Passive Aggressive Love

Genre : Romance, Drama, Hurt

Cast : Lee Sungmin, Cho Kyuhyun and other

Rate : T+

Warning : Genderswitch, OOC, bad diction, miss typing

Desclimer : I just borrow their name as the cast of this story. All belongs to God and this story is absolutely mine. Please don't read if you don't like this story


Chapter 7 : Trust


Sungmin mendorong bahu Henry dengan keras sebelum bibir pemuda itu mencium bibirnya lebih dalam lagi. Ia berhasil melepaskan ciuman Henry di bibirnya yang begitu memaksa.

PLAK!

Wajah Henry menghadap ke satu sisi begitu tangan Sungmin melayang untuk menamparnya. Gadis itu tampak tersengal menahan amarah. Ia menatap Henry dengan mata memerah. Sungmin benar-benar tidak menyangka jika Henry akan melakukan hal selancang ini padanya. Henry yang sekarang jauh berbeda dengan Henry yang dikenalnya saat kecil dulu.

"Kenapa kau melakukan ini?" Sungmin berseru marah. Tenggorokannya terasa panas karena berteriak kencang di depan Henry.

Henry memegang sebelah pipinya yang terkena tamparan. Tamparan Sungmin meninggalkan bekas panas dan sedikit perih di pipinya. Ia menatap Sungmin yang kini menatapnya tajam dengan mata merahnya.

"Jika kau mencintaiku seharusnya kau tidak melakukan ini! Seharusnya kau menyerah dan membiarkanku bahagia," suara Sungmin memelan saat air mata memenuhi kelopak matanya.

Sungmin merasa ia sudah mengkhianati Kyuhyun. Kyuhyun bahkan baru saja menciumnya semalam, untuk pertama kali. Dan Sungmin harus berusaha mati-matian untuk mendapatkannya. Sementara Henry? Pemuda itu dengan begitu mudahnya mencium bibirnya. Sungmin benar-benar marah pada dirinya karena membiarkan Henry menciumnya begitu saja.

"Aku membencimu, Henry. Aku benar-benar membencimu!"

Sungmin kembali berseru di depan Henry. Air mata yang sudah tak mampu terbendung perlahan berjatuhan dari kelopak matanya. Gadis itu menyeka air matanya kemudian berlalu meninggalkan Henry.

Henry tidak bisa melakukan apapun selain berdiri kaku seraya memegangi sebelah pipinya saat Sungmin melangkah pergi. Ia benar-benar hancur mendengar kata benci yang terucap dari bibir gadis itu. Henry menyesali apa yang telah diperbuatnya. Ia sedang dikuasai emosi saat itu sehingga tanpa sadar ia melakukannya, mencium bibir Sungmin.

Seluruh persendian kakinya terasa melemas. Henry jatuh terduduk di atas lantai studio. Sebelah tangannya yang bebas terlayang meninju permukaan lantai marmer dengan kencang.

"Arrgghh!"

Henry berteriak frustasi. Ia mengutuk perbuatan gilanya beberapa saat lalu kepada Sungmin. Seharusnya ia lebih bisa mengendalikan emosinya. Dan sekarang Sungmin membencinya. Ia baru saja kehilangan kesempatan untuk mendapatkan gadis itu.


Sungmin berlari kecil menuju restroom di sebelah studio setelah menutup pintu studio dengan kencang. Gadis itu menghidupkan keran wastafel kemudian membasuh bibirnya dengan air sebanyak-banyaknya. Ia ingin menghapus bekas bibir Henry di bibirnya.

Meski sudah membasuhnya beberapa kali, namun bekas bibir Henry masih terasa jelas di bibirnya. Sungmin berhenti membasuh bibirnya lalu menarik sebuah tisu di samping pengering tangan untuk mengeringkan bibirnya. Ia memandang cermin di depannya dengan mata memerah.

'Maafkan aku, oppa…' batinnya dengan bulir air mata yang mulai mengalir. Sungmin merasa telah benar-benar mengkhianati Kyuhyun. Ia tidak bisa menjaga apa yang seharusnya menjadi hak Kyuhyun.

"Kau yakin jika suamimu benar-benar mencintaimu?"

"Jika dia benar-benar mencintaimu, dia tidak akan pernah menyakitimu dan membuatmu menangis."

Di tengah tangisnya, Sungmin kembali teringat ucapan Henry. Keraguan itu kembali muncul, apalagi mengingat sikap Kyuhyun yang sudah banyak berubah dari Kyuhyun yang dulu. Kakinya melemas memikirkan hal itu. Gadis itu menyandarkan punggungnya di dinding dengan sebelah tangan yang berpegangan pada pinggiran wastafel.

'Oppaoppa benar-benar mencintaiku, 'kan?'


Pukul tujuh malam, Sungmin duduk di sofa ruang tamu dengan air mata yang tak pernah bosan mengaliri pipinya. Sungmin tidak bisa melupakan kata-kata Henry yang terus berputar di kepalanya, bagaikan bumi yang tanpa henti berputar pada porosnya. Ia juga masih bisa merasakan bekas bibir Henry di bibirnya. Membuatnya risih hingga tanpa sadar sesekali Sungmin mengusap bibirnya kasar dengan punggung tangannya.

Gadis itu menoleh ke arah pintu ketika seseorang membukanya. Sungmin berdiri ketika melihat Kyuhyun melangkah ke dalam apartemen mereka. Ia bergegas menghampiri Kyuhyun yang tengah menutup pintu.

Kyuhyun terkejut ketika Sungmin tiba-tiba menarik tengkuknya untuk menunduk dan menciumnya dengan mata terpejam. Istri cantiknya itu tidak hanya mengecup bibirnya, tetapi juga mengulum bibir atas dan bawahnya bergantian. Ia tidak menyangka akan mendapat sambutan panas seperti ini.

Sungmin merasa Kyuhyun tidak membalas ciumannya. Gadis itu kemudian memberanikan diri untuk melakukan lebih pada bibir suaminya. Sungmin menggigit bibir bawah Kyuhyun dengan keras. Ia tidak peduli jika Kyuhyun akan memarahinya. Sungmin hanya ingin menghapus bekas bibir Henry di bibirnya. Ia ingin menghapusnya dengan ciuman Kyuhyun.

Beberapa saat Kyuhyun terpaku— masih dalam keterkejutannya, namun ia tersadar ketika Sungmin menggigit bibir bawahnya dengan keras. Kyuhyun membuka mulutnya secara impulsif, dan seketika ia merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menari di dalam bibirnya.

Kyuhyun bertanya-tanya kenapa Sungmin tiba-tiba menciumnya seperti ini. Pria itu merasa ada sesuatu yang terjadi dengan istrinya. Ia mencoba menghentikan ciuman Sungmin, namun Sungmin justru semakin gencar memagut bibirnya.

Dan akhirnya Kyuhyun kalah. Ia terbawa oleh permainan Sungmin. Ia membalas ciuman Sungmin dengan sama panasnya dan ikut memejamkan mata. Bahkan sekarang Kyuhyun mengambil alih permainan Sungmin. Sebelah tangannya bergerak merengkuh pinggang Sungmin agar merapat ke tubuhnya dan tangannya yang lain menahan tengkuk Sungmin. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan, mencari posisi yang tepat seiring semakin dalamnya pagutan mereka.

