Disclaimer: Kuroko no Basuke bukan milikku, tapi milik Fujimaki Tadatoshi. Sementara gambar cover juga bukan milikku

warning: AU, OOC, Slash, Supernatural, typo, etc.

Rating: T

Genre: Adventure, supernatural, drama, etc.


THE EMPEROR

By

Sky


"Seijuurou, suatu saat kau akan menemukan seseorang yang mampu menuntunmu untuk menemukan apa arti sebuah hidup. Percayalah, sayang, hari itu akan datang dan kau akan menemukan kebahagiaan untuk dirimu."

Kalimat itu terngiang berkali-kali di benak pemuda berambut merah darah tersebut, bahkan setiap kali ia memejamkan kedua matanya ia akan mendengarkan suara lembut dari mendiang ibunya terus membisikkan kalimat tersebut. Tidak peduli si empunya suara tersebut telah meninggalkan hidup Seijuurou sejak delapan tahun yang lalu ketika ia masih berusia lima tahun, namun bayang-bayang kalbu tersebut tidak pernah pudar, bahkan terus menjadi-jadi.

Seijuurou mengenggam pistol berwarna silvernya yang bernama Eternal itu dengan sedikit erat, kalimat hantu tersebut selalu memberi efek yang luar biasa bagi hidupnya, bahkan latihan emosi yang ayahnya berikan semenjak Seijuurou masih kecil pun tidak bisa memblokirnya. Dengan kedua mata heterokrom tajamnya tersebut, remaja yang baru menginjak usia 13 tahun langsung membidik targetnya, seorang pria paruh baya yang tengah melambaikan tangannya penuh keangkuhan kepada fansnya di bawah gedung tempat Seijuurou berdiri.

"Pekerjaan kotor ini, entah mengapa aku harus melakukan semua ini." Gumam Seijuurou dengan lirih kepada dirinya sendiri. Wajahnya tidak menampakkan emosi sedikitpun, sementara kedua mata heterokrom dinginnya yang tersembunyi di balik sepasang kacamata berlensa bening yang ia kenakan itu menatap lekat targetnya tanpa pernah melepaskannya.

Harakawa Ken, seorang politikus dari partai oposisi yang berusia 43 tahun. Orang yang cukup berpengaruh di dunia pemerintahan Jepang dan dikenal sebagai pribadi yang memiliki ambisi tinggi. Dari luar ia tampak seperti manusia normal yang tidak mampu melukai siapapun kecuali dengan statusnya, namun Seijuurou tahu benar kalau semua itu adalah kedok belaka. Harakawa Ken yang menjadi targetnya itu tidak lebih dari sesosok vampire yang menggunakan batu adaptasi dan menyamar menjadi manusia, dari informasi yang remaja itu kumpulkan, Harakawa Ken adalah tersangka pembunuhan dari 25 orang korban yang ditemukan di daerah berbeda. Meski terlihat sebagai korban pembunuhan, tapi bagi orang yang jeli dan mengenal dunia supernatural dengan baik mereka akan melihat kejanggalan pada korban yang meninggal tersebut. Kulit mereka membiru dan darah mereka terhisap habis, sebuah perbuatan dari vampire yang tengah kelaparan.

Menjijikan. Hanya kata itu yang terngiang dari benak Seijuurou ketika ia mengamati gerak-gerik targetnya. Kedua manik tajamnya tersebut tidak sekalipun lepas dari sosok sang politikus yang juga seorang vampire, bahkan ketika otaknya mulai berputar suara ibunya yang terus terngiang-nginang itu berhasil ia blokir untuk sementara waktu. Ia tidak membutuhkan pengalih perhatian ketika dihadapkan dengan sebuah pekerjaan dan dalam kondisi seperti ini.

Sebuah seringai tiba-tiba muncul di bibir Akashi ketika ia melihat sang target bergegas menghindari kerumunan para fans dan lainnya, tanpa sadar Harakawa Ken berlari seperti orang yang ketakutan. Sepertinya ia sadar kalau ada seorang emperor yang tengah menargetkan nyawanya saat ini, dan ia ingin kabur dari lokasi tersebut untuk menyelamatkan diri.

