Disclaimer : Naruto_Masashi Kishimoto

Pair : NaruSasu.

Warning : OOC,OC,M-Preg,BL,Yaoi,Typo(s),kata-kata yang mungkin kepotong-tanpa sebab-, dll.

A/N : Mungkin ini chapter sedikit lebih panjang dari biasanya karena ini chapter terakhir dan aku ingin segera menyelesaikan fic ini agar hutangku sedikit terlunasi. Mungkin alur di chapter terakhir ini sedikit lebih cepat karena seperti yang kukatan tadi,aku ingin cepat menyelesaikan fic ini. Kalau soal kalimat-kalimat yang terputus,ini sama sekali bukan kesalahan Author,mana mungkin kan aku membuat cerita dengan kalimat-kalimat yang menghilang? Itu semua berasal dari pihak Fanfictionnya dan aku masih mau berbaik hati meng edit lagi agar kalimat-kalimat yang menghilang itu kembali ada. Aku baik kan? XD

Btw...Masih ada yang ingat sama fic ini?

DON'T LIKE,DON'T READ!

...

Chapter 10

.

.

.

Original Story by Akasaka Kirachiha

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Suara pukulan,pecutan,tamparan dan hal sadis lainnya terdengar di dalam ruang penyiksaan bawah tanah. Sesosok yang di duga pemimpin geng-geng yang meresahkan masyarakat konoha tengah di adili tanpa belas kasihan.

"Apa yang membuatmu melakukannya?! Cepat jawab!"

Sang algojo penyiksaan dengan cepat melayangkan pecut miliknya dan telak menghantam tangan berotot itu. Bukan tanpa alasan ia melakukannya,sang penjahat yang tengah ia adili itu menolak memberikan jawaban yang memuaskan dirinya.

"A-aku di bayar seseorang ugh..."dengan bersusah payah akhirnya penjahat itu membuka suaranya.

Sang algojo menghentikan kegiatannya lalu menginjak kepala penjahat itu dengan kaki kananya. "Siapa?! Siapa yang membayarmu?! Apa untungnya orang itu dengan membayar kalian untuk berbuat onar di Konoha?!"tanyanya lagi.

Penjahat itu menghela nafasnya lalu menjawab dengan teratih-atih. "Soal kami yang meresahkan masyarakat itu bukan termasuk misi dari seseorang,kami hanya di bayar untuk membunuh anggota Uchiha dengan perlahan."

Algojo itu melepaskan injakannya lalu menjambak rambut penjahat itu agar terduduk tegap dihadapannya. "Siapa...? Katakan siapa yang membayarmu? Dan mengapa ia menyuruhmu untuk menghancurkan Uchiha?!"

Pria berbadan besar itu menutup matanya,memutuskan untuk jujur saja dari pada ia mati mengenaskan di tangan algojo. "Aku tidak tahu mengapa dia menyuruhku menghancurkan Uchiha tetapi yang aku tahu dia... juga seorang Uchiha..."

..

..

..

..

"Bagaimana? Apakah berhasil di tangkap?"

Sebagai istri yang baik,wanita berambut coklat pendek tersebut membuatkan teh hangat untuk sang suami dan menghidangkannya,tak lupa juga untuk dirinya sendiri.

"Sudah,ternyata dia bukanlah orang yang mengoordinasi kejahatan ini,orang itu di bayar seseorang,ia mengatakannya setelah di paksa keras oleh algojo kepercayaanku."jawab sang suami sembari meminum teh hangatnya.

Walaupun sudah ada sedikit kelegaan di wajah si suami,namun tetap saja tidak dapat menyembunyikan kerutan di wajahnya,tanda masih ada yang ia pikirkan sedari tadi.

"Oh ya,apa kau sudah melihat keadaan Sasuke? Dia dan bayinya tidak apa-apa kan?"tanya Rin,sang istri.

"Dia baik-baik saja,bahkan ia baru saja melahirkan setelah kejadian yang menimpanya."jawab Obito lalu meminum teh nya lagi. "Dia satu-satunya saudaraku yang sangat keras kepala,bahkan melebihi Fugaku Ji-san."

Rin hanya tersenyum lalu menimpali, "Jika tidak keras kepala,dia tidak akan selamat seperti sekarang bukan? Lalu,kenapa wajahmu masih terlihat gusar?"tanyanya lagi.

Lelaki berumur 32 tahun itu menghela nafasnya, "Masih tentang akar dari masalah itu,aku tidak percaya jika 'dia' yang menjadi dalang dari semua ini.."

"Jadi kau sudah mengetahuinya? Siapa?"tanya Rin penasaran.

"Seseorang yang sudah lama di buang dari keluarga Uchiha karena kecerobohannya yang hampir membuat perusahaan bangkrut dan membuat perekonomian Konoha sempat jatuh."jawab Obito lirih, "Ia di penjara seumur hidup di penjara kelas berat dan berhasil kabur satu minggu yang lalu karena kelalaian petugas."

"Aku tidak tahu kalau ia berbuat sampai se nekat ini untuk membalaskan dendamnya."

.._..

.._..

.._..

"Kenapa harus ke rumah sakit? Sudah kubilang aku tidak apa-apa."ujar Hachi kesal . Ia merasa di bohongi oleh sang Ayah . Bukankah sebelumnya Itachi bilang tidak akan pernah membawanya ke rumah sakit? Rasanya Hachi ingin menonjok wajah tanpa dosa itu kalau tidak ingat kalau orang yang ingin ia pukul adalah ayahnya sendiri.

"Kita kemari bukan untuk memeriksakan keadaanmu,kau sudah mau berbicara saja sudah cukup."

Itachi menjawabnya dengan tenang tanpa mengalihkan pandangannya,matanya masih fokus mencari salah satu ruangan di dalam rumah sakit tersebut.

"Lalu? Kenapa?"

Itachi tidak menjawab dan terus melangkahkan kakinya ke sebuah ruangan yang hanya orang-orang tertentu yang dapat memasukinya . Hachi yang penasaran pun mengikuti sang ayah pergi.

Lelaki berambut panjang itu menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah kaca yang membatasi dunia luar dengan dunia dalam ruangan tersebut,Hachi memandang kehidupan di dalam ruangan itu dan melihat bayi-bayi mungil berjejeran.

