Disclaimer: Aoyama Gosho

Pair: Shinichi-Shiho

warning: OOC, OC, Plot berantakan, Alur ngebut, dll

(bales review dibawah)

(Maaf sebelumnya untuk para pembaca, rencana berubah, alurnya kurubah agar sesuai ending, maaf banget ya Shinichi gak jadi marah ke Shiho, karena aku sendiri gak bisa memakai imajinasiku kearah sana)


Ku mohon

chapter 4


Normal POV

Shiho membuka koper yang sudah ia bawa ke apartemen barunya, mulai sekarang ia akan tinggal berdua dengan Shinichi. Sementara Shinichi sedang berada di luar untuk mengurus jasa pengiriman barang.

Fukuoka, kota yang tentram, namun entah apakah ada ketentraman pada dua sejoli ini. Kemudian, Shiho mulai menata barang dan perabotan ke tempat semestinya. Tak lama kemudian, Shinichi datang dengan membawa beberapa koper yang lainnya, dan menaruh koper tersebut dengan asal, dua pasangan pengantin baru ini masih lelah sejak kedatangannya di apartemen baru. Ibu Shinichi yang memilih kota ini untuk ditinggali mereka berdua, Yukiko berkata bahwa kota ini layak untuk ditinggali oleh mereka berdua.

"Mulai besok aku akan mencari pekerjaan, untuk sementara kau harus tetap disini, jangan melakukan kegiatan apapun, karena akan beresiko pada kandunganmu." ucap Shinichi acuh tak acuh.

Shiho tak menjawab sepatah katapun, Shinichi hanya menarik nafas, wanita satu itu memang merepotkan. Akhirnya Shinichi memutuskan untuk istirahat di kamarnya, karena apartemen ini memiliki dua kamar tidur, maka Shinichi dan Shiho memutukan untuk tidur secara terpisah. Sementara Shiho masih terus menata barang-barang.

...

Malam Hari

Shinichi keluar dari kamarnya dan melihat sekitarnya, 'dimana wanita pemalas itu?' ucapnya dalam hati, dan masih terus mencari Shiho. Setelah lama mencari, akhirnya pintu apartemen mereka terbuka, ternyata itu Shiho, dia datang membawa sebuah plastik, dan setoples kue, "tetangga disebelah memberikan ini." ucap Shiho.

Shinichi hanya mendengus dan berlalu untuk mandi, mungkin berendam di bak yang hangat akan membuat dirinya kembali segar. Sementara Shiho berjalan ke dapur untuk memasak makan malam. Sepertinya hari-hari kedepannya akan sulit untuk dijalani jika keduanya memiliki ego yang sangat tinggi, atau mungkin, sang detektif magnet mayat akan berubah haluan dan mulai mencintai Shiho.

Setelah selesai mandi, Shinichi keluar dengan memakai handuk yang ia lilitkan dipinggangnya, Shiho sedikit tertegun saat melihat detektif yang kini telah menjadi suaminya itu. Tidak pernah ia melihat Shinichi sevulgar itu, maka hormon yang melonjak selama dirinya hamil membuat dirinya menjadi sedikit terpesona oleh suaminya itu.

"Bisakah kau memakai pakaianmu?" tanya Shiho sarkastik.

"Memangnya kenapa? apa menjadi masalah buatmu?" tanya Shinichi, mencoba untuk memancing.

"Tentu saja bakka! aku ini wanita!" ucap Shiho yang terlihat kerutan di dahinya.

"oi..oi... kita ini sudah menikah, apa kau lupa?" tanya Shinichi sweatdrop mendenar jawaban Shiho.

terlihat gurat merah di pipi Shiho, membuatnya mengalihkan pandangannya, "cepat kau pakai pakaianmu!" ucapnya dengan nada sedikit tinggi. Hingga akhirnya menuruti perintah Shiho, ia lekas masuk ke dalam kamarnya dan memakai pakaian. Malam itu mereka lewatkan dengan saling ejek, suasana yang sudah lama hilang bagi mereka.

Hingga waktu sudah larut malam, mereka berdua tidur di kamar masing-masing, terbawa ke alam mimpi yang damai. Menunggu waktu pagi yang akan menyapa mereka, terlelap sebentar sebelum akhirnya menghirup udara yang nyata.

