Itachi memasukan tangannya ke saku celana bahan hitam yang dia pakai saat ini. Pria berambut hitam panjang itu tersenyum di setiap langkah lebarnya. beberapa karyawati yang berpapasan dengan Itachi merona melihat senyum tampan sang atasan, ada yang diam dengan tumpukan map yang terjatuh berserakan di lantai, menabrak tembok, bahkan sampai ada yang terjungkal dari kursi.

Itachi hanya melempar senyum, berjalan santai melewati karyawati yang melongo terpesona senyumannya, menuju ruangan adiknya. Menghela nafas pelan Itachi memejamkan mata sesaat lalu membukanya. bibir tipisnya melukiskan senyum bahagia. "Haahh…" helanya dengan senyum lebar. Tidak peduli dengan tatapan aneh para pegawai yang dilewatinya. Dia bahagia, sangat bahagia.

Gadisnya sudah sampai di Konoha dan mungkin tengah bersiap untuk kencan pertama nanti malam. "Sakuraaa..." gumam pria berumur dua puluh delapan tahun itu. Malam ini akan menjadi malam yang luar biasa—kencan. Makan malam, belanja, membeli pakaian sexy untuk gadisnya. Dia sudah menyiapkan semuanya dari dua hari yang lalu, memesan ruangan restoran berkelas dan membooking pusat perbelanjaan milik sepupunya, Uchiha Obito. Sakura tidak suka keramain Itachi melakukan ini untuk membuat gadisnya nyaman saat makan dan berbelanja dengannya nanti. Itachi tidak sabar ingin melihat tubuh mungil Sakura memakai gaun ketat sexy yang akan di pilihkannya nanti. Yah, walaupun Sakura tetap terlihat sexy dengan kaus yang sering gadis itu pakai.

.

.

.

.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto. Sejelek dan senistanya fic ini tolong jangan benci Pair/Chara di dalamnya.

.

.

.

.

Menarik handle pintu kayu mahoni di depannya dia masuk tanpa izin, berjalan cepat saat melihat orang yang sejak tadi dicarinya sibuk dengan tumpukan map di meja kerja. Itachi berdiri di samping meja kerja pria yang terlihat serius berkutat dengan map dan laptopnya. "Sasu…" panggilnya manja—menepuk bahu pria sok serius yang ada di hadapannya.

"Hn." Yang dipanggil tetap acuh, memberikan respon yang tidak berarti.

"Nanti malam aku ada meeting." Pria yang dipanggil Sasu itu melirik Itachi sekilas melalui ekor matanya."Bisakah kau gantikan aku?" Itachi nyengir lebar. Tangannya menggaruk belakang kepala yang tak gatal kala mata tajam pria di depannya menatapnya tajam seolah menusuk dirinya. "Ayolahh... Kali ini saja, kau tau aku hanya percaya padamu." Rajuk Itachi dengan wajah memelas. Merasa diacuhkan dia kembali bersuara. "Ini kencan pertama…"

"Kencan?"

"Ya, kencan." Ia tersenyum senang, "Mau membantu?"

Sasu mendengus, "Dengan Sasori?" Ejeknya yang dihadiahi jitakan keras di kepala.

"Sialan! Aku normal!"

...

Sasuke menyandarkan kepalanya yang sedikit sakit di sandaran kursi kerja. Lelaki berambut raven itu tersenyum mengingat kelakuan kakaknya yang tidak biasa. Aneh, ya ini aneh. Ini pertama kali dalam seumur hidupnya Itachi meminta bantuan menggantikan meeting nanti malam, kenapa tidak meminta bantuan orang lain—mungkin sekretaris barunya yang terlihat keluar dari ruangannya. Sasuke tidak habis pikir Itachi bisa menyukai perempuan. Dikiranya Itachi gay mengingat dia tidak pernah melihat lelaki itu dekat dengan wanita manapun. Dia penasaran pada Wanita yang mengambil hati Itachi. Kira-kira Siapa gadis itu? Seperti apa rupa-nya—ah!

Siapa peduli!

Mikoto menghentikan kegiatannya menata bunga mawar segar yang baru dia ambil dari kebun belakang saat melihat Itachi berjalan santai menuruni anak tangga berputar. Raut wajah wanita itu heran. Tak percaya bahwa Itachi, putranya, tampak berbeda dari biasanya. Blazer hitam dengan kaus putih polos sebagai dalaman, dan bawahannya celana jeans biru— tidak memakai jas seperti biasanya. Mau kemana dia? "Itachi, kau sudah pulang." Sapa Mikoto. Wanita cantik berambut hitam itu kembali pada kegiatannya menata bunga di vas cantik yang nantinya akan dia letakkan di kamar pribadinya.

