Author: Meonk and Deog.

Tittle: Kinda love you.

Main cast: Lee Hyuk Jae and Lee Donghae.

Pair: HaeHyuk

Slight pair: KangHyuk.

Rate: T.

Genre: Romance and comedy.

Warning: GS, typo, typo (s), AU, OOC, OC, etc.

Disclaimer: Story naturally ours. Cast belong themselves.

Summary: "Nafas melamat kala gugusan daun musim gugur mengenai kepala, ia baru ingat ternyata perlu 33 jari untuk menghitung usianya. Namun yang membuatnya telah menyesal menyentuh angka ke 30 adalah, cinta yang terlalu takut akan membeku ketika menemuinya."

DON'T LIKE, DON'T READ!

NO COPAST! DON'T BE PLAGIARIMS!

Happy Reading

.

.

.

Author Pov.

Tak…

Tak…

Tak…

Manik si surai hazel semenjak tadi tak fokus, terkadang menyentuh pena lalu mengetukkannya kearah meja. Bibir tebalnya merekah, sesekali mengambil nafas saat hidung mancungnya tak berfungsi optimal. Posisi duduk telah ia coba untuk perbaiki, sering kali mengaduh ketika rasa nyeri merayap kedaerah punggung dan terkadang menyentuh saraf kepala.

Retinanya menyorot sinis sketsa adam yang melintas, dengan jari yang menunjuk layar didepan mereka presentase sederhana dilakukan. Namun nyatanya wanita sexy ini tak pernah puas, protes sederhana dengan dengusan tak nyaman sesekali nampak samar ditengah suasana hening yang menjadi dominasi.

"Hhhh…" Dan gempulan udara dari bilik mulut menghentikan sejenak segala aktivitas, terjeda singkat saat sang atasan memberikan reaksi yang sama seperti minggu lalu.

"Rapat selesai, lanjutkan minggu depan. Tuan Han, datanglah keruanganku." Ucapan penutup dihadiahi tundukkan formal dari segala penjuru insan yang memenuhi ruangan. Suara debaman pintu penelan satu entitas yang disegani disambut bisik-bisik samar, sementara tuan Han yang disebutkan namanya tadi, kini menjadi salah satu objek latar belakang gosip-gosip tak mengenakkan.

"Apa Manager Lee mau mengajak bawahannya kencan lagi?" Wanita yang diidentifikasikan sebagai teman si pembicara melayangkan tangan, memukul kepala wanita disamping dengan dengusan juga kernyitan nyata didaerah dahi.

"Kau gila? Mana mungkin! Tuan Han baru berusia 24 tahun." Kali ini wanita disamping lagi-lagi mencebik, 24 tahun bukan sebuah rekor lagi menurutnya.

"Dasar bodoh! Laki-laki yang kemarin usianya juga masih 22 tahun." Segala entitas diruangan ini membulatkan mata tak sesuai kapasitas, sementara si pemberi informasi menutup mulut. Bodohnya ia! Bisa-bisa pekerjaannya kali ini habis!

"Kau serius?" Mau tidak mau, ia menggerakkan kepala. Para pegawai lain mulai menampakkan geliat asing.

"Mati kau Kim Ryeowook, nona Lee akan menghabisimu jika dia tahu kau sudah mengatakannya pada semua orang." Kim Ryeowook menggelengkan kepala, apapun antisipasinya. Pekerjaan adalah konsekuensi dari mulut besarnya.

"Sungmin eonni bantu aku!"

.

.

.

Lipstick warna merah menggoda kali ini melekat lebih pekat, iris obsidian gelapnya mulai menelusuri segela bentuk entitas. Dari atas hingga kebawah, decakkan kagum atas keindahan tubuh menjadi impresi indah tak kala maniknya mendapat sebuah panorama. Laki-laki didepannya terlihat terpaku, duduk dengan setengah rok menjadi alasan utama mengapa mata sipit si tuan Han bahkan tak mengatup hanya untuk sekedar berkedip.

Laki-laki berkebangsaan Cina ini menyeka bibir, takut-takut saliva yang bergumul jatuh melawan gravitasi. Bosan dengan reaksi itu-itu saja, si wanita menegakkan tubuh. Mencondongkan tubuh atas kebagian depan dengan posisi duduk yang mulai berada dalam taraf tak terlalu normal.

"Sejujurnya tidak ada yang wah dari presentasemu pagi tadi." Si Cina menunduk, kreativitas bagaimana cara menarik konsumen telah lenyap. Gesturnya makin terlihat tegang, dengan saraf tertarik ia mencoba tersenyum tipis.

