Disclaimer : One Piece maupun Naruto bukan punya saya, kalau ada yang bilang punya saya, itu fitnah yang kejam. Penulis cuman punya plot nya saja berikut pulau-pulau imajinernya.
Prolog : Terdampar di Pulau
"Kaa-san.. tou-san.. Izumi-nee-san.. kalian di mana? aku takut sendirian.."
Seorang anak kecil berambut emas menangis di pinggir sebuah pantai yang sangat sepi. Anak tersebut terlihat berumur sekitar sebelas tahunan dengan rambut tegak berwarna kuning keemasan, mata biru bagai lautan dalam, serta serta 3 pasang goretan tanda lahir di pipinya yang terlihat seperti kumis kucing. Ekspresi anak itu terlihat bingung dan ketakutan dan terus duduk menangis sambil mengapit kakinya dan menyandarkan dahi pada lututnya. Anak itu bernama Namikaze D. Naruto.
Pantai tempat anak itu menangis terlihat sepi sekali, bagai tidak pernah terjamah manusia selama beberapa tahun. Dengan pasir putih bersih seperti mutiara dan air laut yang bening hingga terlihat pasir yang ada di dasarnya. Agak jauh dari pantai itu terlihat beberapa karang yang terlihat memecah gelombang, seakan-akan membentengi pulau ini dari amukan ganas gelombang lautan. Di belakang pantai tersebut terlihat hutan yang cukup lebat dan dari kejauhan terlihat sebuah gunung yang kokoh menjulang bagai menantang dewa-dewa di langit.
Di pinggir pantai itu terlihat beberapa puing-puing kayu, sisa-sisa dari perahu yang membawa anak tersebut sampai ke pantai ini. Jika dilihat dari kondisinya perahu tersebut sepertinya menabrak karang hingga hancur hampir berkeping-keping. Turut bercampur bersama puing-puing tersebut terdapat beberapa kotak yang tertutup dan juga beberapa kotak makanan yang sepertinya cukup untuk dimakan beberapa hari ke depan.
"Kaa-san.. hiks.. hiks.. tou-san.. hiks.. hiks.. kalian di mana? jangan tinggalkan aku.. aku takut sendirian," anak berambut keemasan tersebut terus menangis sambil duduk mengapit kakinya sampai beberapa lama.
Mataharipun tenggelam dan sinarnya mengubah langit yang biru menjadi keemasan, menandakan malam segera tiba.
Merasa lapar dan kecapaian karena menangis seharian, Naruto bangun dari duduknya dan mulai mengumpulkan sisa barang-barang yang berserakan di sekitar pantai. Dia kumpulkan barang-barang tersebut dan mencari tempat untuk meletakkan barangnya agar aman dari air laut. Melihat sebuah batu besar yang membelakangi pantai, anak itu bergegas menata barang-barangnya membentuk sebuah ruang yang cukup untuk tidur malam nanti.
Setelah menata barangnya, Naruto membuka kotak yang berisi makanan dan memakan beberapa buah yang ada di dalamnya. Merasa kenyang setelah memakan berapa buah, Naruto meringkuk di dalam kamar buatannya dan kembali menangis selama beberapa saat hingga dia kecapaian dan terlelap sembari air mata terus mengalir dari matanya yang tertutup.
Walau dalam tidurnya, Naruto bergumam, "Kaa-san.. Tou-san.. dimana kalian."
-=0=bwd=0=-
Keesokan harinya.
Matahari naik memancarkan sinar keemasannya, anak berambut emas itu terbangun karena silaunya cahaya matahari. Setelah menguap dan merenggangkan tangannya, anak itu berdiri dan melihat sekitarnya. Masih terlihat puing-puing perahu dan beberapa barangnya yang berserakan di sekitar bibir pantai dan beberapa puing tersebut juga terlihat berserakan agak jauh dari pantai, mungkin terkena arus surut laut.
Anak itu berkedip dan melihat sekitarnya, raut mukanya terlihat berpikir keras tentang bagaimana dia sampai terdampar ke pantai dari pulau yang sepertinya tak berpenghuni ini. Terakhir yang dia tahu adalah ketika dia bersama keluarganya menaiki kapal untuk pergi dari sebuah pulau di West Blue untuk mengunjungi teman ayahnya yang ada di bagian laut yang lain.
