Chapter sebelumnya~

"Aku bukan mengasihani kamu! Tapi aku sayang sama kamu!"

...

"Kenapa kamu menghindariku?"

"Memangnya kita ada hubungan apa sampai aku harus menghindarimu?"

"Jadilah pacarku. Lagi."

"Ini bukan permainan, Gaara-kun."

...

"Yamanaka-san, boleh bicara sebentar?"

"Aku berharap.. kamu jauhi Gaara-kun."

"Apa?"

Masih ada yang ingat fic ini nggak ya? ^^a

Title : I'm Sorry

Author : Kay Yamanaka

Genre : Romance, Friendship, Hurt/Comfort

Pairing : Ino-Gaara

Rating : T

Summary : Apa jadinya jika orang yang dulu mencintai kita kini berbalik membenci? Apa yang akan Ino lakukan saat cinta pertamanya yang baru bersemi justru mulai bertepuk sebelah tangan?

Disclaimer :-Naruto belong to Masashi Kishimoto

-I'm Sorry belong to Kay Yamanaka

Warning : Typo, OOC, AU, Etc….

Chapter 7 (The Last Chapter)

Aku berdiri dari bangku panjang itu. Kedua mataku menatap tajam gadis itu. 'Apa maksudnya dengan memintaku menjauhi Gaara-kun? Apa haknya?'

"Apa maksudmu memintaku melakukan hal semacam itu!" teriakku padanya.

"Aku… mencintai Gaara-kun, Yamanaka-san." Lirihnya.

"Tapi dia nggak!"

"Aku tau." Ia menunduk lesu, "tapi setidaknya, biarkan aku bersama dia sampai waktuku berakhir.."

Deg!

'Apa? Dia bicara seolah mau mati saja!'

"Aku terkena kanker stadium 4, Yamanaka-san. Waktuku nggak lama lagi sebelum ajal menjemput. Aku hanya ingin bersama orang yang aku cintai sebentar saja, lalu kamu bisa memilikinya seutuhnya setelah aku pergi nanti." Ucapnya seolah menjawab pertanyaan batinku.

"APA?"

"Kumohon, Yamanaka-san?" matanya tampak berkaca-kaca, wajahnya menunjukkan keseriusan akan kata-katanya, tapi bukan berarti aku percaya begitu saja.

"Aku... nggak bisa. Setelah sekian lama, akhirnya dia jadi selembut itu lagi.. Aku nggak sanggup menjauh." Ujarku lirih.

"Kumohon, Yamanaka-san..izinkan aku... sebentar sajaa..." ia benar-benar memohon, digenggamnya kedua tanganku. Air mata terus mengalir membanjiri wajahnya. Aku tak tau lagi harus berbuat apa. Yang bisa kulakukan hanya memejamkan mata. Disatu sisi, aku kasihan padanya –jika apa yang dia ceritakan memang benar adanya- tapi.. disisi lain, hatiku benar-benar sakit jika harus menjauhi Gaara begitu saja. Bagaimana jika pada akhirnya Gaara benar-benar jatuh cinta pada gadis itu, lalu melupakan perasaannya terhadapku? Bagaimana kalau meski gadis itu sudah meninggal, Gaara tetap terpaku padanya? Atau.. bagaimana jika nantinya Gaara membenciku karena menjauhinya? Semua ini benar-benar pilihan yang berat! "Yamanaka-san?"

"Ah! Aku..." aku menarik nafas panjang sambil membuang muka ke arah lain. Apa keputusanku benar, Kami-sama? Aku menghela nafas berat. Ini akan jadi keputusan akhirku. "... akan melepaskannya.." lanjutku lirih.

"Hontou ni?"

"Hn." Aku mengangguk ragu. Ini mungkin akan jadi keputusan yang kusesali, tapi... aku tak mungkin bisa tenang bersama Gaara jika tahu ada orang lain yang tersakiti dibelakangku, bukan? Ini memang berat, tentu saja. Tapi aku adalah Yamanaka Ino, aku sudah terbiasa melalui hal seperti ini. Aku pasti bisa bertahan.

"Arigatou, Yamanaka-san." Ujarnya sambil tersenyum sebelum menunduk dan melangkah pergi. Meninggalkanku yang masih tertunduk, masih meragukan keputusanku barusan.

"Ganbatte, Ino! Cinta itu nggak harus memiliki!" bisikku pada diri sendiri.