~oOo~

Keesokan harinya

Shinichi telah berpakaian sangat rapih lengkap dengan dasi yang dikenakannya, sementara Shiho sedang menyiapkan sarapan, "Miyano, hari ini aku akan mencari pekerjaan agar bisa membiayai kita berdua, aku harap kau tidak melakukan kegiatan apapun. Mengingat usia kandunganmu hampir menginjak bulan ketiga, jika kau mengalami rasa sakit, hubungi saja nomorku." ujar Shinichi dengan penuh kekhawatiran.

"Aku bukan lagi anak kecil yang harus kau atur, Kudo-kun! aku bisa menjaga diriku sendiri!" balas Shiho membantah. Sungguh ironis memang, meskipun mereka berdua telah menjalin ikatan sebagai suami-istri, tetapi tetap saja mereka memanggil dengan nama keluarga masing-masing. Shiho masih menatap sinis, Shinichi heran, semenjak masa kehamilannya, entah kenapa wanita satu itu lebih mudah marah, lebih mengerikan dari biasanya.

"Oi... oi... aku hanya mengingatkan." ucap Shinichi, dan kemudian ia melihat kearah jam tangannya, "sepertinya aku harus berangkat sekarang." ucapnya. Sementara Shiho menaruh roti yang telah dipanggang olehnya ke dalam piring kaca, "setidaknya, habiskan dulu sarapanmu!" ucap Shiho.

"Tidak usah, lagipula aku tidak terlalu suka roti panggang." ujar Shinichi, seraya meninggalkan Shiho, dan langsung keluar dari ruang apartemennya, dan masuk ke dalam lift. Ramai sesak di dalam lift tak membuat Shinichi patah semangat, dengan sigapnya ia keluar dari pintu lift dan langsung menuju loby apartemen.

...

Sore hari

Pintu apartemen terbuka dengan perlahan, seseorang dengan sebuah koper datang dengan pakaian yang tampak kusam, dasinya yang saat pagi tadi terpasang rapih, kini direnggangkan, tampak seperti seorang pengangguran akut. Shiho yang tengah membaca majalah fashion pun sedikit heran dengan tampang Shinichi itu, dan agak sedikit terpingkal.

"Astaga, Kudo-kun! apa yan terjadi pada dirimu?" tanya Shiho yang benar-benar heran melihat tampang detektif sok tahu itu.

"Tenang saja, ini adalah hari keberuntunganku, setelah berhasil memecahkan kasus pencurian tadi siang, aku menyewa sebuah kantor kecil yang akan aku gunakan sebagai kantor detektifku." ucap Shinichi dengan tersenyum bangga, sekali detektif, tetaplah detektif.

Shiho hanya menggelengkan kepala melihat Sifat suaminya itu, sungguh kekanak-kanakan. "Cepat buka bajumu, aku akan mencucinya." perintah Shiho.

"Aku saja yang mencuci, bukankah sudah kubilang, bahwa kau tidak boleh melaksanakan kegiatan apapun?" tegas Shinichi yang bersikukuh dengan pernyataannya tadi pagi. Shinichi lekas menuju kamar untuk mengganti pakaiannya, setelah itu dirinya langsung membawa pakaian kotornya menuju mesin cuci. Ia menyalakan mesin cuci, sesekali terlintas dalam pikirannya, apakah Shiho terlalu banyak beban? apakah dirinya sudah terlalu jahat untuk wanita mantan organisasi hitam itu? namun ia buang jauh-jauh pikiran itu. Menurutnya ia tidak jahat terhadap wanita itu, bahkan saat masih menjadi conan, ia berjanji akan melindungi Shiho, apa yang salah?

Sedetik kemudian, ia menggelengkan kepalanya, berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh, ia tidak pernah berbuat salah. Satu-satunya kesalahan yang pernah dirinya perbuat adalah membiarkan kakak Shiho, Akemi Miyano mati tak berdaya di tangan Gin dan Vodka. Sepintas keringat dingin keluar dari tengkuknya, ingatan yang sebenarnya tak mau diingatnya lagi.