Dia hanya ingat beberapa penggal kejadian di kapal itu, bagaimana dia dimarahi habis-habisan oleh ibunya hanya karena kakaknya, Izumi, jatuh terpeleset, walaupun itu juga bukan salahnya. Ingatan terakhirnya di kapal itu adalah dia akan memasuki kamar untuk tidur siang dan tiba-tiba merasakan pukulan di belakang kepalanya, kemudian dia tak sadarkan diri.
Ketika terbangun dia mendapati dirinya terbaring bersama barang-barang pribadi dan beberapa kotak makanan di sebuah perahu kecil yang biasa digunakan pada saat kapal dalam keadaan darurat. Karena begitu panik dia tidak melihat perahunya akan menghantam karang. Untung saja dasar pantai tempat karang tersebut cukup dangkal dan dekat dari bibir pantai, jika tidak dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya.
"Kaa-san.. tou-san.. di mana kalian? Apa kalian meninggalkanku?" anak tersebut bergumam dan terus berpikir apakah orang tuanya benar-benar meninggalkannya ataukah kapal yang mereka ditumpangi terdapat kecelakaan. Atau jangan-jangan kapal mereka dirampok oleh bajak laut?
Tapi tidak mungkin, jika kapal mereka mengalami kecelakaan ataupun dirampok oleh bajak laut, dia mungkin sudah tewas bersama penumpang lainnya. Dan tentu saja jika dirampok oleh bajak laut, tidak mungkin bajak laut-bajak laut itu meninggalkan barang-barang pribadi dan kotak makanan untuknya. Walaupun tidak ingin, namun dia curiga bahwa ayah dan ibunya menginggalkannya demi anak sulung mereka, Izumi.
Menyadari hal itu, air mata kembali membasahi pipinya. Dia meratapi takdirnya, mengapa orang tuanya begitu tega hingga meninggalkanya sendiri ditengah laut. Dia telah menyadari selama beberapa tahun terakhir bahwa orang tuanya lebih memilih kakaknya, Izumi, dibanding dirinya. Alasannya kenapa? Dia tidak tahu, yang dia tahu adalah seekor monster rubah berekor 9 secara tiba-tiba menyerang kotanya dan ayahnya berhasil mengalahkan monster itu. Dan tiba-tiba saja Izumi menjadi anak kesayangan orang tuanya dan beberapa tahun kemudian orang tuanya seperti sudah tidak ingat bahwa dia pernah ada.
Selama beberapa tahun, dia dengan naifnya mencoba mengambil perhatian orang tuanya dengan menjadi pemain pedang terhebat di antara anak seusianya, bahkan dia juga telah mengalahkan beberapa anak yang umurnya 5 tahun lebih tua darinya. Namun kemudian dia sadar, bahwa orang tuanya sudah terlanjur lupa dengan dirinya bahkan cenderung memusuhinya jika itu yang Izumi minta.
Dia sudah menduga bahwa dia akan sendirian di antara keluarganya, namun tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa orang tuanya tega meninggalkannya sendirian di tengah lautan hanya dengan beberapa kotak makanan. Sebenci itukah mereka kepadanya hingga tega meninggalkannya sendirian. Tidak terpikirkankah di benak mereka bahwa ada banyak kemungkinan Naruto tidak akan selamat sampai di daratan. Tidak terpikirkankah di benak mereka bahwa Sea monster, bahkan Sea King, bisa saja menyantapnya hidup-hidup ketika dia berada di atas perahu.
"Kaa-san.. tou-san.. setega itukah kalian padaku.." Naruto bergumam sambil menundukkan kepala dan memejamkan matanya.
Naruto mengusapkan tangan ke wajahnya untuk membersihkan air mata yang ada pada wajahnya sambil menggelengkan kepala mencoba untuk menyingkirkan kemungkinan bahwa keluarganya benar-benar meninggalkannya sendirian. Naruto menguatkan hatinya dan bersumpah akan tetap bertahan hidup walaupun ia sudah ditinggalkan keluarganya.
