tangan Hyukjae lembut.

Hyukjae menggelengkan kepanya.

"tidak, Eomma tidak salah apa-apa, kenapa eomma minta maaf?" air mata Hyukjae mulai menetes.

"ini semua salahku, memisahkan kalian berdua benar-benar hal paling bodoh yang pernah aku lakukan"

"aku adalah seorang ibu yang perlahan-lahan membunuh anaknya sendiri Hyukjae"

Hyukjae langsung kaget mendengarnya.

"apa maksud Eomma?" panik Hyukjae.

"Donghae, Donghae sekarat Hyuk. Kumohon kembalilah padanya"

"A-apa"

"aku mohon pulanglah bersamaku. Donghae benar-benar sekarat Hyuk"

"dia tidak makan sam sekali sejak kau pergi, hanya tenaga dari selang infus yang sampai sekarang bisa membuatnya terus tersadar. Donghae selalu bilang dia akan terus bangun untuk menunggumu datang kepadanya. Aku benar-benar ibu paling jahat Hyuk, aku seperti membunuh anakku perlahan-lahan" cerita eomma Donghae dengan air mata yang terus mengalir.

Hyukjae hanya bisa diam membatu mendengarkan setiap kata yang Eomma Donghae ucapkan.

"akhirnya aku mencarimu. Aku terus mencarimu kemana-kemana namun hasilnya tetap sama. Kau seperti ditelan bumi, menghilang tanpa jejak. Aku yang frustasi akhirnya menemukan surat tagihan telepon, dan Tuhan memberikanku ide untuk melihat panggilan yang keluar sebelum kau pergi. Dan semua nomor aku coba hingga akhirnya nenekmu mengangkatnya dan mengatakan kau dan di Namwon. Aku langsung pergi kesini dan akhirnya menemukanmu"

Eomma Donghae langsung memeluk Hyukjae.

"pulanglah bersamaku, Donghae benar-benar tersiksa Hyuk" Bisik Eomma Donghae dipelukan Hyukjae.

Hyukjae langsung mengangguk dalam pelukannya.

"ne, eomma"

Tangannya bergetar saat hendak menyentuh gagang pintu apartemen didepannya.

"masuklah, Dia ada didalam Hyuk".

"aku tidak akan menganggu kalian" kata Eomma Donghae.

Hyukjae terdiam sebentar, dan akhirnya dia menyentuh gagang itu dengan masih tangan yang gemetar.

Klek.

Pintu itu terbuka.

Sepi, dan ini sudah larut malam. Hyukjae berjalan pelan kedalam apartemen miliknya yang sudah 3 bulan dia tinggalkan.

Apartemen ini tampak rapi, dan sunyi.

Dada Hyukjae langsung berdetak cepat saat matanya menagkap pintu yang mungkin sosok yang dirindukannya ada didalam, kamarnya dan Donghae.

Hyukjae perlahan berjalan kearah kamar itu sambil memegang dadanya yang berdegup kencang.

Ia berdiri didepan pintu itu, terdiam sejenak.

Tangannya perlahan meraih knop pintu. Dengan sangat perlahan dia membukanya.

Klek.

Suara pintu terbuka itu terasa sangat kuat karena suasana yang sunyi.

Dengan sangat perlahan Hyukjae membuka pintu itu.

Air mata Hyukjae langsung menetes saat melihat sosok yang tidur dibalik selimut di kamar ini.

Sosok yang sangat-sangat dirindukannya sampai rasanya ingin mati.

Sosok yang terlihat lemah dengan selang infus dipergelangan tangannya.

"Hiks" Hyukjae sudah tidak bisa menahan isakannya.

Ia berjalan pelan ke ranjang itu. Bebrusa tidak menimbulkan suara agar namja tampan yang terbaring diranjang itu tidak terganggu.

Tubuh itu benar-benar kurus dan sangat terlihat sekali wajahnya yang terlihat gusar walaupun sedang tidur terlelap.

Drit

Timbul suara deritan saat Hyukjae duduk dipinggir ranjang itu. Tangan gemetarnya perlahan terangkat mengusap wajah tampan dihadapannya. Diusapnya lembur surai yang mulai terlihat panjang.

Tangan Hyukjae langsung terangkat saat tiba-tiba tubuh dibawahnya menggeliat saat disentuhnya. Hyukjae menatap khawatir kearah namja yang tertidur itu.

Perlahan mata itu mulai terbuka dan Hyukjae benar-benar gugup.

Donghae – namja tampan itu langsung kaget saat melihat Hyukjae yang duduk diranjangnya.

Kedua nya saling diam, Donghae terus menatap Hyukjae tanpa berkedip.

"Hae" suara pelan Hyukjae terdengar.

Bruk..

Tubuh Hyukjae langsung terjatuh dalam pelukan Donghae saat tiba-tiba Donghae menarik tangannya.

Hyukjae langsung menangis dalam pelukan Donghae.

"Mian,, hiks,, Mianhae" isak Hyukjae.

Donghae diam tidak menjawabnya, tangannya mengelus punggung Hyukjae yang berada dalam pelukannya.

"Mianhae" sekali lagi Hyukjae minta maaf sambil terisak.

"aku tahu kau pasti akan kembali Hyukkie" ucap Donghae pelan.

Hyukjae mencoba bangkit dari pelukan Donghae. Namun Donghae malah menariknya kembali dan membaringkan tubuhnya di samping tubuh Donghae.

"A-aku.."

"sstt.. jangan minta maaf lagi. Kau ada disini sekarang adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Kumohon jangan pernah lagi pergi dariku Hyukkie" ucap Donghae dengan suara lemahnya lagi.

Hyukjae langsung mengangguk.

"Saranghae" ucap Donghae sambil membelai pipi Hyukjae.

"Nado, nado saranghae hae-ah" jawab Hyukjae. Dan perlahan Donghae memajukan wajahnya dan mata Hyukjae pun langsung terpejam. Kedua bibir merekapun menyatu sempurna, Donghae dengan tenaga lemahnya melumat pelan bibir Hyukae dan Hyukjae pun membalas ciuman Donghae tak kalah lembutnya.

"sekarang kau harus merawatku sampai sembuh ne"

Hyukjae mengangguk antusias dan sekali lagi Donghae membawa kedalam pelukan hangatnya.

END

Endingnya kurang memuaskan ya, hehe mianhae. Buat moment tu lebih susah dibannding buat konflik makanya ff ku belum pada kelar.

Akhirnya HAPPY ENDING.

Aku gak akan pernah buat sad Ending, karena aku gak mau buat appa n eomma sedih T_T.

Terima kasih buat yang sudah mau baca.