-K-A-Y-

Hari-hari yang kulewati kini mendadak berubah. Aku tak pernah lagi berangkat atau pulang sekolah bersama Gaara. Bahkan sebelum aku menghindarinya, justru dialah yang terlihat menjauhiku. Sejak pertemuanku dengan Matsuri, Gaara berubah drastis. Aku tak mengerti, seharusnya aku yang menjauhinya, bukan dia yang menjauhi aku. Apa dia mengetahui niatku menjauhinya? Tidak! Itu tidak mungkin! Tapi, sekarang ia tampak lebih dekat dengan Matsuri. Entah bagaimana caranya gadis itu mendekatinya, namun yang pasti, usahanya berhasil. Mungkin Gaara memang masih memiliki perasaan pada gadis itu. Mungkin memang akulah yang terlalu berharap padanya selama ini. Entahlah, aku tak mengerti.

"Kamu aneh belakangan ini, Pig!" seru Sakura secara tiba-tiba, membuatku terheyak.

"Apa maksudmu?" Aku pura-pura tak mengerti. Tentu saja aku mengerti maksud perkataannya.

"Kamu udah nggak pernah berangkat ataupun pulang bareng Gaara-senpai lagi. Padahal sebelumnya kalian selalu berdua 'kan? Kenapa belakangan ini aku liat Gaara-senpai sama Matsuri?"

Aku diam. Tak tahu harus menjawab apa. Aku tak pernah mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Aku lupa jika seseorang –terutama Sakura- pasti akan menanyakan hal ini. Memang cukup aneh, bukan? Jika melihat seseorang yang kita kenal selalu bersama-sama, namun tiba-tiba bersikap seolah tak saling mengenal tanpa masalah yang jelas? Tentu saja, ini memang aneh. Tapi mungkin tidak bagiku, aku tahu hal ini akan terjadi. Ini adalah resiko. Resiko yang harus kutanggung karena kesalahanku dimasa lalu. Aku harus menerimanya.

"Hey, Pig! Kamu dengar nggak sih?"

"Eh? Nggak ada yang aneh sama kami kok." Aku tersenyum. Senyuman yang mungkin lebih tepat disebut ringisan. Aku meringis.

"Kenapa nggak mau cerita sih? Aku ini sahabatmu kan?"

"Bener deh, nggak ada apa-apa!" aku berusaha meyakinkannya.

Sakura menghela nafas,"Baiklah, cerita kapanpun kamu siap."

"Tentu." Aku mengangguk pasti.

...

Aku tengah berjalan sendiri menuju ruang guru dengan tumpukkan buku dikedua lenganku. Semua terasa baik-baik saja, sebelum aku melihat kedua orang itu.

"Gaara-kun! Tunggu aku!" Seru gadis berambut cokelat itu pada pemuda yang berada beberapa langkah didepannya.

"Ada apa?" tanya Gaara datar.

"Kamu janji menemaniku makan siang 'kan? Ayo!" seru gadis itu seraya menarik tangan Gaara yang mengikutinya dengan pasrah menuju kantin. Matsuri dan Gaara berjalan melewatiku begitu saja, bahkan tanpa menoleh.

'Aku merindukanmu, Gaara-kun.'

-K-A-Y-

Entah sudah berapa bulan sejak pembicaraanku dengan Matsuri waktu itu. Rasanya masih begitu sakit melihat bagaimana gadis itu bisa mendekati Gaara dengan mudahnya. Bahkan lebih sakit daripada saat Gaara menjauhiku setelah kami berpisah dulu. Dulu ia hanya bersama teman-temannya, tapi sekarang... ia bersama gadis itu. Gadis yang juga begitu mencintainya sepertiku. Dan gadis yang mungkin juga... dicintai olehnya.

"Pig! Kamu bener-bener harus cerita sama aku! Apa sih sebenarnya yang terjadi sama kamu dan Gaara-senpai? Jangan bilang nggak ada apa-apa!" Seru Sakura yang rupanya benar-benar menyadari keanehanku dan Gaara.

"Bisa nggak, jangan bahas masalah itu? Tolong... jangan lagi sebut nama itu." Sahutku lirih.

Sakura mengerutkan alisnya, "Ino! Aku ini sahabat kamu!"

"Aku tau.."

"So?"