Ada yang tertidur maupun yang terjaga,ada yang menangis pelan dan juga keras. Hachi tertegun melihatnya.

"Ja-jadi..."

"Lihat bayi yang tertidur itu."sela Itachi sembari menunjuk sesosok bayi yang tengah tertidur dengan tenang di sudut ruangan. Ia tertidur dengan lelap tanpa terganggu oleh tangisan teman-temannya. Tubuh kecilnya terbungkus oleh kain tebal yang menghangatkan dirinya. "Dia adikmu."

"Jadi Ji-san sudah..."Senyum Hachi semakin merekah, Itachi menganggukkan kepalanya.

"Kapan? Mereka tidak apa-apa kan?"tanya remaja itu senang.
"Ji-san belum bertemu orang-orang itu kan?"tanyanya bertubi-tubi.

"Tadi pagi,kalau soal itu..."Itachi menghentikan perkataannya lalu terdiam. Diamnya lelaki berambut panjang itu seakan menjawab segalanya.

"Jadi sudah ya... Gomenasai aku telat memberitahumu Tou-san..."ujar Hachi merutuki kebodohannya yang lebih memilih berdiam diri di dalam kamar dari pada memberi tahu hal yang sebenarnya.

"Ia baik-baik saja,dia bisa mengatasi penjahat itu."Itachi mengelus rambut sang anak lalu menyentuh pundaknya . "Ayo kita kunjungi Sasuke."

Suasana hening menghinggapi ruangan yang di tempati sang Uchiha , hanya ada Mikoto yang tertidur di sofa , Fugaku yang masih betah terjaga , Naruto yang masih setia menunggu sang bungsu bangun dari tidurnya dan tentu Sasuke sendiri yang masih belum sadarkan diri.

"Naruto , bagaimana pekerjaanmu di Suna? Bukankah beberapa hari lagi akan ada meeting?"tanya Fugaku membuka suara.

"Mungkin aku akan menugaskan wakilku untuk menggantikanku , tidak mungkin kan aku terbang kembali ke Suna meninggalkan Sasuke lagi.."jawab Naruto sembari membalikkan badannya ke arah Fugaku. "Aku tahu ia bisa melakukannya , menghabisi penjahat-penjahat itu . Tetapi tetap saja lagi-lagi aku hampir kehilangan kedua orang yang aku cintai . Aku tidak mau meninggalkannya lagi,tidak akan pernah."lanjutnya lirih.

Fugaku terdiam,tidak berkomentar apapun. Ia juga sangat marah pada seseorang yang menyakiti anaknya,bahkan wajahnya yang selalu datar itu pun dapat membentak kepolisian milik keluarganya sendiri karena tidak becus menangkap penjahat-penjahat tersebut.

Keadaan menjadi hening kembali sebelum suara pintu terbuka menginterupsi mereka berdua yang masih terjaga di dunianya sendiri kembali ke dunia nyata. Itachi dan Hachi memasuki ruangan dengan sepelan mungkin dan kembali menutup pintu ruangan.

"Kau sudah tidak apa-apa?"tanya Fugaku pada Hachi , remaja itu memandangnya sejenak lalu menganggukkan kepalanya.

"Memangnya Hachi kenapa? Kalah taruhan main PS sama temanmu?"tanya Naruto watados.

Itachi menghela nafasnya mendengar penuturan adik iparnya. "Hachi juga menjadi korban penjahat-penjahat itu sebelum Sasuke."jawabnya singkat.

"Bahkan Hachi juga..."keponakan yang sudah ia anggap anaknya sendiri -sangking seringnya itu anak bermain dengannya bahkan sebelum dirinya dan Sasuke menikah – juga menjadi sasaran penjahat biadab itu membuat wajahnya mengeras.

Ia benar-benar akan membunuh dalang di balik semua masalah ini.

"Apa pemimpin di balik peristiwa ini sudah di tangkap?"

"Akar dari masalah ini belum di temukan , kepolisian hanya menangkap anak buah dan salah satu bos mereka. Hari ini mereka akan mengadili sang bos."jawab Itachi.

Hachi yang mendengar penuturan ke dua orang dewasa di hadapannya lantas mengalihkan pandangannya ke sosok lelaki yang tengah terbaring dengan tenang di atas kasur rumah sakit . Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat jelas luka lebam yang walaupun telah diobati , bekas dari luka itu masih terpampang jelas di wajah bak porselen itu.

Kalau saja ia langsung mengatakan perbuatan mereka kepada Itachi , tanpa harus mengurung diri di dalam kamar dan menolak berkata paman tidak perlu terluka dan melahirkan dengan tenang.

Gerakan pelan dari sosok yang tengah ia pandang menyadarkan dirinya dari lamunan.

Naruto yang semula berbicara dengan sang mertua dan kakak ipar , mulai menyadari pergerakan itu dan mereka semua yang masih terjaga lekas mengelilingi ranjang tempat Sasuke berbaring.

"Sasuke..."

Yang di panggil mulai membuka kedua matanya , bola mata berwarna hitam itu mulai melirik orang-orang yang tengah mengelilinginya. Ia masih terdiam sebelum merasakan sesuatu yang mendesak keluar dari lambungnya. Ia menunjuk mulutnya yang masih lemah untuk berbicara, mengisyaratkan orang-orang yang tengah melihatnya.

"Aku mengerti."ujar Naruto cepat lalu mengambil sebuah wadah untuk menampung cairan lambungnya.

)..()()()()()..(

"Dia... Baik-baik saja kan?"

Naruto mengangguk mengiyakan. "Saat ini bayi kita masih di tempatkan di ruangan bayi,dia laki-laki dan juga gemuk,sehat sekali."ujarnya senang.

Sasuke yang mendengarnya juga ikut senang,ia tersenyum lalu menarik baju milik sang pirang. "Aku ingin melihatnya."pintanya.

"OK! Aku akan meminta izin pada suster yang berjaga. Tenang saja nggak bakalan lama kok,aku pergi dulu!"seru Naruto lalu berlari kecil keluar ruangan.

Suasana mendadak hening,Sasuke menolehkan kepalanya ke arah Hachi yang sedari tadi menundukan kepalanya. Dahinya berkerut melihat keanehan keponakannya.

