.

.

TITLE

Hearts on Fire

CHAPTER

3 - YooSu story

PAIRING

YooSu (Yoochun x Junsu)

DISCLAIMER

This story is a work of pure fiction

WARNING

OOC : typos : cerita pasaran : alur ngebut

STRAIGHT alias GENDERSWITCH

.


.

"Yo! Yoochunnie!"

Yoochun sedang menguap di anak tangga asrama kampus ketika mendengar panggilan teman-temannya. Yunho, Siwon dan Minho bergegas menghampirinya. Mereka berempat tinggal di asrama kampus. Meski rumah orang tua mereka di Seoul semua, tapi mereka berempat memutuskan untuk tinggal di asrama... you know... untuk kemandirian... dan kebebasan.

Khusus untuk Yoochun.. Entahlah.. Dia memutuskan untuk hidup di asrama setelah peristiwa itu.. Dia merasa dikejar-kejar oleh seseorang.. Dia merasa dikuntit oleh seseorang..

Ketika berjalan di malam hari, bukan hanya satu bayangan yang mengikutinya, tapi dua. Benar-benar menakutkan!

Demi keselamatannya, dia rela hidup di asrama sekolah, jauh dari keluarganya. Ayahnya bekerja di Amerika, hanya pulang dua kali setahun. Ibu dan adik laki-lakinya yang masih SMP sampai harus tinggal bersama bibinya. Semua itu karena hasil pikiran paranoid Yoochun. Ya, dia memang selalu sensitif jika menyangkut keluarganya.

Yoochun menggelengkan kepalanya untuk mengusir bayangan buruk di kepalanya. Dia segera ber-high five dengan ketiga orang temannya. Tidak lupa mengangkut ranselnya di punggung. Mereka berempat ada kelas mulai jam sebelas siang jadi tidak perlu berangkat pagi ke kampus.

Suasana kampus siang itu sangat ramai. Berbagai mahasiswa dan mahasiswa lalu lalang di sepanjang jalanan kampus. Sebagian kecil mengayuh sepeda dengan santai menuju gedung kuliah masing-masing. Sebagian mahasiswa lainnya ada yang membawa mobil. Di antara mereka berempat hanya Siwon dan Yunho yang membawa mobil ke kampus. Minho naik bus jika akan pergi kuliah sedangkan Yoochun, well... dia tidak membutuhkan kendaraan selama berada di dalam kampus. Cukup berjalan kaki saja kemana-mana.

Jika akan pergi berjalan-jalan Yoochun cukup ikut mobil teman-temannya. Toh dia selalu pergi bersama Yunho, Siwon dan Minho saja. Dia jarang hang out dengan namja lain kecuali mereka mempunyai minat yang sama. Dengan yeoja, nah, lain lagi. Yoochun hanya berhenti hang out dengan teman-temannya jika sedang berkencan dengan yeoja.

Sialnya, sudah hampir enam bulan ini Yoochun tidak berkencan. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena dia mulai bekerja part time di sebuah bar. Ibunya tidak bekerja sedangkan adiknya juga masih SMP. Tidak mungkin bekerja karena masih di bawah umur. Ayahnya baru saja dirampok di Amerika. Separuh hartanya ludes sehingga untuk sementara waktu tidak bisa mengirim uang kepada keluarganya di Korea. Sebagai anak tertua, Yoochun ingin turut meringankan beban ayahnya. Bulan depan adiknya harus membayar uang sekolah untuk kenaikan kelas. Yoochun sendiri sekarang mulai mencari-cari beasiswa untuk memperingan biaya hidupnya.

"Hai, manis," goda Minho kepada seorang yeoja berambut pendek yang lewat di dekat geng mereka. Wajah si yeoja langsung memerah ketika menyadari bahwa ada empat orang namja tampan yang berada di dekatnya. Karena malu, dia cepat-cepat berjalan menjauh sambil menunduk.

"Ya Tuhan! Minho, kau kan sudah memiliki Taemin!" seru Siwon yang paling relijius di antara mereka berempat.

"Nah, aku akan melaporkan ini kepada Taemin," goda Yunho. Taemin adalah yeojachingu Minho yang juga merupakan salah satu wakil Yunho di senat kampus. Yunho sendiri lumayan akrab dengan wakilnya itu.

Wajah Minho sedikit memerah. "Siwon, aku kan hanya menyapa saja. Bukan berarti aku suka dengannya."

Yoochun hanya memutar mata mendengar alasan Minho.

