"Aniki, apa aku tidak bisa cepat-cepat lulus dari akademi sepertimu?" Sasuke bertanya dengan wajah sedikit cemberut.
Itachi tertawa kecil, kemudian mengacak-acak rambut adiknya itu dengan gemas. "Baru masuk akademi satu hari, sudah ingin lulus saja."
"Habis aku tidak suka di akademi. Membosankan. Aku maunya langsung jadi ninja sungguhan seperti aniki," tukas Sasuke, melipat tangannya di depan dadanya.
"Sungguh kau berpikir seperti itu? Jangan-jangan saat kelulusan kau malah masih ingin di akademi," goda Itachi.
Sasuke mendecih. "Tidak akan!"
.
.
kakkoii-chan presents
Sakura and the Uchiha Family
Naruto © Masashi Kishimoto
semi-AU, non-Uchiha massacre, oneshoot collection
Warning! OOCness, gejeness, typo, dll
Don't like don't read! :D
ENJOY!
.
~ Uchiha Sasuke ~
.
Ada yang salah pada dirinya, begitu pikir Sasuke ketika ia berjalan pulang menuju rumahnya setelah ujian praktek akademi yang cukup melelahkan. Bukan karena ujiannya—karena Iruka-sensei bilang nilainya yang tertinggi di angkatannya. Ia senang, tapi ya hanya itu. Senang titik. Tidak ada kata-kata sangat di depan kata itu. Malah kalau mau lebih jujur, ada sejumput rasa sedih di dalam hatinya—dan ia tidak tau kenapa.
Mendadak Sasuke berhenti melangkah, alisnya mengkerut bingung. Kenapa juga ia harus sedih? Bukannya sejak awal masuk akademi dulu ia malah ingin segera keluar dari tempat itu dan menjadi ninja kelas atas seperti kakaknya? Memangnya apa yang ada di akademi yang membuatnya merasa kehilangan?
Sesuatu yang ada di akademi ya, Sasuke mencoba berpikir lebih keras. Ada apa di akademi? Dan kemudian sekelebat warna merah muda muncul di benaknya. Ah, benar juga, di akademi kan ada Sakura. Apa setelah mereka lulus, ia masih bisa bertemu dengan Sakura? pikirnya sambil melanjutkan perjalanan pulangnya.
Ia jadi ingat, Itachi pernah membicarakan soal pembagian tim untuk para genin. Kata kakaknya saat itu, mereka akan dibagi menjadi tim berisi tiga anak dan seorang Jounin sebagai pembimbing dimana mereka akan menjalankan hampir setiap misi bersama. Ia jadi bertanya-tanya sendiri, bagaimana kalau ia dan Sakura jadi menjauh karena mereka berbeda tim? Bagaimana kalau teman satu tim Sakura suka mengganggu gadis kecil itu? Bagaimana kalau nanti Sakura… menyukai salah satu teman setimnya?
Memikirkan hal itu membuatnya jadi kesal sendiri.
.
~ Sakura and the Uchiha Family ~
.
"Sasu-chan tidak suka makanannya?" tanya Mikoto dengan nada khawatir. Hari ini ia memang sengaja memasak agak banyak untuk merayakan kelulusan putra bungsunya, tapi bukannya senang, Sasuke malah terlihat agak lesu dari biasanya.
Sasuke menggeleng pelan. "Masakan Kaa-san enak seperti biasa," jawabnya sambil memasukkan makanan ke mulutnya.
"Kalau begitu kenapa sedari tadi terlihat lesu begitu sih, Sasu-chan?" tanya Mikoto lagi.
Kali ini Sasuke hanya diam, membuat Mikoto makin bingung menghadapi tingkah anaknya itu. Iapun melirik ke arah suaminya yang hanya mengendikkan bahu tanda tak tahu. Mendecih kesal, ia ganti memberi kode ke arah putra sulungnya.
Itachi mengangguk, tanda mengerti. "Kau ini kenapa sih, Sasuke? Jangan bilang kau masih ingin jadi murid akademi?," tanya putra sulung keluarga Uchiha itu dengan nada menggodanya yang biasa.
"Ma-mana mungkin begitu. Aku sangat senang bisa keluar dari akademi," jawab Sasuke agak gagap. Matanya tanpa sadar menghindari manik hitam milik kakaknya yang menatapnya penuh
"Masa?" cecar Itachi lagi. Mendadak sebuah pikiran muncul tanpa diduga di otak putra sulung keluarga Uchiha itu. "Ah, aku tahu," ujarnya dengan seringai penuh kemenangan.