"Tidak biasanya kau pendiam seperti ini?"tanyanya kemudian.

Hachi mengangkat kepalanya lalu menggeleng pelan. "Tak apa,aku hanya ingin diam saja."jawabnya singkat.

Tak puas dengan jawaban tersebut,Sasuke ganti melayangkan pandangan bertanya kepada Itachi.

"Jujur atau bohong?"

"Ck,ya jujurlah. Sebenarnya ada apa?"

Suasana kembali menghening. Itachi masih bingung harus menjelaskan permasalahan ini kepada Sasuke,ia tahu kalau sang adik telah dewasa dan walaupun ia memberi petunjuk sekecil apapun,adik bungsunya ini pasti bisa menebaknya. Tetapi tetap saja sulit,apalagi membicarakan masalah ini tepat di hadapan sang anak yang masih trauma.

"Umm... Sasuke...?"suara sang ibu yang terbangun sedikit menyelamatkannya.

"Ohayou Kaa-san . Seharusnya Kaa-san tidak perlu menungguku sampai tidur di sofa segala."balas Sasuke tak enak.

Mikoto menggelengkan kepalanya lalu memeluk pelan anak bungsunya. "Kaa-san tambah mencemaskanmu jika meninggalkanmu"ujarnya lembut. "Pasti sakit ya? Kau terlalu memaksakan diri."

"Berakit-rakit kehulu,berenang-renang ketepian kan? Aku tidak peduli jika wajahku hancur sampai-sampai orang jijik melihat diriku,yang penting aku tidak kehilangan anakku lagi." suaranya memelan. "Tidak lagi..."

Mikoto tersenyum mendengarnya lalu melepaskan pelukannya. "Dasar keras kepala!"

Sasuke pun membalas senyum tersebut dengan hal yang sama.

"Nii-san,kau belum menjawab pertanyaanku."ujarnya mengingatkan.

"Pertanyaan apa?"tanya Mikoto ganti.

Sasuke menunjuk Hachi yang kembali menundukan kepalanya. "Tidak biasanya ia diam seperti ini."

Wanita Uchiha itu baru menyadari kalau cucu nya berada disini, ia menghampiri Hachi lalu ganti memeluknya, ia tahu apa yang tengah di alami oleh sang cucu.

Itachi menghela nafasnya lalu berjalan pelan menghampiri Sasuke, membisikkan masalah Hachi kepada Sasuke.

Mata hitam itu membelalak. "Tidak mungkin..."gumamnya pelan. "Lalu bagaimana dengan kepolisian? Penjahat itu di bayar seseorang,ia sendiri yang mengatakannya padaku."

"Hasilnya akan di beritahukan nanti siang. Jangan dipikirkan dan istirahatlah dulu, keadaanmu masih belum sembuh benar."ujar Itachi.

Pintu kamar terbuka dan masuklah Naruto dengan bayi mungil di gendongannya.

"Dia baru saja di mandikan jadi maaf kalau menunggu lama." ia menyerahkan bayi di gendongannya pada Sasuke yang dengan senang hati menerimanya. "Lihat bibirnya,ia tidak berhenti tersenyum kata susternya tadi,mungkin ia senang melihat Kaa-sannya."lanjutnya senang.

Bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut melengkungkan bibirnya ke atas,mata kecilnya menyipit karena tertawa dengan lucunya . Bayi dengan umur yang bahkan belum ada satu hari tersebut bahkan telah mengenali jika orang yang menggendongnya adalah 'ibu' nya.

Sasuke tersenyum lembut lalu mengelus lembut surai hitam bayinya. "Syukurlah kau tidak apa-apa.."ujarnya penuh kelegaan. "Ia juga memiliki tanda lahir di kedua pipinya,matanya juga biru,sama sepertimu Naruto."ujarnya seraya melirik Naruto yang tertawa bangga.

"Dia lebih mirip denganku Sasuke-chan~"

"Hn."

"Yahhh jangan ngambek dong~~~"

"Berhenti memasang wajah bodohmu di depan anak kita,aku tidak mau dia ketularan bodohmu!"

"Aku nggak bodoh teme~ Mana ada orang bodoh di dunia ini yang bakal menjadi calon direktur~"

Mereka masih terus memperdebatkan hal yang tidak penting,berbicara dengan perasaan senang seakan beban dan masalah yang sebelumnya mereka hadapi sama sekali tidak ada.

Manusia di sekeliling mereka tak kuasa menahan senyum melihat kebahagiaan keluarga kecil tersebut.

..

..

..

..

PRANK!

"SIALAN!"

Lelaki berbadan besar itu sedikit berjengit saat kakinya hampir mengenai pecahan kaca dari gelas yang di lempar sang pelaku perusakan.

"Bagaimana bisa dia tertangkap?! Aku sudah membayarnya dengan nominal yang besar! Bagaimana bisa dia gagal membunuh bocah brengsek itu hah!?"tanya lelaki tua yang dilihat dari tingkahnya menjabat sebagai pemimpin dari lelaki berbadan besar tersebut.

Lelaki berbadan besar itu menundukan kepalanya,sama sekali tidak berani memandang sang bos yang tengah marah besar kepada dirinya dan anggotanya yang lain. "Target pembunuhan telah menghubungi seseorang saat percobaan pembunuhan hari itu tuan. Walaupun dalam keadaan lemah,target pembunuhan masih dapat melakukan perlawa-"

"Bagaimana bisa kalian kalah dengan bocah lemah brengsek itu HAH!?"sela sang pemimpin geram. "Kalian bisa membunuh pejabat-pejabat dengan kawalan yang sangat ketat tetapi tidak bisa membunuh lelaki lemah yang hanya bisa meringkuk di atas kasur? Menjijikan! Tidak ada gunanya membunuh kalian,sekarang kalian harus melindungiku dan bersedia mati untukku karena aku yakin bos kalian yang tertangkap telah membocorkan semuanya kepada kepolisian."lelaki itu bangkit dari sofa yang ia duduki tadi lalu berjalan melewati 'anak buahnya'

"Jika aku tertangkap dan mati nanti,kalian harus menemaniku ke neraka."ujarnya datar lalu kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan anak-anak buahnya yang tidak berguna baginya , yang tengah bergetar ketakutan.