Kyuhyun menghentikan ciuman mereka saat merasakan sesuatu yang hangat masuk ke dalam bibirnya. Ia kembali terkejut mendapati wajah merah Sungmin yang basah oleh air mata.

"Sayang…ada apa?" Kyuhyun merangkum kedua pipi Sungmin dan bertanya khawatir. Kedua ibu jarinya bergerak menyeka air mata yang membasahi pipi Sungmin.

Sungmin tidak menjawab. Tangannya yang semula berada di tengkuk Kyuhyun bergerak turun mencengkeram kemeja bagian depan Kyuhyun.

"Oppa…katakan bahwa oppa benar-benar mencintaiku," ujarnya pelan dengan suara parau.

Sungmin menatap Kyuhyun dengan mata basahnya, menuntut Kyuhyun untuk mengatakannya. Ia benar-benar ingin mendengarnya dari Kyuhyun. Ia ingin mematahkan ucapan Henry dan juga keraguannya terhadap Kyuhyun. Ia ingin membuktikan jika Kyuhyun benar-benar mencintainya.

Kyuhyun benar-benar tidak mengerti kenapa Sungmin tiba-tiba bertingkah seperti ini. Ia menatap Sungmin bingung sekaligus khawatir.

"Hei…sebenarnya ada apa, sayang? Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" tanyanya tak mengerti.

"Ani," Sungmin menggeleng pelan. Bukan itu yang ingin ia dengar dari Kyuhyun. Tangannya semakin erat mencengkeram kemeja bagian depan Kyuhyun.

"Katakan saja bahwa oppa benar-benar mencintaiku…"

"Jebal, oppa…" Sungmin memohon dengan air mata yang kian deras mengalir ketika Kyuhyun hanya diam menatapnya.

Kyuhyun menghela nafas pelan. Ia kembali menyeka air mata Sungmin. Jujur saja, melihat Sungmin menangis membuat dadanya sesak.

"Aku benar-benar mencintaimu, sayang. Aku sangat mencintaimu," Kyuhyun berujar lembut menuruti Sungmin. Ia menatap kedua mata indah Sungmin dalam. Tentu saja kata cinta yang diucapkannya bukan sebuah paksaan, melainkan benar-benar tulus dari dalam hatinya.

Air mata Sungmin kembali mengalir melihat ketulusan Kyuhyun. Kenapa ia bisa sebegitu bodohnya termakan oleh ucapan Henry dan kembali meragukan Kyuhyun yang jelas-jelas sangat mencintainya.

"Apa kau meragukannya?" Kyuhyun bertanya pelan seraya kembali menyeka air matanya.

Sungmin cepat-cepat menggeleng. "Ani. Aku percaya oppa benar-benar mencintaiku. Maafkan aku, oppa…" ucapnya lirih dengan kepala menunduk.

Dahi Kyuhyun berkerut mendengar ucapan maaf yang terlontar dari bibir istrinya. Apa Sungmin menyembunyikan sesuatu yang tidak diketahuinya lagi? Selain diam-diam menuduhnya berselingkuh dengan Kibum? Kyuhyun sangat tahu Sungmin tidak akan mengucapkan kata 'maaf' jika gadis itu tidak melakukan kesalahan…atau menyembunyikan sesuatu darinya.

Kyuhyun meraih dagu Sungmin agar gadis itu menatapnya. "Katakan sejujurnya, sayang. Apa yang sebenarnya terjadi? Oppa tahu kau menyembunyikan sesuatu dari oppa." ia memang bertanya lembut namun tatapan matanya menuntut jawaban kepada Sungmin.

Sungmin kembali menundukkan kepalanya, tidak berani menatap Kyuhyun. Apakah ia harus mengatakannya kepada Kyuhyun? Ia benar-benar takut jika Kyuhyun akan marah padanya.

"Sayang…" Kyuhyun kembali mengangkat wajah Sungmin dan memanggilnya dengan suara tertahan. Ia sedikit geram melihat Sungmin hanya diam tidak menjawabnya. Gadis itu bahkan tidak berani menatap matanya.

Sungmin akhirnya memberanikan diri untuk menatap mata Kyuhyun yang memandangnya tajam menuntut jawaban. "Apa oppa akan marah jika aku mengatakannya?" ia bertanya pelan menahan takut.

"Justru oppa akan marah jika kau tidak mengatakannya. Sekarang katakan, apa yang telah terjadi?" desak Kyuhyun tertahan.

"H—Henry mengatakan…" Sungmin menghentikan ucapannya. Mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan semuanya kepada Kyuhyun.

Henry? Kyuhyun merasa pernah mendengar nama itu. Ah, benar. Ia mengingatnya sekarang. Sungmin pernah menyebut nama itu saat ia memukul pemuda yang tempo hari lalu bertingkah sok pahlawan di hadapannya. Dan Kyuhyun sangat yakin itu adalah nama pemuda itu.

Mengingat pemuda itu membuat emosinya tersulut. Ia menggeram dalam hati.

"Mengatakan apa, Minnie-ya?" Kyuhyun mulai bertanya tidak sabar.

Sungmin terkesiap mendengar suara Kyuhyun yang berubah meninggi.

"Henry mengatakan…jika oppa tidak benar-benar mencintaiku. Jika oppa benar-benar mencintaiku, oppa tidak akan pernah menyakitiku dan membuatku menangis," ucapnya pelan. "Dan…Henry menciumku," setetes air mata bergulir dari sudut matanya.

"Apa?" Kyuhyun menggeram marah.

Mendengar pengakuan istrinya, darah di sekujur tubuhnya mendidih seketika. Rahang Kyuhyun mengeras dan wajahnya memerah menahan amarah.

Kyuhyun tidak perlu bertanya kepada Sungmin di mana pemuda itu menciumnya. Ia sangat tahu jelas definisi dari kata 'mencium' itu.

Beraninya pemuda itu! Kyuhyun bahkan baru berani mencium Sungmin semalam, karena ia tidak ingin lepas kendali dan melakukan hal di luar nalarnya. Sedangkan pemuda itu? Dengan begitu gampangnya ia mencium istrinya. Ia benar-benar tidak rela jika apa yang seharusnya menjadi hak penuh miliknya ikut 'dinikmati' oleh orang lain.

"Kenapa kau membiarkannya menciummu, Minnie-ya?" Kyuhyun bertanya marah, setengah berteriak di depan Sungmin.

"Ooppa…" Sungmin terkejut ketika Kyuhyun tiba-tiba membentaknya. Air matanya yang sudah di seka Kyuhyun kembali bergulir begitu saja.

Kyuhyun tertohok melihat air mata Sungmin kembali mengalir. Ia ingin menyeka air mata Sungmin, tapi gemuruh amarah yang membakar dadanya mencegahnya. Ia hanya ingin mendengar jawaban Sungmin, bukan air mata gadis itu.

"Jawab aku, Lee Sungmin!" Kyuhyun kembali menggeram dan berucap dengan nada tinggi. Emosinya benar-benar tak terkendali.

Tubuh Sungmin bergetar takut mendengar bentakan Kyuhyun. Air matanya kian bergulir deras.