"Percuma. Tidak ada yang bisa lolos dari apa yang kulihat. Masa depanmu sudah terlihat dengan jelas, vampire, dan itu adalah kau mati di tanganku dengan bersimbah darah." Kata Seijuurou dengan dinginnya, Eternal yang tergenggam di tangan kanan Seijuurou ia acungkan ke depan tepat di mana target tengah berlari, bahkan gerakan itu tidak membuat Seijuurou kehilangan fokusnya.

Dengan seringai tipis yang masih terpasang di wajahnya tersebut, Seijuurou menarik pelatuk rantai Eternal, membiarkan sebuah butir peluru berwarna silver keemasan melesat dari mulut senjatanya dan terbang ke depan sampai benda itu menembus jantung Harakawa Ken dengan sekali tembakan. Dalam hitungan detik, tubuh vampire itu tergeletak kaku sebelum berubah menjadi abu, meninggalkan pakaiannya begitu saja. Seijuurou sudah bisa mencium aroma berita keesokan harinya, "Harakawa Ken menghilang layaknya ia ditelan bumi".

Malam itu adalah malam di mana bulan merah kembali berpendar dengan anggunnya, terlihat begitu indah dan elegan, tapi keanggunan yang terpancar dari bulan merah tersebut mengisyaratkan satu hal yang sangat penting. Peperangan di dunia supernatural telah mencapai puncaknya dan tidak diketahui sampai kapan semua ini akan berakhir.

Selain menjadi simbol bisu dari peperangan yang telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu, bulan merah tersebut juga menjadi simbol bahwa lagi-lagi seorang Akashi Seijuurou berhasil membunuh targetnya dan sukses menjalankan misinya lagi. Anak itu lagi-lagi menatap bulan tersebut dengan dingin seusai meletakkan Eternal kembali ke dalam saku mantel yang ia kenakan. Cukup lama ia memandangi bulan, mungkin lebih dari tiga menit lamanya sebelum tatapannya beralih ke langit malam yang bersih dari kerlipan bintang.

Seijuurou tersenyum kecil ketika ia menemukan fakta yang aneh tersebut, tapi ia tidak memberikan komentar apapun kecuali gumaman lembut, "Selamat ulang tahun, Okaa-sama. Semoga kau senang dengan hadiahku. Dan selamat tahun untukku juga." Tangan kirinya meraih kacamata yang ia kenakan dan melepasnya dengan mulusnya dari batang hidungnya, membuat sepasang manik heterokrom tersebut terlihat dengan jelas tanpa ada benda yang menghalanginya. "Ironi sekali, bahkan di malam ulang tahunku pun adalah malam di mana Okaa-sama berulang tahun dan melepas nafas terakhirnya."

Sebuah tawa kecil melesat dari bibirnya, Seijuurou rasa ia mulai kehilangan pikirannya. Sebagai seorang hunter dan seorang Akashi, kehilangan pikiran adalah hal terakhir yang harus terjadi pada dirinya, bahkan nyatanya ia harus menghindari semua ini agar fokusnya tidak kehilangan arah. Ia melakukan ini untuk terus menyembunyikan keberadaannya, dan apabila Seijuurou kehilangan fokusnya, bukan saja dunia yang menjadi taruhannya namun nyawanya juga akan melayang.

Hidup di dunia di mana supernatural dan manusia biasa hidup adalah hal yang sangat berbahaya. Bila sedikit pun kau lengah dalam penjagaanmu, bisa dipastikan kau akan kehilangan nyawa dalam sekali kedipan. Mungkin terdengar konyol, tapi itu adalah kenyataan. Manusia biasa mungkin tidak akan mempercayainya, mereka tidak bisa melihat maupun memiliki kekuatan supernatural sehingga mereka beranggapan vampire dan sejenisnya hanyalah isapan jempol belaka. Namun pada kenyataannya, makhluk supernatural itu nyata dan siap memangsa mereka. Hal seperti ini telah berjalan sejak ribuan tahun yang lalu, dan semenjak itu telah timbul banyak korban dari para manusia.