"Tapi…, karena wajahmu tampan semua itu bisa dimaafkan." Cahaya binar diwajah makin menerang, si Cina meneguk ludah. Diotak bersarang satu pikiran, apa karena wajah ia dimaafkan? Atau ada alasan lain?

"Terimakasih banyak Sajangnim." Kepalanya menunduk formal, sementara tubuhnya masih terduduk diatas sofa beludru berwarnakan merah.

"Tidak ada hadiah untukku?" Terjadi jeda, suasana kontan hening. Hankyung, pemuda itu tampak berpikir keras.

"Ehh?" Wanita didepannya memiringkan kepala, setidaknya waktu beberapa menit dirasa cukup untuk menangkap apa maksud terjelasnya.

"A…aku, aku sudah punya pacar. Maafkan aku…" Gerakkan kepala yang tiba-tiba merendah dengan nada memelas membuat wanita ini tersentak kaget. Ia memutar mata, dijaman ini apa setia masih diperlukan?

"Ahh…, tidak menarik! Kau boleh pergi."

.

.

.

"Itu mahal! Jangan pakai sembarangan!" Henry yang sibuk memberikan beberapa polesan warna pada kuku tiba-tiba disentakkan oleh pukulan keras diarah kepala. Gadis manis ini mendesis, kepalanya berdenyut beberapa detik.

"Kau kaya! Kenapa pelit sekali pada adikmu?!" Obsidian Hyuk Jae mengecil dengan sudutan yang makin meruncing, belum berniat menjawab ia mendudukkan tubuh keatas lantai kayu. Meraih potongan apel yang tersedia dan mengunyahnya dengan gerakkan lamat.

"Aku yang kaya atau kau yang miskin?!" Henry tak menjawab, ledekkan ini sedikit menyentil saraf otaknya. Memilih opsi diam agar tak melanjutkan ketaraf pertangkaran, sekaligus diberikan kesempatan untuk memakai barang mahal itu lagi.

"Biasanya saat baru putus dia akan marah jika orang lain meminjam barang-barangnya." Suara rendah dari pojokkan memaksa Hyuk Jae untuk memberikan perhatian lebih, dia pikir hanya ia dan si bungsu yang ada ditempat ini. Tak disangka, si sulung juga ikut-ikutan membuat kegaduhan dengan ia sebagai fokus utama.

"Putus lagi?" Lagi-lagi Henry buka suara, Hyuk Jae mendengus.

"Bukan putus tapi ditolak." Terlalu kaget, Henry memberikan reaksi spontan; cat kuku yang digunakan tiba-tiba keluar dari area yang diinginkan.

"Serius?" Kibum si sulung menghela nafas. Untung saja ditolak, jika tidak mungkin ia lagi-lagi akan menanggung malu ketika tetangga berceloteh tentang kehidupan sang adik yang hobi gonta-ganti pasangan. Buruknya, usia mereka selalu terlampau jauh lebih muda.

"Kenapa sekaget itu? Memangnya hal baru jika aku putus cinta?" Mereka semua menggeleng, tidak terlalu baru untuk kadar seorang Lee Hyuk Jae. Hanya terlalu baru untuk pangkatnya kali ini. Sebagai seorang manager sukses dan sexy, siapa pria yang berani menolak?

"Aku punya banyak kenalan seumuran denganmu, teman dari Siwonie dan mereka semua pengusaha."

"Tidak tertarik, mereka tua semua." Impresinya terlalu dini, menolak dengan kibasan tangan. Sementara mata terfokus pada drama didepan tv. Penolakkan mutlak.

"Aish…! Kau kira kau masih layak disebut muda? Ayah dan Ibu juga ingin cucu!" Hyuk Jae mendelik, sedangkan Henry mulai membuka mulut. Belum ada definisi pasti pada apa yang akan dikatakannya.

"Dia bukan tua, tapi dia ringkih."

Tak.

Satu pukulan untuk satu ucapan yang dianggap jauh dari norma. Kembali Henry mengusap kepala, bibir cerinya terus mengaduh sakit.

"Kalau ayah dan ibu ingin cucu, kenapa tidak eonni saja yang memberikannya dengan Siwonmu itu?"

"Jangan lupakan fakta bahwa aku dengannya sudah bercerai." Ucapannya dibalas tak kalah sengit, tak ada yang bisa menganggu gugat pemikiran kritis dari seorang Lee Kibum.

"Fakta bahwa kalian bercerai tapi tetap tinggal dalam satu atap?" Kibum memutar mata, masih ada jawaban untuk ini.