Tiba-tiba Yunho yang memang suka iseng, menyenggol Yoochun sambil tersenyum mesum. "Dan kau, bagaimana denganmu? Apa tidak ada orang yang kau sukai? Kami semua tahu bahwa kau sudah enam bulan ini tidak berkencan."

Yoochun hanya tersenyum misterius.

"Yoochunnie, sebaiknya kau segera mencari pacar," saran Siwon. "Pacar tetap," tambah Siwon ketika Yoochun akan membuka mulut. Namja berjidat lebar itu menutup kembali mulutnya, tidak jadi berbicara.

Yunho tertawa sampai sakit perut. Semua sudah tahu jika Yoochun yang sensitif itu sering sekali berganti-ganti pacar. Paling lama pacaran cuma enam bulan. Berbeda dengan Siwon yang setia bersama Kibum, yeojachingu-nya. Mereka telah pacaran tiga tahun terakhir ini.

"Jangan samakan aku denganmu, Choi," ejek Yoochun kepada Siwon. Kepalan tangannya bermain-main di bahu temannya itu.

"Suatu saat kau akan memperoleh batunya, Park," tambah Minho ikut mengejek Yoochun. Lupa jika beberapa saat yang lalu dia menggoda seorang yeoja.

"Sudahlah kalian ini. Jangan mengkhawatirkan aku. Aku sudah besar."

"Oh ya? Mana?" Yunho berkelakar sambil terang-terangan melihat ke arah selangkangan Yoochun.

"Bukan itu maksudku, bodoh!" Yoochun menghantam bahu Yunho dengan kepalan tangannya. Hanya main-main, tentu saja.

"Ckk... ckk... Yun, jiwa pervert-mu memang tidak bisa disembuhkan." Siwon berdecak sambil menggelengkan kepala. "Aku kasihan dengan Heechul."

Heechul adalah ratu kampus mereka. Yeoja berambut hitam bergelombang. Angkuh tapi mempunyai banyak fans dari kalangan namja. Heechul dan Yunho pacaran setahun terakhir ini.

Yunho mengangkat bahu. "What can I do? I'm irresistible."

Minho berlagak mau muntah. Siwon tambah menggelengkan kepala melihat kenarsisan teman mereka yang satu itu. Yoochun hanya senyum-senyum melihat tingkah temannya.

.

Sore ini Yoochun menemani Yunho yang ada keperluan di gedung senat kampus. Sebetulnya Yunho yang memaksa Yoochun menemaninya padahal Yoochun hanya ingin kembali ke asrama dan tidur. Seharusnya satu hari libur dalam setiap minggu harus dimanfaatkan dengan baik. Tapi mau tak mau Yoochun mengikuti juga kemana Yunho pergi.

"Taemin-ah," sapa Yunho ketika membuka pintu ruang senat. Kepalanya melongok melihat ke dalam.

"Hi, oppa." Taemin, yeoja berambut coklat pendek itu menyapa ketuanya. "Masuklah. Hanya ada aku sendiri kok."

Yunho dan Yoochun pun masuk ke dalam ruang senat. Yoochun duduk di salah satu kursi yang ada di sudut ruangan. Dia tidak mau mengganggu kesibukan dua orang anggota senat itu.

Yunho duduk di kursi yang ada di ujung meja. Taemin duduk berhadapan dengannya.

"Loh, mana Changmin?"

"Entahlah. AKu kurang tahu. Dia bilang mau pergi sebentar. Entah kemana," jawab Taemin. Dia mulai sibuk memberikan beberapa kertas kepada Yunho.

"Baiklah. Akan kutunggu saja dia."

Lamunan Yoochun terhenti ketika pintu ruang senat terbuka. Changmin muncul sambil membawa sebuah kantung plastik berisi camilan.

"Oh kau sudah datang, Yun." Changmin meletakkan kantung plastik itu di meja. "Sudah lama?"

"Baru saja kok. Aku bersama Yoochun."

Yunho menunjuk kepada Yoochun yang duduk di pojok ruangan. Changmin melemparkan sebuah kaleng minuman kepada Yoochun yang dengan tangkas diterimanya.

"Gomawo."

Ketiga anggota senat iru sibuk membicarakan sesuatu di meja. Yoochun, yang duduk menganggur di pojok, memperhatikan interaksi dua orang itu. Dia memang suka memperhatikan tingkah laku manusia. Yunho yang mengenakan anting di kedua telinganya dan gemar mengenakan topi. Changmin yang sibuk melakukan dua hal dengan mulutnya: berbicara dan mengunyah. Taemin yang mengenakan gelang kaki dan sekarang sedang memakai sandal wedges yang tebalnya membuat Yoochun bergidik ngeri. Bagaimana bisa wanita mengenakan benda tersebut di kaki mereka? Apa mereka tidak kesulitan berjalan nantinya?

