Uninvited Love
Tittle: Uninvited Love
Cast: Sehun, Kai, and other. You can find it in the story.
Genre: Romance (Tapi tergantung dari penilaian readers)
Rating: T
Disclaimer: Meski –mungkin– ide ceritanya pasaran tapi ini murni berasal dari otak saya, tidak nyontek punya author lain. Cast? Milik kita bersama :D
Warning: YAOI; CRACK PAIR — UN-OFFICIAL PAIR ; OOC; Typo-nya banyak:
.
.
.
Chapter 10
.
.
.
Happy Reading ^^
.
.
.
Seingat Sehun dirinya bukanlah orang yang rajin beribadah atau semacamnya, menurutnya ia juga bukan orang yang terlalu baik. Malah ia selalu saja membuat orang terdekatnya marah dan kesal. Tapi kenapa Tuhan bisa sebaik ini padanya? Meski ia sudah mengetahui hal ini akan terjadi sejak kemarin mala, tapi ia tetap tak bisa menahan rasa bahagianya.
Ataukah ini cara Tuhan untuk menegurnya? Tuhan akan memberikannya kebahagiaan yang berlimpah, lalu saat ia berada di puncak kebahagiaannya tuhan akan merenggut semuanya. Oh, tidak. Setelah Kai menjadi pacarnya nanti, Sehun berjanji akan rajin-rajin berdoa dan tidak akan membuat Luhan, Ibunya dan Baekhyun kesal lagi. Semoga Tuhan bisa memaafkannya.
Karena terlampau bahagia rasanya Sehun ingin melompat di atas kasurnya saja, tapi jika ia melakukan itu pastinya kepalanya akan membentur langit-langit kamar. Oh, tentu saja ia sadar dengan tinggi badannya. Jadinya ia melompat lompat di lantai saja, tapi karena lantainya tidak empuk jadi ia beralih ke kasurnya dan berguling-guling di sana.
"Aaahh~ Sehun bahagia sekali." teriak Sehun entah pada siapa. Ia lalu beralih memeluk bantalnya dan kembali berguling.
Tak lama kemudian, Sehun berhenti dengan kegiatan 'mengekspresikan kebahagian'-nya karena kelelahan. Ia melirik jam di dinding, masih jam 2 siang. Masih ada sekitar dua jam sampai jadwal kencannya tiba. Ugh~ itu masih sangat lama. Andai saja guru-guru di sekolah tidak sedang rapat, kelasnya tidak akan pulang lebih awal dan ia tidak perlu menunggu terlalu lama hingga waktu kencannya dengan Kai tiba.
Apa yang harus ia lakukan untuk membunuh waktu?
Makan? Tidak. Ia sedang bahagia, perutnya juga sepertinya merasakan hal yang sama karena ia tidak merasakan lapar sama sekali. Padahal terakhir ia makan itu hanya waktu jam istirahat, dan ia makan sedikit sekali karena perutnya tiba-tiba kenyang melihat porsi makanan Baekhyun. Ugh~ itu mengerikan.
Atau ia belajar saja? Tidak, terima kasih. Cukup di sekolah otaknya diperah seperti cucian yang akan dijemur. Menonton tv? Siang-siang begini tidak ada acara tv yang menarik.
Atau radio? Ya, itu lumayan. Jadi Sehun segera membalik badannya dan meraih headphone, menghubungkan dengan smartphone-nya lalu membuka aplikasi radio dan lagu 'Pretty U' yang fun langsung memenuhi indera pendengaran Sehun.
Sehun mendengarkan semua lagu sambil menyanyikan part-part yang ia tahu. Tiga lagu berlalu, semuanya lagu cinta-cintaan. Dan disaat seperti ini, Sehun merasa dunia mendukung hubungannya bersama Kai. Lalu ia tertawa karena pemikiran anehnya sendiri.
Sekarang sesi bincang-bincang bersama Sang Dj. Awalnya Sehun masih menyimaknya dengan baik, tapi beberapa menit setelahnya Sehun menguap lebar. Ia berkedip beberapa kali agar matanya tidak tertutup, tapi itu sia-sia. Ia tidak boleh tidur agar tidak terlambat pada acara kencan pertamanya. Ia ingin bangun, tapi belum sampai berdiri ia kembali menguap dan rasanya seperti ada magnet di kedua matanya.