'Kau tidak akan bisa membunuhku brengsek,bahkan sampai mulutmu terbakar karena mengucapkan perkataan itu selalu.'

Lelaki itu memukul tembok dengan kepalan tangan kanannya,matanya menerawang tajam kepada seseorang yang selalu menjadi ambisinya,ambisi untuk membunuhnya.

"Huh,semakin besar kau semakin brengsek bocah.."gumamnya sinis lalu kembali melanjutkan langkahnya.

(.*.*.)

Sasuke pulih dengan cepat,walaupun luka lebam yang menghiasi wajahnya masih belum sepenuhnya hilang dan luka jahitnya yang masih belum kering sepenuhnya,kondisi fisiknya sudah sehat sempurna.

Pemuda Uchiha itu pun menyamankan dirinya di atas kasur rumah sakit yang disediakan,pikirannya melayang kepada peristiwa beberapa hari lalu yang membuatnya mendapatkan luka lebam di wajah mulusnya #itu aku yang ngomong wk wk wk.

"Kenapa ia sulit dibunuh sih?"

"Aku tidak mau di habisi Kaza-"

Perkataan pelan namun masih dapat ia dengar dari mulut salah satu pembunuhnya membuatnya berpikir keras. Kalimat itu membawanya kepada seseorang yang sudah lama tidak ia jumpai dan sama sekali tidak ingin ia lihat lagi keberadaannya di muka bumi ini.

Kaza...

'Apakah dia yang merencanakan pembunuhanku? Bukankah ia sudah dipenjara seumur hidup di pusat sana?'batinnya penasaran.

"Sedang memikirkan apa?"Sasuke tersentak dari lamunannya lalu melihat seseorang yang bertanya pada dirinya.

"Tidak memikirkan apa-apa."

"Huh,aku sudah mengenalmu sejak lahir Sasuke... Jika Naruto melihatmu saat ini,dia pasti akan menanyakan hal yang sama."ujar Itachi lalu mendudukan dirinya di kursi yang di sediakan. Saat ini Naruto yang masih ada urusan, dengan sangat terpaksa meninggalkan Sasuke seorang diri,sebelum Itachi datang dengan tiba-tiba.

Sasuke menghela nafas perlahan lalu bertanya dengan menatap datar sang kakak. "Apakah kepolisian sudah mengetahui dalang dari permasalahan ini?"

"Kau tidak perlu me-"

"Jadi sudah ya,siapa pelakunya?"

Terkutuklah Itachi yang bisa-bisanya memiliki adik yang pandai sekali menjebak seseorang dengan perkataannya.

"Apa kau sudah tahu kabar yang marak dibicarakan selama satu minggu ini?"tanya Itachi memulai penjelasannya.

"Berita apa? Yang aku tahu hanya tingkah para pelaku-pelaku geng nakal itu."jawab Sasuke dengan malasnya. "Aku tidak suka berbelit-belit,langsung intinya saja."

Cklek!

Pintu ruangan terbuka dan masuklah Naruto dengan tampang yang luar biasa lelah #lebay!

"Maaf lama Sasu-chan~ Pekerjaanku sedikit menumpuk setelah kutinggal beberapa hari-Eh! ada Itachi-nii! Sedang membicarakan apa nih?"ujarnya bersemangat kembali lalu berjalan menghampiri Sasuke.

"Kita sedang membicarakan pelaku utama kejahatan geng-geng berandal itu."jawab Sasuke datar. "Aku penasaran dengan dalang dari semua ini,pelakunya telah di ketahui oleh kepolisian dan aku ingin mengetahuinya."

Wajah Naruto mendadak serius lalu memutuskan untuk diam,mendengarkan semua penjelasan Itachi yang telah mengetahui sebelumnya. "Beberapa minggu yang lalu,kepolisian pusat memberitahukan jika tawanan mereka berhasil kabur dari penjara dan pelaku utama dari permasalahan ini adalah 'dia',"

Sasuke sedikit terkejut mendengar perkataan Itachi. "Yang kau maksud adalah dia? Bagaimana mungkin dia bisa kabur semudah itu?"tanyanya tak percaya.

"Kau tahu tawanan yang kabur itu Sasuke?"tanya Naruto sebagai pihak yang belum tahu apa-apa.

Uchiha bungsu itu pun menundukan pandangannya, "Walaupun aku ingin sekali melupakannya,orang brengsek itu tidak bisa menghilang dari ingatanku."

"Orang brengsek?"Naruto semakin tidak mengerti dengan perkataan Sasuke, "Jadi kau mengenalnya? Siapa dia?"

Sasuke menghela nafasnya,ia mengatur letak tidurnya lalu berujar santai. "Kazagi,dia bahkan tidak bisa lagi menyandang nama Uchiha di depan nama brengseknya."

T*T*T*T*T*T*T

"Huft..."Naruto meletakkan semua barang-barang miliknya yang baru sampai tadi malam dan tentu saja barang milik Sasuke di dalam rumah miliknya yang sudah lama tidak ia huni.

"Aku sudah menyiapkan box bayi untuk Menma,bisakah kau membersihkannya terlebih dahulu?"pinta Sasuke seraya mendudukan dirinya di atas sofa ruang tamu dengan sang bayi di gendongannya . YAH! Nama bayi di gendongannya mereka putuskan bernama Menma, ini semua berasal dari ide Naruto yang ingin memiliki anak dengan nama salah satu isi ramen dan nama Menma lah yang menurut mereka berdua paling cocok,Uzumaki Menma lengkapnya.

"Ok! Mulai dari sini, biarkan aku yang mengurus tentang bersih-bersihnya, kau dan Menma hanya perlu duduk dan beristirahat!"balas sang Uzumaki lalu dengan cepat ia pergi menuju ke kamar untuk membersihkan ruangan agar steril di tempati sang buah hati.

Sasuke hanya bergumam sebagai balasannya lalu melihat sang bayi yang tengah tertidur dengan tenang,ia tersenyum lembut lalu mencium pelan dahi bayi kecilnya.

"Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bahagia dan aku akan selalu melindungi kebahagiaan ini."gumamnya bahagia.

..