"Tidak mungkin! Aniki tidak mungkin tahu," Sasuke setengah berteriak saking paniknya. Rasanya malu kalau sampai kakaknya itu mengetahui fakta kalau ia tidak mau berpisah dengan Sakura.
"Sasuke, jangan berteriak di meja makan," suara berat Fugaku membuat ketiga Uchiha lain menyadari bahwa kepala klan Uchiha itu sedang berada di tempat. "Dan duduk kembali ke tempatmu."
Sasuke buru-buru mengambil posisi duduk. Rupanya tadi tanpa sadar ia berdiri saking terpengaruhnya oleh kakaknya. "Ma-maaf," ujarnya pelan, matanya melirik kesal ke arah Itachi yang dengan cueknya masih memamerkan seringai jahilnya.
"Tunggu dulu," kali ini Mikoto yang ganti bersuara. Rupanya kata-kata sang kepala keluarga tak menyurutkan nyalinya untuk mencari tahu alasan dibalik tingkah putra bungsunya. "Kaa-san masih penasaran. Coba seseorang jelaskan," ia menatap satu persatu putranya, menuntut jawaban.
"Bukan apa-apa, sungguh, Kaa-san," jawab Sasuke sebelum Itachi membuka mulutnya. "Sepertinya aku hanya kelelahan saja karena ujian tadi," kilahnya dengan sangat meyakinkan—menurutnya.
"Bohong," tukas Itachi cepat. "Bilang saja kalau sebenarnya kau tidak mau berpisah dengan Sakura. Iya kan?" tambahnya sambil terkekeh.
Wajah Sasuke memerah seperti warna makanan kesukaannya. "Si-siapa bilang?"
Itachi mendecih, "Lihat saja wajahmu. Tertulis jelas di sana," lanjutnya sebelum melanjutkan makannya.
"Ah, benar juga ya. Kaa-san jadi ikut sedih nih," Mikoto manggut-manggut. "Tapi bukan berarti kau tidak bisa bertemu dengannya lagi kan, Sasu-chan?" wanita itu mencoba memberi semangat.
"Sudah kubilang bukan seperti itu," Sasuke kembali berkilah. Tapi sepertinya tak ada satu orangpun yang percaya.
"Berdoa saja kalian berdua berada di tim yang sama," Itachi menimpali lagi, setelah menghabiskan suapan terakhir nasinya. "Karena susah kalau kalian berbeda tim. Siapa tahu ada laki-laki yang berani mendekati Sakura-chan. Tahu sendiri kan, dia sangat manis," lagi-lagi Itachi tak bisa menahan keinginannya untuk menggoda adiknya.
Sasuke mengerucutkan bibirnya, kesal. Tapi memang begitulah adanya, kata-kata kakaknya memang benar. Bisa apalagi dia selain berharap ia dan Sakura berada di tim yang sama?
.
~ Sakura and the Uchiha Family ~
.
Entah kenapa pagi ini terasa berbeda untuk Sasuke. Ia berangkat ke akademi—untuk yang terakhir kalinya—dengan perasaan tegang. Bahkan lebih tegang dibandingkan saat ia berangkat untuk ujian kelulusannya. Apa pembagian tim sebegitu menakutkannya untuknya? Ah, sial.
Ia memasuki ruangan kelasnya, menduduki sebuah bangku di deretan ke empat yang masih kosong. Tangannya ia tangkupkan di depan wajahnya, mencoba mengurangi ketegangan di tubuhnya.
"Ohayou, Sasuke-kun," sapa suara yang Sasuke hapal betul siapa pemiliknya. Terlihat gadis yang memonopoli pikirannya sedari kemarin itu mengambil tempat di sebelahnya. "Selamat atas kelulusanmu, Sasuke-kun!" ujar gadis itu sambil tersenyum lebar.
"Hn. Kau juga," Sasuke membalas pendek. Namanya juga jaga image.
"Ne, ne, Sasuke-kun," Sakura membuka pembicaraan setelah kelas sudah mulai ramai. "Menurutmu kita akan dibagi berdasarkan apa? Sejujurnya aku takut tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan timku."
"Entahlah, aku juga tidak tahu," jawab Sasuke. Dalam hati ia masih berharap, entah bagaimana cara pembagiannya, ia bisa satu tim dengan gadis di sebelahnya itu.
"Ada yang salah, Sasuke-kun?" tanya Sakura sedikit khawatir. "Kenapa kau sampai mengerutkan alismu begitu?"
Buru-buru Sasuke memasang wajah datarnya yang biasa. "Bukan apa-apa."