Tok.. tok... tok...

"Siapa?" tanya Taemin ketika mendengar suara pintu diketuk. Pembicaraan mereka bertiga terhenti. Yoochun ikut mennegok ke arah pintu.

"Permisi.. Kami mau menyerahkan data diri untuk screening anggota senat, sunbae," jawab suara dari luar pintu senat. Suara yeoja.

"Masuklah." Kali ini Yunho yang berkata.

Dua orang yeoja dengan tinggi yang hampir sama masuk. Seorang yeoja dengan tubuh kurus dan dandanan ketinggalan jaman hadir di hadapan mereka. Yeoja satunya yang mempunyai tubuh lebih berisi, berpakaian lebih normal: celana jins dan cardigan. Rambutnya dicat dengan warna terang. Dia membungkuk ketika memperkenalkan dirinya.

"Kim Junsu imnida." Dia menyerahkan sebuah map kepada Taemin. Si yeoja berpakaian aneh juga melakukan hal yang sama.

Changmin memandang tidak percaya. "Yang mau ikut screening test kalian berdua?" tanyanya penasaran. Senat kampus memang membuka pendaftaran anggota untuk periode depan. Yang berminat bisa mengirim data diri dan akan dipanggil jika tes akan diadakan. Changmin memandang Jaejoong secara terang-terangan mulai dari atas ke bawah. Ragu jika orang berpenampilan aneh akan menjadi anggota mereka.

Yunho menendang kaki Changmin di bawah meja. Kadang temannya yang satu itu tidak disensor jika berbicara.

"Terima kasih ya. Nanti kami kabari lagi," ujarnya kepada dua orang yeoja yang berdiri di depannya. Itu juga isyarat jika mereka berdua segera diharap meninggalkan ruangan.

Keduanya membungkuk sebelum berlalu keluar. Yoochun sempat melihat jika si yeoja berambut terang, yang pakaiannya normal, sekilas meliriknya dan tersenyum simpul.

Setelah berada satu setengah jam lamanya di ruang senat, pembicaraan ketiga orang itu selesai. Taemin dijemput oleh Minho. Changmin bergumam tidak jelas ketika ditanya tujuan selanjutnya setelah rapat usai.

Karena besok Sabtu, semua jurusan di kampus mereka tidak ada kuliah. Oleh karena itu malam ini Yoochun dan Yunho memutuskan untuk berjalan-jalan tidak jelas. Mereka berdua naik mobil Yunho.

"Kemana?" tanya Yunho tanpa mengalihkan perhatian dari jalan raya.

Yoochun tampak berpikir meski bingung menjawab.

"Ayo ke club," ajak Yunho.

"Malas," tolak Yoochun pendek. "Aku besok harus bekerja." Jika ke club, bisa dipastikan mereka akan hang over keesokan harinya. Yoochun tidak bisa membiarkan itu terjadi.

"Oh yeah. Aku hampir lupa," ejek Yunho.

"Ayo kita nongkrong di cafe saja."

Yunho pun mengarahkan mobilnya ke sebuah cafe yang mereka lihat. Di sana tidak menjual alkohol. Sepertinya itu cafe untuk couple. Mereka memilih tempat duduk dekat kaca jendela sehingga bebas memandang keluar.

"Chun, bukankah ini cafe untuk couple?" Yunho mengerutkan dahi ketika melihat ke sekeliling meja mereka. Tampak beberapa pasangan sedang berkencan.

Yoochun hanya mengangkat bahu.

"Aku tidak mau disangka sedang berkencan denganmu," Suara Yunho terdengar gusar.

Yoochun memandang sahabatnya seolah-olah dia orang gila. "Kau demam ya? Kenapa otakmu kacau begitu?"

Yunho hanya bisa bersungut-sungut.

"Aku lupa. Kau pasti kangen Heechul, Yun?"

"Daripada aku disini berdua denganmu, lebih baik aku pergi ke rumahnya saja."

"Hey! Look who's talking! Kau sendiri yang mengajakku pergi keluar!"

"Tapi tidak dengan pergi ke cafe tempat orang berkencan!" Yunho ngotot.

"Apa bedanya? Di club juga banyak orang berkencan!" sahut Yoochun tidak mau kalah.