Sambil memandang matahari yang mulai merambat naik Naruto berpikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Pikiran awalnya adalah langsung keluar dari pulau ini, namun kemudian dia sadar bahwa saat ini dia tidak punya kemampuan untuk keluar dari pulau ini. Perahunya sudah hancur berkeping-keping dan sudah pasti dia tidak mungkin berenang menyebrangi lautan mengingat bahaya Sea King yang bisa melahapnya hidup-hidup.
Tidak, untuk sementara dia harus dapat bertahan hidup di pulau ini dan memikirkan lagi untuk bisa keluar dari pulau ini karena tidak mungkin dia menghabiskan sisa waktunya dipulau ini, kecuali jika dia berencana bunuh diri dan menghantui pulau ini.
Tidak, tidak, tidak, itu pikiran yang bodoh, bukan hanya dia tidak ingin mati muda, namun di tidak mungkin menghantui pulau ini, memangnya siapa yang mau ditakut-takuti, inikan pulau tak berpenghuni.
Gruuk. Uh, sepertinya gara-gara lapar pikirannya sudah tidak lagi fokus.
Naruto membuka kembali kotak makanannya dan memakan sisa buah yang dia belum makan kemarin malam. Naruto duduk menghadap pantai di atas batu besar yang ada di dekatnya, sembari makan dia berpikir.
Sepertinya aku harus mencari sumber makanan yang lain, sisa makanan ini aku tidak mungkin bertahan lebih dari seminggu. Aku bisa mencari ikan-ikan di laut atau mungkin aku bisa mencari buah-buahan di hutan. Akan kulihat dulu apa saja yang mereka tinggalkan padaku, semoga saja mereka juga meninggalkan pedangku.
Setelah kenyang, Naruto berjalan menuju kotak-kotak barangnya dan memeriksa kotak-kotak barang yang ada di situ. Naruto membuka beberapa kotak untuk mencari pedang kesayangannya, mungkin saja orang tuanya mencampur pedangnya bersama beberapa barang lainnya. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya Naruto menemukan pedang kesayangannya pada kotak yang bercampur dengan baju-bajunya.
"Ah, ini dia,"Naruto berkata sembari menarik pedang tersebut dari sarungnya kemudian mengayunkannya beberapa saat untuk merasakan keseimbangannya. Merasa puas, Naruto menyarungkan kembali pedangnya dan menyelipkan pedangnya pada celah di antara sabuk dan celananya.
"Well, mari kita lihat dari sisi positifnya, akhirnya aku bisa memulai petualanganku sendiri," gumam Naruto sambil membayangkan petualangan seperti yang pernah diceritakan guru seni pedangnya.
Setelah berpikir beberapa saat, Naruto memutuskan untuk menjelajahi pulau tempat dia terdampar. Untuk hari ini, dia memutuskan untuk memutari bibir pulau ini. Tidak hanya kalau hanya memutari pulau ini kemungkinan dia tersesat dapat diperkecil tapi juga dengan mengelilingi pulau ini dia dapat melihat seberapa luas pulau ini.
Akhirnya, setelah meneguhkan kembali hatinya, dia mulai berjalan mengelillingi pulau kosong ini.
-=0=bwd=0=-
Beberapa jam kemudian.
Naruto telah memutari pulau kosong ini satu kali. Karena tidak tahu nama pulau ini, dan didukung dengan tidak adanya tanda-tanda pulau ini pernah dihuni manusia, Naruto memutuskan menamai pulau tempatnya terdampar sebagai pulau Emerald. Setibanya kembali ke tempat pertama kali Naruto terdampar Naruto menarik beberapa kesimpulan dari pengamatannya selama mengitari pulau Emarald. Bahwa Pulau ini cukup luas, walaupun tidak lebih besar dari pulau asalnya di West Blue, namun cukup lebih besar dari beberapa pulau yang ada di West Blue.