Aku hanya menggeleng tanpa berniat menjawabnya. Toh nantinya dia juga akan menyerah menanyakan pertanyaan yang sama sekali tak pernah kujawab itu.

"Hhh... Kamu udah janji, Pig! Kamu bilang akan cerita! Ayolah, ini udah berbulan-bulan sejak kamu bilang itu!"

"Belum saatnya, Sakura. Belum saatnya..."

-K-A-Y-

Pulang sekolah, aku tengah berjalan sendirian menuju gerbang. Di sana lagi-lagi aku mendapat pemandangan tak mengenakkan. Disana ada dia... Gaara... dan gadis itu. Matsuri. Gadis itu duduk dibelakang Gaara, sepertinya mereka akan pulang bersama. Lagi. Seperti biasanya. Tapi aku tak pernah terbiasa. Sebelumnya, akulah yang selalu duduk ditempat itu. Sebelumnya, akulah yang merasakan sentuhan punggung lebar itu. Sebelumnya... aku hampir bisa bersama orang itu. 'Gaara-kun, aku rindu kamu..'

Tes!

Tanpa terasa, cairan bening itu menetes tanpa halangan dari mata kananku. Aku bisa melihat Gaara melirikku, hanya sekilas, lalu melaju bersama gadis itu. Kenapa bisa sesakit ini? Setiap kali melihat mereka bersama, rasanya hatiku benar-benar sakit. Apa selamanya aku tak akan pernah bisa memilikinya lagi? Apa gadis itu berbohong tentang penyakitnya demi mendapatkan Gaara dariku? Apa aku terlalu bodoh karena menyetujui permintaan gadis itu?

Tes!

Lagi-lagi. Cairan bening itu menetes tanpa halangan, namun kali ini dari mata kiriku. Ini benar-benar memalukan. Tak seharusnya aku menangis ditempat umum seperti ini. Segera kulangkahkan kakiku meninggalkan tampat itu. Berjalan cepat, bahkan berlari agar bisa segera sampai dirumah. Rasanya aku sudah tak sanggup lagi menahan tetesan-tetesan ini. Kami-sama, tolong aku.. sebentar saja?

...

Brakk!

Tap! Tap! Tap!

Brukk!

Kuhempaskan diriku ditempat tidur dan menangis disana tanpa memedulikan tatapan heran orangtuaku setelah aku mendobrak pintu dan berlari tak jelas seperti tadi. Rasanya begitu sakit. Lebih sakit saat aku teringat bagaimana gadis itu memeluk Gaara dari belakang. Aku bahkan tak pernah melakukan itu!

Sekarang aku bertanya-tanya, apa mereka sudah resmi berpacaran? Mereka benar-benar terlihat mesra. Kenapa Kau memberikan cobaan seberat ini padaku, Kami-sama? Kapan rasa sakit ini akan berakhir? Kenapa aku tak diberikan cinta baru agar bisa melupakannya? Apa rencana-Mu, Kami-sama? Tolong... jawab aku?

-K-A-Y-

"Forehead..." Gumamku tanpa menoleh.

"Hm?" Sahut Sakura seraya memandangku penuh tanda tanya.

"Setaumu, ada nggak temen cowok kita yang masih single?" Tanyaku dengan tatapan menerawang.

"Huh? APA? Ulang sekali lagi deh!" Pinta Sakura yang semakin mendekatkan telinganya padaku. Merasa pendengarannya sedikit bermasalah, mungkin?

"Ada nggak... temen cowok kita yang masih single?" Tanyaku lagi dengan volume suara yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya.

"Huh?" Lagi-lagi. Sejak kapan seorang Haruno Sakura jadi lemot? -_-

"Aku serius, Forehead!"

"Aku juga serius, Pig! Maksudku... buat apa lagi kamu nyari cowok single? Gaara-senpai mau dikemanain?"

Aku menunduk. Kenapa dia menyebut nama itu lagi? Aku baru saja mencoba move on.

"Jadi kalian putus lagi?" Tebaknya.

"Kami nggak putus, Forehead. Kami bahkan belum pacaran lagi."

"APA?"

"Jangan lebay, Saku!"

"Ok! Ok! Maaf! Tapi... um... jadi hubungan kalian selama ini hanya sebatas teman, gitu?" Tanya Sakura tak percaya.

Aku mengangguk.

