Title: The First Time I Know that Love was Painful

.

.

Cast :

Cho Kyuhyun (namja)

Lee Sungmin (yeoja)

Others

.

.

Genre : Romance/Hurt/Comfort | GS

.

Rated: T

Warning : GS, Alur aneh, Diksi blur, Typo(s) bergentayangan, Cerita pasaran (mungkin), GaRing, Ejaan Tidak Baku, yang tidak suka dimohon jangan membaca. Jangan menghina karya saya. Tinggal Klik Icon "X" di laman masing-masing. Terima Kasih ^^

.

SUMMARY

Sungmin yang merasakan suatu perasaan yang menyenangkan terhadap tetangganya. Seiring berjalannya waktu, Sungmin sadar jika perasaan itu adalah cinta. Selayaknya manusia, Sungmin mulai menanam harapan-harapan terhadap sosok tetangganya itu, hingga akhirnya dia tahu pasti jika perasaannya tidak akan pernah berbalas.

.

.

DISCLAIMER

Semua tokoh dalam cerita ini –terpaksa saya akui– bukan milik saya. Mereka milik Tuhan, orangtua, SMEnt, dan Fans. Walaupun demikian, ide cerita ini tetap sah milik saya, HyunChan2509.

.

NO COPAS

.

DON'T READ THIS FICTION IF U DON'T LIKE IT. I'VE TOLD U BEFORE !

.

.

.

Don't be a silent reader !

Please, Give Your Review to Me…..

.

.

.


PART 2


Seperti yang telah dijanjikannya. Kyunnie Oppa setiap hari terus berada disisiku. Bahkan ketika aku harus kuliah-pun, dengan senang hati Kyuhyun akan mengantar dan menjemputku di depan kampus.

Hari demi hari kami habiskan dengan canda tawa. Kadang-kadang aku marah dan merajuk saat dia mengusiliku namun semua itu tidak bertahan lebih dari 1 hari karena Kyuhyun akan langsung melancarkan aksi "memohon maaf" nya yang sangat-sangat romantis, membuatku takhluk. Memang tidak sampai 24 jam dia bersamaku. Bukannya dia mengingkari janji. Hanya saja aku yang sadar diri. Dia juga harus membagi waktu bersama keluarganya, dan itu lebih penting dariku. Jadi, aku tidak mau egois.

Kedua orang tua kami sangat senang melihat keakraban antara aku dengannya. Masih sama seperti dulu. Bahkan sekarang terkesan lebih ke arah ehm- romantisme sepasang kekasih. Pernah satu kali Eommaku dan Eomma Cho bertanya tentang hubungan kami. Aku menjawab bahwa aku dan dia hanya sebatas sahabat dan adik-kakak, tidak lebih. Yah, walaupun ngilu terasa di dadaku saat mengucapkannya. Tapi kenyataannya memang seperti itu, jadi yaaa...aku hanya bisa "bersabar".

Saat mendengar jawabanku, tentu saja kedua eomma yang awet muda itu tidak percaya. Mereka berdecih pelan mengejekku, bahkan Eomma Cho menyeringai terus menggodaku. Mereka yakin jika antara aku dan Kyuhyun ada "sesuatu".

Yeah...memangnya siapa yang mau percaya hubungan "adik-kakak" itu jika melihat sikap mesra yang di tunjukkan Kyuhyun padaku. Pelukan erat dan ciuman hangat di pipi dan kening tak terelakkan setiap harinya. Bahkan kadang kami tidur bersama –seperti saat kami kecil dulu- lebih seringnya Kyuhyun memaksa tidur bersamaku. Hal yang tampak tabu di mata masyarakat, namun ketahuilah kami sudah terbiasa. Namun, sejak umurku menginjak 18 tahun, aku mulai merasakan suatu perasaan yang aneh tiap kali Kyunnie Oppa tertidur di sebelahku. Suatu perasaan yang sangat sulit kujabarkan.

Jujur, aku bahagia dengan semua itu.

Tapi, sebenarnya hubungan kami ini apa?

.


Dua minggu tak terasa berlalu. Natal-pun kini tiba. Aku, Appa dan Eomma sudah menyiapkan segala keperluan natal kami sejak 1 minggu sebelumnya dan malam ini kami berencana akan pergi misa kegereja bersama dengan keluarga Cho. Tentu saja Kyunnie juga ada. Misa malam itu kami lewatkan penuh khidmat dan rasa syukur.

