Chapter 4

Sasuke melirik sebal kearah isterinya yang masih tertidur pulas di ranjang. Rencananya pagi ini mereka akan makan bersama ayah mertuanya juga Hinata dan Naruto. Sasuke memang sengaja tidak membangunkan isterinya, biar saja. Ia ingin isterinya dimarahi oleh ayah mertuanya yang terkenal sangat memegang adat. Jika Hanabi tidak terlihat pada saat makan pagi mereka yang pertama sebagai suami isteri, Sasuke yakin ayah mertuanya akan menegur putri bungsunya itu. Hiashi terkenal sangat keras dalam mendidik anak.

Sasuke bergegas ke ruang makan dengan diam-diam agar isterinya tidak bangun.

"Hey Sasuke..." panggil Naruto semangat ketika melihat sahabatnya memasuki ruang makan. Sasuke membungkuk sedikit memberikan salam hormat pada mertua dan kedua kakak iparnya yag baru. Sasuke duduk disamping Hiashi dan berhadap-hadapan dengan Naruto.

"Eh...mana Hanabi-chan?" tanya Naruto heran melihat Sasuke datang tanpa adik iparnya tersayang.

"Dia masih tidur" kata Sasuke tenang. Sasuke bisa melihat orang-orang disekitarnya merubah raut mukanya. Hiashi menatap Sasuke tajam, Naruto cengengesan sedangkan Hinata menundukan kepalanya dengan wajah memerah. Sasuke mengerutkan keningnya melihat reaksi keluarga barunya itu.

Hiashi berdehem beberapa kali lalu mulai makan. Sasuke memberikan pandangan bertanya pada Naruto. Naruto hanya membalas pandangan itu dengan cengiran.

"Coba kau makan supnya Hinata..." kata Hiashi datar.

"Um...Hinata sedang kurang selera makan ayah" kata Hinata pelan. Naruto yang kini memusatkan perhatiannya pada Hinata hanya menghembuskan nafas berat.

"Kau harus makan Hinata...aku mohon...aku tak mau kau pingsan lagi seperti kemarin" bujuk Naruto.

"Tapi aku tak bisa makan banyak Naruto-kun...aku malah mau muntah kalau makan banyak-banyak" rajuk Hinata sambil cemberut.

"Kalau begitu paling tidak sup ayamnya dimakan sampai habis" bujuk Hiashi tegas.

"Ayah..." kata Hinata merengek. Kehamilan Hinata memang tidak mudah. Ia hanya bisa makan dalam porsi sedikit, satu mangkok kecil nasi saja tidak akan habis, apalagi jika memakan sup ayam yang disiapkan koki keluarga Hyuga khusus untuknya itu. Sup ayam itu merupakan ayam utuh yang isi perutnya sudah diisi dengan nasi dan rempah-rempah yang konon baik untuk kesehatannya.

"Sedikit saja Hinata...kalau kau sudah mulai mual, kau bisa berhenti" kata Naruto mengalah. Naruto benar-benar khawatir dengan kondisi istri dan anaknya ini. Ia sudah pernah mengalami kehilangan calon anak 1,5 tahun yang lalu. Ia tak ingin hal itu terulang lagi.

"Baiklah" kata Hinata enggan.

Sasuke hanya melihat interaksi keluarga yang baru dengan rasa ingin tahu. Naruto jelas sekali telah siap menjadi seorang ayah. Apakah ia juga akan siap pada saatnya nanti?. Sasuke menggeleng kepala pelan untuk mengusir ingatan tadi malam.

"Apa acara malam pertamanya sukses Sasuke?" tanya Naruto santai. Sasuke yang sedang menelan makannya terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Naruto. Ia melirik ayah mertuanya yang jelas-jelas ingin sekali mencekik Naruto.

"Apa pertanyaan seperti itu pantas ditanyakan Naruto?" kata Hiashi galak

"Um...memangnya tidak pantas ya? Dulu saat malam pertamaku Hanabi, menanyakannya pada saat makan pagi seperti ini" kata Naruto tanpa rasa bersalah.

"Naruto kun" kata Hinata dengan nada memperingatkan.

"Iya...iya..." kata Naruto sebal.