Pulau ini merupakan sebuah pulau yang pantainya dikelilingi oleh beberapa karang layaknya dinding-dinding pada sebuah benteng. Daratannya, pulau ini memiliki gunung.. maksudku bukit.. maksudku gundukan yang menjulang cukup tinggi dan dikelilingi oleh hutan yang cukup lebat.
Naruto menghela nafas lega ketika melihat pohon-pohon yang ada di tepi pantai. Jika dilihat dari tepi pantai, pohon-pohon yang ada di hutan umumnya adalah pohon yang menghasilkan buah sehingga Naruto tidak perlu khawatir lagi tentang makanan yang akan dimakan beberapa hari atau bulan kedepan.
Setelah melihat barang-barangnya sekali lagi Naruto memutuskan untuk mencari ikan yang ada di dekat pantai. Naruto tidak berani keluar terlalu jauh dari pantai mengingat bahaya Sea Monster yang berkeliaran di laut dalam.
Setelah beberapa perjuangan panjang dan bercucuran keringat Naruto berhasil menangkap bebeapa ikan dan membawanya ke tepi pantai untuk dipanggang. Setelah membunuh ikan-ikan hasil tangkapannya, Naruto berjalan ke tepi hutan untuk mencari kayu bakar dan batu untuk membuat api unggun. Api ini selain sebagai pemanggang ikan juga akan digunakan Naruto untuk penghangat malam nanti.
Setelah memangang dan memakan ikan, Naruto baru menyadari bahwa matahari sudah mulai terbenam. Merasa kecapaian, Naruto memutuskan untuk tidur menggunakan kantung tidurnya di dekat api unggun. Sebelum Naruto tertidur, Naruto memutuskan bahwa Naruto akan bertahan hidup dan suatu saat nanti akan kembali ke West Blue dan menunjukkan pada keluarganya bahwa Namikaze D. Naruto bukanlah seseorang yang dapat dianggap remeh. Dari sinilah titik balik seorang Namikaze D. Naruto, yang sebelumnya hanyalah seorang anak yang naïf dan haus perhatian menjadi bajak laut kuat yang ditakuti, baik oleh sesama bajak laut maupun armada-armada Marine.
-=0=bwd=0=-
Beberapa hari berikutnya, Naruto melakukan hal-hal rutin yang seolah menjadi sebuah ritual. Setelah bangun tidur, Naruto akan membersihkan tubuhnya di sebuah telaga kecil yang ia temukan ketika menjelajahi hutan utara pulau Emerald. Telaga ini cukup dangkal dan terhubung dengan laut, namun aneh nya air di telaga ini bukan air asin. Naruto memindahkan barang-barangnya ke sebuah gua yang berjarak tidak jauh dari telaga ini dan membuat perkemahan berjarak satu meter dari telaga.
Setelah membersihkan tubuhnya, Naruto berlatih menggunakan pedangnya. Naruto melakukan beberapa gerakan seakan-akan dia bertarung dengan beberapa musuh secara langsung. Setelah berlatih pedang, Naruto menjelajahi hutan di pulau Emerald atau mencari ikan di laut atau di telaga dekat perkemahan. Setelah menjelajahi beberapa bagian hutan di pulau Emerald, Naruto melihat bahwa pulau ini hanya memiliki pohon, ikan dan burung saja, tidak ada hewan yang lain.
Tepat seminggu setelah Naruto tiba di pulau Emerald, naruto mendapat sebuah keberuntungan, atau ketidak beruntungan tergantung dilihat dari sisi yang mana. Kejutan tersebut berupa buah aneh yang Naruto temukan dalam penjelajahannya. Buah itu seperti buah melon, namun bintik yang cukup besar dan dikelilingi pola seperti huruf koma di sekitarnya. Jika dilihat secara seksama buah tersebut mirip sekali dengan sbuah mata, tapi Naruto berusaha untuk tidak memikirkannya.
