Title : Love Summer Desire

Cast : Wu Yifan / Kris, Kim Joon Myun / Suho and Other Cast, KrisHo Pair

Rating : T aja ^.^

Genre : Romance, Drama, yaoi

Length : Chaptered

Warning! : typo(s), EYD berantakan, author abal-abal, cerita pasaran (tapi ini sumpah hasil dari otak author sendiri. Ciyus loo ._.v), de el el… /deep bow/

Bagi yang membaca saya ucapkan banyak-banyak terima kasih ;D winkwink

.

Sung Rae Yoo proudly present

.

.

LOVE SUMMER DESIRE

.

[Chapter 1]

.

Seorang namja bertubuh mungil menggeliatkan tubuhnya tidak nyaman di atas kasur berseprai kuning yang dia gunakan untuk tidur semalaman. Mata angelicnya mulai terbuka dan tangannya dia gunakan untuk mengusap-usap rambut hitam kemerahan miliknya. Dia menyibak selimut lalu melirik sebuah benda penuh angka-angka yang tergantung di sebelah dinding kamarnya. Ada sebuah angka yang dia lingkari dengan spidol besar berwarna merah. Itu adalah hari ini. Hari pertama libur musim panas.

"Yeay!" teriaknya senang. Langsung dia lipat selimutnya dan merapikan tempat tidurnya dengan senyuman di bibirnya.

Lelaki mungil itu bernama Kim Joon Myun, biasa dipanggil Suho dan merupakan siswa kelas 3 SMA. Sangat rajin serta pekerja keras. Tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil dan membiayai hidupnya sendiri.

Orang Tuanya sudah meninggal sejak dia SMP kelas 3, menyebabkan dia harus meneruskan sekolah dengan uangnya sendiri. Rumah orang Tuanya sudah dijual untuk biaya hidup dan sekarang dia tinggal di apartemen. Membiyai hidupnya sendiri karena dia anak tunggal dan bisa dibilang dia anak yang sebatang kara.

Suho tidak suka dikasihani orang lain. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya membayar uang sekolah, makan, bayar apartemen, dan biaya hidupnya kedepan. Dia mengambil berupa-rupa pekerjaan paruh waktu sepulang sekolah dan bekerja apapun semampunya yang penting dia bisa mendapat uang untuk hidupnya kedepan.

Suho tidak suka berhutang, meminta belas kasihan orang lain apalagi ada orang yang meremehkannya. Suho tidak peduli akan pacar dan semacamnya, yang nomor satu, dia bisa hidup. Karena dia masih punya banyak alasan untuk hidup.

Yang membuatnya bahagia saat libur musim panas ini adalah, dia bisa bekerja penuh dalam seMinggu tanpa terganggu dengan acara belajar di sekolah. Dia bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya dan menabungnya untuk kepentingan lain. Suho sudah menjadwalkan, hari Senin, dan Rabu, dia akan menjadi penjaga kasir di sebuah restoran sushi, hari Selasa dan Jumat, dia menjadi pelayan di café, hari Kamis dia menjadi pengantar pesanan (delivery) di restoran ayam, hari Sabtu dia bekerja setengah hari di café yang sama dengan tempat dia bekerja di hari Selasa dan Jumat. Hari Minggu dia libur, dia mengurus apartemennya dan mengerjakan PR musim panas. Kalau dia ingin, dia bisa mengambil pekerjaan paruh waktu di restoran Jepang sebagai pencuci piring.

Kalian pasti kaget dengan itu semua, pekerjaan yang dia ambil di musim panas dimana seharusnya para remaja bersantai, berjemur, ke luar negeri, shopping, ikut summer camp, dan acara menyenangkan lainnya. Lain dengan acara seorang bernama Kim Joon Myun ini. Padahal, kalau kalian bayangkan tubuhnya, tubuh Suho hanya sebatas tubuh seperti seorang yeoja. Hanya saja, dadanya rata dan dia punya jenis kelamin laki-laki. Tapi, pinggang ramping, tubuh mungil, lengan dan kaki yang kecil, kulitnya putih susu, rambut lurus berwarna hitam kemerahan yang berponi, jemari lentik dan halus, dan bibir merah yang kissable. Itu membuatnya mirip seorang perempuan daripada laki-laki.