"Sungguh?"
Belum sempat Sasuke menjawab, tiba-tiba saja si bocah pirang bodoh berisik yang diketahui bernama Uzumaki Naruto itu mengalihkan perhatian Sakura. "Ohayou, Sakura-chan! Hari yang cerah ya? Semoga saja aku bisa satu tim dengan Sakura-chan," ujar bocah itu dengan semangat menggebu-gebu, membuat Sasuke mendadak bad mood. Semoga saja ia dan Sakura tidak ditempatkan dengan bocah berisik itu, Sasuke berharap dalam hati. Ah, memangnya ia dan Sakura pasti satu tim? Kenyataan pahit yang kembali harus ditelan oleh Uchiha bungsu ini.
Sakura tertawa, "Kita tunggu saja pengumumannya ya, Naruto. Ah, lihat, Iruka-sensei sudah datang," tambahnya begitu menangkap wali kelasnya itu memasuki kelas.
.
.
Sasuke bisa merasakan tangannya mulai terasa dingin sekarang. Satu per satu nama lulusan akademi tahun ini sudah mulai disebutkan oleh sensei-nya, tapi namanya belum juga terdengar. Begitu pula nama Sakura.
"Berikutnya, tim tujuh," suara Iruka-sensei berkumandang di semua penjuru kelas. "Yang pertama, Haruno Sakura."
Sasuke refleks menahan napas. Nama Sakura sudah disebut. Ia melirik ke arah gadis di sebelahnya. Sakura terlihat sama tegangnya dengannya. Lihat saja baju terusan merahnya yang mulai kusut karena diremas berkali-kali oleh gadis itu. Dan mendadak detak jantungnya serasa lebih cepat dua kali lipat.
"Lalu Uzumaki Naruto," lanjut Iruka-sensei yang diiringi sorakan gembira dari si pemilik nama.
Cih. Sasuke tak bisa menahan diri untuk tak mendecih sebal. Kenapa malah nama Naruto yang disebut? Kenapa bukan namanya saja?
"Dan.. Uchiha Sasuke."
Beberapa detik hening. Eh, yang barusan itu…?
"Kyaaa… Sasuke, kita satu tim! Mohon bantuannya," suara Sakura yang pertama membuatnya sadar kalau ia tidak salah dengar. Benar-benar nama Uchiha Sasuke yang tadi disebut oleh Iruka-sensei.
"Hn. Sama-sama," Sasuke menjawab pelan. Rasanya seluruh tubuhnya lemas saking leganya. Bahkan ocehan Naruto sama sekali tidak ia gubris. Yang terpenting ia satu tim dengan Sakura. Walaupun itu berarti ia harus bertahan bersama dengan Uzumaki Naruto.
Ya begitu juga tidak apa-apa. Asal ada Sakura.
.
~ Sakura and the Uchiha Family ~
.
"Tadaima," Sasuke melepas alas kakinya sebelum memasuki ruang tengah rumahnya.
Itachi yang sedang duduk sembari membaca beberapa gulungan menoleh, "Ah, okaeri, Sasuke. Kau pulang agak telat."
"Hn, Jounin pembimbing tim kami datang terlambat. Dua jam lebih kami menunggu," jawab Sasuke sekenanya.
Putra sulung keluarga Uchiha itu mengangguk-angguk, "Biar kutebak. Hatake Kakashi?"
Mata Sasuke sedikit melebar, "Bagaimana kau bisa tahu?"
Kakaknya itu terkekeh, "Siapa yang tidak tahu kebiasaan telat Kakashi," jawabnya, "Lalu bagaimana dengan timmu yang lain?"
"Ya be-begitulah. Tidak terlalu menyebalkan," Sasuke memalingkan mukanya ke arah lain, jauh-jauh dari mata tajam Itachi yang ternyata jago membaca pikiran orang lain.
Seulas senyum jahil muncul di wajah Itachi. Tampaknya Uchiha satu ini sudah menebak maksud terselubung adiknya itu, "Ah, tidak terlalu menyebalkan ya? Lalu bagaimana dengan Sakura-chan?"
"Kami satu tim," cicit Sasuke sangat pelan, yang tentu saja tidak luput dari telinga terlatih Itachi. Wajahnya mulai dihiasi warna merah mikroskopis yang ia harap dengan sangat tidak terlihat oleh kakaknya.
Tanpa diduga-duga Itachi tertawa keras, "Lihat wajahmu itu Sasuke! Manis sekali. Kau pasti sangat bahagia ya?" godanya sambil menjawil lengan Sasuke.