"Lalu.. kamu nggak pernah bareng dia lagi... apa itu karena... Matsuri?" Tebaknya hati-hati.

"Matsuri... dia minta aku.. untuk menjauh dari Gaara-kun."

"Dan kamu nurut gitu aja?" Sakura terbelalak. "DIMANA OTAK KAMU, INO!" Teriaknya tanpa sadar, membuat orang-orang disekitar kami mengarahkan pandangan heran. Sakura lupa sepertinya jika saat ini kami tengah berada di cafe yang cukup ramai, bukan dirumahku ataupun rumahnya.

"Apa boleh buat. Dia sakit, Forehead." Jawabku lirih setelah pandangan orang-orang beralih dari meja kami.

"Dia pasti bohong. Selama ini kita liat sendiri 'kan? She looks fine!"

Aku tersenyum pahit. "Dan kita bisa liat sendiri, gimana perhatiannya Gaara-kun sama dia. Itu artinya, memang akulah pengganggu hubungan mereka."

Dan Sakura hanya bisa terdiam tanpa bisa menyahut apapun lagi.

-K-A-Y-

Hari demi hari berlalu. Sakura sudah sadar untuk tak membahas tentang Gaara lagi didepanku. Lagipula, belakangan ini aku sendiri belum melihat senpai merahku itu. Begitu juga dengan si gadis cokelat. Entah kemana menghilangnya mereka. Aku tak yakin. Mungkinkah Matsuri membawa Gaara pindah dari sekolah ini agar tak bertemu denganku lagi? AH! Itu pemikiran gila! Dia tak mungkin melakukan itu. Toh, Gaara sudah terlihat tak peduli padaku sekarang. Lalu... kemana mereka sebenarnya?

"Pig." Panggil Sakura.

"Kenapa, Forehead?" Tanyaku malas.

"Aku putus lagi sama Sai-kun." Gumamnya lirih.

Aku hanya bisa menghela nafas. Kenapa mereka tak bisa bosan sih dengan hubungan semacam itu? "Kali ini kenapa lagi?"

"Dia selingkuh."

"Sudah kuduga!"

"Eh? Apa kamu bilang tadi?" Tanyanya yang merasa sedikit aneh dengan perkataanku.

Ups! Aku sendiri tak mengerti kenapa aku mengatakan hal itu. "Lupakan. Jadi... siapa cewek itu?" Tanyaku sedikit enggan. Aku tak terlalu peduli siapa gadis itu. Tapi setidaknya aku harus bertanya. Biar bagaimanapun Sakura adalah sahabatku.

"Dia cantik, Pig! Bahkan lebih cantik dari aku!" Gerutu Sakura tak nyambung.

"Nama, Sakura. Aku nanya nama. Bukan cantik atau nggaknya!"

"Aku... nggak yakin. Kurasa.. namanya Shion." Gumamnya lirih.

"Shion? Senpai yang mirip aku itu?"

Sakura mengangguk. "Dia lebih cantik, Pig!" cibirnya.

"Terserah. Berarti setelah ini kalian nggak akan balik lagi?"

"Kamu nggak suka aku sama Sai-kun?"

"Aku cuma bosan denger ceritamu tentang hubungan kalian, Forehead."

Ia menunduk. "Aku tau."

"Lalu?" Aku menaikkan sebelah alisku.

"Sudahlah, lupakan! Toh, masih banyak cowok lain!" Serunya tiba-tiba. Gadis pink ini benar-benar memiliki mood yang mudah berubah. (Sweatdrop)

"Jadi, kapan kita mau cari pacar lagi?" Ajaknya dengan seringai terpatri diwajah cantiknya.

"Huh?"

"Udah saatnya kamu melupakan senpaimu itu. Ayolah, move on! Kita cantik gini!" serunya dengan pedenya.

"Ngomong-ngomong soal senpai, kamu tau kemana Gaara-kun? Aku udah hampir seminggu ini nggak liat dia disekolah. Apa dia pindah?" Bukannya menyahut ajakannya, aku justru menanyakan hal lain.

Sakura hanya mengedikkan bahu, cuek. "Entah. Aku juga jarang liat dia dirumah belakangan ini."

Aku terdiam. Ada apa sebenarnya?

-K-A-Y-

Satu bulan tepat. Dan aku masih belum melihat Gaara sama sekali. Jujur, aku khawatir. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Dia memang bukan murid paling teladan, tapi dia juga tak pernah absen terlalu lama. 'Kemana kamu, Gaara-kun?'