Tapi di tengah konflik yang melanda umat manusia, beberapa individu dari ras manusia terlahir dengan kekuatan spesial mulai dari yang sederhana sampai yang terkompleks. Mereka adalah orang-orang yang mampu memahami dan melihat hal yang tidak bisa terjadi pada kebanyakan orang, dan beberapa dari manusia yang memiliki kekuatan supernatural itu memutuskan untuk menjadi hunter untuk melindungi orang terkasih mereka dari menjadi mangsa makhluk supernatural.

Dan seorang Akashi Seijuurou pun tidak terkecuali. Diusianya yang baru menginjak angka 13 tahun itu pun telah menjadi seorang hunter di usianya yang masih sangat belia, tidak tahu apa alasan sebenarnya mengapa ia memilih untuk menjadi hunter, tapi Seijuurou termasuk dalam jajaran hunter terkuat pada masa itu, tidak peduli dengan berapa usianya saat ini. Dengan senjatanya yang bernama Eternal, sebuah pistol berwarna silver dengan ukiran huruf petir pada bagian badannya dan berpendar silver, Seijuurou berhasil menjadi salah satu hunter terkuat dan ditakuti. Siapa saja yang berhadapan dengannya akan serasa berhadapan dengan dewa kematian yang siap mencabut nyawa orang tersebut. Ia adalah Emperor, dan apa yang ia lakukan adalah absolute. Tidak heran kalau kode namanya adalah Emperor menjadi hal yang sangat ditakuti di dalam dunia supernatural. Sayang, Seijuurou memutuskan untuk berhenti menjadi hunter dua tahun yang lalu tanpa alasan yang tidak diketahui oleh orang lain kecuali dirinya, meskipun begitu ia akan meneruskan pekerjaan ini kalau ia merasa bosan dan pada mood tertentu seperti sekarang ini.

Sebuah bunyi getaran ponsel yang bergetar di saku celana Seijuurou membuatnya tersadar dari lamunan, anak itu mengambil ponselnya yang berwarna merah dari dalam saku celana hitamnya. Salah satu dari kedua alisnya yang elegan tetsebut terangkat ketika ia melihat nama ayahnya tertera di layar ponselnya yang tidak kunjung mau berhenti. Untuk sesaat Seijuurou membiarkan benda itu bergetar tanpa suara di genggamannya, tapi lama-kelamaan ia merasa kesal juga sehingga ia pun menerima panggilan dari sang ayah.

"Seijuurou." Suara dingin ayahnya terdengar sesaat ia menerima panggilan itu, tapi remaja tersebut tidak merespon sedikitpun. "Aku ingin bertemu denganmu."

Bibir Seijuurou terangkat sedikit membentuk senyuman dingin, apa yang diinginkan ayah "tersayangnya" ini sekarang? Begitulah hal yang tergambar di benak remaja itu. Lima kalimat terlontar dari ayahnya lewat telepon, dan secepat itulah sambungan telepon mereka diputuskan oleh ayahnya, bahkan Seijuurou tidak sempat menanggapi kalimat tersebut.

Menghela nafas dalam-dalam, Seijuurou pun akhirnya memasukkan benda mungil berwarna merah tersebut kembali ke dalam saku celananya. Sejak kematian ibunya, hubungan Seijuurou dan ayahnya memang tidak pernah baik, bahkan ayah tersayangnya itu sepertinya sengaja membuang anaknya agar rasa sakit kehilangan orang yang dicintainya tidak lagi bergejolak di dalam hatinya. Bagaimana tidak? Meskipun Seijuurou memiliki wajah dan ekspresi dari ayahnya, tapi secara tidak langsung anak itu mengingatkannya pada mendiang istrinya, ibu Seijuurou. Dan melihat semua itu akan meremukkan hati ayahnya. Ayahnya tahu itu, dan Seijuurou pun tahu itu sehingga ia tidak mengutarakan sedikit kalimat protes pun ketika sang ayah memutuskannya untuk keluar dari manor utama yang ada di Kyoto dan menyuruhnya tinggal di salah satu manor yang lebih kecil di kota yang sama. Alasannya singkat, ayah Seijuurou menginginkan anak itu untuk menjadi sosok yang mandiri dan bertanggung jawab, sebuah alasan yang tidak dapat diterka dan sangat ketahuan kebohongannya.