"Bi-biasa saja. Aniki saja yang berlebihan," celetuk Sasuke asal. "Sudah, aku mau ke kamar dulu. Panggil kalau makan malamnya sudah siap ya," tambahnya sebelum cepat-cepat kabur dari hadapan kakak semata wayangnya itu.
"Hai, hai, Sasuke. Nikmati kesenanganmu sendiri sana," jawab Itachi sambil setengah terkekeh melihat tingkah adiknya yang kelewat manis itu. Sudah jelas suka, masih saja ditutupi.
.
.
Sasuke menutup pintu kamarnya, kemudian merosot duduk dengan punggung menempel di pintu. Wajahnya terasa panas sekarang. Kalau saja tidak ingat image Uchiha-nya, sudah pasti senyum lebar senantiasa bertengger di wajahnya sejak tadi.
Tapi kata-kata kakaknya memang benar, ia memang senang ia bisa satu tim dengan gadis yang diam-diam menyita perhatiannya itu. Itu tandanya ia bisa terus dekat-dekat dengan gadis itu. Dan pastinya, ia tidak perlu selalu mengkhawtirkan gadis itu. Karena ia bisa melindungi Sakura-nya sendiri.
Perlahan seulas senyum muncul di wajahnya. Entah kenapa membayangkan hari-hari ke depan mereka membuatnya tersenyum begini. Ah, tunggu dulu. Ia baru kalau di timnya ini tak hanya ada mereka berdua. Ada Uzumaki Naruto yang pastinya tetap suka sok mencari perhatian Sakura, dan seorang Jounin aneh tukang telat yang bernama Hatake Kakashi.
Sasuke menghela napas panjang. Sepertinya tidak akan seindah yang ia bayangkan sebelumnya.
.
~ Sakura and the Uchiha Family ~
.
"Yokatta, ne, Sasuke," Mikoto tak bisa menyembunyikan kebahagiannya di meja makan ketika mendengar kabar perihal tim Sasuke yang baru dari Itachi. "Sering-seringlah ajak Sakura-chan dan teman timmu yang lain kemari."
Sasuke hanya diam, memakan nasinya tanpa menjawab apapun. Terlalu sibuk menjaga ekspresi wajahnya sepertinya.
"Dengan begini satu langkah agar Sakura-chan menjadi anak perempuan di keluarga ini tercapai," ujar Nyonya Uchiha ini sambil menghela napas lega. "Rasanya tidak sabar menunggu kalian dewasa."
Fugaku berdehem. "Masih saja membicarakan itu. Bagaimana nasib Uchiha kalau sampai ada yang berambut merah muda?" ujar kepala keluarga itu dengan serius.
"Kau juga masih saja membicarakan merah muda. Sebegitu tidak sukanya dengan warna itu?" Mikoto mendelik kesal.
Sasuke dan Itachi saling berpandangan. Dan sepertinya topik Haruno Sakura akan terus dibicarakan di meja makan keluarga Uchiha ini.
.
.
OWARI
.
.
WAAAA! Akhirnya rampung juga nih chapter terakhir. Banyak yang bertanya-tanya, siapa Uchiha terakhir yang bakal muncul. Dan benar sekali, Uchiha Sasuke! btw, masih ada yang nungguin nggak ya? Hha.
Sebelumnya saya minta maaf, karena terus terang moodnya nggak kunjung datang dan idenya suka tiba-tiba ilang gitu. Mana saya banyak ujian ini itu dan tugas akhir yang menyita pikiran, jadi makin ngaret aja deh. Ini aja curi-curi ditengah ngetik proposal yang tak kunjung usai. *malah curhat*
Dan.. soal chapter ini kalau kurang banyak sasusaku-nya, kurang menghibur, endingnya ngaco atau terlalu abal, saya mohon maaf sebesar-besarnya ya! Soal pembagian tim juga, emang nggak sesuai sama manga aslinya dan itu emang disengaja sih. hha. Dan ke-OOC-an yang tak kunjung hilang di keluarga Uchiha ini. Ini murni kesalahan saya semata. hhe.
Terima kasih sudah mengikuti fic ini sampai sejauh ini. Mohon maaf kalau banyak kekurangan. Terima kasih review dan fav dan alertnya. Maaf nggak bisa sebutin satu-satu, tapi love you all deh. Mohon sarannya buat perbaikan kedepannya ya! Hhe.
Sampai jumpa di karya saya yang lain. Salam cintah, kakkoii-chan
~ Jogja, 11092014 23:00 ~