Salah satu sifat buruk Naruto adalah rasa penasarannya yang tinggi. Naruto bukanlah anak yang bodoh, sebaliknya Naruto merupakan anak yang memiliki pemikiran yang tajam, namun diiringi rasa ingin tahu yang luar biasa. Naruto sering mendengar perkataan tentang 'bagaimana keingintahuan membunuh si kucing', tapi pikir Naruto paling tidak si kucing mati dengan tersenyum puas. Walaupun Naruto tidak ingin mati dan yang pasti juga bukan kucing, namun Naruto merasa kalimat itu dapat menjadi pembenaran untuk apa yang akan dia lakukan.
Naruto merasa pernah melihat buah yang serupa dengan buah yang saat ini dipegangnya, namun di saat yang bersamaan buah ini berbeda dari buah yang dinamai devil fruit atau buah iblis yang pernah dia dengar dari rumor pala pendatang di kota asalnya.
Oh, well. Kalau memang ini buah iblis aku bisa mendapat kekuatan super, tapi kalau bukan buah iblis .. ya paling tidak aku kenyang.
Tanpa pikir panjang lagi, Naruto memakan buah itu. Naruto lupa satu fakta penting jika seseorang memakan buah iblis, orang itu tidak bisa berenang lagi.
Setelah memakan secuil, naruto tidak merasa sesuatu aneh terjadi padanya. Buah ini juga rasanya biasa saja, tidak seperti buah iblis yang rumornya berasa seperti makan kotoran kuping. Merasa ini buah biasa saja Naruto menghabiskan buah itu dengan cepat. Setelah selesai memakan buah itu, Naruto beridir dan berjalan kembali ke perkemahannya. Baru berjalan beberapa langkah, Naruto merasa matanya tiba-tiba panas luar biasa. Merasa sakit yang tak tertahankan Naruto akhirnya jatuh pingsan di tempat itu juga. Sesaat sebelum pingsan, terlintas beberapa kata di benak Naruto.
Itu tadi aku makan apa ya?
-=0=bwd=0=-
Naruto terbangun akibat silau terkena cahaya matahari pagi. Setelah menguap dan mengusap wajahnya, Naruto bangkit berdiri kemudian menoleh kiri-kanan. Sepertinya dia masih belum beranjak dari tempat pingsannya kemarin. Sambil berjalan kembali ke tempat kemahnya, Naruto bertanya-tanya buah apa yang dia makan kemarin? Apakah itu buah iblis? Tapi rasanya biasa saja, tidak sama seperti rasa buah iblis yang ada di rumor-rumor. Memang Naruto belum pernah memakan buah iblis, namun Naruto sering mendengar rumor bahwa buah Iblis rasanya sangat tidak enak, seperti makan kotoran telinga, kalau Naruto tidak salah dengar. Bagaimana rasanya kotoran telinga? Naruto juga belum pernah dan tidak ingin mencobanya dalam waktu dekat ini.
Sesampainya di telaga, Naruto bergegas membersihkan diri dan berburu ikan yang ada di telaga. Setelah menghabiskan 5 ekor ikan, Naruto baru sadar kalau ketika mandi dan berburu ikan di telaga tadi tenaganya tidak hilang seperti di rumor buah iblis.
Apa kemarin itu bukan buah iblis? Atau karena telaganya bukan air laut? Menurut rumor, buah iblis merupakan penjelmaan dari iblis laut, mungkin aku akan kehilangan kekuatanku kalau tercebur ke laut.
Tapi kalau yang aku makan tadi buah iblis, kemampuan super apa ya yang aku dapatkan?
Tidak mau terlalu lama berspekulasi, Naruto segera menuju pantai dan mencoba merendam badannya di air laut. Baru menceburkan setengan dari badannya Naruto merasa tenaganya berkurang secara drastis.
Ah, ternyata buah itu memang buah Iblis.
Merasa tidak ingin tenggelam secara konyol, Naruto bergegas kembali ke daratan. Begitu mundur dua langkah, Naruto merasa tenaganya kembali lagi seperti sebelumnya. Akhirnya Naruto menarik kesimpulan untuk tidak terlalu masuk ke lautan dalam dan menarik garis batas sejauh apa dia bisa mencebur ke laut.
Hahaha, ternya yang aku makan tadi memang buah iblis, kemampuan apa yang kira-kira aku dapatkan dari memakan buah tadi? Mungkin buah tadi bertipe logia? Pasti keren sekali kalau aku bisa menjadi manusia Magma atau menjadi manusia Es seperti Vice Admiral Marine.