Setelah selesai, kami semua keluar dari gereja dan sesekali bersalaman dengan para jemaat yang lain. Saat aku sedang bersalaman, aku melihat Kyunnie dan Eommaku sedang bercakap-cakap. Sesekali kulihat Eomma tertawa kemudian Eomma Cho ikut bergabung. Aku penasaran, kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan? –terlihat sangat seru. Sementara itu, Appa-ku dan Appa Cho juga tengah tenggelam dalam dunia mereka sendiri di depan mobil Appa-ku. Aigoo...

"Kyunnie..." panggilku saat berada di dekatnya.

"Ahh...Minnie. Malam ini Minnie boleh pergi dengan Kyuhyun. Tapi ingat, jangan pulang terlalu malam, ne. Jangan membuat Kyuhyun terlalu lelah." Ucapan Eomma yang tiba-tiba itu membuatku terdiam. Pertanyaan yang tadi hendak kutanyakan hilang begitu saja. Seingatku aku tidak ada janji dengan Kyuhyun malam ini. Kulihat eomma tersenyum lembut, merapikan syal yang melilit leherku kemudian berjalan menghampiri appa setelah mengusap lenganku. Setelah itu, Eomma Cho menyusul setelah berpesan pada Kyuhyun agar menjagaku dan berbisik sebentar pada Kyunnie yang terlihat sendu. Dahiku mengerut. Ada apa ini?

"Ming...kajja." Masih dalam kondisi bingung, Kyunnie menarik tanganku mengikutinya.

"Eh..eh...Kyunnie..."

"Tenanglah, jagi. Jangan mengkhawatirkan apapun. Kau hanya perlu tenang dan temani aku malam ini. Ada hal yang ingin kukatakan padamu." ucap Kyuhyun masih sambil menarikku menuju mobilnya dan aku hanya mengangguk pelan. Tentu saja Kyuhyun tidak melihat karena dia berada di depanku.

Selama perjalanan aku hanya terdiam memandangi dress pink ku. Dari sudut mataku aku bisa melihat Kyunnie yang sesekali menoleh kearahku. Entah apa yang dia pikirkan, namun dia terlihat sangat aneh. Tidak seperti biasanya. Raut cemas dan ekpresi datar itu bertengger di wajahnya.

'Ada apa, Kyu?'

.

.

.


Setelah hampir 45 menit perjalanan, akhirnya mobil menepi. Dia melepas seatbelt-nya dan juga seatbelt-ku. Kami keluar dari mobil dan Kyunnie langsung bersandar di depan kap Audi-nya. Memandang kedepan dengan serius. Sementara aku justru kebingungan. Masih terdiam di tempat, aku memerhatikan sekeliling.

'Mengapa ketempat ini?' Ucapku membatin.

Aku tahu tempat ini bahkan sangat hafal. Tempat ini tempat spesial untukku karena di tempat inilah aku selalu menyendiri ketika aku merindukannya.

Sungai Han

Kini kami berada di salah satu sisi sungai legendaris tersebut. Tepatnya di salah satu spot yang biasa aku datangi hampir tiap Minggu selama 3 tahun ini.

"Kau pasti sudah tidak asing dengan tempat ini kan, Ming?" tanyanya memecah kesunyian saat aku ikut berdiri di sebelahnya. Kyunnie masih menatap kedepan.

"N-Ne..." jawabku lemah, hampir seperti berbisik. Aku tidak mengerti apa yang sekarang ada dalam pikiran Kyunnie. Terlihat begitu gelisah dan...sedih.

"Aku tahu tempat ini sangat berarti untukmu, oleh karena itu aku memutuskan untuk membawamu kesini...bersamaku." Kyunnie menoleh menatapku, membuatku tercekat. Ada pancaran hangat dari sorot manik obsidiannya yang tengah melengkung.

"Jangan pernah menyendiri lagi disini, Ming. Jangan pernah menangis karena memikirkanku." Kyunnie menarik tanganku, mengajakku duduk di salah tempat duduk yang berada di tepi sungai. Tempat duduk yang sama yang biasa aku duduki.

Bagaimana bisa Kyunnie mengetahui semua ini?