"Aku…aku tidak bisa mencegahnya, oppa. Semuanya terjadi begitu cepat. Henry menarikku dan dia…dia menciumku begitu saja…" jelasnya lirih dengan tubuh bergetar.

"Mianhae, oppa…aku benar-benar tidak tahu jika dia akan melakukannya…"

Kyuhyun mendengus kesal. Tidak percaya mendengar jawaban istrinya. Jika memang benar begitu, kenapa Sungmin tidak menghindar saat pemuda itu menarikknya? Tidak bisakah Sungmin melakukan sesuatu sebelum pemuda itu menciumnya?

Pria itu benar-benar terbakar, dan Kyuhyun tidak bisa lebih lama lagi berada di dekat Sungmin. Atau ia akan semakin menyakiti gadis itu dengan emosinya yang kian meluap.

"Oppa…" Sungmin terkejut ketika Kyuhyun tiba-tiba saja berbalik dan berjalan menuju pintu.

"Oppamianhae…" Sungmin berlari mengejar langkah panjang Kyuhyun yang sudah kini membuka pintu. Ia berujar dengan suara terisak.

Kyuhyun tahu jika Sungmin tengah mengejarnya. Ia juga tahu bahwa istrinya kini sedang menangis. Namun Kyuhyun mencoba untuk tidak peduli. Seolah menulikan telinganya, Kyuhyun tetap berjalan cepat menuju pintu lift. Satu hal yang ingin dilakukannya sekarang adalah menenangkan diri.

Dada Sungmin berdenyut sakit ketika Kyuhyun tidak mempedulikannya. Pria itu bahkan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Dan saat pintu lift terbuka, Kyuhyun langsung masuk begitu saja dan segera menutupnya. Padahal Kyuhyun melihat dengan jelas bahwa Sungmin tengah berlari mengejarnya dengan kepayahan.

Sejujurnya Kyuhyun sakit melihat Sungmin menangis dan mengejarnya seperti tadi. Namun sekali lagi, emosinya benar-benar tak terkendali sekarang. Kyuhyun bagai tersengat listrik berkekuatan sepuluh ribu volt saat mendengar pengakuan Sungmin bahwa Henry menciumnya. Ia kecewa. Benar-benar kecewa kepada Sungmin karena tidak bisa menjaga dirinya.

Sungmin menekan tombol pintu lift di sebelah lift yang digunakan Kyuhyun. Ia mengucap syukur dalam hati ketika pintu lift itu langsung terbuka. Tanpa ragu lagi Sungmin segera menekan tombol lift yang akan membawanya menuju basement, karena ia yakin Kyuhyun pasti akan pergi ke basement.


Lift yang ditumpangi Sungmin akhirnya sampai di basement. Namun saat pintu lift itu terbuka, Sungmin melihat Kyuhyun sudah berjalan jauh di depannya. Pria itu bahkan sudah sampai di mobilnya yang terparkir beberapa meter dari lift.

Sungmin bergegas keluar dan kembali mengejar Kyuhyun. Mengabaikan rasa sakit di persendian kakinya karena terlalu lelah berlari.

"Oppa!" Sungmin berlari mengejar Kyuhyun ketika pria itu sudah masuk ke dalam mobilnya dan mulai menyalakan mesin.

"Oppa! Kumohon jangan pergi!"

Sungmin berlari kepayahan, mencoba mencegah Kyuhyun untuk pergi saat pria itu sudah menjalankan mobilnya.

"Oppa!"

Kyuhyun sebenarnya mendengar teriakan Sungmin, namun ia tidak bisa berhenti. Ia benar-benar menulikan telinganya. Rasa kecewa yang memenuhi dadanya menahannya untuk tidak mempedulikan teriakan gadis itu.

"Oppa! Akh!"

Sungmin jatuh tersungkur saat ia hampir berhasil menggapai mobil Kyuhyun. Kedua kakinya sudah tidak mampu lagi digunakan untuk berlari, bahkan untuk menumpu berat tubuhnya.

Kyuhyun melihat Sungmin terjatuh dari balik kaca spion, namun ia mencoba mengeraskan hatinya. Untuk saat ini, ia ingin sejenak menjauh dari Sungmin

'Maafkan aku, Minnie-ya…tapi aku benar-benar kecewa padamu…'

Setitik air mata mengalir dari sudut matanya melihat Sungmin terduduk di lantai kasar basement sambil menangis.

"Oppa…" Sungmin terisak lirih menatap kepergian mobil Kyuhyun yang perlahan menghilang dari basement.

Sekujur tubuhnya terasa lemas, seakan tidak ada susunan tulang yang menyangganya. Bahkan untuk sekedar menyeka air matanya pun Sungmin tidak mempunyai tenaga. Rasanya benar-benar sakit dan sesak mendapati Kyuhyun benar-benar meninggalkannya.

Sungmin melihat sebelah lututnya berdarah. Gadis itu semakin terisak pedih. Bahkan rasa perih dilututnya tidak terasa. Justru rasa perih dihatinya yang terasa sampai menusuk ke tulang hingga persendiannya.


Kyuhyun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan pelan. Kedua tangannya mencengkeram roda kemudi dengan erat ketika pengakuan Sungmin kembali terngiang di telinganya.

"Henry mengatakan…jika oppa tidak benar-benar mencintaiku. Jika oppa benar-benar mencintaiku, oppa tidak akan pernah menyakitiku dan membuatku menangis."

"Dan…Henry menciumku."

"Aaarrgghh!" Kyuhyun memukul roda kemudinya dengan keras.

Kyuhyun mengakui bahwa ia memang sudah menyakiti dan membuat Sungmin menangis. Tapi demi Tuhan! Kyuhyun berani bersumpah mati jika ia benar-benar mencintai Sungmin. Dan ia menyesal setiap kali menyakiti dan membuat air mata gadis itu terjatuh. Tapi untuk kali ini, ia tidak bisa.

Sungmin membiarkan Henry menciumnya. Bagaimana seorang suami tidak meledak ketika seseorang ikut 'menikmati' miliknya? Kyuhyun benar-benar tidak bisa menerimanya. Kedua tangannya kembali mencengkeram erat roda kemudi. Sepertinya ia harus membuat perhitungan dengan pemuda itu.

Emosi Kyuhyun kembali memuncak memikirkan hal itu. Tanpa sadar ia menekan pedal gas kuat-kuat dengan pandangan kosong menatap ke depan. Matanya berkilat menggambarkan bagaimana emosinya yang tengah meluap saat ini.

Kyuhyun tersadar ketika sebuah mobil di depannya tiba-tiba sudah berhenti di lampu merah. Ia terkejut menyadari mobilnya akan menabrak mobil di depannya. Dengan cepat Kyuhyun menginjak pedal rem sedalam-dalamnya agar mobilnya berhenti.

Punggung Kyuhyun terjatuh di sandaran kursi kemudi setelah sabuk pengaman menahan tubuhnya agar tidak menghantam dashboard mobil. Dan Kyuhyun menghela nafas lega saat mobilnya berhenti tepat beberapa inchi sebelum mobilnya membentur badan mobil di depannya. Pria itu kemudian mengusap wajahnya pelan.

Ternyata benar. Mengemudi saat sedang emosi benar-benar berbahaya. Kyuhyun hampir mencelakakan dirinya dan juga orang lain. Beruntung ia bisa menghentikan mobilnya. Jika tidak, Kyuhyun tidak tahu apa yang akan terjadi kepadanya.