"Sebentar. Aku hanya akan tidur sebentar, aku berjanji." Sehun berbicara pada dirinya sendiri, setelahnya ia menjatuhkan dirinya di atas kasur. Ia langsung tertidur, ia tidur seperti orang yang baru saja menelan obat tidur.
Tidurnya sangat lelap, dan Sehun yang terkejut langsung terbangun saat dalam mimpinya ia tersandung batu. Sehun meregangkan tubuhnya dan hendak melanjutkan tidurnya tapi terhenti saat ponselnya berbunyi nyaring, tanda ada panggilan masuk. Ia langsung teringat Kai.
Mata Sehun membulat sepenuhnya, rasa kantuknya hilang seketika. Ia bangun dan langsung mengangkat panggilan telpon itu dan memang itu dari Kai.
"Halo, Kai. Maafkan aku. Aku ketiduran, aku tidak sadar kalau aku tertidur selama hampir dua jam. Kai, maafkan aku." Sehun langsung saja berceloteh tanpa mendengarkan sapaan dari Kai terlebih dahulu. Sehun mendengar Kai tertawa di seberang sana.
"Tidak apa-apa, Sehun. Aku hanya takut kau membatalkannya saja."
"Tapi kau dimana? Apa kau sudah di halte sekarang?" Sehun bertanya karena ini sudah jam 4 sore dan mereka memang berjanji bertemu di halte di dekat apartmen Sehun.
"Mmh... Iya. Tapi aku baik-baik saja. Bersiap-siaplah, aku akan menunggumu di sini."
"Mmm..." Sehun merasa tidak enak pada Kai, tapi tidak mungkin ia membatalkannya jadi ia beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi. Ia membersihkan wajahnya, menggosok gigi lalu mengganti baju, merapikan rambutnya, memakai parfum dan setelahnya ia segera berlari keluar menuju ke halte tempat Kai menunggunya.
Halte sudah dekat, dan Sehun bisa melihat Kai yang duduk tampan di atas motornya. Ia tiba-tiba berhenti berlari, mengamati penampilannya sendiri. Ia hanya memakai baju kaos polos dengan jins yang robek sana sini. Hm, apa penampilannya ini akan seimbang dengan penampilan Kai? Apa penampilannya tidak akan membuat Kai malu? Aduh... Apalagi keringatnya sudah mulai keluar karena ia berlari, pasti badannya akan lengket dan bau.
Sehun hendak berputar arah, ia ingin mengganti bajunya dengan yang lebih rapi dan stylish dan kembali menghampiri Kai dengan penampilan yang lebih layak, tapi niatnya gagal saat Kai melihat ke arahnya.
"Sehun!" panggil Kai sambil melambaikan tangannya. Ia memberi isyarat agar Sehun menunggu di tempatnya, dan ia segera menghampiri Sehun dengan motornya.
"Hai, Kai. Kau menunggu lama?" Sehun bertanya berbasa basi sambil menyeka keringat dan merapikan rambutnya.
Kai hanya tersenyum dan menggeleng. Ia memberikan helm yang sengaja ia bawa kepada Sehun.
"Naiklah." titah Kai.
Sehun menurut, lalu memasang helemnya. Agak kaku, karena memang ia memang jarang naik motor.
Sehun masih sibuk dengan helmnya langsung terkejut saat tiba-tiba Kai menjalankan motornya. Helm yang memang sedikit kebesaran untuk kepala kecilnya, ditambah lagi pengaitnya yang belum terpasang membuat helmnya terjatuh.
Sehun memekik dan langsung menepuk punggung Kai keras. Untung motornya belum berada di tengah jalan raya jadi ia dengan mudah menepi.
Kai menoleh, "Ada apa, Hun?"
"Helmku jatuh." cicit Sehun, sedikit malu dan takut Kai marah padanya.