"Jika merindukanku, kau tidak boleh menangis sendirian disini. Kau bisa menelponku dan menangis padaku sepuasmu. Jangan menyiksa diri sendiri lagi. Berjanjilah..." Kyunnie menggenggam erat sebelah tanganku ke atas pangkuannya. Sesekali remasan lembut ia berikan di jemariku. Sorot matanya tampak makin redup. Ada apa dengannya?

"W-waeyo, Kyu...?" tanyaku ragu-ragu. Aku tidak kuat jika dia terus memandangku seperti itu.

"Ming.."

"Ne..."

"Besok aku kembali ke London..."

"Eh?"

"Jadwal studiku dipercepat dan ada beberapa hal yang harus aku urus di sana..."

"..."

"Ming..."

Aku terdiam dengan mata terbelalak saat mendengar kalimat itu terucap darinya. Sedikitpun aku tidak menyangka jika itulah yang akan Kyuhyun katakan padaku saat ini. Mengapa harus besok dia pergi? Mengapa? Tidakkah bisa sedikit lebih lama? Bukankah ini belum genap 1 bulan? Mengapa?

"Ming..." Kyuhyun menatap dalam mataku yang kini perlahan mulai menghangat. 'Tidak...aku tidak boleh menangis. Aku tidak ingin menangis. Kumohon...'

"..."

Aku tidak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Ini terlalu menyakitkan untuk ku dengar. Mengapa studinya dipercepat? Aku masih merindukannya.

Kulihat Kyuhyun tampak panik saat aku tak kunjung menjawab panggilannya. Dia menggeser posisi duduknya kemudian merengkuhku erat. Tangis yang sedari tadi kutahan, seketika tumpah saat tubuh hangat itu melingkupiku.

"Kyu~..hiks...Kyu~..."

"Uljima, jagi...jangan menangis. Kumohon..."

"K-Kyu...hiks..."

"Hubungilah aku kapanpun kau mau, sayang. Tidak peduli kapanpun dan dimanapun, aku akan menjawab teleponmu. Aku juga akan pulang sekali dalam sebulan dan saat itu aku akan menghabiskan waktuku bersamamu. Jangan menangis, Ming."

"Hiks...hiks...kajima, Kyu...hiks..."

"Mianhae, Ming. Mianhae. Sejujurnya aku berat mengatakan ini padamu. Aku tahu selama 3 tahun ini kau menahan rindumu dan memilih menangis sendirian disini. Aku tahu semuanya, Ming. Karena itu, maafkan aku." Kedua tangan Kyuhyun menangkup lembut pipiku yang basah. Airmataku telah meleleh dengan deras disana.

"Maafkan aku, Ming. Andai waktu itu aku menyempatkan diri sesekali pulang ke Seoul. Mungkin kau tidak akan seperti ini. Aku juga merindukanmu. Sangat merindukanmu. Aku sayang padamu, Ming. Hanya saja aku terlalu tenggelam dalam kesibukan studiku dan mengabaikanmu, mengabaikan appa dan eomma..." Kurasakan dahi Kyuhyun menempel di dahiku. Suaranya yang bergetar membuat foxy ku terpaksa menatap matanya yang ternyata juga telah dialiri air mata. Dan apa tadi katanya? Dia menyayangiku? Mungkinkah...

'Aku mencintaimu, Kyu.' Jeritku dalam hati.

"Aku...hiks..a-aku..."

"Aku menyayangimu, Ming..."

"Kyu..."

"Hanya kau satu-satunya saudara yang kupunya setelah Ahra noona meninggal."

"Eh?"

"Ming..."

"..."

"Maukah kau mengabulkan permohonanku?"

"..."

"Temani aku sampai besok, ne. Kumohon. Hanya berdua denganku...kali ini" bisik Kyuhyun kemudian mengecup hangat telingaku. Merengkuh kembali tubuhku dalam pelukannya.

Aku semakin terisak. Kedua tanganku terangkat membungkam mulutku berupaya agar isakan bodoh itu tak terdengar.

Tangisku semakin kencang. Kali ini bukan karena masalah kepergian Kyuhyun. Tapi karena posisiku di hatinya. Ternyata...

Selama ini dia hanya menganggapku sebagai saudaranya.