Shiho menatap nanar dari kejauhan, entah apa yang ada dipikirannya saat ini, seolah ingin mengatakan, apa aku menyusahkanmu? namun tak bisa. Shinichi benar-benar tak menyadarinya, ia memang tidak pernah peka, selalu tak peka.

~oOo~

Kantor detective Shinichi Kudo

Kursi yang ada didepan meja kerja itu ada yang menduduki, siapa lagi kalau bukan seorang Shinichi Kudo yang memulai karirnya sebagai detektif di prefektur Fukuoka, sebuah kota yang sangat jarang terejadi kasus, baik itu pencurian, maupun pembunuhan. Tampaknya ruangan masih sangat sepi, tidak ada satupun orang selain Shinichi yang berada disitu. Ada beberapa sarang laba-laba di sudut ruangan, sepertinya ruangan ini tidak pernah dirawat oleh pemiliknya terdahulu.

Saat pertama kerja di kantor ini, Shinichi memasang plang bertuliskan " KANTOR DETECTIVE SHINICHI KUDO." agar para calon kliennya mengetahui bahwa yang akan melayaninya adalah seorang detektif terkenal seantero Jepang. Namun tetap saja sulit jika harus memulai dari awal lagi, bahkan satupun tidak ada yang mendatanginya.

Namun sekejap saja hati Shinichi berbunga-bunga, ketika mendengar suara pintu berdecit, tanda ada seseorang yang masuk. Ternyata seorang wanita berambut pirang sebahu, dan memakai busana formal, sepertinya dia adalah seorang wirausaha yang sukses. "Apakah anda Shinichi Kudo, sang detektif itu?" tanya wanita itu dengan sangat tergesa-gesa.

"Ya, aku adalah Shinichi Kudo, apa ada yang bisa kubantu?" tanya Shinichi dengan sopan, karena menurutnya, wanita itu mempunyai masalah yang besar. Wanita itupun menjawab sembari mengambil sebuah figura dari dalam tasnya, "suamiku hilang sejak seminggu yang lalu, apakah kau bisa menemukannya?" tanya wanita itu lagi.

"Mungkin aku bisa membantumu? apa ada petunjuk yang ditinggalkan suamimu sebelum ia pergi?" tanya Shinichi memastikan.

"Tidak ada selain email ini." ucap sang wanita sambil memperlihatkan email yang terakhir dikirimkan suaminya.

Sayang, aku akan pulang lama, karena disini hujan sangat lebat.

"Sangat singkat, namun juga sangat membantu, apa ada keanehan saat terakhir kau melihat suamimu?" tanya Shinichi yang kini mencoba untuk mendengarkan penjelasan dengan lebih serius.

"Mungkin tidak ada, tetapi keanehan yang aku rasakan adalah ketika dia mengirim email ini, karena saat email ini kuterima, justru cuaca sedang sangat cerah." jelas wanita itu.

Shinichi mulai menunjukan senyumnya seperti biasa, nampak kasus ini sudah mulai terbuka dipikirannya. "Lebih baik saat ini anda pulang terlebih dahulu, jika kasus ini ada perkembangan, maka anda akan aku hubungi." ujar Shinichi dengan penuh keyakinan.

"B-baiklah, mohon bantuannya." ujar wanita itu sambil berlalu keluar.

...

Sementara itu di apartemen

Shiho yang hanya memakai daster untuk ibu hamil sedang membaca majalah tentang kedokteran dan kandungan, namun ketenangannya terusik ketika mendengar suara bel yang dibunyikan, entah siapa yang datang untuk bertamu, karena setahunya hanya sedikit yang tahu alamatnya. Dengan malas ia membuka pintu apartemennya, dan tampak seorang pria bersurai hitam sedang bersandar di dinding.

"Ada urusan apa? aku sama sekali tidak mengenalmu." tanya Shiho dengan nada sarkastik.

"Halo nona, aku hanya ingin menyapamu saja." jawab sang pria dengan senyum penuh arti.

"Kalau hanya untuk itu, aku masih banyak urusan." balas Shiho singkat, dan hendak menutu pintu.

"T-tunggu nona, aku adalah tetanggamu, aku hanya ingin menyapamu saja." ujar pria itu yang dengan tergesa menahan pintu yang hendak ditutup Shiho. Pria itu mulai bercerita banyak hal, mulai tentang pertama kali dirinya tinggal di apartemen ini, sampai seluk beluk apartemen pun dia ceritakan kepada Shiho yang berdiri dengan malasnya untuk mendengarkan ocehan pria itu.