Suho yang tidak pernah jatuh cinta, tak pernah mengenal cinta karena dia telah kehilangan sesuatu yang berharga di usianya yang masih muda. Itu seperti membuat separuh otaknya kosong. Bukan hanya tidak pernah kenal dengan cinta, mungkin dia juga menganggap kekasih, pacaran dan kawan-kawannya itu tidak penting dan dia tidak percaya adanya hal-hal seperti itu. Tapi, sekali lagi dia tak tahu, apa yang terjadi di saat berikutnya, seperti angin musim panas yang berhembus. Hangat dan menyejukkan. Harapan kecil Suho terbang di antaranya, hatinya berharap, musim panas kali ini. Akan memberikan harapan baru yang lebih indah dari sebelumnya.

.

.

Suho memebereskan kamarnya yang berantakan, menata buku pelajarannya, ranjangnya dan mencuci semua baju kotornya. Dia memebersikan setiap inchi dari apartemennya itu. Dengan senang, dia mengganti gorden, sprai, dan kawan-kawannya. Mencoba mengganti image apartemennya, dari kuning-orange sekarang menjadi biru dengan sentuhan hijau toska. Suho membuka kulkasnya lalu melihat isinya yang sedikit berantakan, dia lalu merapikan dan membuang beberapa bahan makanan yang sudah tidak layak untuk dimakan.

Beberapa saat kemudian, dia mendengar handphone miliknya berbunyi. Handphone miliknya terbilang bagus, dan itu adalah hasilnya menabung selama 2 bulan hasil darinya bekerja part time.

"Yeoboseyo" sapa Suho duluan.

"Yeoboseyo.. Suho-ah!" teriakan nyaring terdengar di sebrang sana.

"Ah Kai!" pekik Suho. Kai, sahabatnya yang berkulit tan itu meneleponnya di hari pertama musim panas "Ada apa meneleponku? Bukannya kau ada di rumah nenekmu?"

"Aku baru akan berangkat kesana sehabis ini. Kau mau titip sesuatu? Akan aku bawakan hasil kebun dari desa nenekku kalau akau sudah pulang nanti" jelas Kai.

Suho mengangguk meskipun dia tahu Kai tidak akan bisa melihat anggukannya.

"Terserah padamu kai, kau tidak bawa juga tidak apa-apa" balas Suho.

Kai terdengar berdecak disana "Kalau begitu, aku akan bawa yang banyak untukmu"

"Jangan Kim Jong In (nama asli Kai), aku merasa tidak enak padamu… aku akan membelinya kalau begitu"

Sejurus kemudian, Suho menjauhkan teleponnya dari telinga karena mendengar Kai berteriak nyaring dari sebrang telepon.

"YA! Aku tutup teleponnya kalau begitu. Jangan habiskan uangmu untuk membayar sesuatu yang tidak perlu mengerti?! Sudah ya, nanti aku kabari lagi, annyeong"

Suho tersenyum lalu menutup teleponnya. Wajahnya memandang jendela dan mengingat wajah Kai. Sahabat kecilnya, orang tua Kai adalah sahabat orang Tuanya, tak heran Suho sudah dianggap seperti anak sendiri oleh keluarga Kai itu. Tapi, Suho tahu diri. Dia tidak mau merepotkan keluarga sahabatnya itu. Sejak orang tauanya meninggal, Suho tahu dirinya adalah beban. Dia tahu kehadirannya adalah kehadiran yang tidak terlalu diharapkan dan dianggap. Suho menyadari itu semua, menyakitkan memang kenyataannya, maka dari itu dia bercoba sekeras mungkin mengerjakan sesuatu sendiran. Berusaha berdiri sendiri, merasakan sedih dan bahagia sendiri, semuanya sendiri. Suho bersyukur, dia masih dapat hidup hingga usianya 17 tahun. Karena, dia sadar, Suho punya banyak alasan untuk hidup, untuk siapa dia hidup dan untuk apa dia hidup, Suho punya alasan yang kuat untuk semua itu.

.

.

Sementara itu dilain sisi.

Seorang pria tinggi, rambut pirang dan berbadan tegap sedang menikmati hari pertama musim panasnya dengan… err… masih bersantai di ranjang. Tak peduli matahari sudah cukup tinggi, tubuhnya masih terbalut dengan selimut yang menemaninya dari tadi malam.

Di kamarnya yang bisa dikategorikan luas itu, dia sendirian, bajunya berserakan karena dia tipe orang yang malas beres-beres. Lagipula, dia berfikir, semua pembantunya akan membereskan itu semua. Matanya yang tadi tertutup kini mulai mengerjap perlahan. Akhirnya, terbuka secara penuh mata elang yang tajam miliknya. Dia mengacak rambutnya sendiri lalu menyibak selimut dan menguap lebar.