Tapi bagi Seijuurou hal itu tidak masalah baginya, dengan begitu ayahnya tidak akan terlibat dalam dunia gelap yang selalu menyelimuti tubuh kecilnya. Bahkan tidak ada yang mengetahui kalau Seijuurou adalah seorang hunter sejak ia masih kecil, kecuali mendiang ibunya tentunya, sebab ibunyalah sendiri yang melatih Seijuurou menjadi seperti itu.

"Sepertinya aku tidak punya alasan untuk tidak datang." Gumam Seijuurou lagi pada dirinya sendiri, mau tidak mau ia harus menemui sang ayah dan mendengarkan apa yang diinginkan laki-laki yang mengaku dirinya sebagai ayah Akashi Seijuurou.

Dengan langkah pelan yang hampir tidak bersuara, Seijuurou berjalan menghampiri pembatas gedung dan akhirnya melihat ke bawah. Gedung yang ia tempati saat ini adalah gedung berlantai 35 dan ia berdiri di atasnya. Melompat dari tempat ini bukanlah hal yang sulit dilakukan oleh Seijuurou, dan semenjadi anak itu bukanlah anak biasa maka ia tidak akan meninggal begitu saja meski ia melompat dari gedung yang tinggi.

Dinginnya angin malam sama sekali tidak ia hiraukan, apalagi saat ini ia hanya mengenakan kemeja hitam berlangan panjang yang dibalut dengan mantel berwarna senada yang panjangnya selutut. Bagian bawah mantel Seijuurou melambai-lambai ketika diterpa oleh angin, memberikan kesan kalau remaja berambut merah darah tersebut memiliki aura yang misterius, dan itu tidak jauh dari kenyataannya. Dengan ekspresi dingin yang terlintas pada wajahnya, Seijuurou pun melompat dari atas gedung yang tinggi tersebut, gravitasi yang ada di sana membuat tubuhnya terus jatuh dan jatuh, mantelnya yang ia kenakan melawan gravitasi untuk beberapa saat sebelum mengikuti gerakan Seijuurou. Saat orang pada umumnya akan tewas ketika menjatuhkan diri dari atas gedung yang tinggi, hal ini tidak berlaku pada remaja tersebut, jangan-jangan tewas bahkan remaja itu mendarat dengan kaki kanannya sedikit tertekuk sementara kedua tangannya menyentuh tanah, dan yang ia lakukan itu terlihat begitu mulus, layaknya seekor kucing yang mendarat di atas tanah setelah menjatuhkan dirinya dari pohon.

Setelah aksi yang ia lakukan itu, Seijuurou berdiri lagi dan memutuskan untuk berjalan lagi menuju ke tempat ayahnya berada. Sosoknya pun tidak lama kemudian tidak kelihatan lagi.


Manor Utama Kediaman Akashi, Kyoto

"Selamat datang kembali, Seijuurou-sama." Sambut seorang butler keluarga Akashi ketika Seijuurou datang ke kediaman utama.

Remaja bermata heterokrom tersebut berhenti di ambang pintu dan memperhatikan pria berusia 50 tahunan yang telah menjadi butler di keluarganya sejak ia masih kecil. Dengan anggukan kecil dari dirinya membuat butler tersebut tersenyum dan membungkukkan badannya, menyambut sang tuan muda yang tidak lama kemudian beranjak dari tempatnya berdiri untuk menuju ke ruangan di mana ayahnya telah menunggu.