"Sasuke.."panggil Naruto,ia sudah tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan penasarannya semenjak kemarin, sedari tadi pikirannya selalu melayang kepada percakapan kemarin sore yang masih membuatnya sangat penasaran.

"Hm?"

"Kenapa kau tidak kaget dengan pelaku kejahatan terencana ini? Dan sepertinya kau sangat mengenalnya,siapa sebenarnya dia?"tanya Naruto bertubi-tubi.

Sasuke menidurkan Menma di box kasur kecil lalu melenggang keluar dari kamar. "Kazagi,ia bahkan tidak pantas lagi menyandang nama Uchiha di depan namanya. Keluarga besar sepakat untuk tidak lagi memperdulikan Kazagi dan menganggapnya tak ada,karena itu aku tidak pernah memberi tahumu siapa dia,"

Lelaki Uchiha itu mendudukan dirinya di sofa empuk ruang keluarga di ikuti Naruto di sampingnya,menunggu kelanjutan ceritanya. "Dia adalah pamanku,nenekku meninggal saat melahirkannya,bisa dibilang jarak antara Tou-san dan Kazagi hampir 15 tahun atau mungkin lebih..."

FLASH BACK

"Tou-san dan Kaa-san akan mengunjungi cabang di Otogakure selama satu minggu,karena Nii-san mu juga masih ada kegiatan perkuliahan di luar kota,Kaa-san sudah menyuruh pamanmu untuk menemanimu."ujar Mikoto,barang-barang yang sudah ia kemasi malam tadi sudah siap untuk diangkut di dalam mobil.

Sasuke yang saat itu masih berumur 14 tahun,menggelengkan kepalanya. "Aku bisa menjaga diri,aku tidak mau hidup bersama orang itu, aku bisa mengajak Naruto menginap kalau perlu."tolaknya.

Mikoto memukul pelan puncak kepala Sasuke. "Hush! Tidak boleh ngomong seperti itu, dia adalah pamanmu dan kau harus menghormatinya. Kau juga boleh mengajak Naruto menginap tapi jika di bolehin loh,kalau tidak jangan memaksanya ya."wanita itu tersenyum saat melihat sang suami telah keluar dari kamar dengan jas hitam yang membuatnya sangat menawan.

"Dia akan datang sore ini setelah pulang kuliah, baik-baik di rumah. Ayo Mikoto."ujar Fugaku lalu menggandeng tangan sang istri untuk mengikutinya menuju mobil.

"Sekali-kali ajari dia memasak Sasuke."Mikoto terkikik pelan lalu melambaikan tangannya. "Jaa Sayang..!"dan mobil XXXXX tersebut melaju kencang meninggal kediaman Fugaku yang agung (?)

Sasuke menghela nafasnya kasar lalu menutup pintu rumah dengan kasar.

"Kuso... Kenapa harus dengan orang gila itu sih.."umpatnya lalu merebahkan dirinya dengan kasar pula ke kasur miliknya.

Uchiha Kazagi, pemuda berusia 27 tahun. Yang ia anggap produk gagal Uchiha melebihi sepupunya,Uchiha Obito yang bahkan walaupun sedikit ceroboh dapat menyelesaikan kuliahnya dan menyandang gelar sarjana hukum dan beberapa hari lagi akan bekerja di kepolisian. Kakeknya saja sampai di buat setres olehnya.

Ia lebih memilih bersama Obito dari pada laki-laki bodoh itu.

Teringat sesuatu, ia beranjak mengambil tas sekolanya lalu mencari secarik kertas yang lupa ia beritahukan kepada kedua orang tuanya.

Kertas berisikan hadiah yang ia dapatkan atas keberhasilannya memenangkan olimpiade matematika tingkat 5 desa besar yang menjadi tetangga Konoha. Suatu prestasi yang sangat membanggakan untuknya.

Apakah kalian tahu hadiahnya?

Sebuah beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di SMA paling favorit di Jepang, dan sialnya persetujuan beasiswa ini harus ia kumpulkan esok harinya.

Jika orang tuanya tak ada,maka hanguslah beasiswa yang ia terima.

Meminta tanda tangan dan persetujuan Kazagi,pamannya?

Sama sekali tidak ada di pikirannya.

Ia pun hanya bisa menghela nafasnya lalu memasukkan kembali kertas tersebut ke dalam tasnya.

'Mungkin memang bukan waktunya.'batinnya lalu kembali menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan kantuk menguasai dirinya.

*.*.*.*.*

Sup ayam,makanan sederhana yang bisa Sasuke buat tersebut telah dihidangkan dengan indah di atas meja makan. Tentu saja pemuda Uchiha itu lah yang memakannya sendiri sebagai lauk makan malam. Jangan tanyakan di mana paman mudanya itu berada,sampai sekarang ia belum pulang ke rumahnya.

'Syukur kalau sekarang ia sedang tertabrak mobil dan mati..'doa nya kejam lalu kembali memakan lauknya sebelum suara pintu yang di ketuk dengan kasar menghentikan kegiatannya.

Suara dobrakan masih terdengar walaupun Sasuke dengan kerasnya bilang jika ia akan membukakan pintu,pemuda raven itu telah mengetahui siapa gerangan orang yang seenaknya mengganggu makan malamnya.

Pintu pun terbuka dan terlihat lelaki dengan baju compang camping,wajah memerah dengan mata sayu berusaha menerobos masuk,membuat Sasuke yang di tabraknya sedikit terjengkal.

"Aku mau makan! Cepat ambilkan! Aku mau mandi!"perintah Kazagi lalu berjalan terhuyung-huyung menuju kamar yang biasa ia gunakan jika menginap. Walaupun Sasuke berusia muda,ia sudah mengerti jika bau yang menguar dari tubuh sang paman adalah bau alkohol.

"Aku sudah memasakkan sup untukmu juga,ambil sendiri! Punya tangan buat apa?!"balas Sasuke sinis lalu berjalan menuju kamarnya tanpa memperdulikan Kazagi yang tengah memandangnya tajam.

"Dasar keponakan tak tahu diuntung!"Sasuke menutup pintu kamarnya dengan kasar,tak lupa menguncinya tanpa memperdulikan umpatan yang dilayangkan Kazagi kepadanya. Ia sudah biasa menerimanya sejak kecil dulu dan tidak ada yang mengetahuinya. Entah apa yang akan keluarga besarnya lakukan pada Kazagi jika Sasuke membeberkan semuanya.