Sasuke tahu dari pandangan Naruto bahwa Naruto akan menanyakan hal ini ketika mereka ada kesempatan berdua saja.

Makan pagi itu menurut Sasuke sangat membosankan. Isinya hanya membujuk Hinata makan. Padahal Sasuke ingin mertuanya memanggil Hanabi atau menyuruh Sasuke memarahi Hanabi atau apapun yang bisa membuat dirinya memuntahkan penderitaannya tadi malam.

Diakhir makan pagi mereka Hiashi mengatakan akan menyuruh pelayan mengantarkan makanan kekamar Sasuke dan Hanabi.

#####

Sasuke melihat istrinya sedang menyisir rambutnya dengan panik. Hanabi menolehkan wajahnya dari cermin riasnya ketika Sasuke masuk dengan santainya kedalam kamar mereka. Hanabi segera berlari kearah suaminya.

"KENAPA KAU TAK MEMBANGUNKANKU HAH?APA YANG AKAN AYAHKU KATAKAN WAKTU AKU TERLAMBAT MAKAN?" kata Hanabi dengan panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh suaminya. Hanabi jongkok dan menutupi mukanya dengan tangan.

Sekarang Sasuke hanya bengong melihat istrinya yang jongkok sambil menutupi wajahnya dan terisak-isak. Ada apa sih dengan wanita?. Tadi malam Hanabi begitu percaya diri, usil, berani dan sekarang wanita muda yang dihadapan Sasuke ini menangis terisak isak.

"Aku tak hiks akan hiks berani menampakan hiks wajahku hiks kearah ayah dan neechan hiks hiks huwaaaa"Hanabi menangis terisak-isak.

Sasuke mengerjapkan matanya bingung. Menurutnya tadi ayah mertuanya tidak ambil pusing. Padahal Sasuke sudah berharap ayah mertuanya akan menegur atau memarahi Hanabi, tapi ia malah mengatakan akan menyuruh pelayan membawakan makanan ke kamar mereka.

Kini Sasuke ikut jongkok dihadapan istrinya yang masih menangis.

"Hei...sudah...jangan menangis" kata Sasuke. Ia belum pernah menghadapi situasi ini. Ia memang sering membuat wanita menangis. Tapi wanita itu bukan istrinya jadi ia tak ambil pusing. Berbeda dengan Hanabi, batapapun kurang ajarnya ia tadi malam, Hanabi tetaplah istrinya.

"Kalau kau lapar tadi ayah sudah menyuruh pelayan untuk membawakan makanan kekamar, kau bisa makan dikamar" kata Sasuke sambil mengelus-elus puncak kepala Hanabi. Mendengar perkataan suaminya Hanabi mendongakan kepala, dari wajahnya Sasuke tahu istrinya memandang Sasuke dengan wajah kengerian. Lalu menunduk lagi melanjutkankan isak tangisnya. Sasuke yang sudah berharap istrinya kembali menjadi wanita yang ia temui tadi malam mendesah kecewa. Kenapa sih istrinya ini?

"Sasuke-sama...Hanabi-sama...ini saya bawa makanan"

Mendengar suara pelayan membawa makan dengan secepat kilat Hanabi meloncat ke ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Sasuke semakin bingung melihat tingkah istrinya.

"Masuk" perintah Sasuke.

Pelayan itu hanya membawa nampan yang berisi mangkuk besar sup bebek seperti yang Hinata makan. Setelah menaruh makanan di meja pelayan itu langsung mohon diri.

Sasuke segera mendekat kearah ranjang dan menggoncang-goncangkan tubuh istrinya.

"Hei pelayannya sudah pergi" kata Sasuke keras. Hanabi hati-hati membuka selimut yang menyelubungi tubuhnya. Sasuke melihat mata Hanabi memerah habis menangis.

"Kau kenapa sih?kenapa menangis tidak jelas seperti itu" kata Sasuke kesal. Hanabi melototkan matanya kearah suaminya.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" kata Hanabi galak

"Sepertinya kau tidur nyenyak sekali."jawabnya datar

"Seharusnya kau membangunkanku...kalau kau membangunkanku jadinya kan tidak begini" kata Hanabi semakin galak. Sasuke hanya mengernyit mendengar perkataan Hanabi. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya Hanabi maksudkan.