Itachi tersenyum. Pria berpakaian casual itu mempercepat langkahnya lalu memeluk Mikoto yang duduk di sofa dari belakang. "Hai, Bu." Sapanya. Dia mencium pipi kanan kiri sang ibu. "Aku izin pergi," Itachi meminta izin yang di balas senyuman manis oleh Mikoto.

"Hm. Hati-hati Itachi." Nasihat Mikoto pada Itachi.

"Hn." Gumam Itachi sambil berlalu meninggalkan Mikoto yang menatap punggung lebarnya dengan tatapan heran.

...

Slip dress warna ungu cantik dengan bahan lembut dan ikatan di bagian leher. Sakura menghela nafas melihat penampilannya di cermin kecil meja rias kamar apartemen Itachi. Apa pantas memakai pakaian seperti ini untuk berkencan? Ini terlalu sexy! Dan sangat pendek, bagian dada terlalu terbuka!

Sakura mendengus dengan bibir mengerucut sebal. Gadis berambut pink ini baru sampai dari Suna dan pria tampan ,yang menyuruh orang menjemputnya dari Suna yang menjabat menjadi kekasihnya itu tidak memberi kesempatan untuk beristirahat, malah memaksa untuk berkencan. Satu tahun menjalin hubungan tapi belum pernah berkencan. Ini yang pertama, dan Sakura tidak dapat menolak. Mungkin pasrah adalah jalan terbaik. Toh, hanya makan malam tidak akan memakan waktu lama. Menggidikkan bahu tidak peduli, dia mendekati lemari kecil di samping tempat tidur apartemen kekasihnya, yah dia hanya menumpang. Sebenarnya Sakura tidak mau tapi orang 'itu' memaksa. jangan tanya dia mendapatkan baju sexy ini dari mana! Tentu saja karena pria Uchiha itu yang menyiapkan untuknya, dan pria itu juga berpesan ada high heels di laci lemari kecil di samping tempat tidur.

"Sexy sekali.." dia berkomentar pada bayangannya sendiri di cermin. Tak berapa lama bel apartemen berbunyi 'Mungkin itu Itachi.' Pikir wanita dua puluh tahunan itu. Sakura sedikit berlari menuju pintu apartemen. Tidak sabar ingin bertemu Itachi yang sangat dia rindukan.

.

.

.

.

...

.

.

.

.

Itachi terdiam dengan mulut menganga menatap wanita merah muda di depan pintu. Terpesona melihat wanitanya yang memakai pakaian sexy, slip dres. "Waw.." komentar Itachi. Gadis-nya terlihat manis dan lezat. Dia menyeringai lalu mengapit tubuh kecil Sakura ke pintu, "Bisa kita batalkan kencannya?" Bisiknya menggoda. Tangan Itachi memainkan rambut Sakura dengan telunjuk dan ibu jarinya.

"Apa!?" Sakura tampak tidak mengerti. Batalkan. Itu artinya dia bisa beristirahat di tempat tidur yang empuk. Menarik nafas tak percaya Sakura tersenyum senang. Awalnya dia berpikir, Itachi adalah pria egois yang tidak memikirkan penderitaannya, Ternyata Itachi tidak seegois itu. Sakura baru akan meloncat senang, tapi tubuhnya terangkat terlebih dahulu ke udara—berputar.

"Kyaa!" Sakura memekik. Di peluknya erat leher Itachi.

"Hmph! Hahaha..." Lelaki itu tertawa sambil membawa tubuh Sakura untuk berputar bersamanya, lalu menjatuhkan diri bersama di sofa. "Jangan senang dulu." Disentilnya jidat Sakura yang kini terlentang di bawah tubuhnya. "Kita kencan di tempat tidur..." Sakura baru akan beragumen, tapi Itachi lebih dulu mencium bibirnya walau singkat. "Jangan kemana-mana." Ancam Itachi seraya berlajalan menuju pintu, menguncinya. Sakura merona.

Itachi mendekat, membelai lembut sisi wajah Sakura. Perempuan itu tampak gelagapan. "Itachi.. In~umm..." Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, lidah Itachi terlebih dahulu masuk kerongga mulutnya, menjilat dan menghisap kuat bibirnya. Ciuman mereka terputus. "Hahh... hah~, tidak benar." Itachi terus mengecup lembut dan singkat bibir Sakura.

"Kenapa?" Bisik Itachi. Jelas saja Itachi kecewa ketika Sakura menolaknya.

"Kita belum resmi." Cicit Sakura, pipinya memanas.

Itachi terkekeh. "Aku akan mengenalkanmu pada ayah dan ibu." Dikecupnya lagi bibir Sakura lembut.