Kyuhyun merasa ia perlu bercerita kepada Kibum. Karena hanya Kibum yang bisa menenangkannya dan memberikan solusi untuk masalahnya.


21.00 PM

Kibum menggendong Minho— putra kecilnya yang baru berusia satu tahun— setelah berhasil menidurkan Minho yang sedari tadi rewel. Ia beranjak dari sofa ruang tamu, berniat memindahkan putranya ke tempat tidur. Namun urung saat mendengar bel rumahnya berbunyi.

Wanita itu melangkah ke pintu dan mengintip dari layar intercom. Ia terkejut mendapati Kyuhyun datang ke rumahnya dengan keadaan yang bisa dikatakan kacau. Kibum yakin pasti Kyuhyun sedang ada masalah dengan Sungmin.

Kibum melepaskan sebelah tangannya yang tengah menggendong Minho untuk membukakan pintu.

"Kibum-ah, apakah ini terlalu larut untuk bertamu?" Kyuhyun bertanya setelah Kibum membukakan pintu, dengan senyum yang dipaksakan.

Kibum tersenyum tipis mendengar pertanyaan Kyuhyun. "Aniya. Masuklah," ucapnya.

"Gomawo, Kibum-ah," Kyuhyun mengikuti Kibum masuk ke dalam rumah keluarga Choi.


"Duduklah. Aku akan memindahkan Minho ke tempat tidur sebentar," ujar Kibum setelah mereka sampai di ruang tamu keluarga Choi.

"Hm," Kyuhyun mengangguk lalu bergerak duduk di sofa. Pria itu menghela nafas dalam setelah menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.

Kibum kembali ke ruang tamu dengan dua cangkir teh hangat di tangannya setelah menidurkan Minho.

"Minumlah agar kau merasa lebih tenang, Kyu," Kibum memberikan secangkir teh hangat itu kepada Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum tipis. Ia mengulurkan tangannya untuk menerima secangkir teh hangat itu. "Gomawo," ucapnya pada Kibum yang kini sudah duduk menghadapnya.

Pria itu kemudian menyesap sedikit isi teh hangat itu lalu meletakkannya ke atas meja. "Aku tidak melihat Siwon bersamamu. Apa dia sudah tidur?"

"Hm. Siwon tertidur setelah meminum obatnya," jawab Kibum. Kyuhyun hanya mengangguk menanggapi.

Dua hariyang lalu Siwon memang sudah pulang dari rumah sakit dan dirawat jalan oleh Kibum dan seorang perawat. Siwon tidak suka berada rumah sakit dan tidak ingin berjauhan dengan putra mereka. Sehingga ketika dokter Park— dokter yang menangani Siwon memperbolehkannya untuk pulang, Siwon tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Kyuhyun-ah…apa ada masalah lagi dengan Sungmin?" Kibum bertanya hati-hati setelah sejenak keheningan menghampiri mereka. Meski Kibum sudah mengetahuinya tanpa perlu bertanya, namun ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya.

Kyuhyun tersenyum masam. "Sepertinya kau tidak perlu bertanya lagi," ia menjawab pelan tanpa menatap Kibum.

"Apa ini tentang salah paham lagi?" ujar Kibum menerka.

"Bahkan ini lebih buruk dari salah paham, Kibum-ah," Kyuhyun berucap pelan dengan suara tertahan. Kibum bisa melihat kemarahan dan kekecewaan yang terselip dari nada bicara Kyuhyun.

"Aku sangat kecewa pada Sungmin…" Kyuhyun menjeda ucapannya untuk menghela nafas. Menekan amarahnya agar tidak kembali meledak. Kibum hanya terdiam mengamati Kyuhyun. Menunggu apa yang selanjutnya akan diucapkan pria itu.


"Kyuhyun-ah…aku mengerti jika kau kecewa pada Sungmin. Tapi Sungmin tidak sepenuhnya bersalah di sini. Kau harus bisa melihat dari sisinya juga," ucap Kibum setelah mendengar cerita semua cerita Kyuhyun.

"Aku tidak bermaksud untuk membela Sungmin. Tapi aku bisa mengerti bagaimana posisi Sungmin saat itu," Kibum berusaha membuka pikiran Kyuhyun.

Kyuhyun berdecih pelan. "Posisi seperti apa yang kau maksud, Kibum-ah? Posisi saat Sungmin tidak bisa menghindar saat pemuda sok pahlawan itu akan menciumnya?" ucapnya sinis.

"Posisi seperti ini," Kibum tiba-tiba berdiri lalu menghampiri Kyuhyun. Dengan sebuah gerakan cepat ia menarik lengan Kyuhyun untuk berdiri dan mendekatkan wajahnya dengan Kyuhyun hingga hidung mereka saling bersentuhan.

Kyuhyun membeku beberapa saat karena terkejut ketika Kibum tiba-tiba menariknya dan mendekatkan wajahnya. Kibum tersenyum miring melihat reaksi Kyuhyun. Bahkan kedua mata Kyuhyun sampai melebar karena tindakan tiba-tiba Kibum.

Setelah puas mendapati reaksi Kyuhyun, Kibum melepaskan lengan Kyuhyun dan menjauhkan wajah mereka.

"Kenapa kau tidak menghindar, Kyuhyun-ah? Aku bisa saja menciummu jika aku mau," Kibum tersenyum geli saat mengucapkannya.

"Aku…bagaimana bisa aku menghindar jika kau melakukannya dengan tiba-tiba?" jawab Kyuhyun setelah tersadar dari keterkejutannya.

"Kau terlalu terkejut untuk menghindar, bukan?" tanya Kibum lagi. Kali ini dengan sebuah kekehan kecil.

"Ya! Tentu saja aku terkejut," Kyuhyun berujar tidak terima.

"Apa kau pikir Sungmin bisa menghindar saat pemuda itu menariknya secara tiba-tiba dan menciumnya? Seperti yang baru saja kulakukan padamu?"

Kyuhyun terdiam mendengar pertanyaan Kibum. Benar. Ia tidak bisa menghindar ataupun mencegahnya, begitupun juga Sungmin. Dan semua yang dikatakan istrinya benar. Kyuhyun benar-benar menyesal karena sudah menuruti emosinya dibandingkan mendengar ucapan Sungmin.

Kibum menarik nafas pelan melihat Kyuhyun terdiam. Tanpa perlu Kyuhyun menjawabnya, Kibum sudah tahu apa yang menjadi jawabannya. Sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman tipis. Kibum baru mengerti satu hal. Satu hal yang membuat Kyuhyun marah, kecewa dan juga tega meninggalkan Sungmin yang sudah berusaha mengejarnya dengan air mata beruarai, hingga tidak peduli ketika gadis itu terjatuh.

Satu kata yang bisa Kibum simpulkan di sini. Kyuhyun hanya sedang cemburu. Ya, cemburu. Pria mana yang tidak cemburu jika mendengar istrinya dicium oleh pria lain?

"Kau cemburu, Kyuhyun-ah," ungkap Kibum gamblang tanpa beban.