Kai menggumam maaf, ia menstandar motornya dan berlari mengambil helm Sehun yang jatuh tidak terlalu jauh. Kai membersihkan debunya sedikit lalu memasangkannya pada Sehun, tidak lupa memasang pengait helmnya dan menyesuaikan ukurannya agar tidak terlu longgar.
Melihat jarak wajah mereka yang bisa dibilang sangat dekat, Sehun tidak bisa santai. Ia menggigit bibirnya dengan kedua jarinya yang saling ia tautkan untuk mencegah segala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Karena berada di posisi sedekat ini, Sehun bisa saja khilaf dengan menarik kepala Kai agar menciumnya. Belum lagi bawah sadarnya yang berteriak "cium aku" ugh~ itu makin memperburuk suasana. Untunglah iman Sehun kuat.
Klik.
Dengan terdengarnya suara itu, Sehun bisa bernafas lega. Kai sudah selesai memasangkan helmnya.
"Terima kasih." cicit Sehun lagi. Suaranya seperti menghilang, dan jantungnya berdetak sangat cepat. Dan Sehun yakin ia bisa mendengar suara jantungnya di telinganya sendiri.
Kai lagi-lagi hanya tersenyum dan kembali menaiki motornya.
"Kau sudah siap?"
Sehun hanya menggumam menanggapi. Saat motor Kai sudah berada di tengah jalan raya, Kai mengendarai motornya dengan kecepatan sedang tapi menurut Sehun itu masuk dalam kategori ngebut karena memang ia tidak terbiasa. Jadi dengan alasan 20% takut, 30% gugup dan 50% modus maka Sehun membawa tangannya untuk berpegangan pada pinggan Kai, dan laju motor tiba-tiba tersendat.
Kai juga gugup di depan sana, tapi ia langsung tersenyum setelahnya.
"Kita mau ke mana, Kai?"
Kai memelankan laju motornya, ia berdecak. Pasalnya ia belum memilih tempat untuk kencan. Bodoh. Salahkan dirinya yang benar-benar sangat tidak berpengalaman.
"Mm... Aku tidak tahu. Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi? Kita akan kesana."
Sehun berpikir sebentar, kalau ada tempat yang ingin dikunjunginya ya cuma satu yaitu Paris. Tapi itu terlalu jauh kan?
"Mm... Kita keliling-keliling saja, Kai. Aku inging melihat-lihat pemandangan kota."
"Kalau ingin melihat pemandangan kota, pemandangan malamnyalah yang terbaik."
"Ya, aku juga ingin melihat pemandangan malamnya."
Karena Sehun ingin berkeliling, jadi Kai membawanya berkeliling. Setahu Kai, di kota tidak banyak pemandangan indah. Kebanyakan hanya gedung, gedung dan gedung. Mungkin menurut Sehun itu hal menarik.
Sudah hampir setengah jam mereka berkeliling, Sehun merasa pantatnya sudah kebas duduk terlalu lama.
"Kai, bisa kita singgah di kedai kopi di depan sana?"
Kai menggumam menanggapi. Ia mempercepat sedikit laju motornya dan berhenti di depan kedai yang Sehun maksud.
Sehun langsung turun, ia meregangkan tubuhnya. Ugh~ naik motor ternyata lebih melelahkan dari pada naik mobil. Tapi sisi baiknya ia bisa terus memegang pinggang Kai.
Mereka lalu memasuki kedai bersama. Sebenarnya Sehun tak sedang ingin minum kopi, tapi pantatnya sudah terasa kebas dan punggungnya sakit. Sejauh ia memandang hanya kedai kopi ini yang bisa ia jadikan alasan jadi di sinilah mereka.
Sehun memesan latte dengan banyak krimernya dan beberapa camilan sedangkan Kai hanya memesan americano. Tak menunggu lama, pesanan mereka datang.
Sehun antusias, lebih kepada camilannya dan Kai hanya terus memperhatikan Sehun. Di otaknya berputar banyak kata-kata, dan ia bingung harus memilih yang mana untuk menyatakan perasaannya pada Sehun.
"Mm.. Ini enak sekali, Kai. Kau tak ingin?"
Kai tersenyum dan menggeleng lalu kembali berpikir.