Sudah 4 hari paman brengseknya tinggal bersamanya. Sasuke tidak memperdulikan jika Kazagi akan meninggalkan rumah sepagi mungkin dan akan pulang semalam mungkin,yang ia masalahkan adalah...

Saat hari kedua itu,Sasuke melihat Kazagi membawa seorang lelaki berwajah manis yang tengah bergelayut manja di lengannya, mengancam dirinya untuk tidak mengganggu dan membawa lelaki yang menurutnya banci itu memasuki kamar. Sebelumnya sih Sasuke tidak memperdulikannya dan memasuki kamarnya untuk belajar, namun beberapa menit kemudian ia dapat dengan jelas mendengar suara aneh berasal dari kamar sang paman yang jaraknya cukup dekat dari kamarnya.

Suara itu semakin lama semakin menjadi-jadi,suara aneh itu semakin keras dan menjijikan baginya dan sialnya suara aneh itu berlangsung selama 3 jam non stop tanpa berhenti dan sangat-sangat mengganggu belajarnya.

'Ok! lima menit lagi aku akan mendobrak pitnu kamarnya jika suara itu masih ada!'batinnya kesal lalu mencoba kembali berkonsentrasi membaca buku.

Namun suara itu masih terdengar dan membuatnya tak bisa menahan diri lagi. Dengan kesal ia beranjak dari kursi belajarnya dan berjalan cepat menuju kamar sang paman dan mengetuknya kasar.

"Bisakah kalian mengecilkan suara menjijikan kalian?! Aku muak mendengarnya!"teriaknya marah,Sasuke menjadi sangat berang saat aktivitas kedua insan sesama jenis itu belum berhenti juga.

"Cepat berhenti atau aku akan menelepon Tou-san!"dan ancaman yang ia layangkan pun berhasil,suara aneh itu perlahan berhenti dan berganti dengan suara pintu yang terbuka dengan keras.

Sasuke tidak bisa menghindar saat Kazagi mencengkram rahang pipinya dengan kuat. "Bukankah tadi sudah kubilang JANGAN MENGGANGGU AKU HAH?!"dan tamparan keras telak sang paman berikan kepadanya. Perih yang teramat sakit di pipi kanannya membuatnya tak kuasa menahan isakan kecil yang keluar dari bibirnya.

"Kau menggangguku dengan suara menjijikan kalian BRENGSEK! Rumah ini bukan tempat pelacur seperti kalian!"balas Sasuke keras. Ia menahan nafasnya saat sang paman menarik rambut hitamnya,memaksa dirinya untuk memandang wajah garang Kazagi.

"Apa urusanmu hah?! Aku mau melakukan apapun itu bukanlah urusanmu! dan jangan sekali-kali memberitahu Fugaku tentang hal ini atau kau akan menyesal selamanya,CAMKAN ITU ANAK BRENGSEK!"Kazagi melepas jambakan itu dengan kasar lalu kembali memasuki kamarnya,meninggalkan Sasuke yang berusaha keras menahan isakannya. Ia tidak boleh menangis hanya karena hal ini. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Kazagi. Ia bangkit dengan perlahan lalu berjalan pelan meninggalkan kamar pamannya.

Dan malam itu,Sasuke tidak bisa memejamkan matanya dengan pulas. Tidak dengan suara-suara aneh yang menjadi pengantar tidurnya.

...****...

Sasuke menaikkan sebelah alisnya melihat sesuatu yang tengah diberitakan di televisi.

"Uchiha hampir mengalami kebangkrutan? Bagaimana bisa terjadi..."gumamnya tak percaya.

Hari minggu ini akan ia gunakan untuk bermain di rumah Naruto dari pada harus bersama dengan sang paman yang juga libur. Pagi ini ia sempatkan untuk melihat televisi yang sudah lama tidak ia lihat dan berita mengejutkan inilah yang menyambutnya.

'Pantas saja banyak orang-orang sekolah yang membicarakanku..'gumamnya mengerti.

Terdengar suara pintu kamar terbuka dan keluarlah lelaki manis itu dengan berlembar-lembar uang yen di tangannya.

"Jika kau membutuhkan uang lagi, serahkan tubuh nikmatmu itu kepadaku."ujar Kazagi datar kepada lelaki manis yang hanya menganggukkan kepalanya.

Sasuke tidak memperdulikan percakapan aneh mereka dan kembali melihat berita yang menjadi trending topic di Konoha.

"..diperkirakan masalah ini karena ada seseorang di dalam kandang yang dengan sengaja menguras habis saham-saham yang dimiliki Uchiha, masalah yang menimpa perusahaan besar tersebut mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi yang melanda Konoha untuk satu bulan kedepan,sampai sekarang polisi masih terus menyelidiki dalang di balik pengorupsiaan uang sebesar 50 triliun yen terse-"

Televisi itu pun tiba-tiba mati, Sasuke mengerutkan dahinya dan melihat seseorang yang seenaknya mematikan televisi yang sedang asyik-asyiknya ia tonton.

"Anak kecil sepertimu tidak sepatutnya melihat masalah orang dewasa seperti ini."ujar Kazagi datar lalu berjalan dengan santai meninggalkan ruang bersantai keluarga.

"Kau membayar orang itu dengan apa?"tanya Sasuke penasaran.

Kazagi mendengus sombong, "Tentu saja dengan uang bocah!"

"Dari mana kau mendapatkan uang sebanyak itu? Kau belum bekerja dan aku yakin Jii-san tidak se sembrono itu memberikanmu uang sebanyak itu disaat perusahaan sedang mengalami krisis keuangan."Sasuke memandang Kazagi dengan pandangan menyelidik.

Kazagi membalikkan badannya,memandang sinis Sasuke dengan sombong. "Itu semua bukan urusanmu bocah,apa perlu aku tampar lebih keras lagi agar kau berhenti mengganggu kehidupanku?"

Pemuda Uchiha itu memandang Kazagi curiga, semenjak melihat beribu uang yen di tangan lelaki banci itu yang di dapatkan dari Kazagi , ia sudah curiga jika Kazagi mencuri uang itu dari sang kakek Kakeknya, Madara memang sangat menyayangi Kazagi, tetapi lelaki paruh baya itu tidak mungkin dengan suka rela memberikan uang sebanyak itu kepada Kazagi.