Aku bisa bertahan saat Gaara tak berada disisiku. Tapi... aku tak bisa bertahan jika dia tak tertangkap oleh mataku. Kini aku berjalan gontai menuju kelas, dan saat itulah aku menangkap beberapa pembicaraan yang membuatku terbelalak.

"Udah denger kabar?" Bisik seorang siswi pada teman yang tengah berjalan bersamanya.

"Kabar apa?" Tanya temannya penasaran.

"Kudengar, siswi kelas 10-4 ada yang meninggal."

Deg!

'10-4?'

"Siapa?"

"Kenal Matsuri 'kan?"

"Huum" Temannya mengganggum mantap.

"Dia."

'Apa?! Dia...'

Dengan keadaan masih shock, aku mempercepat langkah kakiku menuju kelas. Aku perlu duduk sekarang. Kuacuhkan beberapa siswa yang menatap aneh padaku. Yang kupedulikan sekarang hanya segera menuju kelas. Aku perlu menenangkan jantungku yang tengah bergemuruh hebat.

...

"Hosh! Hosh! Tadi aku nggak salah dengar 'kan? Apa telingaku bermasalah? Gadis itu... dia nggak mungkin benar-benar meninggal 'kan?" Gumamku lirih. Gadis itu... dia jujur saat itu. Dia memang sakit. Lalu.. bagaimana dengan Gaara? Apa yang terjadi padanya? Kenapa aku tak pernah lagi melihatnya? Apa dia terlalu terpukul karena kepergian gadis itu? Apa dia benar-benar jatuh cinta pada Matsuri?

Tes! Tes! Tes!

Cairan bening itu mengalir deras di pipiku. 'Apa yang kutangisi?' Aku bertanya-tanya, 'Apa aku menyesal karena pernah berpikir yang tidak-tidak pada gadis itu? Atau aku menangis karena kehilangan Gaara-kun?'

Tes!

Sekali lagi cairan itu menetes. Kupejamkan erat mataku. Apa yang harus ku lakukan setelah ini?

-K-A-Y-

"Ino.."

Deg!

Suara itu... aku mengenalinya. Suara yang sangat kurindukan. Tapi... ini pasti hanya ilusi. Ini pasti karena aku terlalu merindukannya.

"Ino?"

Lagi! Suara itu terdengar lagi!

Tapi aku berusaha untuk tak peduli. Kufokuskan pandanganku pada sekumpulan foto yang terpajang rapi di dinding kamarku. Berusaha bersikap.. seolah tak mendengar apapun. Aku yakin, yang tadi hanya ilusi. Ya, itu pasti!

"Ino!" Suara itu berseru lebih keras. Membuatku berpikir kembali, benarkah itu hanya ilusi?

Perlahan, aku membalikkan badanku, dan~

"Gaara!" Seruku kaget, bahkan tanpa menggunakan suffiks –kun.

Dia tersenyum. Senyum tipis, namun tulus. Kenapa dia tersenyum seperti itu? Apa lagi-lagi ini hanya ilusi?

"Aku rindu kamu." Gumamnya lirih. Kedua tangannya sedikit terangkat, seolah bersiap merengkuhku dalam pelukan.

Namun aku masih ragu. Apa dia benar-benar Gaara?Apa aku tak bermimpi? Ataukah ini hanya ilusi yang akan membuatku memeluk bayangan semu?

"Ino?" Sekali lagi ia memanggil namaku. Matanya menyiratkan kekhawatiran. Aku ingin melangkah mendekatinya. Tapi kakiku serasa kaku. Aku membeku. Dia... memang Gaara! Dia... memang orang yang kurindukan! Tapi... apa yang dia lakukan disini?

"Gaara-kun, kamu... ngapain disini?" Tanyaku ragu. Kulirik pintu kamarku, masih terkunci. Jadi, bagaimana bisa? "Gimana caranya kamu bisa masuk?"

Ia tak menjawab, hanya menunjuk kearah jendela dengan dagunya. "Sudah kubilang 'kan? Aku rindu kamu." Lirihnya menjawab pertanyaanku sebelumnya.

"Tapi... Matsuri..."

"Dia sudah meninggal, Ino."

"Aku tau! Maksudku... dia... dia nggak akan tenang disana! Dia baru meninggal beberapa hari 'kan?"