Sehun di depannya terus bercerita. Ia menceritakan bagaimana ibunya yang sangat melarang Sehun minum kopi, padahal ia sangat suka kopi dan bagaimana ibunya yang selalu menyuruhnya minum susu setiap saat sehingga tubuhnya tumbuh sampai tinggi begini.
Tapi ditengah ceritanya Sehun tiba-tiba berhenti, Kai menoleh menatap Sehun.
"Kai bukankah yang di sana itu taman?"
Kai mengiyakan, karena memang di sekitar sini ada taman.
"Kenapa? Apa kau mau kesana?" tanya Kai.
Sehun mengangguk dengan senyum terlampau lebar hingga matanya membentuk garis melengkung yang cantik. Aduh~ Kai yang seperti ini adalah pacar idaman Sehun sekali. Sehun mau keliling kota, mereka keliling kota. Sehun ingin mereka minum kopi, mereka lalu minum kopi. Sehun mau ke taman, Kai langsung mengajaknya. Tapi jika Sehun meminta Kai jadi kekasihnya, apa Kai akan setuju?
Tapi Sehun segera saja menghilangkan pikiran anehnya dan langsung menghabiskan pesanannya, begitupun dengan Kai. Mereka kemudian berjalan menuju taman. Mereka memilih berjalan karena memang letaknya yang tak terlalu jauh.
Karena terlalu semangat berjalan, Sehun tak melihat batu yang ada di depannya dan ia tersandung. Ia sudah menahan nafas untuk mengantisipasi rasa sakit saat tubuhnya akan mendarat di tanah yang keras tapi lengannya tiba-tiba ditahan dari samping.
Mulut Sehun masih membulat karena terkejut saat ia berbalik menatap Kai yang juga sedang menatapnya khawatir.
Woaa, bukankah adegan tersandung batu seperti ini sama dengan yang di mimpinya? Tapi kira-kira apa lanjutan dari mimpinya? Mungkinkah lanjutannya itu ia tersandung, lalu Kai menyelamatkannya dengan posisi lengan Kai yang menahan pinggangnya. Dan tangan Sehun yang berpegang pada bahu kokoh Kai. Lalu mata mereka beradu, dengan jantung yang berpacu keras dan desiran aneh di perut keduanya. Selanjutnya, wajah mereka saling mendekat, mendekat, mendekat, mendekat...
"Kau tak apa-apa?"
Sehun kembali dari dunia khayalnya. Ia membuang muka bodohnya dan tersenyum, "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Kai."
Kai tampak lega, tapi seketika ia kembali terkejut saat Sehun menggandeng tangannya dengan santai.
Sehun memasang senyum malu-malunya, "Aku kadang bisa jadi sangat ceroboh, jadi aku menggandeng tanganmu agar saat aku tiba-tiba terjatuh kau bisa menolongku."
Kai mengangguk menyetujui, dan mereka kembali berjalan. Kai merutuki dirinya, seharusnya ia yang memulai inisiatif bergandengan tangan seperti ini karena ia kan lelaki. Eh, tapi Sehun kan juga lelaki. Lelaki yang manis dan lucu. Dan jangan lupa, agresif.
Ya, agresif dan hal itu membuat Kai kewalahan. Jika Sehun terus seperti ini ia akan terlihat lembek. Ia ini seme, dan sifat agresif Sehun itu melukai jiwa semenya. Seharusnya ia yang dominan. Ck~ salahkan jantungnya yang cepat terkejut, dan otaknya yang lamban jika menyangkut soal cinta.
Tapi meski begitu, Kai tetap memantapkan hatinya untuk menyatakan cinta pada Sehun hari ini, sekarang juga bisa. Ia tak ingin Sehun mendahuluinya.
Dan di sinilah mereka, sedang duduk berdua di kursi taman. Menyaksikan anak-anak kecil bermain dan tertawa di tengan lapangan kecil yang dipenuhi rumput yang terawat.
Sehun tersenyum melihat balita kecil yang mencoba menjalankan sepeda roda tiganya sendiri. Dan karena tidak mampu mengayuh rodanya, anak itu lalu mengunakan kakinya agar sepedanya berjalan dan balita itu langsung tertawa.