"Kau hanya iri kan?" serang Yunho lagi. Dari keempat anggota geng mereka, memang hanya Yoochun yang single.

Yoochun memijat dahinya. "Kita bertengkar seperti yeoja saja."

"Get a girlfriend, then."

"I will." Yoochun tersenyum. Mereka berdua pun toast menggunakan kaleng soda pesanan mereka. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi.

.

"Kau kenapa lagi?" Yunho mengerutkan kening ketika mengantar Yoochun pulang. Mobil Yunho sudah sampai di depan gerbang kampus tapi Yoochun belum turun juga.

Yang ditanya tidak menjawab. Malah sibuk celingukan memandang keluar mobil. Tampak ada beberapa pejalan kaki lewat.

"Hei!" Yunho menjentikkan jari di depan wajah Yoochun.

"Huh?" Yoochun menoleh padanya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yunho khawatir.

Yoochun menghela napas.

"Ada apa?" tanya Yunho lagi.

"Kurasa seseorang menguntit kita dari tadi sewaktu kita di cafe," jawab Yoochun.

"Chun.." Yunho merasa prihatin. Sekilas disentuhnya pundak sahabatnya itu. "Kau masih berpikiran seperti itu?"

Yoochun mengangguk. "Setahun terakhir ini aku merasa seperti itu, Yun. Termasuk juga ketika kita berada di cafe tadi."

Yunho tahu bahwa keluarga Yoochun hidup terpisah dengan alasan keamanan. Yoochun selalu bercerita semua kepadanya.

"Kau bilang bahwa kau atau keluargamu tidak mempunyai dendam atau hutang, bukan? Kupikir itu hanya bayanganmu saja, Chun."

"Entahlah, Yun." Yoochun tampak memandang ke suatu titik di depan mobil. "Feeling-ku tidak pernah salah. Ada yang menguntitku. Untungnya, aku dan keluargaku tidak pernah mengalami sesuatu yang serius."

"Jika demikian, maka kau tiddak perlu khawatir lagi. Cobalah bertahan. Siapa tahu suatu saat pelakunya akan ketahuan."

.

Yoochun sibuk membawa lima buah buku yang tebal keluar kelas ketika ada seseorang yang menabraknya.

! #$%*

Yoochun mengumpat tertahan. Bukan hanya bukunya berjatuhan, tapi sebagian ada yang terkena cairan. Rupanya orang yang menabraknya membawa minuman.

"Omo! Maafkan aku!"

Ketika selesai memungut buku-bukunya, Yoochun melihat si penabrak. Seorang yeoja yang sibuk membungkuk meminta maaf. "Maafkan saya sunbae.."

"Hei, sudahlah. Lain kali jangan diulangi, berlarian di koridor kampus.."

Si yeoja berhenti membungkuk dan mengangkat wajah. Yoochun merasa familiar. "Bukankah kita pernah bertemu di ruang senat?"

Yeoja bernama Kim Junsu itu membungkuk. Wajahnya sedikit memerah. Senang jika seniornya mengingatnya.

.

Di bulan selanjutnya Yoochun sibuk direcoki oleh Yunho. Kenapa? Karena Yunho meminta bantuannya untuk menyeleksi mahasiswa yang akan mengikuti tes anggota senat.

"Aku bukan anggota senat," tolak Yoochun.

"Ayolah, Chun. Tolong kami. Kau bilang bahwa feeling-mu selalu benar, kan."

Yunho memelas. Dalam urusan hubungan personal, entah kenapa Yunho menilai bahwa Yoochun mampu membaca karakter manusia dengan tepat. Dan itu berlaku untuk beberapa yeoja yang pernah dikencaninya. Yoochun memutuskan pacar-pacarnya yang dulu ketika dia merasa ada yang tidak beres dengan mereka. Dan benar saja. Ada mantan Yoochun yang menjadi pengedar narokba, ada yang suka mengutil di supermarket, dan ada juga yang malah sudah mempunyai anak.

"Iya feeling-ku memang selalu benar. Dan kau sendiri tidak rasional, Yun."

"Ayolah, Chun.." rayu Yunho lagi.

"Nanti bagaimana jika ketahuan anggota senat yang lain? AKu pasti merasa tidak enak. Aku kan bukan apa-apa mereka."

"Tidak akan! Tentu saja aku tidak akan memberitahu mereka!" janji Yunho.