"Apa? Aku? Cemburu?" Kyuhyun menatap Kibum tak percaya. "Jangan bercanda, Kibum-ah," sangkalnya tegas. Pria itu berdecih dalam hati. Ia cemburu pada pemuda sok pahlawan itu? Pemuda itu bahkan tidak pantas untuk dicemburuinya. Kyuhyun hanya marah, bukan cemburu.

"Ya. Kau cemburu. Jangan menyangkalnya lagi," ujar Kibum menahan tawa.

"Aish! Terserah apa katamu," Kyuhyun mendengus sebal. Berdebat dengan Kibum hanya akan membuatnya kehabisan kata-kata untuk membalas wanita itu.

Kibum terkekeh geli melihat reaksi Kyuhyun. "Tapi kau sangat keterlaluan, Kyuhyun-ah. Hanya karena cemburu kau sampai membuat Sungmin menangis dan tega meninggalkannya saat dia terjatuh."

Ucapan Kibum bagaikan sebuah tamparan keras untuknya. Benar. Kyuhyun memang sudah keterlaluan.

Baiklah. Sekarang Kyuhyun mengakui jika ia memang cemburu. Ia merasa begitu jahat sekarang. Perbuatan teganya kepada Sungmin beberapa saat lalu seolah membuktikan kebenaran dari kata-kata yang diucapakan oleh pemuda sok pahlawan itu. Bahkan sampai sekarang, Kyuhyun tidak sudi menyebut nama Henry. Tapi itu semua tidak benar. Kyuhyun benar-benar mencintai Sungmin.

"Aku…" Kyuhyun terdiam sejenak. "Aku tidak bermaksud melakukannya, Kibum-ah. Aku benar-benar emosi dan…cemburu saat itu," dengan berat hati Kyuhyun mengakui bahwa ia cemburu.

"Rasa cemburu memang bisa membutakan seseorang, Kyuhyun-ah," Kibum tertawa pelan mendengar pengakuan Kyuhyun. "Seharusnya kau mendengarkan logikamu. Bukan emosimu," ucap Kibum kemudian.

"Ya. Kau benar," Kyuhyun tersenyum miris. Ia benar-benar menyesal.

"Dengarkan aku, Kyuhyun-ah," Kibum menumpukan kedua tangannya di kedua bahu Kyuhyun. Membuat pria itu menatap lurus ke dalam matanya.

"Inti dari sebuah hubungan adalah kepercayaan dan kejujuran. Sungmin sudah jujur dengan mengatakannya padamu. Jika kau benar-benar mencintai Sungmin, seharusnya kau bisa mempercayainya. Sungmin pasti juga pasti tidak menginginkan hal itu terjadi."

Kyuhyun mengangguk lemah, "Ya. Aku benar-benar bodoh, Kibum-ah."

Kibum tersenyum geli. "Ne. Kau satu-satunya pria bodoh yang pernah ku kenal. Pria bodoh yang selalu tidak bisa mengendalikan emosinya," ucapnya mengejek Kyuhyun.

Kyuhyun tipis tersenyum mendengar ejekan Kibum.

"Pulanglah. Sungmin pasti sangat sedih karena kau sudah tega meninggalkannya. Minta maaflah padanya, dan jangan pernah ulangi sikap bodohmu ini. Arasseo?" Kibum mengancam lucu dengan mata melotot.

"Arasseo," Kyuhyun kembali tersenyum. "Gomawo, Kibum-ah," ucapnya tulus.

Kibum ikut tersenyum lalu mengangguk, "Hm."


23.00 PM

Kyuhyun membuka pintu apartemen lalu menguncinya. Saat berbalik ia tertegun mendapati Sungmin tertidur di atas sofa panjang ruang tamu. Ia melangkah pelan menghampiri Sungmin yang tengah tidur meringkuk di atas sofa. Hatinya meringis perih mendapati bekas darah yang mengering di sebelah lutut Sungmin dan juga jejak-jejak air mata di pipi gadis itu.

'Maafkan oppa, sayang,' Kyuhyun membatin menyesal.

Perlahan ia menyelipkan kedua lengannya di antara leher dan lutut Sungmin, kemudian mengangkat gadis itu dengan kedua lengannya dan membawanya ke kamar mereka.


Kyuhyun membaringkan Sungmin dengan hati-hati ke atas ranjang, Setelah membetulkan posisi tidur Sungmin, pria itu bergeras mencari kotak obat untuk mengobati luka Sungmin.

Dengan lembut Kyuhyun menekan dan membersihkan luka Sungmin dengan kapas yang telah dibasahi cairan antiseptik. Sungmin menggeliat pelan dalam tidurnya ketika Kyuhyun menekan lukanya. Dahinya berkerut, seperti sedang menahan rasa sakit.

Kyuhyun menghentikan kegiatan membersihkan luka Sungmin saat gadis itu bergerak dalam tidurnya. Meski darahnya sudah mengering, tapi luka di lututnya masih basah dan juga terbuka.

Kyuhyun bergerak mendekati Sungmin dan membelai kepalanya lembut, lalu memberikan ciuman hangat di kening istrinya. Bibirnya mengulas senyum ketika mendapati Sungmin kembali tertidur dengan tenang. Kyuhyun kembali membersihkan luka Sungmin setelah gadis itu tenang, kemudian menutup lukanya dengan perban.

Setelah semuanya selesai, Kyuhyun membereskan kotak perlengkapan obat itu dan meletakkannya di atas nakas. Kyuhyun kemudian naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Sungmin.

Kyuhyun menatap wajah damai Sungmin penuh penyesalan. Bagaimana ia bisa setega itu pada Sungmin? Ia benar-benar mengutuk rasa cemburu yang beberapa saat lalu sudah membekukan hatinya dan berhasil membuatnya menjadi manusia yang paling kejam.

"Maafkan oppa, Minnie-ya…" ucapnya pelan seraya menarik tubuh Sungmin ke dalam pelukannya. Kyuhyun kembali mencium kening Sungmin— kali ini lebih lama, sebelum mendekap gadis itu dengan erat dan ikut memejamkan mata.


Sungmin terbangun saat cahaya matahari menusuk kelopak matanya. Ia beranjak bangun dan duduk menyandar di kepala ranjang. Kedua mata Sungmin mengerjap bingung. Bukankah semalam ia tidur di sofa? Kenapa ia bisa berada di tempat tidur? Apakah Kyuhyun yang memindahkannya ke sini? Atau…ia berjalan sendiri ke kamarnya saat tidur?

Kyuhyun. Sungmin tiba-tiba teringat kejadian semalam saat Kyuhyun meninggalkannya. Mengingat hal itu membuat dadanya kembali dihantam rasa sesak. Tanpa sadar kedua matanya berair dan sebulir air mata turun dari sudut matanya.

Sungmin menggeleng pelan. Tidak. Kyuhyun tidak mungkin memindahkannya ke tempat tidur. Ia pasti berjalan sendiri ke kamarnya. Jika memang Kyuhyun yang memindahkannya ke tempat tidur, pria itu pasti masih terlelap di sampingnya. Tapi ia mendapati hal yang sebaliknya. Tempat tidur di sebelahnya kosong. Kyuhyun tidak berada di sana. Sungmin bahkan yakin jika Kyuhyun tidak pulang semalam.

'Oppa benar-benar marah padaku…' batinnya sedih.