Sehun ikut tertawa menyaksikannya. Saat asyik tertawa, Sehun merasakan Kai menggenggam tangannya. Ia langsung berhenti tertawa dan menoleh. Di sampingnya Kai sudah memandangnya dengan tatapan serius. Dalam hatinya, Sehun sudah melompat kegirangan, ia sudah sangat yakin bahwa Kai akan menyatakan cinta padanya.
"Sehun?"
Sehun mengangguk sebagai jawabannya. Meski sudah tahu apa yang akan terjadi tapi ia tetap tegang.
"Aku tahu ini sepertinya terlalu cepat, tapi..."
Kai menggantung kalimatnya, dan Sehun menahan nafas menanti kelanjutan kalimat Kai.
Dan...
Krruuuyukk~
Itu bukan kelanjutan kalimat Kai.
Sehun meringis malu. Ish ... kenapa perutnya harus berbunyi di saat seperti ini sih? Kalau mau bunyi kenapa harus saat Kai sedang mencoba menyatakan cinta padanya. Asih~ Andai ia tahu akan seperti ini, ia lebih memilih makan dari pada tidur.
Sehun lalu membungkuk berkal-kali pada Kai.
"Maaf atas ketidak nyamanannya. Mohon abaikan suara yang baru saja anda dengar." ucap Sehun sambil terus membungkuk formal.
Kai melupakan semua kegugupannya, ia bahkan lupa jika baru saja ia ingin menyatakan cintanya. Ia terkikik kecil, takut Sehun tersinggung dan marah padanya jika ia tertawa terbahak. Tapi sungguh, Sehun benar-benar menggemaskan.
"Sehun, kau belum makan?"
Sehun menggeleng, ia sudah berhenti membungkuk tapi masih belum bisa menatap wajah Kai. Ini sangat memalukan.
Kai tak berkata apa-apa dan langsung menarik Sehun agar mengikuti langkahnya. Ia membawa Sehun menuju kedai kopi yang tadi mereka kunjungi dan berhenti di samping motor besar kesayangannya.
Kai kembali memasangkan helm pada Sehun dan segera melajukan motornya.
Sehun tak tahu Kai akan membawanya kemana tapi sejak saat perutnya berbunyi nyaring, ia hanya terus menunduk dan menunduk.
Tak lama kemudian Kai memelankan laju kendaraannya dan aroma ramen menginfasi indera penciuman Sehun, dan itu membuat liurnya ingin menetes. Perutnya kembali berbunyi, tapi untunglah kali ini ada suara mesin motor yang meredam suara memalukan itu. Lalu Kai tiba-tiba menghentikan motornya tepat di depan sebuah kedai ramen.
"Aku tahu tempat ini tidak termasuk dalam tempat yang ingin kau kunjungi saat berkencan tapi ini yang paling dekat. Dan aku pernah ke sini, ramennya sangat lezat."
"Tidak apa-apa, Kai. Ini sempurna."
Mereka lalu memesan dua porsi ramen, saat pesanan tiba Sehun lagi-lagi yang paling semangat menyambutnya.
"Wow, ini sangat lezat." gumam Sehun dengan mulut penuh dengan ramen.
"Pelan-pelan, Sehun. Kau bisa mengalami gangguan pencernaan jika makan seperti itu."
Sehun hanya mengangguk mendengar teguran Kai. Ia lalu lanjut menyantap ramennya masih dengan semangat yang membara.
Kalau dipikir-pikir, andai ia tidak melewatkan makan siangnya pasti ia dan Kai sudah jadi sepasang kekasih sekarang. Haah~ penyesalan memang selalu berada di akhir kan?
Sehun tiba-tiba murung. Kalau seperti ini kapan Kai akan jadi kekasihnya?
Sedang sibuk memikirkan nasibnya, tiba-tiba saja perutnya terasa sakit. Rasanya menusuk di perut bagian kirinya, dan itu sangat menyakitkan. Ugh~ dulu ia memang sering sakit perut jika makan setelah melewatkan jadwal makannya, setahun terakhir ini ia tak pernah mengalaminya lagi jadi ia pikir ia sudah sembuh.