Naruto terus memikirkan kira-kira kekuatan apa yang dia dapat dari memakan buah iblis. Naruto terus memikirkannya sambil berjalan kembali ke tepi telaga. Setelah kembali lagi ke tepi telaga, Naruto mencari sebuah pohon yang rindang kemudian duduk bersila di bawah naungan bayangan pohon sambil menutupkan matanya untuk bermeditasi. Naruto mencoba bermeditasi untuk mencari kekuatan apa yang dia dapatkan dari buah iblis tadi karena Naruto tidak tahu jenis apa buah Iblisnya.
Guru pedangnya pernah berkata, jika seseorang ingin melihat kekuatan tersembunyi yang ada di dalam diri maka orang itu harus mengenali dirinya dan mencoba untuk menulusuri pikiran jiwanya sedalam mungkin. Naruto tidak tahu apakah dengan cara ini Naruto bisa mengetahui kemampuan apa yang dia dapatkan dari buah Iblis namun Naruto tetap mencobanya.
Well, lebih baik mencoba dan gagal daripada tidak mencoba dan tidak tahu hasilnya, siapa tahu berhasil.
Setelah beberapa lama bermeditasi, Naruto menemukan suatu gangguan di ujung pikirannya. Naruto mencoba untuk menjangkau gangguan tersebut dan mengamatinya dari berbagai sudut pandang. Sambil tersenyum kecil, Naruto menyadari apa penyebab gangguan itu. Itu adalah kekuatan yang bukan berasal dari dirinya. Kekuatan itu bagaikan mempunyai potensial penggunaan yang tak tebatas. Itu merupakan kekuatan yang muncul setelah dia memakan buah Iblis. Merasa yakin kekuatan buah iblis itu tidak akan melukai dirinya, Naruto mencoba menariknya dan melingkupi dirinya dengan kekuatan itu.
Sesaat setelah menarik kekuatan buah iblis, Naruto merasakan kejutan pada seluruh badannya dan panas pada kedua bola matanya. Panas pada bola matanya tidaklah sakit sama sekali, panas tersebut malah cenderung membuat dirinya nyaman seakan-akan terdapat sebuah energi yang melingkupi bola matanya.
Membuka matanya, Naruto terkejut melihat pandangan matanya menjadi lebih tajam. Mendongakkan kepalanya ke atas, Naruto dapat melihat burung yang terbang di kejauhan. Menundukkan kembali kepalanya, Naruto mampu melihat detil-detil dari rumput yang ada di bawahnya. Yang lebih mengejutkan lagi, naruto seperti mampu melihat dengan jelas apa yang ada di bayang-bayang. Seperti kegelapan yang dihasilkan oleh bayang-bayang tersebut tidak pernah ada.
Merasa aneh, Naruto berjalan ke pinggir telaga dan mencoba bercermin di airnya. Betapa terkejutnya dia, ketika melihat pantulan wajahnya di air. Iris matanya telah berubah, Tidak lagi berwarna biru seperti birunya lautan, tapi merah dengan tiga bintik, yang seperti tanda koma, mengelilingi pupil matanya.
Kerennn! Mataku berubah, aku bisa melihat dikejauhan bahkan bisa melihat tanpa terganggu bayang-bayang. Kira-kira apalagi kemampuan buah iblis ini? Perasaanku mengatakan tidak hanya ini.
Merasa bersemangat dengan kemampuan barunya, Naruto mencoba terus bereksperimen dengan kembali menjelajahi pulau Emerald dan mengamati sekelilingnya, mencoba mengamati perbedaan-perbedaan yang mungkin terjadi. Dari pengamatannya, Naruto menyadari bahwa dia bisa memprediksi arah dan cara terbang burung satu detik sebelumnya. Dia dapat memrediksi arah terbang burung, bagaimana burung-burung tersebut berbelok, atau akan hinggap pada sebuah dahan. Naruto dapat memprediksi gerakan-gerakan burung tersebut satu detik sebelum burung tersebut melakukannya.