"Siwonie bukan orang seperti itu, kita mungkin sudah bercerai. Dan kami memegang komitmen yang cukup kuat. Perceraian tetap perceraian." Hyuk Jae menggidikkan bahu, otaknya terproses cepat untuk memberikan jawaban. Orang pintar tak selalu pintar, terkadang mereka memberikan sedikit celah agar musuh mendapatkan kesempatan.

"Yah…, komitmen bodoh dan perceraian yang tak kalah bodoh."

Trak!

Dua individu yang beradu mulut spontan diam pada satu reaksi, Henry yang membanting remote tv dengan wajah memerah, indikasi bahwa ia sedikit jengkel.

"Bisakah kalian diam?! Itu So Ji Sub!"

.

.

.

'Sorry, sorry, sorry, sorry, naega, naega, naega, meonjyeo, nege, nege, nege, ppajyeo, ppajyeo, ppajyeo, beryeo baby.'

Fragmen alunan musik terdengar tak begitu stabil, lagu itu sedikit memekakan tapi melodinya begitu energik. Kepalanya menghentak kearah bawah, samar-samar ia ikut bergumam dengan lirik yang tak terlalu dihafal. Gadget yang digenggam ikut beraktivitas kala ia merasa bosan dengan obrolan khas anak kuliahan. Menurutnya wanita sexy jauh lebih menarik ketimbang gadis yang beraegyo didepan sana.

"Ouh…, min-ah kyeopta." Dari kelima pemuda yang berjejer, empat dari mereka menggumamkan hal yang sama. Klimaksnya adalah…., 'Aduh imut sekali!'

"Hei…! Hei! Donghae! Donghae!" Interupsi dari sekitar setidaknya berpengaruh besar untuknya melepaskan headphone. Dengan air muka yang mengkeruh, wajahnya terpaksa dibalikkan. Menatap sang teman dilengkapi raut wajah kesal.

"Apa?"

"Kau suka boyband?" Donghae mengangguk polos, namun tiba-tiba matanya membulat ketika reaksi para temannya mulai berubah dengan mulut mulai mengendur.

"Ahh…, uri Donghae suka boyband. Siapa favoritmu? Eunhyuk? Leeteuk? Yesung?" Menimbang sebentar, tiga nama itu adalah favoritnya.

"Aku suka Eunhyuk." Masih dengan raut wajah polos, matanya berbinar. Bahkan poster si objek yang dibicarakan kini telah memenuhi ruang kamar.

"Ahh…, Eunhyuk. Uri Donghae suka Eunhyukie…" Samar-samar nada jahil mulai mengendap dan teridentifikasikan. Donghae sekarang mengerti apa maksud banyak temannya. Bibirnya seketika mencebik, ekspressi yang cukup menggemaskan sebenarnya.

"Apa-apaan!" Para teman mengedip-ngedipkan mata, dengan tubuh yang mulai maju mendekati Donghae.

"Ahh…, uri Donghae kyeopta."

"Tutup mulut kalian! Aku pergi!"

"Hahaha uri Donghae bbuing-bbuing, ingat nanti malam!"

.

.

.

Sejak tadi ekspressinya tak berubah, garis wajah yang mengkerut dengan alis menyatu sempurna. Setidaknya guyonan tadi sedikit menyentil telinga, menurutnya laki-laki manly sepertinya tak terlalu pantas untuk mendapatkan lawakkan 'cute' dengan latar belakang meledek. Tak pernah suka, walaupun ia tak pernah bisa menampiknya.

"Issh…, jinjja!" Kakinya menghentak ketanah, tak menghentikan langkah walau memperlambat intensitas. Ia menundukkan kepala, cappuccino yang digenggam sebenarnya sejak tadi telah menyentuh suhu rendah, tapi pemuda ini terlalu sayang untuk membuangnya ke tong sampah.

"Tidak tahu apa jika ayahku kepala polisi!" Bahkan nada meracaunya makin tak jelas, usianya yang kedua puluh tahun tak pernah menjadi fokus utama para sahabat untuk berhenti mengolok-olok.

Brak.

Suara keras dari dua tubuh yang saling berbenturan menimbulkan satu aksi hingga gelas plastik yang digenggam menumpahkan isinya kearah satu lawan individu. Mereka sama-sama terkapar ditanah, mengaduh singkat sebelum kembali berdiri. Donghae membulatkan mata, oh tidak ada masalah! Dia mengotori mantel bulu wanita itu.

"Yak!" Suara melengking hampir saja mambuatnya jatuh, keringat dingin telah memenuhi pelipis. Takut-takut, ia berharap wanita ini tidak meminta ganti rugi.