Kai sepertinya menyadari perubahan raut wajah Sehun.
"Sehun, kau baik-baik saja?" Tanyanya.
Sehun mendongak dan meringis, sebelah tangannya mencengkeram perutnya.
"Aku baik-baik saja." ucapnya, tapi Kai tak mungkin percaya jika Sehun mengucapkannya susah payah begitu. Tampak seperti sedang kesakitan.
Kai meraih tangan Sehun yang memegang sumpit, "Jangan berbohong, Sehun. Kau seperti sedang menahan sakit."
"Mm... Yah, sebenarnya perutku sedikit sakit. Ini tidak terlalu serius, tak usah khawatir." Sehun berkata dengan senyum kecil di bibirnya, mencoba meyakinkan Kai.
"Aku tidak yakin akan hal itu. Aku akan mengantarmu pulang agar kau bisa beristirahat."
Kai sudah beranjak berdiri dan menarik tangannya lagi, tapi Sehun menahannya.
Pulang? Ia belum ingin pulang jika Kai belum jadi kekasihnya.
"Aku belum mau pulang, Kai. Sepupuku pulang terlambat hari ini, pulang juga akan percuma karena tak ada yang merawatku. Aku yakin, sakitnya akan segera berhenti."
Meski dalam hati Sehun meragukan kalimatnya, karena biasanya jika ia sakit perut begini sakitnya bisa bertahan seharian meski ia sudah meminum obat. Jika tanpa obat, paling cepat itu dua hari. Tapi ia tetap mencoba meyakinkan Kai, ia tak ingin pulang dan bermimpi Kai jadi kekasihnya. Ia ingin Kai benar-benar jadi kekasihnya. Kalau Kai tak bergerak duluan, maka ia yang akan bergerak. Ia tak masalah akan hal itu.
"Baiklah, kita kerumahku saja. Kita bisa bermain di sana, tapi kau tetap harus istirahat. Dan lagi kau tak usah sungkan, rumahku sedang kosong."
Sehun melongo sejenak.
Bermain? berdua? saat rumah sedang kosong? WOW
Bermain yang dimaksud Kai disini adalah bermain PS, tapi jangan salahkan Sehun jika ia salah menafsirkan maksud kata itu. Kai yang salah karena kalimatnya yang ambigu.
"Kajja." ajak Kai.
Sehun bangkit dan mengikuti langkah Kai. Ia berjalan sambil menbungkuk sedikit karena perutnya yang jadi tambah sakit saat berdiri.
.
Setibanya di rumah Kai, Sehun langsung mendudukkan dirinya di sofa besar ruang tamu. Ia sudah tak mampu jika harus menaiki tangga.
Dan Kai, ia tak tahu kemana.
Tak lama, Kai datang lalu menyodorkan obat dan air padanya. Kai juga memberikannya balsem untuk membuat perutnya hangat.
"Minumlah."
Sehun menurut saja.
Suasananya jadi kaku begini karena hanya ada suara denting jarum jam dan hembusan nafas mereka yang terdengar. Kai jadi kembali teringat pada acara menyatakan cintanya yang batal.
"Sehun, kau sudah baikan?"
Sehun menyimpan gelasnya di meja, dan menoleh pada Kai.
"Iya. Terima kasih, Kai."
"Sehun, aku..."
Sehun diam memperhatikan Kai, dan menanti kalimat apa yang akan diucapkannya.
"Aku..."
Sabar. Sehun masih menunggu dengan sabar, meski sebenarnya ia sudah sangat gemas ingin berteriak, 'aku juga menyukaimu'.
"Begini, Sehun. Aku ... Mmm..."
"Hng?"
"Aku..."
"Yaaaa?"
Okay, tampaknya Sehun sudah mulai jengah. Inginnya, Sehun mau langsung mengecup bibir Kai saja lalu berkata aku menyukaimu. Tapi ini tidak akan seru baginya.
"Kai, kalau kau lupa apa yang kau ingin katakan, bisakah kali ini aku yang bicara? Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Kai langsung menggeleng dengan cepat. Tidak, kali ini ia tak ingin Sehun mendahuluinya.