"Kerennnnnnnn! Dengan kemampuan ini aku bisa menjadi pemain pedang terhebat dan tak terkalahkan," Naruto berteriak ke langit, merasa sangat bersemangat dengan kemampuan barunya. Setelah merasa puas Naruto mencoba menarik kembali kemampuan barunya dan ketika bercermin kembali ke air telaga, menghembuskan nafas puas Naruto melihat matanya kembali biru lagi.
-=0=bwd=0=-
Beberapa bulan kemudian.
Naruto saat ini sedang berlari zig-zag, merunduk, dan melompat di balik pohon mencari perlindungan. Di belakangnya terdapat gerombolan burung berwarna merah berparuh lancip (yang dia sebut burung gila) yang terbang secara acak dengan kecepatan tinggi. Naruto keluar dari tempat persembunyiannya dan lari zig-zag menghindari burung-burung yang terlihat menyerangnya dari segala arah. Dengan menggunakan kekuatan buah iblisnya, Naruto dapat memprediksi dari mana burung-burung tersebut akan menyerang. Seperti seorang penari profesional, Naruto meliukkan tubuhnya kesana kemari menghindari serangan burung-burung merah itu.
Ini merupakan tambahan dari beberapa kegiatan rutin Naruto sejak dia mendapat kekuatan buah iblis. Beberapa hari semenjak Naruto mendapatkan kekuatan buah iblis, Naruto secara tidak sengaja merusak sarang sekelompok burung merah yang memang bersarang di pulau Emerald. Walaupun awalnya tidak sengaja akhirnya Naruto menjadikan serangan burung-burung merah tersebut untuk melatih kekuatan buah iblisnya. Semenjak itu Naruto setiap hari menggangu beberapa burung merah, sehingga gerombolan yang lain juga ikut menyerangnya. Umumnya Naruto berlatih beberapa jam hingga Naruto berhasil menghilangkan jejaknya sampai dia dapat meloloskan diri dari kejaran burung-burung itu.
Pada awalnya, Naruto kesulitan untuk menghindari serangan burung-burung tersebut sehingga dia harus kembali ke kemahnya dengan badan penuh luka. Namun, dengan seiring berjalannya waktu Naruto akhirnya dapat menghindari sebagian besar serangan burung tersebut, bahkan Naruto dapat dikatakan telah membangkitkan indra keenamnya dengan mampu menghindari serangan dari sudut mati.
Setelah merasa cukup, Naruto lari dengan kecepatan tinggi sambil menghindari pohon bergegas keluar dari hutan tempat sarang burung-burung gila itu. Keluar dari hutan dan tiba di pantai, dengan badan sedikit lecet-lecet Naruto kemudian berlari sprint menyusuri pantai untuk kembali ke tempat perkemahannya. Sesampainya di perkemahan, Naruto menarik kemampuan mata ajaibnya yang dalam dua detik berubah warna, dari yang tadinya merah menjadi biru kembali.
Setelah mandi dan makan, Naruto kembali melakukan meditasi untuk menulusuri apa saja potensial dari kekuatan buah iblisnya karena insting Naruto mengatakan bahwa kekuatan buah iblisnya tidak hanya memberikan pengelihatan dan kemampuan memprediksi. Insting Naruto mengatakan saat ini dia hanya membuka secuil dari kemampuan buah iblisnya.
Selesai bermeditasi Naruto mengerjakan proyek kecilnya, yaitu merekonstruksi ulang perahu yang membawanya ke pulau ini. Dengan mengamati konstruksi perahu itu ditambah beberapa pengetahuan yang pernah dia dapatkan, Naruto merombak dan merekonstruksi ulang perahu itu agar perahu yang hancur hampir berkeping-keping itu menjadi perahu yang cukup kuat dan mampu membawanya serta barang-barang miliknya mengarungi samudra luas dan keluar dari pulau ini. Dengan mengorbankan beberapa baju miliknya untuk dijadikan layar dan beberapa pohon untuk dijadikan badan perahu, Naruto berhasil menyelesaikan 70% dari konstruksi perkiraannya, perahu buatannya akan selesai dalam waktu 1 bulan dan akhirnya dia bisa keluar dari pulau ini dan mencari pulau lain yang berpenghuni. Walaupun Naruto suka dengan kedamaian yang ada diciptakan pulau Emerald, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Naruto ingin sekali dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.