Sasuke merogoh kantung celananya lalu mengeluarkan ponsel miliknya. "Aku akan menelepon Shisui-nii..."pemuda raven itu memandang Kazagi dengan tajam,tidak ada ketakutan yang terlihat dari sorot matanya. "Aku curiga jika kau orang yang membuat Konoha sekacau ini..."dan nada tunggu pun terdengar jelas saat Sasuke me loundspeaker teleponnya.

Kazagi membelalakan matanya lalu dengan cepat menghampiri Sasuke, bermaksud untuk merebut ponsel milik Sasuke. Tetapi pemuda Uchiha itu mengetahui maksud sang paman dan dengan cepat berkelit dari jangkauan Kazagi.

"Cepat berikan ponselmu brengsek!"teriak Kazagi yang terdengar sangat ketakutan.

Sasuke memincingkan matanya. "Jadi benar... Kau pelakunya!?"

"Um... Moshi-moshi Sasuke... Acara berliburnya bukannya minggu depan? Anakku masih sakit nih.."terdengar suara Shisui dari ponsel milik Sasuke yang masih aktif melakukan panggilan.

"Berikan brengsek!"

"Sasuke... Bukankah itu suara Kazagi Ji-san? Kau bertengkar lagi dengannya?"

Sasuke berdecak sebal lalu membalas dengan keras. "ORANG BRENGSEK ITU PELAKUNYA! Cepat datang kerumahku! Aku moho-"

BRAKK!

Ponsel miliknya sukses terjatuh dan hancur berkeping-keping. Sang pelaku perusakan dengan cepat mengejar Sasuke yang sudah terlebih dahulu keluar dari rumah untuk menyelamatkan diri dari amukan sang paman.

Terdengar bunyi pagar yang terbuka dan masuklah Itachi dengan wajah lelahnya beserta tas besar yang tengah di bawanya,ia baru pulang dari studinya di Suna dan ingin sekali mengistirahat diri di atas kasur empuknya sebelum melihat sang adik berlari kencang ke arahnya, nafasnya tersendat-sendat, peluh membasahi wajah pucatnya.

Itachi yang berniat mempertanyakan keadaan sang adik, tertunda saat melihat Kazagi berjalan ke arahnya,tepatnya ke arah Sasuke yang masih mengatur nafasnya dan menarik tangannya dengan kasar.

"Lepaskan!"bentak Sasuke seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Kazagi pada lengannya.

Itachi yang tidak terima sang adik diperlakukan kasar di depannya dengan segera menyentak tangan Kazagi dan menarik Sasuke untuk berlindung di belakangnya. "Ada apa Ji-san? Kenapa kau kasar sekali pada adikku!?"

Kazagi memandang Itachi tajam. "Bukan urusanmu dan cepat serahkan adik brengsekmu itu!"bentaknya.

"Jaga ucapan Ji-san,aku tidak akan menyerahkan Sasuke pada Ji-san. Sekarang Ji-san bisa pergi dari sini,aku sudah pulang dan bisa menjaga Sasuke"ujar Itachi dingin.

Kazagi akan berkata lagi sebelum suara sirine polisi menghentikan niatnya, lelaki itu berdecak kesal dan berniat melarikan diri sebelum gerakannya terhenti karena berhasil tertawan oleh polisi.

"Kau memang dicurigai sebagai tersangka Ji-san,cepat bawa dia!"perintah Shisui,anak buahnya dengan cepat membawa Kazagi yang berusaha memberontak melepaskan diri.

"Awas kau Sasuke! Aku akan menghabisimu!"itu suara terakhir dari Kazagi yang bisa Sasuke dengar sebelum takdir kejam membawa Kazagi terkurung di dalam penjara seumur hidupnya.

END OF FLASH BACK

"Jii-san yang mendengar kabar itu mendadak jatuh sakit dan beberapa hari kemudian meninggalkan dunia. Seharusnya orang brengsek itu di hukum mati karena perbuatannya. Tetapi karena wasiat Jii-san,hukumannya di ringankan menjadi tahanan seumur hidup."

Sasuke memalingkan wajahnya yang sedari tadi menatap wajah Naruto yang masih diam mendengarkan penjelasannya,raut wajahnya menunjukan kekesalan yang sangat kepada seseorang yang menjadi objek pembicaraan mereka.

"Aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan sumber bencana bagi keluarga kita. Biarkan pihak kepolisian yang mengurusnya,aku tidak mau peduli lagi."

Melihat kekesalan sang Uchiha,akhirnya Naruto angkat bicara. "Baik,cukup penjelasannya. Aku sudah mengerti sekarang,jangan kau pikrikan lagi." Ia mendudukan diri di samping Sasuke lalu memeluknya.

Perasaan kesal Sasuke sedikit menghilang dengan kehangatan yang telah lama tidak ia rasakan,ia semakin mendekatkan kepalanya yang terengkuh ke arah dada sang dominan,mencari kehangatan yang lebih seraya mendengarkan detak jantung yang dahulu selalu ia dengar sebelum mimpi menguasai dirinya.

"Naruto?"

"Hm?"

Tangan putih itu membalas rengkuhan sang Uzumaki.

"Kau... Sudah selesai kan?"tanyanya perlahan.

Naruto mengertukan dahinya,otak lemotnya (?) masih berusaha mencerna ucapan yang sang Uchiha katakan.

"Ohh..."ia mengangguk mengerti, "Tentu saja sudah, buktinya aku sudah memulangkan semua barangku yang berada di Suna, jadi kita tidak perlu berkomunikasi lewat Webcam lagi sayang." Ujarnya senang,ia mengelus rambut hitam kebiruan milik sang 'istri' seraya terkikik pelan. "Apa kau begitu merindukanku,hm?"godanya.

Seketika Sasuke melepaskan pelukannya lalu mencubit pipi tan Naruto.

"Ittai!"

"Siapa juga yang merindukanmu? aku hanya tidak ingin membesarkan Menma seorang diri sedangkan kau malah sibuk selingkuh di Suna sana!"sangkal Sasuke dengan wajah memerah yang tidak berhasil ia sembunyikan.