"Tidak, tidak. Aku tidak lupa. Aku akan segera mengatakannya."
Dan sepertinya Kai memang harus di pancing dulu.
Kai menggenggam lembut tangan Sehun, dan menatapnya tetap di mata.
"Sehun, aku tak tahu apa pendapatmu tentangku. Tapi yang harus kau tahu, kau membuatku berantakan. Kau selalu menghampiriku dengan senyum terlalu manis, aku tak sanggup akan hal itu. Kau membuatku ingin memilikimu, tapi di lain sisi aku terlalu gugup dan kaku."
Kai berhenti sejenak, mengumpulkan kembali keberaniannya.
Sehun tak kuat, ia sudah menggigit bibir dalamnya agar dirinya tak berteriak kegirangan.
"Sehun, aku menyukaimu. Mungkin aku bukanlah tipe pasangan ideal bagimu, tapi jika kau mau memberiku kesempatan aku akan berusaha semampuku."
Sehun sekuat tenaga menahan bibirnya agar tak tersenyum terlalu lebar, tapi ia tak bisa. Ia sangat senang, hingga tak sadar ia sudah balik menggenggam tangan Kai dengan sangat kuat.
"Kai, aku mau."
Kai tampak terkejut, matanya membulat dengan bibir menganga, Sehun menerimanya. Dan ekspresinya itu kontras sekali dengan ekspresi Sehun yang secerah matahari di musim panas.
Cup~
Dan yang hal yang dari tadi Sehun ingin lakukan akhirnya terlaksana juga. Ia mengecup bibir Kai.
Kai yang tadinya masih terkejut tambah terkejut karena tindakan Sehun. Tapi tiba-tiba saja ia tersenyum. Bukan senyum yang biasa Sehun lihat.
"Kau ini nakal sekali, Oh Sehun." kata Kai dengan menyunggingkan senyum miring di bibirnya.
Sehun sedikit terkejut melihat wajah Kai sekarang. Ini pertama kalinya ia melihat ekspresi Kai yang seperti itu. Ia terkejut, tapi Kai yang seperti ini jadi tampak seksi.
Kai menatap mata Sehun tajam. Sehun baru saja mengecup bibirnya. Ia marah. Bukan marah karena Sehun menciumnya, lebih kepada karena ia lagi-lagi merasa dirinya lembek karena Sehun yang terus bergerak lebih dahulu.
Kai mendekatkan wajahnya, tubuhnya ia geser agar lebih dekat dengan Sehun.
Sehun berhenti mengagumi wajah seksi Kai karena Kai yang terus saja maju dan maju. Ia panik, jadi ia terus mundur dan mundur. Saat tak ada ruang lagi di belakangnya, Kai menyeringai dan tangannya sudah berada di kedua sisi kepalanyanya.
Sehun sudah menebak-nebak apa yang ingin Kai lakukan padanya. Dari posisinya, sepertinya Kai akan menciumnya. Tapi tidak mungkin, ini kan Kai.
Wajah mereka sudah sangat dekat, Sehun bahkan bisa merasakan hembusan nafas Kai di wajahnya.
"Kau terlihat makin manis dilihat dari jarak sedekat ini." bisik Kai.
Dan Sehun hanya bisa diam, tak tahu harus menjawab seperti apa. Tapi di otaknya tertulis, Kai jadi terlihat sangat seksi jika seperti ini. Tapi ia tak menyuarakannya. Entahlah, rasanya ia sedikit takut.
Dan detik berikutnya mata Sehun membulat seluruhnya saat bibir Kai sudah bersentuhan dengan bibirnya.
Sehun membeku di tempat, bahkan saat Kai sudah menarik kembali bibirnya. Tapi meski begitu ia tetap tidak mengubah posisi tubuhnya, ia hanya mengamati wajah terkejut Sehun. Mata sipit itu membulat penuh dan saat ia sudah puas melihat mata Sehun, ia memajukan lagi wajahnya dan menggapai bibir Sehun menggunakan bibirnya, membawa bibir bawah Sehun di sela bibirnya dan menyesapnya pelan. Bergantian atas dan bawah.