"Haaah... hari ini sangat menyenangkan ya nona, kalau boleh tahu, siapa namamu?" tanya sang pria itu.

"Shiho Mi.. er.. maksudku Shiho Kudo." ucap Shiho dengan sedikit gugup.

"Oke, Kudo-san, lain kali kita bisa berbincang kembali, dengan suasana yang lebih baik tentunya."

"Ah.. maaf aku lupa memberitahu namaku, namaku adalah Kawada Ishama, salam kenal, jaa ne." ujar sang pria yang kini diketahui bernama Kawada. Sementara Shiho hanya menatapnya dengan tatapan jenuh, dan sedikit tanda tanya.

~oOo~

Malam harinya

"Tadaima." Shinichi pulang dengan semangat.

"Okaeri." Shiho menjawab dengan lesu.

Shinichi tampak heran ketika melihat raut lesu Shiho saat menghampirinya, "apa yang terjadi padamu?" tanya Shinichi heran. "Tidak ada apapun." jawab Shiho sambil menggelengkan kepalanya, tanpa basa-basi lagi, Shinichi langsung pergi menuju kamar mandi untuk berendam, sepertinya berendam di air hangat akan menjadi momen paling menarik di hari ini.

Namun sedetik kemudian, wajah Shinichi menjadi masam, "Hei Miyano! kau belum memanaskan air untukku mandi?" tanya Shinichi dengan nada tinggi.

"Kau menyuruhku untuk tidak melakukan kegiatan apapun." jawab wanita berambut pirang itu. Shinichi tampak kesal sepertinya, "tapi memanaskan air adalah pekerjaan yang mudah, kau tahu."

"Kalau itu adalah pekerjaan yan mudah kenapa tidak kau lakukan sendiri? jangan manja, Kudo!" bentak Shiho yang mulai tersulut kemarahan.

"LALU APA TUGASMU?" kini Shinichi telah benar-benar marah pada wanita didepannya itu, bahkan ia memukul dinding dengan kencang. Shiho hanya tertegun, dia tidak bisa menjawab, keringat mengucur di sekujur tubuhnya, Shinichi mulai mengontrol dirinya sendiri, sepertinya ia sudah terlalu keras pada wanita itu, harusnya ia tahu, Shiho sama sekali tidak boleh stres, maka ia harus menahan diri.

"Maafkan aku, aku yang salah, lebih baik kau beristirahatlah." ucap halus Shinichi seraya menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.

...

Volume televisi dinyalakan dengan sedang, kini Shinichi sedang menyaksikan pertandingan klub Eropa kesayangannya, dengan seriusnya ia menatap layar televisi. Sementara Shiho berada di kamarnya, ia masih belum tertidur walau pun malam telah larut, entah mengapa, ia masih terngiang-ngiang akan pertengkarannya dengan Shinichi tadi.

'Ternyata Kudo-kun sedikit peduli padaku.'

Ia masih memikirkan saat dimana sang detektif yang tak pernah mau kalah darinya itu untuk pertama kalinya mengalah padanya. Namun shiho menepis anggapan bahwa Shinichi peduli padanya, mugkin saja Shinichi mengingat bahwa dirinya sedang dalam masa kehamilan.

Ya, detektif yang tak pernah peka akan perasaan perempuan itu, yang kini tinggal bersama dengannya, yang kini setiap hari ia lihat wajahnya. Mungkin ini adalah anugrah, atau juga bisa menjadi musibah untuknya, andai saja saat malam itu ia tidak datang, atau andai saja malam itu tak ada, pasti ini tidak akan pernah terjadi.

Sementara Shiho mulai terlelap dalam tidurnya, sambil sesekali membayangkan wajah sang kakak yang telah tiada. Shinichi masih tetap terpaku ke layar kaca yang menyajikan tayangan-tayangan unik dan menarik, tak sedikitpun dalam benaknya terlintas tentang Shiho, sepertinya ia masih menyimpan sedikit amarah. Namun, mau bagaimana lagi? melampiaskan amarah pada wanita hamil bukanlah hal yang bagus, karena akan menyebabkan ia stres dan berakibat pada janin yang dikandungnya, tentu saja ia tidak mau anaknya terlahir cacat, bukan?