"Tapi… Itachghh ahhh~"Sakura menegang ketika Itachi menghisap payudaranya dari luar. "Ki~thaa… Enghhh—kenchaan sajhaa—ah!" Bujuk Sakura di sela desahannya.

"Tidak mau." Tolak Itachi telak. Lelaki itu mengelus payudara Sakura, meraba masuk kedalam dress. Ia tidak tampak kesulitan saat tangannya mengeluarkan dua bongkahan kenyal milik Sakura yang langsung di sambut lidah lembutnya. Itachi menghisap puting susu Sakura di bawah tindihan tubuhnya, menjilat, mengigit kecil dan menghisapnya lagi. Sakura menggeliat di bawah tubuh Itachi, mendorong kuat kepala lelaki itu untuk menjauh dari payudaranya. Menarik naik dress Sakura sampai pinggang, Tangan kekar Itachi mengelus perut rata Sakura lalu turun ke bokong. Dia meremas bokong Sakura bermain di paha dan merambat ke selangkangan. Telunjuk Itachi tidak tinggal diam. Menekan-nekan bibir bawah Sakura di balik G-string merah yang di pakai wanita-nya, menusukkan jarinya. Dia menarik ke G-string Sakura kesamping lalu memasukan jari tengahnya di belahan bibir bawah Sakura.

"Ahhghh… Tachiii…" Jerit Sakura saat Itachi memasukkan jari kelipatannya. "Ugghh.. Perih," Rintihnya lagi yang langsung dibungkam mulut Itachi. mata Itachi terpejam nikmat merasakan denyutan bibir bawah Sakura yang menghisap jarinya, susah payah dia bernafas. Sakura sempit. Sangat sempit dan basah. Dia menarik Sakura ke sandaran sofa. Melebarkan kaki Sakura dan menarik G-string merah yang kemudian di lemparnya asal. Di pandangi nya milik Sakura yang mengkilat basah terpantul cahaya. "Enghh..." Sakura mengerang saat Itachi menjilat miss V nya. memasukan lidahnya kedalam kewanitaan Sakura, mengocok lipatan lecil basah itu dengan lidahnya. Dia menhisap cairan kental milik Sakura, menelan cairan itu sampai habis. "Aku ingin memilikimu malam ini, bisakah?"

"Aku tidak mau." Sakura cemberut saat mengatakannya.

Berdiri dari sofa Itachi membenarkan letak celananya yang sempat terlepas. "Hn." gumam sulung Uchiha itu ambigu. Itachi Menarik tangan mungil Sakura, memaksa gadis itu ikut berdiri dengannya, lalu memeluk tubuh Sakura erat. Hidung mancung Itachi menciumi rambut merah muda Sakura, menghirup aroma wangi cherry yang menguar dari helaian merah muda Sakura rakus. Di sela ciumannya Itachi menyeringai. dengan slow- motion Itachi mangangkat tubuh Sakura tinggi. menggendong Sakura seperti menggendong karung beras, Menaruh Sakura-nya di pundak lebarnya yang kokoh.

"Kyaa~h..." Sakura memukul punggung Itachi. "Itachi, lepas kan aku!" Teriaknya di sela pukulan- pukulan kecil pada punggung Itachi.

Itachi terkekeh merasakan tinju kecil Sakura menghantam punggungnya yang tidak lebih dia anggap pijatan sayang Sakura untuknya. "Minta di lepaskan? Jangan terlalu berharap." jawabnya enteng menepis perasaan sesak saat lagi-lagi Sakura menolaknya. Itachi Membawa Sakura kekamar yang tak jauh dari sofa. Dia sudah menunggu lama untuk ini, menunggu kesempatan dimana Sakura akan menjadi miliknya. Itachi mencintai Sakura tulus, tidak peduli pada masa lalu Sakura yang suram, tapi kenapa Sakura selalu menolak saat dia mengajaknya main di ranjang. Satu tahun menjalin hubungan dan ini kencan pertama, bukan karena kesibukan Itachi, pria itu selalu menyempatkan waktu. Sakura yang selalu menolak ajakkannya, Sakura takut keramaian, takut kegelapan dan takut pada hujan. Gadis berambut merah muda itu aneh, suka menangis tanpa sebab, mengigau saat tidur dan Itachi tahu apa yang membuat Sakura seperti itu, bayangan masa lalu.

.

.

.

.

.

...

Menjatuh kan Sakura di atas ranjang, Itachi menangkup wajah Sakura dengan telapak tangan besarnya lalu menarik tubuh kecil Sakura jatuh di pelukannya. "Untuk kali ini, tidak ada penolakan." bisiknya pelan. Itachi melumat habis bibir Sakura seraya mengangkat tubuh kecilnya, memindah kan Sakura ke tengah ranjang. Melepas celana jeans nya Itachi membiarkan Sakura yang mundur menjauh. Lelaki berparas tampan itu tersenyum menawan seraya mengigit bibir bawahnya lapar.