"Sasuke-Chan~ Jangan menyangkal,aku tahu kau sangat merindukanku dan ingin aku selalu berada di sisimu. Ayo mengaku aja atau kalau tidak,bakal aku kelitikin sampai aku puas loh~"ujar Naruto dengan nada anak kecil yang sedang merajuk.

"Percaya diri sekali,sudah kubilang aku ti-Ahh! hentikann baka!"Sasuke dengan rasa geli yang ia rasakan di daerah sekitar perutnya, berusaha untuk melepaskan diri dari siksaan kelitikan Naruto. Namun percuma saja,Naruto sangat kuat sekali memeluknya seraya melancarkan kelitikan mautnya.

"Ahh Dobeh –Hentikan!"

"Nggak bakal sampai kamu mau ngaku!"

"Aku tidak rinduh ha.. ha.. ha.. denganmu baka!"Memang dasar Uchiha dan Kekeras kepalaannya yang tinggi dan itu semualah yang membuat Sasuke menjadi korban gelitikan tiada henti dari Naruto yang semakin beringas menyentuh seluruh permukaan kulit sang Uchiha, mata birunya yang semula biasa saja mendadak berkilat nafsu. Hasrat yang biasa di rasakan pasangan suami istri pada umumnya menghinggapi dirinya.

Naruto menghentikan kegiatannya lalu memangku Sasuke di atas kedua pahanya,memeluk pinggang sang Uchiha dan menarik pinggang itu ke arahnya.

"Apa yang ka-Ahh.."Sasuke mendesis pelan saat Naruto mengendus lalu mencium leher jenjangnya. "Jangan.. Sekarang..."pintanya lirih.

Naruto tidak mengindahkan perkataannya lalu dengan cepat mencium bibir merah muda yang sudah lama tidak ia cicipi rasanya, lidahnya memaksa masuk mulut sang Uchiha untuk semakin merasakan rongga mulut Sasuke.

Sasuke yang tidak memiliki tenaga lagi efek gelitik dan cumbuan Naruto di bibirnya memutuskan untuk membuka mulutnya,mengizinkan sang dominan untuk mengivasi bibirnya. Kedua matanya pun turut terpejam,terbawa arus kenikmatan yang ia rasakan saat ini.

"Umm.."Sasuke berdesis di tengah ciuman saat merasakan Naruto menyentuh puting miliknya yang perlahan mengeras. "Enggg.."Kenikmatan yang sudah lama tidak ia rasakan dan membuatnya hampir buta akan nafsu sebelum menyadari sesuatu.

Naruto melepaskan pagutannya,membiarkan Sasuke menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Naruto akan melayangkan serangannya kembali namun sang Uchiha dengan cepat bangkit dari pangkuannya.

"Jangan melakukannya sekarang. Kita harus konsultasi kepada Nenekmu terlebih dahulu."ujar Sasuke seakan mengerti pandangan tanya Naruto kepadanya. "Aku juga baru saja operasi dan lukanya belum kering benar. Lagi pula aku tidak mau karena nafsu, aku harus hamil lagi. Cukup sekali saja!"tegasnya lalu berjalan meninggalkan Naruto yang tengah memandangnya tak percaya.

"Kalau kau begitu takut,kenapa tidak pakai condom saja? Aku sudah terangsang loh! Oii Sasuke!"

"Main saja sendiri di kamar mandi. Menma menangis dan aku harus membuatkan susu untuknya."

Naruto memasang wajah ingin menangis. "HUWAAA! AKU JUGA MENANGIS SASU-CHAN!"

"BERISIK!"

.

.

.

END

.

.

.

OMAKE

"Aku tidak mau tahu lagi tentang dirinya,tetapi jika dia berhasil di tangkap,aku ingin hukuman mati sebagai bayaran dari perbuatannya dahulu dan sekarang."

"Memang itu hukuman yang akan kami ajukan ke pengadilan,dia tidak hanya meresahkan Uchiha saja tetapi seluruh masyarakat di Konoha. Aku akan mengabarimu jika berhasil menangkapnya."

"Tidak perlu,aku tidak peduli lagi dengannya. Aku ingin menikmati kebahagiakanku dengan keluarga kecilku,kalau begitu aku pergi dahulu,maaf jika mengganggu kerjamu,Obito-nii."

"Tidak kok Sasuke,aku senang kau bisa datang ini milik semua masyarakat Konoha termasuk dirimu. Kau sudah mulai bekerja? Bagaimana dengan anakmu?"

"Aku menitipkannya pada ibu Naruto,jam kerjaku sedikit Nii-san kurangi sampai Menma berumur 1 tahun. Itu juga karena Naruto yang memaksa."

"Hah... Aku sama sekali tidak kaget mendengarnya.."

"Kalau begitu aku pergi dulu,semoga kasus ini segera terselesaikan dengan baik olehmu dan anak-anak buahmu."

"Hn,Arigatou."

.

.

.

.

Benar-benar TAMAT

Ngantung kan?

Nggak usah kaget,sebelumnya juga sudah aku beri peringatan jika chapter ini akan ngegantung ceritanya,author biarkan kalian bebas berimajinasi tentang akhir chapter yang ngegantung ini. Aku biarkan kalian berimajinasi tentang bagaimana caraya Sasuke bisa hamil dan bagaimana nasib Kazagi dan mungkin yang lainnya. Peace! Jangan gebukin aku!

Aku kasih clue buat "Bagaimana caranya Sasuke bisa hamil"

6 === tua

9 === Huruf tebal.

Nah sudah aku kasih clue. Silahkan menebak sesuka hati!

Intinya hanya keluarga kecil itu bahagia dan tidak memperdulikan masalah yang mereka hadapi sebelumnya,mungkin nanti -kalau bisa- Author bakal buat sequel dalam bentuk oneshot. Agar kalian semakin mengerti karena kalau di lanjutkan, nggak akan sesuai dengan judul nya. Mana mau aku membuat cerita seperti Tukang Bubur itu yang lama-kelamaan ceritanya sama sekali nggak ada hubungannya dengan judul.

Mohon maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan update fic abal ini.

REVIEW YA!

Akasaka Kirachiha