"Dia sudah rela, Ino. Lagipula, itu memang perjanjian kalian 'kan?"

Deg!

Aku menatapnya tak percaya. Darimana.. dia mengetahui perihal perjanjian itu?

"Aku denger sendiri, Ino." Jawabnya seolah mengerti arti tatapanku.

Flashback

Pemuda berambut merah itu tengah berjalan melewati taman sekolah saat telinganya menangkap suara-suara yang tak asing baginya. Dengan penasaran, pemuda itu bersembunyi dibalik sebuah pohon dibelakang kedua sosok tersebut, berusaha mendengarkan lebih jelas apa yang mereka bicarakan.

"Aku berharap.. kamu jauhi Gaara-kun."

Pemuda berambut merah itu, Gaara, terbelalak saat mendengar namanya disebut-sebut dalam pembicaraan kedua siswi tersebut. Ingin rasanya ia keluar dan menanyakan apa maksud gadis yang ia kenali suaranya sebagai Matsuri itu. Namun ia mengurungkannya. Ia ingin tau apa reaksi lawan bicaranya. Ino.

"Apa?"

"Apa maksudmu memintaku melakukan hal semacam itu!" teriak Ino padanya.

"Aku… mencintai Gaara-kun, Yamanaka-san." Lirih Matsuri.

"Tapi dia nggak!"

"Aku tau." Ia menunduk lesu, "tapi setidaknya, biarkan aku bersama dia sampai waktuku berakhir.."

Deg!

'Apa? Dia bicara seolah mau mati saja!' Batin Ino kaget.

"Aku terkena kanker stadium 4, Yamanaka-san. Waktuku nggak lama lagi sebelum ajal menjemput. Aku hanya ingin bersama orang yang aku cintai sebentar saja, lalu kamu bisa memilikinya seutuhnya setelah aku pergi nanti." Ucapnya seolah menjawab pertanyaan batin gadis pirang itu.

"APA?"

"Kumohon, Yamanaka-san?" mata Matsuri tampak berkaca-kaca, wajahnya menunjukkan keseriusan akan kata-katanya, tapi bukan berarti Ino percaya begitu saja.

"Aku... nggak bisa. Setelah sekian lama, akhirnya dia jadi selembut itu lagi.. Aku nggak sanggup menjauh." Ujarnya lirih.

"Kumohon, Yamanaka-san..izinkan aku... sebentar sajaa..." ia benar-benar memohon, digenggamnya kedua tangan Ino. Air mata terus mengalir membanjiri wajahnya. Gadis Yamanaka itu tak tau lagi harus berbuat apa. Yang bisa ia lakukan hanya memejamkan mata. Disatu sisi, ia kasihan pada Matsuri –jika apa yang dia ceritakan memang benar adanya- tapi.. disisi lain, hatinya benar-benar sakit jika harus menjauhi Gaara begitu saja. "Yamanaka-san?"

"Ah! Aku..." Ino menarik nafas panjang sambil membuang muka ke arah lain. Ia menghela nafas berat. Ini akan jadi keputusan akhirnya. "... akan melepaskannya.." lanjutnya lirih.

"Hontou ni?"

"Hn." Ia mengangguk ragu.

"Arigatou, Yamanaka-san." Ujar Matsuri sambil tersenyum sebelum menunduk dan melangkah pergi. Meninggalkan Ino yang masih tertunduk, masih meragukan keputusannya barusan.

Sedangkan Gaara sendiri hanya memejamkan mata. Ia tak pernah menyangka gadis itu bahkan rela melepaskannya demi gadis lain. Padahal ia tahu betul bagaimana perasaan Ino padanya. Saat itulah ia bertekad, tak akan mengecewakan gadis pirang itu.

Flashback off

"Sekalipun aku nggak dengar. Toh, pada akhirnya Matsuri sendiri bercerita tentang itu. Dia benar-benar udah ikhlas untuk hubungan kita. Jadi..." Ia menggantungkan kalimatnya.

Namun sebelum ia melanjutkan, aku telah lebih dulu memotong kata-katanya. "Kenapa kamu ngilang gitu aja sejak sebulan lalu?" Biar bagaimanapun, aku butuh penjelasan.

"Gomen. Aku harus menjaganya. Orangtuanya sendiri yang meminta, aku tak bisa menolaknya."