Anak?

Shinichi menggelengkan kepalanya, ia sudah membayangkan hal yang jauh dari nalarnya, ia sama sekali tidak mau memikirkan hal itu. Bahkan, bukankah ia pernah menyuruh Shiho untuk menggugurkan kandungannya, ternyata kadangkala ia bersikap jahat pula, ia menekan tombol remot dan mengganti saluran televisi, masih terus menonton.

Urusan nanti entahlah, apa yang akan terjadi, maka terjadilah.

Bersambung...


Sebelumnya mau bales review dulu nih...

Shinju Yoichi: arigatou, Shinju-san, saya benar-benar bersyukur krena kamu telah mereview fic ini, jangan ngasih nilai 10 lah ke fic ini, karena, toh, fic ini juga masih belum sempurna, masih banyak kesalahan di fic ini, masalah update, gomen kalo lama ya, soalnya aku banyak urusan (maklum, anak OSIS) hehehe, dan akan kuusahakan agar ficnya jadi lebih panjang ya, jangan bosan2 untuk review lagi ya...

HayaaShigure-kun: makasih udah review chapter 4 ya, kamu bingung ya Shinichi mau ngapain karena saking bencinya sama Shiho? soal itu aku inta maaf ya... ada sedikit perubahan ternyata, karena menurutku shinichi yang membenci Shiho pasti terlihat sangat OOC, jad maaf ya...

Hai Miyano: mungkin hanya Tuhan yang tahu... hehehe becanda deh..sorry kalo shihonya terlihat sangat OOC, sorry banget, aku akan berusaha untuk membuat Shiho menjadi seperti aslinya

Rini Desu: tidak, tidak... sepertinya aku berubah rencana, Rini-senpai. Jadi Shiho tidak akan kubuat dibenci Shinichi, aku punya rencana lain ^^, dan sayangnya Ran tidak muncul di chapter ini, Ran pasti muncul, tapi nanti, saat sudah mendekati akhir dari fic ini

Ika Chan: makasih banyak udah mereview ficku *menangis ssejadi-jadinya* maaf baru update sekarang, karena aku sibuk sekali di sekolah, aku pasti akan berusaha menyelesaikan fic ini kok ^^

Areta Ayu Pramesti: wah... aku bangga sekali ternyata ada yang menunggu fic ini, makasih banget ya Areta-san, mau tau kelanjutannya? makanya tetep baca fic ini hehehe...oh iya, panggil saja aku Azaka

Mell Hinaga Kuran: Okray! ini udah lanjut kok ^_^ tenang aja scene ShinShinya aku banyakin di chapter kali ini

Chairunissa Hailey: oke sip, ini udah lanjut kok ^_^

Coffeelover98: terimakasih udah mau ngereview fic ini, emang rada OOC sih, terutama Shiho, sayang sekali rencananya aku rubah, karena menurutku Shinichi yang membenci Shiho bakalan terlihat super OOC, hehehe...

Pika-Julia: Okeeey ini udah lanjut lho!, permintaanmu kukabulkan *jrengjreng*aku gak jadi bikin Shinichi benci sama Shiho, bahkan aku gak bisa ngebayangin gimana jadinya kalo Shinichi ngebenci Shiho..

Author Note:

Aku mengucapkan terimakasih sebanyak-banyak-banyaknya *triple banyak* buat yang sudah mereview fic ini, sorry banget kalo fic ini lama updatenya, karena masih ada urusan di real life, aku berjanji kok fic ini akan tetep ku update, dan kuusahakan akan kubuat lebih panjang.

Aku mohon maaf sebanyak-banyak-banyaknya *triple banyak lagi* pada seluruh pembaca fic ini karena jalan cerita kuubah, Shinichi tidak jadi membenci Shiho, karena seperti yang kusebutkan saat membalas review tadi, pasti akan terlihat OOC, sedangkan ku ingin fic ini bagus, jadi mohon pengertiannya ya *tear*

Seperti biasa, saatny untuk mengatakan "Jangan lupa review ya"