Sakura terus memundurkan tubuhnya kebelakang sampai punggungnya menyentuh kepala ranjang, dia menatap Itachi takut saat Itachi naik, menatapnya lapar. Sakura meringis, Tidak ada kesempatan untuk melarikan diri. Sakura membenarkan dressnya yang berantakan, menarik selimut tebal di atas ranjang dia menutup seluruh tubuhnya, meringkuk seperti anak kucing yang ketakutan. Di tatapnya Itachi kesal. "Jangan macam-macam Itachi, atau aku akan berteriak." ancam Sakura di balik selimut. Dia takut, ada sesuatu yang tidak dia mengerti dan ketahui membuatnya takut.

Itachi menarik kaki Sakura, membuat wanita itu kembali berteriak. Dia merangkak naik ke atas tubuh Sakura, "Aku sudah bilang, tidak ada penolakan." Menatap sepasang emerald berkaca-kaca di bawahnya Itachi Mencium bibir Sakura yang bergetar ketakutan lembut. tidak mengizin kan Sakura berbicara lebih Itachi melumat bibir lezat Sakura.

"Engh~" Sakura mengerang di sela ciumannya dengan Itachi. Tangan Itachi tidak tinggal diam. meremas payudara Sakura gemas. "Akh!" Sakura memekik kencang. Itachi memilin puting nya dari luar dress. Itachi kembali mengeluarkan dua bangkahan kenyal itu dari tempatnya lalu menghisapnya. "Enghh.." Sakura terkulai lemas di ranjang.

Menyingkap dress Sakura sampai pinggul Itachi. Menempat kan kejantananya di antara selangkangan Sakura, "Aku tidak sabar berada di dalam mu, Hime .."

"Akh! Itachi.."pekik Sakura. Air mata menggenang di sudut matanya, menahan perih. Separuh kepala kejantanan Itachi memasuki vaginanya.

Itachi menghentak kesejatiannya keras sampai tenggelam sepenuhnya di dalam diri Sakura. Lelaki Uchiha itu melenguh keenakan. Vagina Sakura membungkus ketat dan meremas kejantanannya, Sakura sangat sempit. Itachi tahu sesuatu yang tidak di ketahui perempuan di bawahnya, Sakura tidak perawan, dan Sakura tidak tahu karena dia lupa pada semua masa lalunya yang kelam.

Itachi mengusap pipi Sakura lembut. "Apa sakit?" Tanyanya lirih. Itachi tidak peduli dia bukan yang pertama untuk Sakura, karena Itachi tahu Sakura hanya korban. Sulung Uchiha itu tersenyum, Ada perasaan bangga mengingat Sakura yang pertama untuknya.

"Eng~h Itachihh ~"

"Kalau kau menyuruh ku berhenti, aku tidak mau." Itachi memaju mundur pinggulnya perlahan. Mengenal kan pada Sakura betapa nikmatnya bercinta. Wanita itu melenguh di bawahnya, membuat Itachi tidak dapat untuk tidak tersenyum. "Aku berjanji Sakura, aku akan bertanggung jawab." bisik Itachi di sela lenguhan nikmatnya.

.

.

.

.

.

.

.

OoO

.

.

.

"Itachi belum pulang?" tanya Sasuke pada ibunya yang tengah mengambil kan makanan untuk ayahnya. Dia mengambil roti isi yang sudah di sediakan Mikoto sambil menarik kursi lalu medudukkan pantatnya disana, berhadapan-hadapan dengan Mikoto.

Mikoto melempar senyum pada Sasuke yang duduk di sebrang meja. "Belum."

"Hn." gumam Sasuke. Dia kembali mengambil roti isi di atas meja.

"Kau tidak sarapan Sasuke?" Tanya Mikoto seraya menatap Sasuke yang beranjak dari kursi, mau meninggal kan meja makan.

"Aku buru-buru."

.

.

.

.

.

Ooo

Sasuke memarkir asal Lamborghini Gallardo miliknya di halaman rumah kayu usang. Memprhatikan setiap sudut rumah reot di depannya Sasuke membawa kakinya melangkah memasuki bagian dalam rumah itu. Masih sama seperti 4 tahun yang lalu tidak banyak yang berubah. hanya kotor dengan sarang laba-laba di mana- mana, meja, kursi, dan sebuah ranjang terbuat dari kayu yang lapuk di makan rayap dan usia. Tangan Sasuke menyentuh atas ranjang dengan ujung jarinya, berdebu. Sasuke Memejamkan mata, suara desahan, lontaran kata kasar, di keluar kan pihak sekolah, seorang gadis berkaca mata. Semua menghantui pikirannya. Mengabaikan bayangan masa lalu Sasuke mendekati jendela di sudut ruangan. Di sentuhnya bunga kering di dalam pot kecil di bingkai jendela.