Kali ini, namja yang bertubuh tinggi sekitar 188 cm ini bernama Wu Yi Fan, daripada kalian susah menyebut namanya itu, lebih baik kalian memanggilnya Kris. Tak usah kau tanyakan darimana nama Kris itu berasal karena si pemilik nama juga tidak mengetahui dan tidak terlalu peduli dengan itu semua. Biarlah, semua berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan dan apalah arti hidupnya. Kris tahu, dia tampan (terserah kalian menganggap Kris itu terlalu PD atau yang lainnya) dia tahu dia kaya dan punya banyak warisan serta uang, semua yang dia inginkan ada dan dia bisa mendapatkan apa saja. Tapi, hanya satu yang dia tidak ketahui sampai hari ini. Yaitu kenapa dia hidup sampai sekarang, untuk apa dia hidup, dan apa yang akan dia lakukan saat dia hidup sekarang, Kris tidak tahu itu semua. Hidup yang menjenuhkan dan datar seperti biasa, membuatnya lelah. Lelah karena hidupnya sekarang. Lelah dengan keluarga konyolnya, lelah dengan apa yang dia alami sekarang. Kris tak tahu, tak punya alasan yang kuat, untuk apa dia bertahan hidup hingga saat ini.

Pintu kamarnya di ketuk dan Kris menyuruh seseorang di luar itu masuk.

"Tuan Muda Kris" panggil seorang lelaki berumur 30 tahunan, dengan setelan jas abu-abu setelah dia masuk ke dalam kamar dengan dominasi warna biru itu.

"Ya? Sekertaris Lee?" tanya Kris pada sekertaris ayahnya yang juga mengurusi segala sesuatu tentangnya.

"Tuan Wu, memberitahukan pada saya, karena seluruh pembantu di rumah ini sedang libur musim panas, Tuan diharapkan bisa mengurus segala sesuatunya sendiri" jelas Sekertaris Lee.

"Ah, iya, libur musim panas ya?" Kris bergumam pelan lalu memungut bantal yang jatuh di lantai kamarnya.

"Aku bisa hidup tanpa adanya pelayan-pelayan itu. Tidak masalah" jawab Kris datar dan tajam seperti biasanya.

"Apa Tuan perlu kubuatkan makanan untuk sarapan?" tanya Sekertaris Lee seraya tersenyum kecil.

Kris menggeleng "Lebih baik Pak Lee juga libur saja, pasti anda lelah mengurusku"

Sekertaris Lee menggeleng "Saya masih harus mengurus perusahaan Tuan Wu selama dia ada di Rusia"

Kris mengernyit "Rusia? Appa ada di Rusia?" tanyanya.

Sekertaris Lee mengangguk "Mungkin akan lama. Maka dari itu, dia memintaku untuk terus menjaga Tuan"

"Aku bukan anak kecil berusia 5 tahun! Aku bisa melakukan semuanya sendiri. Kalau Pak Lee tidak mau libur, anda tidak perlu mencampuri urusanku"

Sekertaris Lee mengangguk mengerti "Saya tahu Tuan muda"

Kris berbalik, kali ini dia memungut buku-buku pelajarannya yang berserakan di lantai.

"Apa Ibu anda perlu saya panggilkan? Minggu lalu beliau menelpon dan menanyakan kabar anda"

Kris melirik tajam pada Sekertaris Lee "Eomma?" tanyanya kejam.

"Aku tidak punya eomma, jadi Sekertaris Lee tidak perlu bercanda seperti ini. Kalau perempuan kurang ajar itu telepon lagi, jangan bicarakan itu padaku"

Sekertaris Lee menunduk merasa bersalah karena telah mengungkit-ungkit masalah keluarga Kris.

"Saya mengerti. Saya permisi dulu Tuan Muda"

Kris mengangguk.

Sebelum akhirnya dia berdiri termenung "Eomma?" pikirnya.

Batin kecilnya berkata "Lucu sekali perempuan itu aku sebut eomma ku"

.

.

Suho menyalakan kompor dan menempelkan sebuah sticky note di kulkasnya.

'target utama liburan musim panas : dapatkan uang sebanyak-banyaknya dan bekerja dengan keras! FIGHTING!'

Tangan kecilnya menuliskan itu semua tanpa beban sama sekali, seolah bekerja itu menjadi rutinitas hariannya yang wajib dilakukan. Suho memasukkan sebuah kentang dan berencana membuat kentang tumbuk bawang putih.