Hanya aku yang menyimpan rasa cinta ini selama bertahun-tahun.

Sakit...

Ternyata dia tidak mencintaiku seperti aku mencintainya.

'Bodoh! Lee Sungmin bodoh'

Aku terus menangis. Kyuhyun panik mencoba menenangkanku hingga kusadari kini aku berada di pangkuannya. Dia terus berusaha menenangkanku dengan bisikan-bisikan sayangnya dan juga usapannya yang lembut di tubuhku. Namun, aku seolah tuli dan mati rasa.

.

Ternyata...inilah jawaban dari semua perasaanku yang belum sempat terucap itu.

Aku hanya saudara baginya.

.

Itu artinya, mulai sekarang aku harus perlahan-lahan mengikis rasa cinta ini padanya. Jika aku adalah saudara baginya, maka dia juga saudara bagiku, bukan. Ne, seperti itu mungkin lebih baik. Ini –mungkin- yang terbaik yang diberikan Tuhan.

"Sssshh...jangan menangis, sayang...jangan buat aku tidak tenang meninggalkanmu. Aku janji, sekali dalam sebulan aku pasti pulang ke Seoul. Percayalah."

"Hiks..ne Kyu...hiks" aku mengangguk pelan. Dadaku sangat sakit.

"Saat aku pulang nanti, aku ingin kaulah orang pertama yang menyambutku. Kau mau?"

"...N- nee..." jawabku lemah. Aku tidak punya alasan menolak permintaannya, bukan?

"Aku juga ingin kaulah orang pertama yang memelukku."

"Ne..."

"Dan aku juga ingin...kaulah orang pertama yang memberi ciuman selamat datang padaku..."

"Ne...eh? ci-ciuman?" mataku yang bengkak membulat seketika dengan mulut menganga. Fokus mataku menyorot hazel kelamnya yang kini bergerak jenaka. Lengkung delimanya semakin sempurna dengan kekehan pelan yang bersahut-sahutan. Mengabaikan tatapan penuh tanyaku.

"Tiga kali di pipi kanan, tiga kali di pipi kiri, dan tiga kali di keningku setiap aku pulang. Tidak ada penolakan!" ucapnya sembari menoel hidungku sedangkan aku masih betah menganga heboh.

"Ta-tapi Kyu..."

"Wae? Keberatan, eoh?" Kyuhyun tampak kesal. Bukannya tidak mau, tapi aku sama sekali tidak pernah melakukannya pada siapapun selain appa dan eomma-ku. Walau sudah bersama Kyuhyun sejak lama, tapi aku tidak pernah menciumnya. Sekalipun di pipi. Kyunnie-lah yang selama ini rutin memberikan ciumannya padaku.

"Ming...kau tidak mau menciumku? Wae? Dari dulu juga kau tidak pernah melakukannya. Waeyo? Apa kau punya pacar? Kau takut pacarmu marah padamu?" tanya Kyuhyun menginterogasi namun tersirat kesedihan dalam nada suara itu. Aku bingung harus menjawab bagaimana.

"Bu-bukan begitu, Kyu...tapi..."

"Aku 'Kyunnie' mu, jagi. Bukan orang lain. Apa aku salah jika meminta ciuman dari orang yang kusayang?"

"Kyu..."

"Hhh...arra. Aku tidak akan memaksa. Kau tidak mau juga tidak apa-apa." Tukas Kyuhyun nelangsa. Aku merasa sangat bersalah. Kedua lengannya yang tadi memeluk erat tubuhku perlahan melonggar. Tubuhnya sedikit terangkat mencoba untuk berdiri dan lengannya bergerak hendak menggeser tubuhku kesamping.

Tidak!

Jangan seperti ini!

Aku masih ingin bersamanya!

"Sepertinya lebih baik kita pulang saja. Udara semakin dingin. Nanti kau bisa ter –"

Andwae!

"NEEEE ! Hiks..."

"Ng?"

"Ne, Aku mau, Kyu! Aku mau!" spontan aku menarik lengannya yang perlahan lepas dari pinggangku. Kupeluk lehernya kuat-kuat.

"Ming..."