"Seperti ini?seperti apa?" tanya Sasuke

"Membuat kita malu" kata Hanabi gemas.

"Kau yang telat bangun kenapa mesti aku yang malu. Mestinya kau kan yag malu" kata Sasuke makin heran.

"Mereka akan mengira aku telat bangun gara-gara kau" kata Hanabi lagi

"Kenapa jadi aku yang disalahkan" Sasuke benar-benar kesal sekarang.

"Karena aku ketiduran karena kelelahan melayanimu tadi malam" kata Hanabi gemas.

"Kau ap...apa?tap...tapi..." Sasuke gelagapan menanggapi perkataan Hanabi. Sekarang ia tahu apa arti pandangan mertua dan kaka iparnya.

"Ugh...itu memalukan sekali" kata Hanabi sambil menutupi wajahnya dengan tangan

"Kenapa tidur denganku jadi hal memalukan, Hinata sekarang hamil juga gara-gara tidur dengan Naruto kan" kata Sasuke sengit. Hanabi hanya mendelik.

"Kenapa sih kau bodoh sekali..." kata Hanabi ngambek.

Sasuke memberikan pandangan heran

"Dengar kau bodoh Karena kau tak tahu malu...memang kita suami istri jadi berhubungan suami istri merupakan hal yang wajar. Tapi kau juga harus menghargai mertuamu. Jangan terang-terangan menunjukan bahwa kau ingin dilayani semalam suntuk sampai aku kelelahan dan tidur sampai kesiangan." Kata Hanabi menggerutu.

"Kau bahkan tidak melayaniku" kata Sasuke menggerutu.

"Kan sudah kubilang kalau aku sedang datang bulan, kau kan sudah kuijinkan meraba dan menciumku sesukamu karena Cuma itu yang bisa kulakukan saat ini" kata Hanabi kesal. Sasuke terdiam menahan marah mengingat malam pertama yang benar-benar menyiksa.

"Aku pergi dulu" kata Sasuke ketus.

###

"Bagaimana malam pertamamu?" tanya Naruto semangat ketika Sasuke tiba dikantor hokage.

"Apa tidak ada pertanyaan lain?" kata Sasuke kesal

"Ah...jadi gagal ya" kata Naruto menatap Sasuke kasihan.

"Bukan urusanmu" kata Sasuke acuh

"Apa kau baca icha-icha paradise pinjamanku?disana banyak teknik untuk pemula. Seharusnya kau bisa pilih diantara salah satu. Aku tahu kau gugup karena ini yang pertama untukmu tapi seharusnya kau berusaha untuk menyenangkan Hanabi" kata Naruto sok bijak.

"Walau kubaca juga percuma. Dia sedang datang bulan" kata Sasuke santai.

"Eh...benarkah?tapi dan Hinata chan membantu Hanabi memilih lingeriedan kau juga diberi obat kuat" kata Naruto bingung.

"Kapan aku minum obat kuat?" kata Sasuke memicingkan matanya.

"Minuman saat kita kumpul-kumpul sebelum kau masuk kekamar pengantin, selain obat kuat juga ada obat perangsang dan obat agar kualitas sperma menjadi bagus" kata Naruto santai.

Sasuke menatap Naruto tak percaya.

"Aku mau memberitahumu tapi saat itu Hinata pingsan jadi belum sempat. Kalau Hanabi sedang datang bulan, kau tidak akan diberi ramuan semacam itu. Astaga...kau pasti menderita sekali tadi malam. Dulu saat aku dengan Hinata, obat itu baru hilang pengaruhnya menjelang pagi" kata Naruto menatap sahabatnya prihatin.

Sasuke terpaku. Ia asih menatap Naruto tak percaya. Apa datang bulan memang karangan Hanabi semata. Atau Hanabi memang ingin melihat Sasuke menderita?. Sasuke segera bangkit dari duduknya dan bergerak ke arah kompleks Hyuga. Ia butuh penjelasan istrinya. Sekarang juga.

.

.

.

Hay hay hay chapter 4 coming...

Kemaren sibuk update fic yang lain jadi terpaksa deh fic ini lama update

Thanks bagi yang udah kasih saran dan kritik

Jangan lupa kasih komentar chapter 4 ok ^_^