"Bocah tengik! Matamu lari kemana?! Mantelku kotor! Ahh…eomma! Ini mahal sekali!" Ubun-ubun Donghae bergidik, ia belum bisa memberikan reaksi yang tepat selain diam dan meratapi nasib sialnya. Salah satu yang terburuk dari ini adalah, wanita ini terdengar sangat galak.

"Noona maafkan aku, aku tidak sengaja. Maafkan aku noona…" Kali ini si wanita yang membulatkan mata, kata noona terdengar asing juga memberikan sensasi lain. Biasanya dia akan dipanggil ahjumma atau yang terparah halmonie. Mulut yang tadinya sibuk mencecar kini sudutnya tertarik keatas. Memamerkan seringai asing dari seorang Lee Hyuk Jae.

"Ho…, kau memanggilku noona? Bukan ahjumma?" Donghae mengangguk, ia rasa panggilan ahjumma terlalu berlebihan untuk wanita didepannya.

"Tebak berapa umurku!" Kening Donghae mengkerut sempurna, ada apa dengan wanita ini?

"Ehh?"

"Cepat tebak bocah!"

"28 tahun?" Satu tawa meluncur sempurna, Hyuk Jae hampir lupa tujuannya mengomel tadi untuk apa.

"Hahahaha pintar. Ah…iya! Mantelku…!" Donghae menepuk kepala, aduh kenapa wanita ini malah ingat! Donghae berkali-kali menunduk, tidak, dia tidak mau dimintai uang ganti rugi.

"Noona uangku sedikit sekali, bagaimana kalau aku membawanya kebinatu?" Wajah tak percaya masih melekat, dengan mata menyipit bibir Hyuk Jae bergumam tanda ia ragu.

"Bagaimana bisa aku menjamin jika kau tidak menjualnya?" Donghae menggeleng, tangannya ikut melambai tanda tidak. Satu pergerakkan cepat dilakukan, sebagai orang yang bertanggung jawab dan didikte dengan aturan laki-laki, wanita yang menurutnya sexy ini tak akan dikecewakan. Walaupun tingkahnya cenderung manis dan sembrono, Donghae berpegang teguh pada apa yang pernah diajarkan ayahnya.

Satu tangannya bergerak kearah belakang, meraih sebuah kartu dari dompet juga pena ditas jinjingnya. Entah apa yang ditulis laki-laki ini.

"Ini kartu nama ayahku, noona bisa menelpon ini jika aku melanggar janji. Dia bekerja di kantor kepolisian Seoul, aku juga mencatat nomorku disini." Bukannya menghilang, intensitas kerutan didahi makin terlihat. Manik Hyuk Jae kali ini tersorot lurus, nama yang tertera disana cukup familiar dan pekerjaan orang itu juga dirasa tak terlalu baru ditelinga. Mungkinkah dia orang itu?

"Lee Young Woon?" Donghae mengangguk, nama ayahnya memang Lee Young Woon.

"Lee Young Woon yang berbadan besar tapi tampan itu?" Sekali lagi ia mengangguk, penggambaran yang tepat untuk sang ayah.

"Lee Young Woon sarjana universitas Dankook?" Untuk yang ketiga kalinya pemuda ini mengangguk membenarkan.

Bruk.

"Oppa…"

.

.

.

TBC.

.

.

.

Mind to review?

.

.

.

Author note:

Hahahah Annyeonghaseyeo reader-deul xD kkk~ #bow. Kami datang lagi, ini FF GS perdana kami! Setelah sekian lama tenggelam ditelan kesibukkan UTS. Akhirnya kami punya waktu luang untuk ngetik lagi! Dan wahnya lagi…., KAMI LIBUR AMPE TANGGAL 9 JANUARI! HUAHAHAHAH XD #NyengirBahagia.

Ah iya, jujur ff ini udh kami ketik ampe tamat. Tinggal di publish ampe tamat aja hehehe, Chapt 2nya dipublish besok juga bisa~ hahhaha xD /plak

Ahhh…, FF ini sedikit terinspirasi dari Drama Korea "Still mary me". Dan, kalo mau dapet feel yang lebih kuat, boleh download soundtraknya yg dinyanyin sama Byul. Judulnya beautiful girl.

Ini ff hanya selingan, jadi mungkin karena banyaknya waktu luang kami bakal segera menamatkan Make a sense~ hihihi

Maaf untuk typo, diksi yang berantakan, kalimat yang kurang berkenan, kami benar-benar minta maaf #bow.

Jadi apakah FF ini masih layak untuk dilanjutkan?