Kediaman utama keluarga Akashi terlihat jauh lebih besar dari manor tempat Seijuurou tinggal, ia tidak heran lagi tentunya bila mengingat kalau rumahnya adalah manor tambahan dan bukan kediaman utama. Saat ia melewati koridor yang panjang, kedua matanya menangkap sebuah bingkai kayu yang memuat foto keluarga Akashi, di mana di sana ada ibunya, ayahnya, dan Seijuurou yang masih bayi serta berada di gendongan ibunya. Hati kecil Seijuurou memintanya untuk berhenti dan mengamatinya untuk beberapa saat, namun otak rasional Seijuurou memerintahkannya segera menemui ayahnya. Semakin cepat ia mendiskusikan keinginan ayahnya, maka semakin cepat pula ia bisa keluar dari tempat ini.

"Di sini." Gumam Seijuurou singkat, ia memutar knop pintu dan membuat pintu di hadapannya terbuka sebelum ia memasuki ruangan itu.

Ruangan yang Seijuurou masuki adalah ruangan tengah di dalam Akashi manor, bisa dikatakan seperti ruang keluarga tapi maknanya terasa asing bila itu menggambarkan keluarga Akashi. Dari ujung matanya Seijuurou menemukan sosok ayahnya tengah berdiri di hadapan sebuah jendela, kedua matanya menatap ke arah luar semanta ia memunggungi remaja tersebut. Seijuurou melihat ayahnya tengah larus dalam pikirannya, hal ini terbukti ia tidak mengetahui keberadaan sang anak yang baru saja memasuki ruangan yang sama dengannya.

"Otou-sama." Panggil Seijuurou dengan suara tegas, ia pun mendekat ke arah sang ayah sampai ia berdiri dengan jarak dua meter dari kepala keluarga Akashi tersbut.

Panggilan darinya tersebut berhasil menyadarkan sang ayah. Namun alih-alih ia berbalik, sang ayah masih memunggungi Seijuurou dan menatap ke arah luar, seperti ada yang tengah ia pikirkan dan hal itu membuatnya terganggu.

"Seijuurou, aku senang kau masih mau datang ke sini karena panggilanku." Ujar sang ayah, ia menoleh sedikit ke arah Seijuurou. "Hm, kau sudah tumbuh besar sekarang."

"Lebih dari apa yang kau lihat, Otou-sama. " Kata remaja bermata heterokrom tersebut, wajahnya masih absen dari segala emosi. "Aku tahu kalau kau memanggilku ke sini bukan karena kau ingin melihat bagaimana keadaanku atau sekedar ingin berbincang-bincang denganku. Katakan apa maumu, Otou-sama."

Apa yang Seijuurou katakan bukanlah sebuah permintaan atau pertanyaan, melainkan sebuah perintah yang tegas namun berlapis dengan nada dingin. Ayah Seijuurou yang mendengar kalimat anaknya hanya menyeringai kecil, kedua manik merahnya berkilat penuh kesenangan di sana, satu hal yang Seijuurou benci dari ayahnya. Sepertinya sang ayah akan memainkan permainan yang baru.

"Kenapa, Seijuurou? Apa kau tidak rindu pada ayahmu ini?" Tanya Ayah Seijuurou dengan nada mencemooh, kali ini ia membalikkan badannya dan berhadapan langsung dengan anaknya.

Seijuurou menyipitkan kedua matanya, kalau saja ia bisa membunuh manusia di hadapannya ini dengan cepat maka semuanya akan berakhir, tapi sayangnya ia tidak bisa melakukan hal itu.

"Kau dan aku tahu kalau aku tidak pernah merindukanmu." Seijuurou mengatakan hal yang terakhir ini dengan dingin, hubungan mereka berdua memang tidak pernah baik.