Sehun rasanya seperti es batu yang mencair. Tubuhnya lemas, tenaganya menguap entah ke mana. Andai tangannya tidak berpegang pada lengan Kai, ia yakin ia sudah merosot ke lantai sekarang.
Hanya adu bibir, tak ada permainan lidah. Ataukah belum ada?
Sehun tak tahu. Ia hanya diam membatu, mencoba mengumpulkan nyawanya yang menguap. Bahkan ia masih diam saat Kai sudah melepaskan bibirnya lagi dan kembali duduk manis seperti tak pernah terjadi apa-apa.
"Satu sama, Sehun. Kita seri."
Sehun diam mencerna kalimat Kai. Saat otaknya selesai memproses dan nyawanya sudah terkumpul kembali, ia langsung meminta penjelasan pada Kai.
"Apa maksudmu kita seri?"
Kai menoleh dan tersenyum, tersenyum menang tapi tidak menjawab apa-apa.
Sehun merengut, wajahanya cemberut.
"Apa maksudmu kita seri? Aku hanya mengecup bibirmu, tapi ka-"
Ucapan Sehun terpotong saat ia menyadari perkataannya sendiri.
"Ya? Aku kenapa, Sehun?" goda Kai.
Sehun ragu, tapi ia sudah terlanjur mengatakannya. Jika tidak dilanjutkan, Kai akan semakin menggodanya.
"Kau... Mmm... kau menghisap bibirku. Dan ... yaaa ... itu tidak bisa dikatakan seri." Sehun mencicit, ia tak berani menatap Kai. Dalam hati sebenarnya ia bertanya, kenapa Kai bisa langsung berubah seperti ini? Dan membalik posisi dari pasif menjadi agresif dan membuat Sehun yang agresif jadi gugup begini. Mungkin seperti yang ia katakan tadi, Kai hanya perlu dipancing.
"Jadi dengan kata lain, kau juga ingin menghisap bibirku?"
Dan pertanyaan Kai sukses membuat Sehun merona.
Ok, Sehun dulu gemas pada sifat Kai yang selalu gugup jika menghadapinya dan berpikir, jika seperti ini maka harus dirinya yang harus pandai-pandai berinisiatif. Tapi sekarang saat Kai menjadi berani seperti ini, ia malah ciut.
Tidak, Sehun tidak ciut. Ah~ baiklah, ia memang ciut karena perubahan Kai sangat tiba-tiba dan itu membuatnya terkejut. Ia jadi seperti ini hanya karena efek shock. Tunggu saja dua minggu setelahnya, ia yakin ia bisa mengimbangi Kai.
.
.
.
END
AAAAAAAAARRRRRGGGHHHH... INI UDAH END MASAA...
Iya, ini udah end. Endingnya begitu doang. Maaf kalau gak sesuai ekspektasi. Maaf kalau ini mengecewakan. Maaf kalau banyak typo-nya. Maaf kalau ini updatenya lama.
Aku gak tahu, aku gak ada ide buat nulis ff Kaihun. Kalau ada ide pasti nulis Kaihun lagi. Tapi gak tau juga, karena Kwon Soonyoun aka Hoshi seventeen menginfasi pikiranku dengan semua kelucuannya dan keimutannya dan bakatnya, dan suaranya dan senyumnya yang menggemaskan dan semuanya.
APA? MAU REQUES FF? Ah~ aku gak tahu ya, mungkin bisa. Tapi takut juga sih, kalau udah dibikinin dan gak sesuai harapan. Ah~ bingung.
Tapi terima kasih buat yang udah review dari chap satu.
Aku tahu, ff ini pasti pernah membuat beberapa orang kecewa karena updatenya lama banget. Ff ini dari 2013 dan ini udah 2016. Aku merasa sangat bersalah untuk itu. Tapi aku senang, akhirnya ini end juga.
Sekali lagi, terima kasih untuk review fav dan follow -er ff ini. Terima kasih karena sudah mengapresiasi ff aneh ini. Terima kasih, ILU :*