Segala yang dilakukan sekarang sedikit berbeda. Setidaknya dia bisa sedikit bernafas lega. Terlepas dari rutinitas sekolah yang serasa membuat bebannya bertambah dan dia serasa digantungi sebuah barbell.

Musim panas memang menyenangkan. Setidaknya meskipun dia bekerja tapi melihat orang-orang yang ramai dan bahagia. Itu sudah membuatnya senang.

Kentang tumbuk dan segelas susu dari kulkas. Itulah menu sarapan paginya, sesuatu yang sederhana. Sesederhana hati dan perasaan Suho.

.

.

Kris selesai merapikan kamar tidurnya dan sekarang namja kelas 3 SMA ini bersiap mandi. Entah kenapa sejak bicara dengan Sekertaris Lee tadi pikirannya kusut. Dia berfikir, mandi dengan shower mungkin menyegarkan pikirannya.

Setelah mandi dan berganti baju, Kris berniat membuat sarapan dan dia melangkahkan kakinya menuju dapur. Rumahnya yang besar seperti istana itu memang hanya ditinggali segelintir orang. Hanya beberapa pembantu dan tukang kebun yang masih ada, yang lainnya libur karena musim panas.

"YA!"

Kris berteriak begitu dia menyadari ada sesosok yang dia kenal di dapur rumahnya, dengan santai dia membuka kulkas dan mengambil sekaleng soft drink dari dalam kulkas besar yang ada di dapur itu.

"Oh, hai Kris" ucap seorang namja dengan postur tubuh tinggi berambut coklat gelap.

"Apa yang kau lakukan di ruamahku Chanyeol?" tanya Kris dingin. Bertanya seolah mengintrogasi.

"Aku ingin bermain-main sebentar sebelum aku berangkat ke California!" pamer Chanyeol.

Kris memutarbola matanya jengah "Aku tahu kau akan ke California Park Chanyeol, kau sudah mengatakannya jauh hari sebelum liburan musim panas. Dan sekarang kau ada di rumahku? Aku sedang tidak mood"

Chanyeol mendekati Kris setelah menenggak soft drink miliknya "Kau tidak mau mencari pacar Kris? Di musim panas biasanya banyak yang menarik!"

"Tidak mau" jawab Kris "Tanpa aku mencari nanti juga datang sendiri"

Chanyeol kini mencibir, lalu menyusul Kris yang sekarang duduk di kursi yang ada di sana "Atau kau mau ikut aku ke California, orang Amerika kudengar menyenangkan!"

Kris menjitak kepala Chanyeol "Aku sudah bosan kesana, dan juga, apa kau mau mati kalau pacarmu itu tahu kau mencari pacar lagi?"

"Siapa bilang aku yang cari pacar?" dengus Chanyeol "Baekhyun-ku hanya yang terakhir!"

Kris memasang tampang bosan "Sebegitu cintakah kau pada namja pendek itu?"

Chanyeol melontarkan death glare pada sahabatnya ini "Dia bukan pendek tapi mungil"

"Itu sinonim" bantah Kris.

"Terserah, biar pendek ataupun mungil sekalipun, namja itu benar-benar membuatku mabuk. Aihhh… aku jadi merindukannya"

Kris mengambil segelas air putih "Kenapa tidak kau ajak saja sekalian dia ke California?"

Chanyeol membinarkan matanya lalu menoleh ke arah Kris sambil memberikan pandangan berartikan kau-pintar-sekali.

"Jangan menatapku" balas Kris.

Chanyeol menepuk pundak Kris "YA! Kau pintar sekali Wu! Akan aku ajak dia ke California saja. Aku akan ke rumahnya sekarang! Annyeong!"

Chanyeol pergi melesat meninggalkan dapur dan sekaligus meninggalkan rumah Kris. Membuat Kris, yang sekarang memegang gelasnya memandang cengo ke arah Chanyeol yang punggungnya semakin menjauh.

"Lalu kenapa dia ke rumahku? Dasar bodoh" Kris hanya membatin sambil menggelengkan kepalanya sebelum dia menenggak air minumnya lagi.

"Kau mau kemana setelah ini Tuan muda?"

Sebuah suara muncul mengagetkan Kris.

"Entahlah, mungkin aku mau jalan-jalan sebentar"

"Perlu saya antar?" tanya Sekertaris Lee.