Kemudian Yunho menggoyangkan setumpuk map di hadapan Yoochun. "Screening test ini akan diadakan secara terbuka di ruang kelas. Mahasiswa selain anggota senat bisa melihat tes berjalan, jika mau. Mereka juga bisa mengajukan pertanyaan. Aku telah mengatur tes ini sedemikian rupa!" Yunho tampak bersemangat. "Please..."

Yoochun menghela napas. "Baiklah. AKu akan datang. Tapi dengan syarat, aku akan berbaur dengan mahasiswa lainnya."

"Tentu."

Screening test diadakan beberapa kali. Ada tes interview, tes prestasi dan tes program kerja senat. Yoochun membaur bersama mahasiswa yang menonton. Kadang dia juga ikut mengajukan pertanyaan. Di malam hari ketika tes selesai diadakan, Yunho akan pergi ke kamar asrama Yoochun untuk membahas pilihannya.

"Jadi, yang mana?" tanya Yunho sambil duduk bersimpuh di lantai. Map-map kertas data diri calon anggota tampak berserakan di sekitar mereka.

Yoochun, yang sudah membuat catatan khusus, segera bicara. "Ini," tunjuknya kepada sebuah foto. "Kim Jaejoong."

"Yeoja yang berbaju aneh itu?" tanya Yunho sangsi.

"Memang kenapa dengannya?" Yoochun balik bertanya.

"Errr..." Yunho mengingat yeoja aneh dengan baju aneh juga. "Dia... aneh."

"Jangan memandangnya seperti itu. Kau tadi dengar sendiri dia pernah tinggal di Amerika. Bahasa Inggrisnya juga sangat lancar. Nilai-nilainya banyak yang A. Dia juga tidak gugup ketika harus berbicara di depan orang banyak."

"Ya, tapi.."

"Kau mau pendapatku atau tidak, Yun?!"

Yunho mengalah. "Baiklah... Baiklah..."

"Dan yang ini.." tunjuk Yoochun. "Kim Junsu."

"Oh? Yeoja yang bisa menyanyi dan menari tadi ya?"

Yoochun memutar bola matanya. Yunho memang agak.. aneh. Selain tes interview, tes prestasi dan tes program kerja senat, dia juga mengadakan tes bakat dan minat. Calon anggota disuruh menunjukkan bakat mereka.

"Oke. Yang mana lagi?"

Mereka berdua menghabiskan malam dengan mencatat nama-nama calon senat kampus untuk periode depan.

.

Yoochun sedang berjalan sendirian di jalanan kampus ketika mendengar suara tanaman bergerak di dekat taman. Dia berhenti sebentar dan menajamkan pendengaran. Jalanan kampus sepi karena waktu sudah menunjukkan tengah malam. Para mahasiswa biasanya ada di kamar atau di kantin yang buka 24 jam. Suara itu ikut berhenti.

Yoochun berjalan lagi. Seseorang itu juga ikut berjalan. Yoochun bisa merasakan keberadaaan orang lain di belakangnya.

Dia mencoba suatu taktik. Dia hendak memancing si penguntit itu. Yoochun segera berjalan menuju lapangan sepakbola kampus. Ini adalah sebuah tanah lapang untuk bermain bola dimana tidak ada tembok atau tanaman. Sudut pandangan tiga ratus enam puluh derajat bisa terlihat disini. Di sekeliling lapangan ada bangku-bangku penton yang disusun bertumpuk.

Yoochun berjalan cepat-cepat ke suatu sudut gelap yang tidak terkena lampu stadion. Membungkukkan badan dan bersembunyi di bawah tumpukan bangku penonton yang terbuka. Dia menempelkan punggungnya di dinding yang terlindung oleh bangku penonton. Dengan begitu tidak akan ada ada yang bisa berjalan di belakangnya tapi hanya di depannya saja. Dia mengarahkan pandangan ke seluruh penjuru stadion. Matanya mengintip dari sela-sela bangku penonton.

Lampu stadion menyala sangat terang. Yoochun bisa melihat siluet di pinggir lapangan. Karena malam ini sangat sepi, dia bisa mendengar si empunya suara.

"Aduh, kemana sih dia tadi?"

Yoochun bisa melihat sesosok manusia karena penerangan lampu stadion. Sosok itu berdiri di dekat tiang gawang. Wajahnya tampak kebingungan. Setelah wajah si penguntit terlihat jelas, Yoochun keluar dari persembunyiannya. Dia sangat kaget melihat sosok itu.

"Kim Junsu!? Apa yang kau lakukan malam-malam disini!?"

.

.

~ TBC ~

.


.

January.24.2015