Mata basahnya menatap ke arah jam digital di atas nakas. Pukul tujuh pagi lewat sepuluh menit. Sungmin bisa terlambat jika tidak segera bersiap-siap. Gadis itu menyeka air matanya, lalu beranjak turun dari tempat tidur. Namun pergerakannya terhenti saat kedua bola bening Sungmin tak sengaja menatap ke arah lututnya yang terluka, yang sekarang sudah tertutup dengan perban.

Sejenak gadis itu terdiam memandangi lukanya. Kedua matanya kembali berair dan bulir-bulir itu turun membasahi pipinya lagi.

'Oppa…apa kau yang melakukannya?'


08.15 AM

"Kyuhyun-ah," Kibum berhenti melangkah saat berpapasan dengan Kyuhyun di koridor rumah sakit. Wanita itu hendak menuju ruangannya, namun urung ketika melihat Kyuhyun berjalan ke arah kantin rumah sakit yang berlawanan arah dengan ruangannya.

"Oh, Kibum-ah," Kyuhyun juga berhenti melangkah dan menatap Kibum di depannya.

"Kau sudah ada di rumah sakit?" Kibum bertanya retoris.

"Hm," Kyuhyun mengangguk. "Aku mendapat panggilan operasi mendadak pukul empat subuh tadi," ia menghela nafas.

Ya. Pukul empat dini hari tadi Kyuhyun mendapat panggilan operasi pemasangan ring pada salah satu pasiennya. Sebenarnya ia berat ketika harus pergi ke rumah sakit dan meninggalkan Sungmin yang masih terlelap. Namun ini sudah menjadi kewajiban dan konsekuensi dari pekerjaannya sebagi dokter spesialis kardiovaskular*. Lagipula keselamatan pasiennya jauh lebih penting dan ia tidak mau melanggar kode etik dokter.

Kibum tersenyum melihat Kyuhyun menghela nafas. Wanita itu memahami apa yang dirasakan oleh Kyuhyun. "Bagaimana semalam? Kau sudah berbaikan dengan Sungmin?"

Kyuhyun kembali menghela nafas lalu menggeleng lemah. Hatinya meringis mengingat bagaimana ia bisa begitu kejam kepada Sungmin. "Aku belum sempat meminta maaf padanya, Kibum-ah. Dia tertidur di sofa saat aku kembali."

"Gwaenchana. Kau masih punya kesempatan untuk meminta maaf padanya." Kibum tersenyum, mencoba memberikan semangat untuk Kyuhyun. "Kau harus bersemangat, Kyuhyun-ah."

Kyuhyun mengangguk lemah, "Hm."

"Baiklah. Sepertinya aku harus ke ruanganku sekarang. Sampai nanti, Kyuhyun-ah," Kibum berpamitan kepada Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum tipis, "Ne. Sampai nanti."


Pukul sepuluh pagi tepat. Sungmin mendesah lega, kelas profesor Yoon akhirnya usai. Sepanjang pelajaran Sungmin tidak bisa berkonsentrasi. Meski ia terlihat memperhatikan penjelasan professor Yoon, tapi pikiran dan pandangannya tidak sejalan. Pandangan Sungmin memang mengarah pada Profesor Yoon, namun pikirannya mengembara jauh dan tertuju pada Kyuhyun.

Profesor Yoon memperhatikan Sungmin yang sedang merapikan buku-buku di mejanya. Gadis itu tampak murung, tidak bersemangat seperti biasa saat mengikuti kelasnya.

"Sungmin-ah," Professor Yoon menghampiri Sungmin.

Sungmin sedikit terkejut ketika Profesor Yoon memanggilnya. "Nne, Profesor."

"Gwaenchanayo?" Profesor cantik itu menyentuh lengan Sungmin.

"Ne. Gwaenchanseumnida," Sungmin menjawab dengan senyum tipisnya.

"Apa kau ada kelas lagi setelah ini?"

"Animida. Saya sudah tidak ada kelas lagi, Profesor," Sungmin menjawab sopan.

Profesor Yoon tersenyum. "Baguslah. Aku berniat mengijinkanmu jika memang kau ada kelas setelah ini. Tapi sepertinya itu tidak perlu lagi."

"Ne?" Sungmin tidak mengerti apa maksud Profesor Yoon.

"Pertunjukan drama musikal sudah semakin dekat. Kau harus berlatih bersama siswa musik terapan dan beberapa temanmu, Sungmin-ah," ucap Profesor Yoon menjelaskan. "Ayo kita ke studio. Mereka sudah menunggu."

Apa? Berlatih bersama siswa musik terapan? Itu artinya…Sungmin harus bertemu dengan Henry. Bertemu dengan Henry akan membuatnya kembali mengingat kejadian kemarin saat Henry menciumnya dan juga kejadian semalam saat Kyuhyun meninggalkannya.

'Bagaimana ini? Aku benar-benar tidak ingin bertemu dengannya sekarang,' batin Sungmin.

"Sungmin-ah, ayo!" Profesor Yoon sedikit berseru di ambang pintu kelas ketika mendapati Sungmin masih terpaku di bangkunya.

Sungmin terkesiap. "Ah, n—ne," ucapnya kemudian berjalan mengikuti Profesor Yoon.


Pintu studio terbuka. Henry menatap ke arah pintu, kedua iris hitamnya langsung bertemu dengan kedua pupil bening Sungmin. Mereka berpandangan selama beberapa detik sebelum akhirnya Sungmin memalingkan wajahnya. Memutus kontak mata mereka secara sepihak.

"Annyeonghaseyo…" Sungmin menunduk sopan kemudian memberi salam kepada Profesor Jang dan beberapa siswa lain yang akan berlatih bersamanya.

Semuanya membalas salam Sungmin, kecuali Henry. Pemuda itu sibuk menatap penuh sesal ke arah Sungmin. Meski Sungmin tahu jika Henry tengah memandanginya, namun ia mencoba untuk menghiraukannya. Gadis itu melangkah ke arah piano dan melewati Henry begitu saja.

"Baiklah. Kita mulai latihannya," Profesor Jang berseru memberikan instruksi.

Sungmin menghela nafas dalam sebelum menekan sederetan tuts piano di depannya. Ia sedikit merutuki posisinya sekarang. Kenapa posisi pianonya harus berhadapan dengan Henry? Ini benar-benar mengganggunya. Apalagi Henry tidak berhenti untuk menatapnya.

Alunan musik dari instrumen piano, gitar, violin, cello, bass dan drum berpadu secara harmonis menenuhi studio. Bagian awal lagu berhasil dimainkan dengan baik. Namun ketika bagian kedua mulai dimainkan, Profesor Jang menghentikan permainan mereka.

"Keuman!" Kedua tangan Profesor Jang bertumpu membentuk gestur tanda berhenti.

"Henry-ah, ada apa denganmu? Kenapa kau salah memainkan nada?" tegur Profesor Jang.

Henry menunduk meminta maaf, "Jeosonghamnida. Saya…hanya sedikit tidak berkonsentrasi, Profesor."

"Aku tidak tahu apa yang menjadi masalahmu, Henry-ah. Tapi bermainlah seperti seorang profesional. Fokus dan konsentrasi. Buang semua pemikiran di luar musik dan lagu ini. Kau mengerti?" nasehat profesor Jang.

Henry mengangguk pelan, "Ye."

