Akhir-akhir ini Shikamaru menyadari ada yang berbeda pada dirinya, ia merasa sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dialami. Dia yang dulu begitu mencintai tidur, kini seketika menjadi membenci peringai bermalas-malasan tersebut. Bahkan, hobinya mengamati awan pun sudah memudar dari dirinya. Sekarang, Shikamaru memiliki kesukaan yang baru.
Pagi-pagi sekali ia sudah terjaga dari tidurnya, langsung membersihkan diri tanpa adanya suruhan dari sang istri terlebih dahulu. Shikamaru yang sebelumnya akan bangun apabila telah mendengar celotehan panjang si nyonya, saat ini sudah tidak memerlukan jam weker yang bisa menyakitinya. Dan lebih menggelikan, ia setiap hari selama dua bulan ini terkena mual-mual di pagi hari. Morning sickness. Akhirnya, ia tahu seberapa menderita seorang Uchiha saat mual-mual di hadapannya.
Disclaimer: bukahkah seluruh karakter dalam Naruto milik Masashi Kishimoto?
Genre: Family, Humour, Friendship.
Main Chara: Mayor pairing, Nara Shikamaru and Yamanaka (Nara) Ino. Minor chara, Sasuke and Naruto.
Hard Warning: author amatiran, penistaan chara, OOC tingkat akut, kegagalan dalam membawa unsur komedi, tema pertemanan yang hancur, abal tak terkira, banyak kesalahan dalam penulisan, payah EYD, bergelimpungan typo(s), hanya berharap maklum dari para readers.
Summary: Saat hamil, sudah menjadi sangat wajar apabila seorang istri yang menuntut macam-macam pada suami. berprilaku aneh nan ajaib, serta peringan yang menyebalkan telah menjadi biasa bagi mereka yang berbadan dua. Tapi, bagaimana bila suami mereka yang malah mengidam dan bersikap unik yang langka. Dari Sasuke yang menjadi sensitif, naruto yang berubah Perfeksionis, hingga Shikamaru yang begitu centil!
Daddy Cravings Series: ShikaIno Version.
"Kau mau pergi ke mana, Shikamaru?" tanya wanita yang telah diperistrinya selama enam bulan lebih. Tak ayal si istri bertutur demikian, tatkala mendapati pasangan hidupnya sudah amat rapi. Shikamaru tidak langsung menjawab wacana introgatif yang diterimanya, malah anteng memposisikan diri di bangku dapur. Mengangkat kedua bahunya bersamaan, bibir turut menambah aksen cuek dengan mengerucut tipis.
"Hari ini, kira-kira Sasuke ada misi tidak, yaa?" malah balas bertanya. Anehnya lagi, ucapannya begitu terdengar tidak wajar. Gulir bola matanya saling berpindah antara sisi kanan ke arah kiri secara bergantian, indikasi manja bahwa ia tengah berpikir sejenak. Menghela napas sekali lagi, ia bahkan menaruh kedua tangannya ke atas meja guna menumpu dagunya.
"Ino, kalau kau jadi Sasuke, kira-kira saat ini kau di mana?" berkata demikian, isyarat netranya benar-benar menunjukan butuh jawaban tepat mengenai subjek dalam ujarannya. Ino menghela napas, ia tidak mau terlalu ambil emosi mengenai keajaiban suaminya yang sering kali memikirkan pria lain. Catat, pria lain!
Tidak langsung memberikan penuturuan tentang opsi keberadaan Sasuke, Ino terlebih dahulu menuangkan bumbu-bumbu masakan ke dalam panci. "Ino…!" Shikamaru memanggil, lebih tepatnya mendesak si nyonya untuk menjawab pertanyaannya. Perempuan Nara itu sendiri, terlebih dahulu memberikan picingan tak suka pada pasangan hidupnya yang memiliki kelainan ini.
"Mungkin dia di ruang Hokage," Ino asal berlisan, yang penting setidaknya telah melontarkan satu alternatif. Shikamaru mengerucutkan bibirnya, tak lupa kepalanya ikut mengangguk-angguk pelan. Helaan napas kembali ia lakukan, di detik kemudian ia bangkit dari posisinya yang itu-itu saja. Sedikit melakukan perenggangan tubuh dengan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, ia lantas seperti bergegas ke suatu tempat.