Kris menggeleng enggan "Tidak usah, aku tidak akan bawa mobil, anda tidak perlu mengkhawatirkanku, aku tidak akan pulang malam"

Sekertaris Lee mengangguk "Baiklah Tuan muda. Saya permisi"

Kris mengangguk kecil. Dia tidak bercanda masalah jalan-jalan, dia mengambil jaketnya lalu mulai keluar rumah, menuju halte dan naik bus. Dia sendiri tidak tahu dia akan kemana. Tapi Kris pikir kemana saja tidak masalah. Asalkan keluar dari rumah. Keluar dari kehidupan rumah yang seperti balok dan membosankan.

.

.

Suho datang ke sebuah café, dia akan bertemu manager café itu dan melamar kerja. Bukan melamar kerja sih, sebenarnya Suho sudah bekerja sebagai pelayan di café itu saat Suho sekolah. Hanya saja, kalau waktu sekolah Suho bekerja part time, kali ini Suho ingin bekerja full time di hari Selasa dan Jumat serta setengah hari di hari Sabtu.

"Serius kau mau kerja full time Jun?" tanya Manager Choi "Tidak khawatir dengan kesehatanmu? Kau masih kecil Kim Joon Myeon"

"Ayolah hyung!"

Suho merengek. Dia sangat dekat dengan manager café itu, dia saja sampai memanggilnya hyung. Bukan karena faktor kasihan Manager Choi menerima Suho, tapi karena Suho yang sangat pekerja keras dan pekerjaannya selalu rapi dan bersih. Telaten dan tidak pernah terlambat. Manager Choi menyukai itu.

"Baiklah, tapi kalau kau sampai sakit awas saja, kau akan aku suruh langsung pulang!"

Suho tersenyum senang "Kalau akau sakit aku tidak akan dipecat kan?"

"Tidak. Tapi aku akan menyuruhmu untuk tidak bekerja sampai kau sembuh total" jawab mananger choi seraya memicingkan mata.

"Oke hyung! Aku pasti tidak akan sakit semudah itu! Jadi aku boleh kan, bekerja full time?" tanya Suho. Memastikan kali ini manager hyung menerimanya sepenuh hati (?).

"Baiklah. Kau boleh mulai besok"

Suho menahan jeritan senangnya "Terima kasih hyung! Aku permisi dulu!"

Manager Choi tersenyum kecil.

Setelah itu langkah kaki Suho keluar meninggalkan ruangan kecil di café itu. Dia melihat rekan-rekan kerjanya sedang bekerja. Semua mengenal Suho sebagai pegawai termuda yang ada di café ini.

"Jadi kerja full time ho?" tanya Luhan. Seorang pekerja tetap disana. Sudah bekerja jauh sebelum Suho bekerja di sana.

"Jadi hyung! Aku akan mulai besok" jawab Suho riang.

"Tidak apa-apa nih, masih SMA sudah kerja begini. Aku jadi tidak tega padamu" ujar Luhan sambil menghentikan acaranya mengepel lantai.

"Aku sudah besar hyung! Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil!" rengek Suho kesal.

"Arra arra" Luhan tertawa kecil "Aku mengerti kok kalau kau sudah kelas 3 SMA, sudahlah sana kau pulang. Besok kau bekerja mulai jam 9 kan? Makan yang banyak dan istirahat yang cukup. Jangan sampai sakit"

Suho tersenyum kecil "Terima kasih hyung! Aku pulang dulu"

Luhan mengelus puncak kepala Suho "Hati-hati ne?"

Suho mengangguk imut "Ne"

.

.

Langkah kaki kecil itu berjalan terburu-buru, berusaha secepat mungkin karena lampu jalan sudah hijau dan dia tidak mau menunggu lebih lama di sebrang jalan di depan zebra cross.

Sialnya bagi Suho, begitu dia hendak menyebrang, dengan kaki sudah menapak di zebra cross tersebut lampu berubah menjadi hijau dan lampu untuk pejalan kaki sudah menjadi merah. Membuat kendaraan melaju dan Suho hampir saja tertabrak.

Hampir.

Sebelum sebuah tangan besar menarik pinggangnya dan menyeretnya ke tepi, menggenggam tangannya erat dan membuat jantung Suho serasa berhenti.

"Ah, terima kasih!" Suho menunduk lalu berterima kasih pada seseorang yang sudah menyelamatkannya itu.

"Tidak apa-apa"

Suara berat menyapa membuat Suho mendongak dan ternganga melihat seorang dengan rambut pirang serta tinggi menjulang seperti tiang.

Kris juga diam, membulatkan matanya saat pupilnya menangkap seorang yang baru saja dia selamatkan adalah namja dengan tubuh mungil dan kulit putih serta wajah yang sangat imut.