"Aku mau Kyu... aku mau. Tapi kau jangan pergi. Bukankah tadi kau berkata akan menghabiskan malam natal berdua denganku? Mengapa harus pulang? Aku ingin bersamamu sampai besok..hiks...aku tidak mau pulang Kyuuu...~"

Aku tergugu di leher Kyuhyun yang mulai basah dengan airmataku. Perlahan-lahan lengan Kyuhyun kembali melingkar di tubuhku. "Hmm...arra, jagiya. Kita akan berdua sampai besok. Kita cari penginapan dulu, ne. Udara semakin dingin. Aku tidak mau kau terkena flu." Kyuhyun mengusap teratur punggungku. Sangat nyaman. Aku terdiam di ceruk lehernya.

"Ming...?"

"Eung?"

"Kau tidur?"

"Aniyo..."

"Kalau begitu, lepas dulu, ne. Kita harus mencari penginapan segera." Kyuhyun mencoba melepas rangkulan lenganku di lehernya. Dengan lembut ia menarik lenganku namun dengan kasar kutepis dan aku semakin merapat memeluk lehernya.

"Ming? Jagiii~..."

"Sebentar saja. Minnie ingin seperti ini bersama Kyunnie sebentar saja. Biarkan Minnie seperti ini..." rengekku seraya menyurukkan hidungku makin lekat di lehernya yang berbau green tea. Aku sangat suka wangi itu. Green tea yang berpadu dengan aroma murni tubuh Kyuhyun.

"Kkkk...arraseo. Sesukamu saja, Ming." Ucap Kyuhyun terkekeh. Suara tawanya membuat senyumku mengembang ditambah lagi lengannya yang ikut mengeratkan pelukannya. Sekarang, tubuh kami benar-benar tidak berjarak. Terserah jika orang-orang melihat dan membicarakan kami, karena bagiku Kyuhyun-lah segalanya.

.

.

"Ming?"

"Hmm?"

"Boleh aku meminta ciumanmu sekarang?" tanya Kyuhyun sambil melepas pelukannya.

"Eh?"

"Bolehkah?" tanyanya lagi karena sedari tadi aku hanya terdiam dengan mata membulat menatapnya. Pipiku memanas.

"Ne~ Kyu..." aku mengangguk lemah. Sedetik kemudian kulihat Kyuhyun tersenyum dan mendekatkan pipi kanannya kepadaku. Dengan ragu aku mencondongkan wajahku ke arah pipi berbalut kulit pucat itu.

Chup

Satu kecupan. Kilat. Dan kulihat Kyuhyun kembali terkekeh. "Jangan takut, Mingie. Palli, dua kali lagi." Ujar Kyuhyun mengetukkan jari telunjukknya di pipinya yang masih mengarah padaku. Dengan takut-takut aku kembali mendekati kulit lembut itu dan...

Chup

Chup

Dua ciuman dengan durasi sedikit lebih lama lolos seketika. Aku menunduk malu. "Bagus. Sekarang yang kiri." Kyuhyun menyodorkan pipi kirinya kearahku. Bibir merahnya tersenyum lebar. Aku makin gugup.

Tiga ciuman langsung kudaratkan di pipi kirinya. Ya Tuhan, sepertinya aku akan kecanduan pipi lembut itu. Benar-benar lembut dan...aku menyukainya.

"Bagus. Sekarang yang terakhir, di sini." Kyuhyun tampak sedikit mengangkat poni ikal brunnete-nya dan mencondongkannya kearahku. Aku tertawa pelan.

"Arra, Kyunnie..." ucapku malu-malu. Secara naluriah, kedua tanganku bergerak menangkup pipi pucatnya

Tiga ciuman singkat di dahinya selesai kulakukan. Aku segera menjauhkan wajahku yang berada sangat dekat dengan wajahnya. Nafas hangat Kyuhyun yang menerpa membuatku tersipu. Aku langsung menundukkan kepala, menyembunyikan rona di wajahku yang panas.

"Kkk" kudengar Kyuhyun kembali terkekeh. "Ming..." panggilnya pelan yang membuatku kembali menatap hazel indah itu. Kulihat Kyuhyun semakin menipiskan jarak dengan wajahku. Kinerja otak yang tiba-tiba melamban membuatku telat menyadari apa yang terjadi hingga sesuatu yang hangat dan basah terasa membungkam bibirku membuat nafasku tercekat.