"Kau suka tulip."

'hm, ' seorang gadis mengngguk. 'sangat suka.'

"untuk mu…"

'benarkah?'

"Hn."

'Arigatou Sasuke-kun.'

Sasuke tersentak dari lamunannya saat tiba-tiba ranjang yang sempat dia sentuh jatuh. Dia menghela nafas lalu kembali menatap sekelilingnya.

.

.

.

.

.

...

.

.

Sakura menggeliat gelisah dalam pelukkan tubuh polos itachi di balik selimut. Gemericik hujan di luar jendela kamar apartemen Itachi membuat tidurnya tak nyaman. Di luar sana sedang hujan badai pedahal ini sundah pukul 7 pagi. Itachi yang menyadari ketidak nyamanan Sakura dalam pelukkannya menoleh ke arah jendela kamar apartemennya yang terbuka, berderit-derit tertiup angin kencang di sertai siraman air yang masuk ke apartemen.

Itachi kembali mengalihkan atensinya pada Sakura, "Sstt...tenang lah, ada aku di sini." Lalu berbisik lembut. Itachi yang akan turun dari tempat tidur terdiam, wajah wanita merah muda itu meringis cemas, takut, dan entah lah.. Lelaki tampan yang tak memakai pakaian itu tidak begitu mengerti dengan ekspresi wanita merah muda di depannya yang dia tahu ada perasaan tak nyaman melihat wanita yang dicintai terlihat takut pada sesuatu. Mencium kening lebar Sakura lembut Itachi beranjak dari tempat tidur, berjalan menuju jendela lalu menutup, mengunci dan menarik gorden (menutupnya.) Itachi kembali berjalan ke tempat tidur, lelaki itu baru akan merebahkan tubuhnya disana, dia lelah. permainannya dengan Sakura membuatnya lelah, Sakura memberontak di bawah tindihannya semalam. mencakar serta memukuli punggungnya dengan kedua tangan kecilnya kasar, sampai wanita itu lelah lalu mendesah bersamanya. "Arghh... sial!" Umpat Itachi, pagi ini dia ada rapat penting mau tidak mau dia harus mandi dan pergi kekantor. Baru satu langkah Itachi meninggalkan tempat tidur, laki-laki itu membalikkan tubuhnya lalu berjalan kembali mendekati tempat tidur, "Untuk sementara biarkan kenyataan menjadi sebuah rahasia, sampai kebenaran bosan lalu menguap dan memberitahu tentang kebenaran." Gumam Itachi pelan lalu menggigit ibu jarinya sampai berdarah dan menempelkannya di sprei putih bercorak ribuan kelopak bunga merah muda di bawah tubuh Sakura. "Aku mandi dulu." Itachi mencium kening Sakura sebelum pergi ke kamar mandi.

.

.

.

.

OoOo

"Arghhh... sial." Umpat Sasuke seraya berlari menerjang hujan ke rumah kayu usang yang kemarin di singgahinya, memarkir mobilnya sembarangan di halam rumah kayu yang di penuhi lumpur karena hujan. Sampainya di depan pintu Sasuke terdiam lalu melirik pohon yang cukup besar dengan dahan-dahan yang mengering. Sasuke terkekeh melihat sekilas bayangan masa lalu di bawah pohon itu. Wajah polos, mata hijau yang mengerjap bingung menatapnya.

"Kau tidak berniat menyuruhku masuk ke rumahmu, disini dingin."

Gadis berkaca mata tebal itu meringis, tangannya mencengkram pegangan payung yang dia genggam. "Too-chan, melarangku membawa laki-laki kedalam rumah."

"Too-chan mu ada di rumah."

Gadis itu menggelengkan kepala lalu menyerahkan payung di genggam tangannya pada pemuda yang masih memakai seragam sekolah itu, " pakai ini saja." Gumam Gadis itu sebelum berlari kedalam rumahnya lalu menutup pintu kayu rumahnya rapat.

Sasuke mendengus, mengacak rambut basahnya seraya berjalan memasuki rumah kayu usang di depannya. Dulu itu sebuah permainan, mendekati, merekam, lalu meniduri. Itu terdengar mudah di telinganya tapi, gadis itu..

"Sasuke, aku hamil."

Dia berusaha tidak peduli, "Gugurkan. Kalau pihak sekolah tahu kau bisa di keluarkan."

"Aku.."