Sungmin menatap seklias ke arah Henry, dan lagi-lagi pandangan mereka bertemu ketika Henry tak sengaja menatap ke arahnya. Gadis itu cepat-cepat menunduk untuk memutuskan kontak mata mereka.

"Dan ini berlaku untuk semuanya, bukan hanya untuk Henry saja. Kalian harus fokus dan berkonsentrasi," imbuh Profesor Jang. "Sekarang kita lanjutkan lagi. Hana, dul, set…"

Alunan musik kembali terdengar memenuhi studio. Kali ini Henry sudah bisa memulihkan fokus dan konsentrasinya. Sejujurnya pemuda itu sudah menghafal semua bagian gitarnya, bahkan tanpa harus melihat senar gitarnya sekalipun. Yang membuatnya tidak bisa berkonsentrasi adalah kenyataan bahwa Sungmin kini membencinya. Tidak ada lagi senyuman manis Sungmin yang ditujukan untuknya. Bahkan untuk menatapnya saja gadis itu enggan.

Konsentrasi Sungmin sedikit terpecah saat Henry memainkan gitarnya sambil menatap ke arahnya. Gadis itu merasa tidak nyaman karena merasa seperti diawasi. Ini benar-benar mengganggunya. Dipandangi begitu intens oleh Henry membuatnya risih, apalagi saat ini Sungmin benar-benar tidak ingin melihat Henry.

Lagi. Profesor Jang menghentikan permainan mereka.

"Lee Sungmin, bukankah sudah kukatakan untuk fokus dan berkonsentrasi?" Profesor Jang kembali menegur. Kali ini dengan lebih tegas.

Sungmin menunduk dan meminta maaf, "Ne. Jeosonghamnida, Profesor Jang."

"Baiklah. Kuharap setelah ini tidak akan ada yang melakukan kesalahan lagi," Profesor Jang meperingatkan dengan tegas. Profesor tampan itu memang tidak main-main jika sudah menyangkut musik. Ia sangat menjunjung tinggi nilai profesionalitas.

Profesor Yoon tersenyum menatap Sungmin. Ia mengucapkan kata semangat tanpa suara. Sungmin tersenyum tipis lalu menangguk.

Profesor Jang kembali memberikan instruksi untuk memulai permainan mereka. Sungmin mencoba untuk tidak mempedulikan Henry. Ia memejamkan mata sejenak kemudian kembali menekan tuts piano.


Dua jam terasa bagaikan satu hari bagi Sungmin. Akhirnya latihan berakhir juga. Sungmin bergegas keluar setelah Profesor Jang dan Profesor Yoon meninggalkan studio. Ia berjalan cepat menuju pintu keluar kampus. Gadis itu ingin segera pulang dan pergi ke rumah sakit. Sungmin ingin menemui Kyuhyun dan kembali meminta maaf kepada suaminya. Ia sangat tersiksa tanpa Kyuhyun di sampingnya.

Henry melihat Sungmin melangkah keluar studio. Ia meletakkan gitar pada tempatnya, kemudian berlari mengejar Sungmin. Henry ingin meminta maaf kepada Sungmin. Ia benar-benar menyesal karena telah membuat Sungmin membencinya.

Sungmin sudah hampir sampai di gerbang saat Henry berhasil mengejar gadis itu.

"Minnie-ya," Henry meraih sebelah tangan Sungmin dan menghentikan langkah gadis itu. Ia menarik tangan Sungmin agar gadis itu menatapnya.

Sungmin terkejut ketika Henry tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Lepas!" Sungmin menyentak kasar tangan Henry yang tengah menggenggam pergelangan tangannya. Namun sepertinya tidak berhasil karena tenaga Herny jauh lebih kuat darinya.

"Tidak! Kumohon dengarkan aku, Minnie-ya! Tolong berikan aku waktu untuk berbicara," Henry semakin mengeratkan genggaman tangannya di tangan Sungmin.

"Kubilang lepas!" Sungmin sedikit berteriak dan kembali mencoba membebaskan tangannya. Ia tidak ingin mendengar apapun dari Henry.

"Lepas, Henry-ah!"

"Dengarkan a—"

Bugh!

Henry jatuh tersungkur saat seseorang tiba-tiba meninju rahangnya dengan keras.

Sungmin benar-benar terkejut saat Henry terjatuh. Dan ia semakin terkejut ketika menatap ke arah seseorang yang baru saja memukul Henry.

"Ooppa…" ia berucap lirih dengan mata yang entah kapan sudah berair.

Ya. Kyuhyun. Seseorang yang memukul Henry adalah Kyuhyun.

Kyuhyun tidak menghiraukan Sungmin. Sebetulnya Kyuhyun sudah tidak ingin membuat perhitungan kepada Henry yang sudah begitu lancang mencium istrinya, namun sekarang ia berubah pikiran. Emosinya kembali tersulut karena Henry berani melalukan kontak fisik dengan istrinya— meski itu hanya sekedar menggenggam tangan Sungmin. Apalagi ia melihat Henry sedikit memaksa istrinya.

Henry menggelengkan kepalanya yang terasa pusing karena pukulan Kyuhyun. Pemuda itu baru saja akan bangkit, tapi ia sudah kembali terjatuh saat Kyuhyun menarik kemeja luarnya dan melayangkan tinjuan di tempat yang sama.

Sungmin menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Henry kembali terjatuh. Sudut bibir Henry yang masih tampak lebam kembali mengeluarkan darah. Air matanya jatuh begitu saja. Sungmin baru melihat Kyuhyun semarah ini. Ia benar-benar takut. Ia takut jika Kyuhyun juga akan memukulnya.

"Kuperingatkan sekali lagi. Jangan-pernah-mendekati-istriku-lagi!" Kyuhyun memperingatkan Henry dengan penuh penekanan.

"Jika kau berani mendekati istriku lagi, atau berbuat lancang lagi kau akan benar-benar habis!" ancamnya sungguh-sungguh.

"Dan aku ingin menegaskan satu hal. Aku memang sudah membuatnya menangis dan juga menyakitinya. Tapi demi Tuhan, aku benar-benar mencintainya," Kyuhyun berujar tegas. Tidak ada satu keraguan pun dalam ucapannya. Sungmin semakin menangis mendengar pengakuan Kyuhyun.

Kyuhyun berbalik menatap Sungmin. Ia tertegun melihat air mata Sungmin. Dengan lembut ia merengkuh rahang Sungmin dan menghapus air mata yang terus mengalir dari kelopak indah istrinya.

"Uljima," Kyuhyun berujar dengan sangat lembut. Kemarahan dan emosinya sudah menguap terbawa angin.

Bukannya berhenti menangis, air mata Sungmin justru turun semakin banyak. Kyuhyun mendekap tubuhnya dan ia menumpahkan tangisnya di dada Kyuhyun. Sungmin bukan menangis karena sedih, melainkan menangis karena bahagia. Ia masih belum percaya jika Kyuhyun tengah memeluknya saat ini. Ia benar-benar bahagia hingga tubuhnya terasa lemas.

Kyuhyun menyadari keadaan Sungmin. Pria itu kemudian mengangkat tubuh Sungmin dengan kedua lengan kokohnya dan membawa Sungmin pergi.