Kyuhyun melumat bibirku lembut dan aku sama sekali tidak bisa berontak karena tubuhku yang melemas seketika dalam rengkuhan sepasang lengan yang entah sejak kapan melingkar erat di pinggangku. Bola kembar obsidiannya menatapku hangat. Dapat kurasakan senyum Kyuhyun yang terkembang di sela-sela lumatannya. Aku hanya bisa diam.

First kiss ku

Tak pernah kusangka akan seperti ini. Aku senang. Sungguh. Sangat bahagia.

Tapi, apa maksud dari ciuman ini?

.

.

Perlahan, Kyuhyun melepaskan tautan bibirnya dari bibirku. Aku masih terdiam menatapnya. Kyuhyun membalas tersenyum simpul dengan ibu jarinya yang mengusap sudut bibirku lembut.

"Mianhae, Ming. Tapi ketahuilah. Itu tadi juga ciuman pertama bagiku. Sejak dulu aku sudah memutuskan jika hanya padamulah aku akan memberikan ciuman pertamaku."

"..."

"Aku benar- benar menyayangimu. Berjanjilah, jika suatu hari kau punya kekasih, kau harus memberitahuku terlebih dahulu. Kau mengerti?" ucapnya riang. Berbanding terbalik denganku yang menahan nyeri dalam hati. Beberapa saat lalu sepertinya aku melupakan posisiku di hatinya.

Kini aku kembali sadar.

Semua memang sudah berakhir.

"Ming?"

"Ne, Kyunnie. Aku mengerti. Kau juga cepatlah mencari kekasih. Usiamu sudah hampir senja. Kau akan tampak seperti om-om hidung belang suatu hari nanti dan itu sangat mengerikan bagi para gadis diluaran sana" ucapku bercanda, mencoba tersenyum mengalihkan rasa sakit di hatiku. Tersenyum dengan rasa perih yang membuatku ingin menangis sejadi-jadinya.

Kulihat Kyuhyun cemberut mendengar gurauanku namun sekejab kemudian dia tersenyum dan mencubit gemas hidungku.

"Haha. Dasar anak nakal! Oke. Bersiaplah, aku akan segera membawa calon eonni barumu itu kehadapanmu. Secepatnya. Kupastikan itu." Ucapnya riang dengan kekehan yang mengalun merdu. Aku ikut tersenyum. Menatap iris hazel yang kini juga tengah menatapku.

"Aku menyayangimu, Ming."

"Aku juga menyayangimu, Kyunnie..."

Mungkin memang lebih baik seperti ini. Jika kita tidak ditakdirkan untuk saling mencintai, maka biarkan aku untuk terus berada di sisimu, menyayangimu sebagai keluarga. Aku sungguh mencintaimu, Cho Kyuhyun. Saranghaeyo.

Good Bye, My First Love

Aku "tidak" akan melupakanmu

.

.

.

.

.

.


TBC / END (up2you)


Terimakasih teman-teman semua atas dukungannya di chapter 1 cerita ini.

Aku benar-benar kaget dengan jumlah visitors yang ada.

Banyak

Cukup banyak

Namun mengapa seolah enggan memberikan review?

Adakah hal yang mengganjal di hati?

Maaf jika ada yang salah. Karena sungguh aku tidak pernah bermaksud buruk.

Ini memang sengaja kubuat GS bukan YAOI untuk menghormati true story yang terjadi ^^

.

Ini chapter 2 ceritaku

Mau dilanjut atau tidak kuserahkan semua pada teman-teman sekalian.


SPECIAL KISS & HUG TO:

minnalee1, Park soo kyung, pinkybunny, guest, minminmin, Guest, Guest, Rilianda Abelira, abilhikmah, dewi. , kyuminnie, WineKyuMin137, Gye0mindo, and PaboGirl


Thanks for your support, guys. Aku sangat menghargai semua kata yang kalian ucapkan. Meskipun singkat, tapi sudah membuatku bersemangat. ThanKyu semuanya. Semoga berkenan untuk kembali memberikan Review.

Maafkan Hyun yang gak balas komentar kalian karena di chapter 2 ini InsyaAllah semua pertanyaan kalian semua terjawab.

Sekali lagi Terima Kasih.

ByeBye semuaaaaaaaaaaaa ^v^

.

.

SALAM KMS JOYERS. KYUMIN JJANG !