Benar, Shikamaru kini memiliki kesukaan baru nan langka. Apalagi kalau bukan soal Sasuke, orang yang beberapa bulan lalu sempat membuatnya kesulitan saat menuntaskan misi bersama. Sedikit-sedikit, menanyakan kabar tentang Uchiha tersebut. Sebentar-sebentar, mencari adik semata wayang Uchiha Itachi itu.
Kemungkinan, mulai dari enam puluh hari yang lalu ia mengidap keunikan ini, lebih tepatnya saat Shikamaru mengetahui kabar kehamilan Ino. Ini bagai wabah baru yang menimpa, karena tidak hanya Sasuke dan Naruto, rupa-rupanya si genius Konoha itupun terkena imbas mengidam aneh. Sekali lagi, alasan irrasional digunakan hanya untuk dapat memaklumi kelakuan ajaib calon ayah tersebut. Ngidam, Shikamaru lagi ikutan trend salah fokus saat kehamilan istri.
Tidak tahu kenapa, ia seperti balas dendam ke Ino yang pernah menyukai Sasuke dan tidak memperdulikan perasaannya. Tak jarang, Shikamaru lebih mementingkan keadaan pemuda Uchiha itu ketimbang istrinya sendiri. Bahkan lima hari yang lalu, Shikamaru memberanikan diri untuk mengungsi ke kediaman keluarga baru Uchiha. Dengan alasan anggun, takut Sasuke kenapa-napa sebab trauma dari misi bersamanya yang lalu. Ketahuan banget modusnya!
Shikamaru telah sampai di teras depan rumahnya, namun karena teringat sesuatu, ia malah kembali menjejakan kaki ke direksi tempat istrinya berada. Ia sadar, bahwa masakan yang dibuat Ino adalah sup tomat, makanan favorit si sayang Sasuke. Bergegas ia menuju tempat sebelumnya, mendatangi Ino yang mungkin sudah selesai dengan kesibukannya.
"Aku mau bawa bekal," verbalisasi demikian langsung ia suguhkan, semerta-merta juga mengambil satu tempat makan dari rak piring. Enggan menanyakan untuk apa dan siapa, Ino lebih memilih untuk mengikuti apa yang diminta Shikamaru. Sungguh, berdebat masalah seperti ini bukanlah hal yang baik –dan Ino sadar akan itu.
"Pasti dia suka!" yakinnya Shikamaru, seraya mengambil apa yang baru saja diserahkan Ino padanya. Istrinya itupun tahu, orang yang dimaksud tentunya Sasuke, suami dari Hinata. Ingat, pasangan hidup seorang wanita tulen! Alih-alih beranjak pergi, Shikamaru sekarang malah asyik dengan kegiatan memperbaiki ikatan rambutnya.
"Bagus, tidak?" tanyanya, dengan kedua jemari telunjuk terdireksi pasti pada wajahnya. Ino mengangguk pelan, tangannya turut membantu memperbaiki kerah rompi jounin suaminya. "Bagaimana kalau kuikat setengah saja rambutku?" kalimat introgatif selanjut tercetus, yang kali ini ditanggapi Ino dengan menghela napas bosan. Namun, tetap memberikan respon dengan gerakan kepala naik-turun secara konsisten.
Ancap Shikamaru melepas kuncir tingginya, ia juga meminta Ino untuk membuat simpul rambut yang membuat beauty-nya meningkat beberapa puluh persen. "Kenapa tidak sekalian saja, kau nikahi Sasuke?" tak mampu mempertahankan diri untuk tidak berargumentasi, lisan tersebut yang dikatakan oleh si nyonya. Shikamaru terdiam, namun terlihat ia sedang memikirkan saran yang absurd demikian.
"Tidak bisa! Aku dan dia sama-sama lelaki, kan? Mana mungkin." Ayo, tebar confetti! Setidaknya, walau arah perhatiannya saat ini dijamin bengkok, tapi arah orientasi seksual seorang Shikamaru Nara masih lurus. Itu penting bagi kelangsungan hidup rumah tangganya. Namun tidak tahu kenapa, Ino bertutur seakan ikhlas diduakan dengan Sasuke.