"Hm, kau anak beasiswa. Ingat?"

Dia berusah bersikap acuh saat gadis itu menangis meminta tanggung jawabnya sebagai laki-laki.

Sasuke mendesah putus asa lalu duduk di kursi kayu berdebu di dalam rumah tak terpakai tempatnya berteduh saat ini, bayang-bayang masa lalu membuat kepalanya pusing. "Aku menyesal..."

Pipi Sakura merona melihat bercak darah di sperei yang dia duduki, beranjak dari tempat tidur dengan selimut melilit tubuh kecilnya wanita itu berjalan perlahan mendekati cermin. Berdiri berhadapan di depan cermin besar yang entah sejak kapan menempel di dinding di samping lemari. Sakura menatap bayangannya sendiri, Tidak ada banyak ruam kemerahan, hanya ada satu di bagian bahu. Sakura ingat, Itachi tidak mencumbu juga tidak mengasarinya. pria itu hanya memasukan ke sejatiannya yang keras dan besar ke dalam lorongnya, Sesekali lengan berotot Itachi meremas payudaranya lembut, lelaki itu melakukannya dengan penuh perasaan. "Itachi," Mata hijau Sakura membulat mengingat persetubuhannya dengan Itachi. Sakura merasa bersalah, dia begitu kasar memukul dan menjambak rambut pria itu tanpa ampun sampai beberapa helaian rambut Itachi rontok di genggaman tangannya.

"Aku tidak mengerti, ini seperti sudah terjadi sebelumnya." Tubuh Sakura merosot. Wanita merah muda itu duduk di lantai dengan kaki yang di tekuk, menenggelamkan kepala merah mudanya di antara lutut. "Itu ilusi... itu bayangan. Itu tidak nyata." Dia memejamkan mata erat. kedua tangannya menjambak rambutnya sendiri. Bayangan seseorang menarik tengkuk lalu mencium bibirnya membuat kepalanya sakit, "Percaya padaku, aku berjanji akan bertanggung jawab." Bisikan itu sangat nyata.

"Akhh! Sasuhhhh..." Erangan itu juga sangat nyata. Sakura menengok kanan kiri mencari dari mana suara itu berasal, Dia tertegun melihat dua manusia berbeda gender yang lebih muda darinya di dekat lemari. Ada yang aneh, seingatnya hanya ada satu tempat tidur di kamar Itachi, kenapa? Kenapa ada dua, dan bukankah di sana itu cermin, bukan tempat tidur.

"Stt... " laki-laki itu menempelkan telunjuknya di bibir membengkak gadis di pangkuannya. Dia kembali mencium bibir manis gadis itu, tangannya tidak tinggal diam. Meremas setiap lekuk tubuh gadis dalam dekapannya. Mata hijau Sakura membulat tidak percaya melihat gadis yang di cumbu lelaki yang tidak begitu terlihat wajahnya karena tertutup poni. "Tidak mungkin!" Dia mengambil vas bunga yang ada di dekatnya. Melempar vas malang itu tepat ke arah dua manusia yang sedang bercumbu.

PRAAANG!

"Itu bukan aku!" Sakura jatuh terduduk lemas di lantai, tatapan matanya kosong, dia menjambak rambutnya sendiri. "Aku hanya melakukannya dengan Itachi. Hanya Itachi." Dia bergumam frustasi, menyakinkan diri sendiri ini yang pertama baginya.

.

.

.

.

OoO

Itachi tersenyum melihat ibu tercintanya yang sibuk menata kue kering di dalam toples kaca kecil di meja kaca ruang keluarga. Dia memeluk tubuh sang ibu dari belakang, "Hai bu." Menyandarkan dagu di bahu ibunya manja.

Mikoto yang awalnya kaget terkekeh pelan mendapat perlakuan manis dari putra pertamanya yang manja, "Itachi. Kemana saja kau, kenapa baru pulang."

Itachi melepas pelukkannya lalu menyambar satu toples kue. "Seperti biasa, kantor." Dia memakan kue kering khas buatan sang ibu lahap.

Mikoto menatap putra pertamanya lalu menghela nafas pelan, "Bukan itu maksud ibu. Semalam Kau kemana, Kenapa tidak pulang."

"Apartemen. Aku tidur di sana, ibu tidak perlu kuatir."Itachi mendudukkan bokongnya di sofa, matanya menengok kanan kiri mencari seseorang. "Dimana Sasuke?"

Selesai menata makanan ringan itu rapi Mikoto duduk berhadapan dengan Itachi, "Belum pulang."