Ayah Seijuurou menggelengkan kepalanya dengan gerakan yang masih mencemoohnya. Ia tahu kalau Seijuurou tidak akan terpedaya dengan aktingnya, mereka berdua sama-sama Akashi dan seorang Akashi harus bisa menguasai arena permainan dan menang. Akashi Seijuurou benar-benar tumbuh menjadi sosok remaja yang ideal, bahkan Ayah Seijuurou pun mengakui hal itu. Anaknya telah menyiapkan segalanya dengan matang-matang dan semua itu diketahui baik olehnya. Tapi pertanyaannya sekarang adalah, apakah Seijuurou mengetahui rencananya sekarang ini? Ayah Seijuurou berani bertaruh kalau putranya belum mengetahui malam ini, sampai ia memberitahunya tentunya.

"Langsung mengenai tujuan tanpa basa-basi seperti biasanya. Baiklah kalau begitu." Kata Akashi Akihiko, nama ayah dari Seijuurou.

Seijuurou memperhatikan sosok ayahnya dengan seksama, ia tahu kalau ayahnya tengah mempermainkan sesuatu dan sesuatu itu pasti berhubungan dengan dirinya. Tapi apakah itu ia pun belum tahu. Seijuurou mencoba untuk bersabar, cepat atau lambat sang ayah akan menunjukkan taringnya yang sebenarnya. Akihiko mengambil sesuatu dari saku celananya, dan Seijuurou semakin tidak mengerti ketika sang ayah mengambil selembat foto dari sana. Foto? Foto siapa?

Berbagai pertanyaan muncul di benak Seijuurou, tapi semua itu tidak mengkhianati ekspresinya. Masih membeku seperti biasanya, tapi seringai penuh kemenangan yang ditunjukkan sang ayah membuat alis Seijuurou berkedut, rasa kesal mulai melanda.

"Anggap saja ini sebagai hadiah ulang tahun dariku dan ibumu, Seijuurou." Ujar Akihiko dengan nada santai, ia pun melemparkan foto yang ia pegang tersebut ke arah anaknya.

Dan sesuai dugaan, Seijuurou pun menangkap foto tersebut dengan mulus. Kedua mata heterokromnya menatap sosok sang ayah dengan tajam sebelum beralih untuk melihat foto siapa itu. Di foto itu terlihat seorang anak kecil yang sangat imut yang berusia kurang lebih lima tahun, anak itu tengah duduk di atas sebuah ayunan dengan wajah polos nan manis tergambar di ekspresi datarnya. Rambut berwarna biru langit menambah kemanisan anak tersebut, namun yang paling menarik dari semuanya adalah sepasang bola mata besar berwarna senada balik menatap Seijuurou. Dalam artian singkat, anak laki-laki yang ada di dalam foto tersebut sangat imut, dan bila ia tumbuh dewasa kelaknya pasti ia akan menjadi sosok yang manis.

Namun tetap saja, Seijuurou masih tidak bisa mengartikan perkataan ayahnya. Akihiko memberinya foto tetsebut dan mengatakan kalau ini adalah hadiah ulang tahunnya dari ibu dan ayahnya. Apa maksudnya itu?

"Kelihatannya kau masih belum mengerti juga, Seijuurou." Akihiko menghela nafas kecil sebelum mulai melanjutkan perkataannya, ia akan menikmati sedetik dari moment ini. "Nah, Seijuurou, foto anak yang ada di foto itu diambil delapan tahun yang lalu. Namanya adalah Kuroko Tetsuya, dan dia adalah tunanganmu."

Otak encer Seijuurou yang biasanya langsung tersambung dalam segala situasi terasa terputus saat ayahnya mengatakan kata "tunangan". Serasa tidak percaya, remaja bermata heterkrom itu melihat ke arah foto yang ia pengang tersebut sebelum kembali ke sosok ayahnya.

"Tunangan?" tanya Seijuurou yang diiringi oleh nada berbahaya di sana.

Seringai Akihiko semakin melebar, "Iya. Tunanganmu, Seijuurou." Dan tiga kalimat dari ayahnya diucapkannya dengan penuh kemenangan, seolah-olah Akihiko telah memenangkan sebuah duel maut di dalam peperangan/ Dan ekspresi Seijuurou lumayan membuatnya terhibur.


AN: Terima kasih sudah mampir dan membacanya

Author: Sky