"Satu bulan lagi.. satu bulan lagi aku bisa keluar dari pulau ini.." gumam Naruto dengan keringat bercucuran sambil mengerjakan perahunya.
-=0=bwd=0=-
Satu bulan kemudian.
Di tepi pantai sebuah pulau yang saat ini berpenghuni seorang anak, terlihat sebuah perahu yang menyerupai kapal kecil. Perahu itu cukup lebar, mungkin dapat menampung 3 orang didalamnya. Perahu itu memiliki bagian belakang yang cukup luas dengan beberapa tempat untuk menaruh barang-barang dan di beberapa sudutnya terdapat kayu-kayu yang ditata menyerupai sebuah gigi-gigi yang saling bertumpukan. Gigi-gigi itu sepertinyamenghubungkan peralatan mekanis yang berupa baling-baling pada bagian belakang kapal dengan kayuhan yang ada di depan kapal.
Di bagian tengah perahu terlihat sebuah tiang pancang yang tidak terlalu tinggi dan di tiang tersebut terdapat palang yang diikat menggunakan campuran akar dan rumput tunggi membentuk huruf 'T'. Jelas tiang dan palang tersebut digunakan untuk mengikat layar pada perahu tersebut. Layar perahu, yang berupa campuran pakaian yang ditambal-sulam diberbagai tempat, itu masih tergulung di tempatnya siap untuk digunakan.
Di dekat perahu (yang seperti kapal kecil) itu terlihat seorang anak berambut emas yang terlihat sibuk menata barang-barangnya. Anak itu terlihat sedang membereskan barang-barangnya di pinggir pantai. Semua barang-barang yang tersisa hingga saat ini dan beberapa barang buatannya selama di pulau Emerald tertata rapi dan kemudian dia kelompokkan untuk selanjutnya dinaikkan ke perahu buatannya.
Setelah menaikkan semua barang-barangnya, anak berambut emas yang bernama Namikaze D. Naruto itu mulai memeriksa lagi barang-barang yang akan dibawanya berlayar.
"Makanan? Cek!" sambil melihat kotak-kotak makanan (berisi buah dan ikan) yang mungkin bisa bertahan selama beberapa minggu.
"Pancing? Tombak?Cek!" sambil melihat 3 buah pancing dan 5 buah tombak yang tergeletak di sisi kanan sebuah kapal, masing-masing terikat menjadi satu.
"Baju? Air minum?Peralatan Tidur?Peralatan Anti Hujan?Cek!" kata Naruto sambil menunjuk kotak-kotak yang dia sebutkan.
"Pedang? Pelindung tangan? CEK! Komplit! SIAP BERANGKAT!"teriak Naruto sambil meloncat ke atas kapal.. perahu yang telah dimodifikasinya.
"Namikaze D. Naruto siap meninggalkan pulau tak berpenghuni dan kembali ke peradaban manusia," Naruto bergumam sambil melihat pulau yang akan ditinggalkannya, pulau yang beberapa bulan ini menempa kemampuan bertahan hidupnya, menuju pulau dengan masa depan yang tak tentu.
Dengan membentangkan layar perahunya, Namikaze D. Naruto meninggalkan pulau Emerald dan berlayar menuju lautan luas. Menuju ke petualangan selanjutnya.
Chapter 1. Prolog : Terdampar di Pulau – End
A.N : Cerita ini karangan pertamaku. Pairing belum ditetapkan, tapi mungkin Robin atau Harem. Rating saya buat M karena chapter ke depan mungkin sedikit penuh dengan darah. Kalau ceritanya jelek, ya saya menyadari, namanya juga masih newbie, jadi tolong jangan di flame ya. Kalau mau mengkritik yang membangun atau ada ide yang pengen ditambahkan, silahkan tulis di review.
Thank you.
Dimenstrom out.