"Belum pulang?" Tanya Itachi dengan dahi mengerut bingung. Kemana dia? Pikir lelaki bersetelan jas itu khawatir. Sebelum pulang ke rumah Itachi menyempatkan diri mendatangi Sasuke ke kantornya, ingin mengajak Sasuke pulang bersama, tapi seketaris Sasuke bilang Sasuke tidak masuk kerja. Ada yang tidak beres, Itachi yakin itu.

Mikoto mengangguk, "Pagi-pagi sekali dia sudah pergi ke kantor. Sepertinya Sasuke sedang banyak pekerjaan yang harus di selesaikan." Mikoto menghela nafas. Wajah cantik wanita paruh baya itu menyendu memikirkan putra bungsunya yang jadi pendiam dan tertutup sejak empat tahun yang lalu. Tepatnya saat sibungsu duduk di bangku kelas dua SMA.

Melihat perubahan di wajah Mikoto yang menyendu Itachi tersenyum paksa, "Mungkin ibu benar. Dia sedang banyak pikiran." Dia kembali memakan kue keringnya malas, tidak selahap tadi.

"Itachi, kalau ada waktu luang tolong bantu Sasuke. Kasihan dia."

"Hm." Itachi mengangguk mengiyakan permintaan sang ibu. Ibu dan anak itu berbincang-bincang membicarakan tentang Sasuke, lebih tepatnya Mikoto yang bicara tentang Sasuke dan Itachi menjadi pendengar yang baik, mendengarkan keluh kesah sang ibu. Dia membelokkan pembicaraan saat melihat Mikoto yang akan menangis karena Sasukenya yang berubah. "Ibu, Sasuke itu bocah kecil egois dan menyebalkan."

"Eh." Mikoto menatap Itachi bingung. "Itachi," wanita paruh baya itu menatap Itachi cemas, "Apa Itachi memiliki perasaan benci pada Sasuke." Pikirnya cemas.

"Dia selalu mengambil apa yang harusnya menjadi milikku, Hh... sayangnya aku tidak bisa menolak keinginanya." Itachi tersenyum mengingat masa kecilnya besama Sasuke dulu, "Dia sangat cengeng." Dia kembali memakan kue buatan MIkoto, "Dan aku menyayangi adikku yang menyebalkan dan cengeng itu. Ibu ingat, Sasuke pernah menangis hanya karena aku di belikan mainan baru, wajahnya. Sangat lucu." Itachi tertawa mengingat wajah bulat Sasuke basah karena air mata dan hidung mengeluarkan ingus. "Ingusnya seperti udon. Hahaha..."

Mikoto ikut tertawa mengingat wajah Sasuke dengan ingusnya yang panjang saat si bungsu berusia 4thn, "Itachi, "panggilnya kesal. Dia melempar Itachi yang tertawa terpingkal-pingkal dengan bantal sofa.

"Ibu, itu lucu." Kekeh Itachi. Dia menangkap bantal yang di lempar Mikoto lalu memeluk bantal kecil itu. "Itu Sasuke." Gumam Itachi melihat Sasuke dengan penampilan kacau melewati ruang keluarga. Kancing terlepas memperlihatan dada bidang di balik kaus putih ketat yang mencetak jelas dadanya, rambut berantakan, dan jas yang tersampir di bahu. Itachi berdiri memperhatikan Sasuke yang tidak menghiraukan ke beradaannya dan sang ibu.

"Sasuke, " panggil Mikoto khawatir. Sasuke melirik Mikoto dan Itachi sekilas lalu kembali berjalan menuju tangga, "Kau dari mana? Kenapa, ada apa sayang." Dia menghentikan langkahnya mendengar suara cemas Mikoto, "Apa ada sesuatu yang tidak ibu t_"

"Ibu, " Mikoto diam saat Sasuke memanggilnya dengan nada lirih, "Aku lelah, aku ingin beristirahat." Lanjut Sasuke lagi.

Mikoto mengangguk. Dia menatap punggung lebar Sasuke yang semakin menjauh sedih. "Iya sayang."

Itachi menepuk pundak Mikoto pelan, "Aku akan bicara padanya. Ibu jangan khawatir." Lalu memeluk tubuh yang lebih kecil dari tubuhnya dari belakang. Mikoto mengangguk, tangannya mengelus lengan berotot Itachi yang memeluk perutnya, "Susul dia." Bisiknya halus.

Itachi tersenyum seraya mengangguk, "Hm."

.

.

.

.

OoO

Sasuke mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Memutar knop pintu kamar mandi lalu berjalan malas . Dia terdiam melihat Itachi yang mengacak-acak lemari bajunya. "Apa yang kau lakukan?" Ditatapnya Itachi yang sibuk mengambil kaos dan celana jeans pendek di lemarinya tajam.

"Mencarikan baju yang pas untukmu adikku." Itachi mengedipkan mata jahil, tidak menghiraukan tatapan tajam Sasuke.