"Aku pergi," Shikamaru mengatakan kalimat pamit tersebut, yang lalu disambung dengan kecupan singkat di bibir ranum istrinya. Kali ini, tidak ada lagi alasan Shikamaru untuk menunda-nunda niat melanglangnya. Sambil membawa satu bungkusan di genggaman tangan kanan, ia melangkah tanpa beban. Tak pelak, senyum sumringah juga terpatri di wajahnya.
Menjalankan misi bersama pemilik mata sharingan tersebut, tidur dengan si Uchiha bungsu, makan juga bareng adiknya Itachi, bahkan kalau bisa mandi pun ditemani mantan nuke-nin itu. Aah, intinya, semua-semua serba Sasuke! Terus meniti jejak pada destinasi kantor Hokage, ia berharap bisa menemukan makhluk yang dikangeninnya itu. Yaa ampun, otak genius Shikamaru jadi eror gara-gara ngidam!
Sampai akhirnya ia di depan ruang Hokage, mengetuk pintu dan belum mendapatkan tanggapan apa-apa. Lamanya dibuat menanti, Shikamaru dengan tidak memperdulikan tata krama kesopanan, langsung membuka penghalang kayu itu. Sialnya! Jangan Sasuke, pemilik ruangan pun tidak didapati indera visualnya.
Ia kecewa, terang saja sangat mendalam. Dicermatinya baik-baik bekal yang sudah repot-repot dibawanya. "Jadi buat apa aku membawa ini? Mendokusai!" ooh, selain hasrat intimasi tidak berubah, ada satu hal lagi yang menetap pada diri Shikamaru. Apalagi kalau bukan penyebutan kata terandalnya, merepotkan! Tidak tahu harus berbuat apa, ia putuskan untuk pulang kembali ke rumah. Kasihan, hati Shikamaru ngilu. Sedih, sesedih-sedihnya sedih!
o
O
o
Ino terkejut, tatkala memegang kening suaminya yang terbaring di sofa, ia mendapati suhu tubuh tuan Nara begitu tidak wajar. Shikamaru demam, dan tidak biasanya ini terjadi. Cepat-cepat wanita itu mengganti bantal yang direbahi Shikamaru dengan pangkuannya, sekali lagi meyakinkan bahwa dugaan demam Shikamaru tidaklah salah.
Benar, Shikamaru serius sakit. Pandangan wanita Nara itupun lantas teralih pada bungkusan di atas meja, bekal yang tadi Shikamaru bawa masih ada. "Kau sakit, Shikamaru? Belum makan? Tadi kau ke mana saja, sih?" orang yang sedari tadi berbaring itu tidak memberikan respon apa-apa, kendati pertanyaan-pertanyaan terus mengalir padanya.
Ino menghela napas, ia menduga Shikamaru begini karena hormon laknat salah lokasi membuatnya jadi begitu. "Kau tidak bertemu Sasuke?" nah, untuk yang satu ini, suaminya memberikan tanggapan dengan mengangguk pelan. Seolah satu kejadian teramat buruk baru saja menimpanya, mungkin semacam korban penganiayaan, begitu.
"Kau mau aku panggilkan Sasuke?" sekali lagi, Shikamaru menjawab menggunakan pergerakan kepala naik-turun. Terlihat begitu nampak pasrah dan manja, berisikan harapan besar supaya Ino melakukan seperti ucapannya. Istrinya beranjak, meninggalkan Shikamaru guna meminta Sasuke sekedar menjenguk suaminya.
Beberapa menit berlalu, dan Shikamaru tetap kekeh pada posisinya yang berbaring di tempat yang sama. "Shikamaru, kau sakit, yaa?!" satu suara yang sudah sangat teridentifikasi indera audiotorinya, membuat ia terpaksa untuk mendudukan diri. Tidak, tak sesuai harapan yang berkunjung. Bukan Sasuke yang datang, melainkan sang Hokage keenam.
Seloroh, Naruto ancap duduk di samping Shikamaru. Tidak lupa menempatkan telapak tangannya pada kening suami Ino, "Ino bilang kau demam. Rupanya benar." Naruto berlisan begitu, rona mukanya menunjukan kekhawatiran. Jangan cemas, si pemimpin tertinggi ninja Konoha ini bersikap demikian, karena efek ngidam yang masih mendiami dirinya. Maklum, kehamilan Sakura baru jalan lima bulan. Masih lucu-lucunya kemauan aneh Naruto, kok.