Untuk beberapa saat mereka berdua diam dan diliputi rasa canggung. Entah karena apa padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

Tak terasa, lampu sudah hijau dan orang-orang di sekitar mereka berdua mulai menyebrang. Suho yang tersadar mulai tersentak dan menunduk lagi.

"Aku sungguh berterima kasih. Aku ingin memberikanmu sesuatu karena kau telah menolongku tadi, tapi, aku sedang buru-buru. Maafkan aku, kalau kita bertemu lagi, aku janji akan mentraktirmu kopi. Maaf ya, annyeong!" Suho berucap dengan cepat sebelum akhirnya dia berlari meninggalkan Kris yang terbengong.

"Dasar bodoh!" batinnya.

Tapi, entah kenapa, sebuah senyum kecil yang tidak dia sadari dan tidak pernah dia tunjukkan pada siapapun itu terukir di bibirnya selama beberapa saat.

"Jangan membuat janji jika kau tidak bisa menepatinya"

.

.

Ini hari kedua musim panas. Yang pasti juga jadi hari pertama Suho bekerja. Ini hari Selasa, jadi dia bekerja di café coffe. Jam 8 pagi dia sudah berangkat dengan berbekal sarapan sebuah roti panggang dan jus jeruk.

Sesampainya disana, dia mengepel dan menyapu café itu. Café yang akan buka sampai malam dan baru buka pukul 9 pagi itu sangat sepi dan baru ada beberapa pegawai saja.

"Semangat sekali!" sindir Luhan sambil tersenyum lalu melihat ke arah Suho.

"Mau bagaimana lagi hyung. Hari pertama sudah selayaknya seperti ini. Oh ya hyung, ini sudah jam 9, kenapa belum buka?" tanya Suho heran sambil melirik jam dinding.

"Jam 9? Ah jinjja? Ya ampun! Hey Key, ini sudah jam 9! Singkirkan tanda 'closed' itu!" teriak Luhan karena dia jauh dari tempat Key berada.

"Iya, ini aku juga barusaja mau aku buka!"

Setelah tanda closed itu diganti dengan tanda open. Lambat-laun para pelanggan mulai berdatangan. Suho tersenyum, menyambut hari sibuknya.

.

.

Hari kedua liburan musim panas bagi Kris dia lewatkan dengan jalan-jalan lagi seperti hari pertama. Tidak ada yang istimewa memang, tapi lebih baik daripada di rumah dan melihat TV saja. Itu membosankan.

Kris entah kenapa memandangi sebuah café, setelah langkahnya menyusuri jalanan mulai dari Seoul Park, lalu dia beralih ke sungai han, dan entah karena apa langkah panjangnya membawanya kesini. Sebuah coffe café.

Kris tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini. Otaknya juga belum terlalu sadar, kalau sekarang dia melangkah masuk ke dalam café itu lalu duduk di sebuah kursi dekat jendela dan memesan secangkir cappuccino.

Kris mengamati sekitarnya, bagaimana orang-orang tengah sibuk dan menikmati musim panasnya dengan sempurna. Bersama keluarga, kekasih, teman, dan orang-orang yang dicintai lainnya.

"Ini pesanannya Tuan!"

Kris tersentak lalu memandang secangkir cappuccino yang disajikan di meja.

Dia mengernyit merasa mengenali tangan putih dan halus yang menyodorkan kopinya.

Lalu dia mendongak, memastikan siapa pemilik tangan mungil ini. Mata tajamnya kontan melebar saat melihat pemilik tangan itu adalah orang yang sama dengan tangan namja yang dia tolong kemarin.

"Kau…"

Suho tertegun setelah berkata seperti itu.

Kris lagi-lagi tersenyum kecil, entah kenapa, hatinya berdesir lagi seperti rumput yang dibelai angin hangat musim panas.

Suho melanjutkan kalimatnya yang tertunda karena dia sulit bernafas, mata coklatnya menangkap pupil hitam berkilat milik Kris membuat jantungnya berdebar entah kenapa tanpa bisa dikendalikan.

"…yang kemarin?"

.

.

.

TBC !

.

.

HUWOOOO…..

Ini ff chapter keduaku!

Gimana? Ini mau dilanjutin enggak? Buat yang mau tolong review yaaa…

Mumumuuu… :*

Yang nunggu Rhythm of Love bentar yaaa…. Masih dalam tahap pengerjaan kok!

Okeoke.

Wanna give me RnR ?

Thank You!

/bow/

.

.

.

Sung Rae Yoo