Aku menunduk. Jadi karena itu...

"Pulanglah.." Ucapku lirih.

"Apa?" Tanyanya tak percaya.

"Kamu pulang aja. Kamu... pasti capek 'kan? Sebulan penuh jaga dia. Aku baik-baik aja." Aku tersenyum tipis. Entah kenapa, rasanya masih berat untuk menerimanya lagi. Aku telah melepaskannya, bukan?

"Kamu marah?" Tanyanya lirih.

Aku menggeleng. Tentu saja, tak ada yang perlu kumarahi darinya.

"Lalu kenapa ngusir?"

"Aku butuh sendiri, Gaara-kun.." Kini aku membelakanginya. Aku tak sanggup lagi melihatnya.

Setelah beberapa saat...

Hening. Tak ada suara langkah kaki atau pintu terbuka.

Aku kembali membalikkan tubuhku untuk mengusirnya. Tapi..

"Apa yang~" Kata-kataku terputus. Tenggorokanku serasa tercekat. Mataku terbelalak tak percaya. Gaara memelukku erat.

"Kumohon, jangan kayak gini. Kamu tau? Beberapa bulan jauh dari kamu, rasanya sulit, Ino. Rasanya sakit saat ngeliat kamu nangis. Sekarang, aku disini. Aku balik buat kamu. Kenapa kamu malah ngusir aku?" Tanyanya masih dalam keadaan memelukku erat.

Aku hanya menunduk. Tanganku menggantung diudara, tak yakin untuk membalas pelukannya atau tidak. Aku masih terlalu kaget.

"Aku seneng kamu udah balik, Gaara-kun." Ucapku jujur. "Tapi setelah apa yang kualami sebelumnya... rasanya sulit."

"Kamu benci aku? Apa seharusnya waktu itu aku nggak bersama Matsuri?"

Aku menggeleng pelan.

Ia melepaskan pelukannya, lalu menatap mataku lekat.

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu." Ujarnya datar. "Apa kamu... masih cinta sama aku?"

Aku terdiam.

"Jawab, Ino!"

Aku menunduk, lalu mengangguk pelan.

"Kalau gitu... lupain semua yang udah berlalu. Kita mulai semua dari awal lagi."

Aku mendongak mendengar perkataannya. Kutatap sepasang turquoise itu. Disana terpancar keseriusan. Inikah akhir dari cobaan yang selama ini Kau berikan padaku, Kami-sama?

Jika itu memang benar, maka...

"Ya. Ayo, mulai dari awal lagi." Ucapku dengan senyum kebahagiaan yang terpancar jelas.

Owari

Huaaa...! Gatau deh ini fic cukup mengharukan atau nggak buat readers sekalian. Tapi kalo buat Kay pribadi, Kay nangis baca fic ini. Bukan apa-apa sih, sakit banget rasanya bikin happy ending di fanfic padahal pada kenyataannya... hhh.. sudahlah! Lupakan! *malah curcol

Sekian last chapter buat fanfic "I'm Sorry". Semoga nggak mengecewakan U.U

Terimakasih buat semua yang udah nge-alert, nge-fave, dan RnR yang nggak bisa Kay sebutin satu persatu, bahkan yang cuma sebagai silent readers. Kay ucapin makasih banyak udah mau mengikuti perjalanan [?] fic ini sampai chapter akhir. Maaf kalau sedikit kacau, ini dibuat ditengah flu+sedikit demam dan kena virus WB *lagi-lagi curcol :v

Oh iya, nggak lupa, Kay mau bales review buat chapter 6 nih ^^

Hana Kumiko: Ini udah lanjut, last chapter XD semoga nggak kecewa ya? ^^a Makasih udah review :D

RNGaluh: Makasih pujiannya ^^a Ini udah lanjut kok, silakan dibaca XD semoga nggak kecewa ya? ^^a Makasih udah RnR. Review lagi ya? :P

Zielavienaz96: reviewnya singkat dan padat. Tapi... makasih ya ^o^/

Charlotte Rui: Gaaranya plin-plan XD *Plakk #Ditimbun pasir Makasih udah review ^^

SK: Ini udah update, moga nggak kecewa ya? ^^a Makasih udah RnR XD

Kalau nggak keberatan, Kay minta RnR nya lagi ya? XD Ini yang terakhir kok ^^ (buat fic ini :P)