Shikamaru tak merespon banyak, reaksi yang diberikan tidak lebih dari gumam mengiyakan semata. Namun itu taklama, begitu disadarinya dua sosok lain baru memasuki kediamannya juga. Nah, salah satunya itu Sasuke! Tentu bisa ditebak dengan gampang bagaimana senangnya Shikamaru. Langsung si lelaki rusa itu menepuk-nepuk bagian kursi di sebelahnya, isyarat meminta Sasuke untuk duduk di dekatnya.
Bersamaan wajah tak suka, Sasuke mau saja mengikuti keinginan Shikamaru. Lagipula, ia sudah diminta oleh Ino, dan terlebih juga ada Naruto. Berbeda dengan sang Kage, lelaki itu memberengut tatkala Shikamaru bahagia akan adanya Sasuke. Yaa ampun, entah bagaimana jadinya saat satu ruangan dipenuhi pria-pria aneh yang tengah mengidam dan saling memperhatikan secara satu arah.
"Kamu sudah makan?" Sasuke menggeleng begitu pertanyaan itu didapatnya dari Shikamaru. Harapannya cuma satu, agar ia bisa secepatnya pergi dan membawa Naruto untuk mampir di kedai ramen. "Makan, yaa? Aku suapin." Tanpa menunggu jawaban Sasuke, suami Ino itu langsung membuka bungkusan yang sebelumnya sudah ia bawa hilir-mudik.
"Ayo, makan! Aaaa…" huruf vocal diakhir katanya itu, merupakan kode agar Sasuke membuka mulut dan menerima suapannya. Semacam meminta pada anak kecil, begitu. Sasuke tak menggubris, ia malah menggeser duduknya agar lebih menjauh dari edaran Shikamaru. "Makan, Sasuke!" sadar akan wajah murung Shikamaru, tak urung membuat Naruto berkata dengan intonasi perintah yang tinggi.
Mana mungkin Sasuke menolak, maka diikutinya kemauan Naruto. "Shikamaru, aku juga mau disuapin," si Hokage berkata lagi, kali ini suaranya jauh lebih lembut dari pada sebelumnya. Alih-alih mendapatkan perlakuan sebanding, Shikamaru malah memberikan picingan mata tak sudi." Sana, ambil sendiri di dapur!" begitu tega ia berlisan demikian.
Ini baru namanya cinta segitiga yang penuh kemelut. Di mana Sasuke memperhatikan Naruto, dan Naruto lebih memperdulikan Shikamaru, lantas Shikamaru terlalu menaruh atensi terhadap Sasuke. Yaa, perasaan satu arah yang tak kunjung menerima balasan. Harap mereka segera mengakhiri prilaku ajaib ini selekasnya.
Ino yang sedari tadi berperan pasif, bahkan kehadirannya dianggap ada dan tiada, hanya mampu menghela napas berat melihati kelakuan tiga pria dewasa di depannya. Shikamaru benar-benar memanfaatkan ngidam yang dideritanya dengan baik, hingga sukses membuat Ino kewalahan. Tapi, biarlah suaminya itu menikmati masa ngidam singkat bersama rekan-rekan senistanya. Jadi, Shikamaru, semoga cravings time-mu menyenangkan, yaa?!
Fin
A/N:
Sampai juga di penghujung kompilasi ini. Saya tidak tahu kenapa, tapi ide fic ini semakin menjadi. Bukannya melanjutkan salah satu fic yang lagi progress, saya malah membuat cerita absurd yang lain (*ditimpuk raders). Cuma, saya benar-benar tidak ingin menjadikan kompilasi ini sebagai salah satu hutang, jadi biar bagaimana pun akan dalam waktu bersamaan saya buat semua.
Saya tipikal yang bila ada suatu ide yang nancep banget, akan langsung saya eksekusi. Tidak harus menunggu salah satu fic harus diutamakan terlebih dahulu. Tapi tenang saja, semua fic saya pasti akan update bila waktunya tiba.*cari aman.
Bagaimana dengan chapter ini, apa readers menyukainya?! Saya harap demikian. Entahlah mau ngebacot apalagi, jadi saya harapkan teman-teman yang telah membaca cerita-cerita ini untuk sekedar memberikan tanggepan.
So, review pleaseee…!
Salam,
Pixie (Yank)-chan