Henry menyeka darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Perih. Rasanya benar-benar perih. Tapi tidak seperih luka di hatinya yang kini tengah menganga. Henry benar-benar hancur. Sungmin benar-benar membencinya dan tidak memberikan sedikitpun kesempatan padanya. Dan ia semakin hancur menyaksikan Sungmin kembali dalam pelukan suaminya.


Kyuhyun membawa Sungmin untuk duduk di bangku belakang mobilnya dan merengkuh tubuh bergetar istrinya. Ia membiarkan Sungmin menangis dan menunggu hingga gadis itu tenang.

Kyuhyun memang berniat menjemput Sungmin dan meminta maaf kepada gadis itu, memanfaatkan waktu istirahat makan siang dan jam kosongnya. Namun saat ia menepikan mobilnya di depan gerbang kampus Sungmin, ia melihat Sungmin meronta minta dilepaskan oleh Henry. Membuat emosinya meletup seketika.

Pria itu menghela nafas, mencoba meruntuhkan dinding emosi yang akan kembali menguasinya. Kyuhyun merasakan Sungmin sudah tenang dalam dekapannya. Sepertinya ini saat yang tepat untuk berbicara dan meminta maaf kepada istrinya.

"Sayang, maafkan oppa…" Kyuhyun mencium puncak kepala Sungmin dan memanggilnya dengan lembut.

"Oppa benar-benar minta maaf. Oppa sudah begitu jahat meninggalkanmu semalam. Seharusnya oppa mendengarkan penjelasanmu, bukan menuruti emosi sialan itu. Oppa benar-benar menyesal."

"Kau mau memaafkan oppa?" Kyuhyun menunduk untuk menatap Sungmin.

Sungmin mendongak menatap Kyuhyun. Air matanya kembali tumpah mendengar permintaan maaf Kyuhyun yang begitu tulus.

"Aku sudah memaafkan oppa. Aku juga ingin meminta maaf. Maafkan aku karena tidak bisa menjaga diri, oppa. Aku benar-benar tidak bisa menghin—"

"Sssttt…" Kyuhyun menempelkan telunjuknya di bibir Sungmin agar gadis itu berhenti bericara.

"Oppa sudah mengerti semuanya, Minnie-ya. Tidak perlu meminta maaf lagi," ujarnya lembut seraya menyeka air mata Sungmin. "Seharusnya oppa percaya padamu, bukan memarahimu."

"Saranghae, Minnie-ya," ungkap Kyuhyun tulus. "Aku benar-benar mencintaimu. Jangan pernah meragukannya lagi," Kyuhyun menatap kedua mata Sungmin dalam.

"Nado saranghae, oppa," Sungmin membalas Kyuhyun dengan sama tulusnya. "Aku percaya dan tidak akan pernah meragukannnya lagi. Oppa juga tidak boleh meragukan cintaku…"

Kyuhyun tersenyum dan memberikan ciuman lembut di kening Sungmin. "Oppa tidak akan pernah meragukannya."

Sungmin membalas senyuman Kyuhyun. Kedua lengannya bergerak melingkari leher Kyuhyun, membuat jarak di antara wajah mereka semakin terkisis. Kedua saling berpandangan kemudian saling bergerak menutup jarak itu. Kyuhyun mengangkat tubuh Sungmin, memindahkan tubuh mungil itu ke pangkuannya saat bibir mereka bertemu. Keduanya saling memagut dengan lembut, menyalurkan segenap perasaan cinta dan rindu yang menggebu.


TBC

*Kardiovaskular : istilah lain untuk jantung dan pembuluh darah.

Akhirnya saya bisa kembali mem-publish chapter 7 ini. Sebenernya agak ga pede buat publish, tapi ya sudahlah. Saya tidak tahu lagi bisa mem-publish-nya kapan jika tidak sekarang. Meski hasilnya mungkin mengecewakan, tapi semoga teman-teman terpuaskan dengan kelanjutan cerita ini. Mohon maaf karena menghilang terlalu lama. Dan saya mau minta maaf karena mungkin saya akan menghilang lagi *peace* :)

Terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah mendukung fict ini. Terima kasih sudah mau membaca, me-review, mem-follow bahkan mem-favorite cerita jelek ini. Saya benar-benar tidak menyangka jika apresiasi teman-teman akan sebesar ini. Selamat datang untuk para reader baru :) Maaf untuk selalu membuat kalian menunggu. Bukan maksud saya untuk menelantarkan cerita ini, tapi saya benar-benar tidak ada waktu untuk melanjutkannya.

Emmm…sebenernya saya ga mau nyinggung hal ini. Tapiii…menanggapi kabar yang menggemparkan buat para joyers, saya cuma mau bilang keep calm and always support Kyumin, our beloved OTP. No matter what happen, keep believe that they are real. KYUMIN IS REAL.

Sekali lagi terima kasih sudah mau membaca. Saya akan berusaha menulis yang lebih baik dari chapter ini untuk kedepannya. Dan…see you next months. Sarangahae :*

Special Thanks to :

ayyu. annisa. 1, KyuraCho, snow. drop. 1272, xing mae30, cho hyo woon, sry, Rahma Lau137, ChanMoody, ajid kyumin, babychoi137, Cho Hyun Ah SparKins 137, tarrraaa, Yulia Cloud, Chikyumin, Cho Adah Joyers, dirakyu, rhara, JSJW407, aryaahee, Guest, kyuki, keikofeyla, kyumin, melee, Guest, allea1186, sha. nakanishi, aprilbunny9, Ahngyuhyeon, delimandriyani, imAlfera, Shywona489, teukiangle, ChristyTaniaElf, Cho MeiHwa, Kang Dong Jae, AmyKyuMinElf, nova137, bunnyblack. FLK. 136, SazkiaSiwonestELF, Eggyuming, sitara1083, kyuminjjang, myangelicKYUMIN, Guest, Pumpkins yellow, Aey raa kms, IndahKyumin137, sandrimayy88, Santiyani. febby, Guest, PaboGirl, abilhikmah, Gye0mindo, Prince Changsa, icha. likepachulsaklawasenoother, Shallow Lin, mandakyumin, Love Kyumin 137, sider imnida, may. linda. 925, kyumin joy, Aegyeo789, Ria, Alunaa, Nayoung, Lova9irl, GyuMin Cho, Park Ha Mi, Violetta, haegvrl, kyukyukyut, Park Heeni, Rly. C. JaeKyu, dhinarizki, Chominhyun, miu. sara, asdfghjkyu, danactebh, Frostbee, liyahseull, kyuboss, shinshinsparkyu, diynazha. gint, Ristinok137, fariny, Rev, kimteechul, I am E.L.F and JOYer, endah. kyumin137, Kyumin Town, 1004hoteuk, dewi. k. tubagus, sandra. devina, airi. tokieda, Lady Azhura, dwie. isna, kyumin1001, chonaira, Nuralrasyid, Sparkyu, Revan aegya yewook, Baby's Kyumin, Evita vita, leejisung4, nadya. juniar. 3, haebij, Choi Min Hyun, HunHanCherry1220, kyukyukyut, Cywelf, chocho, arvita. kim, unicorn ajol, Yaya Saya, nou. ajach, SuELF, ja jjang, minmin, Titan18, Sanshaini Hikari, kidungmenara, Guest