Sasuke mendengus, "Aku sudah besar Itachi. Aku bisa ambil baju sendiri." Kesalnya. Dia mendorong punggung Itachi menjauh dari lemarinya.

"Sasuke, kau tidak sopan." Kesal Itachi.

"Hn. Cepat keluar."

Itachi menahan pintu kamar Sasuke saat pemuda tampan yang hanya memakai handuk di pinggang itu akan menutup pintu, "Baik." Dia menggulung lengan kemejanya, Melihat jam tangan yang melingkari tangan kanannya, "Ini baru jam 4 sore, kita punya waktu setengah jam sampai pantai, "

"Untuk apa." Potong Sasuke cepat.

"Melihat Sunset adikku, kau butuh sedikit refreshing. Aku rasa sunset tidak begitu buruk."

.

.

.

.

.

OoO

Itachi langsung berlari begitu melihat kerang berserakan di bibir pantai. Dia hanya memakai kemeja putih dan celana bahan, tidak sempat ganti baju, dengan rambut panjangnya yang di ikat seperti biasa. "Waw! Kerang." Gumamnya kagum seraya memunguti kerang-kerang besar di pasir. Ini pantai Uchiha, milik pribadi, tidak heran bila pantai ini sepi.

"apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke. dia memperhatikan Itachi yang tersenyum tidak jelas, "Cih. Kau sudah besar Itachi, jangan bertingkah seolah kau anak berusia 5thn."

"Mengambil kerang. dia sangat suka kerang, bintang laut, dan mahluk laut lainnya." Gumam Itachi tidak menghiraukan cibiran Sasuke yang berdiri di belakangnya.

Memperhatikan kakaknya yang memunguti kerang Sasuke terdiam mengingat sekilas balik masa lalunya. Saat itu pihak sekolah mengadakan liburan gratis ke pantai Oto. Saat semua orang bermain ombak, air atau sekedar berjemur, Sasuke lebih memilih berjalan di bibir pantai pulau Oto. dia menghentikan langkahnya saat melihat gadis merah muda sedang berlarian di atas pasir putih dengan tangan yang penuh dengan kerang. Gadis itu memakai kemeja hijau kebesaran dengan rok rempel di atas mata kaki, penampilan culun dengan kaca mata tebal bertengger manis di hidung mancungnya yang mungil.

Sasuke mendekati gadis merah muda itu. "Apa yang kau lakukan." tanyanya dingin dengan nada merendahkan saat sudah dekat dengan gadis suna itu.

"Mencari kerang." gadis itu menunduk lalu menjauhi Sasuke. Dia kembali memunguti kerang di bibir pantai.

"gadis bodoh!" umpat Sasuke seraya kembali berjalan di atas pasir putih pulau Oto.

Gadis merah muda itu menunduk semakin dalam mendengar hinaan Sasuke untuknya, menatap pasir putih di bawah kaki jenjangnya dengan tatapan sedih. "Kyaahhh.. Bintang laut!" Gadis merah muda itu berteriak senang melihat mahluk kecil kesukaannya.

Sasuke menoleh ke sumber suara pekikan senang di balik punggungnya. Dia kembali mendengus melihat gadis merah muda berkaca mata tebal itu memekik senang hanya karena se ekor bintang laut.

Flash beck oof

Tatapan mata Sasuke menyendu. Dia menatap laut yang memantulkan warna jingga dari mata hari yang akan terbenam. "apa dia menyukai tulip?"

Itachi berhenti memunguti kerang mendengar pertanyaan dari Sasuke, dia menatap hamparan laut dengan tatapan yang sulit di artikan. "Entah. Aku tidak tahu." Dustanya. masih menatap laut dengan tatapan sendu, Itachi melanjutkan. "Tapi dia memiliki toko bunga."

"Toko bunga?"

"hm,.. " Gumam Itachi lemah. Itachi berjalan menjauhi Sasuke yang masih mematung menatap langit yang menggelap. "kau sudah selesai Sasuke?" Sasuke mengangguk dalam diam. "kita pulang." ajak itachi.

T

B

C

.

.

.

.

#makasih yang udah mampir di kotak review :-).

Pengennya sih lanjut semua fic rated M, bentar lagi

bulan ramadhan dan aku mau berhenti menulis rated M selama bulan ramdhan, tapi apa daya saya tidak bisa. Untuk segala kekurangan dalam fic ini, mohon di maklumi. Saya hanya Author newbie yang sedang berusaha membuat fic yang bisa membuat reader tersenyum/ manyun. #plak! Akan di usahakan setiap Chapternya akan sedikit panjang. Minimal 3k paling dikit 1k.