Love for You 5

Wonkyu

.

.

.

Siwon melangkah pelan menyusuri lorong-lorong bandara Incheon. Bibirnya terus melukis senyum menawan membuat para wanita sekitar bagai mencair seperti lilin. Tak sebanding dengan gemuruh di dadanya menantikan pertemuan dengan pencuri hatinya. Rasa rindu, khawatir dan takut melanda hatinya. Rindu menatap mata coklat sewarna lelehan caramel itu. Khawatir jika pria manis itu masih dalam 'kesendiriannya'. Takut jika pria manis pencuri hatinya, menolak kehadirannya.

Sebelum turun dari Taxi, Siwon memejamkan matanya sejenak. Berusaha menetralkan detak jantung yang semakin bergetar hebat. "Baby—" bergumam pelan untuk kemudian keluar dari taxi dan melangkah memasuki halaman rumahnya.

DUK

ARGHHH

Siwon mengerang merasakan sebuah benda menghantam kepalanya. Rasa sakit langsung mendera kepalanya. "Ahjucci—gwenchana?" Siwon bisa merasakan adanya tangan mungil yang menyentuh kepalanya. Siapa bocah kecil ini? Batin Siwon

"Ommona! Mommy—Daddy pulaaaangggg~"

Siwon mengumpat dalam hati. Siapa sebenarnya bocah yang sudah dengan seenaknya melempar bola di atas kepalanya? Dan sekarang ia berteriak seperti melihat hantu. Sayup-sayup ia masih bisa mendengar jeritan dari bocah tersangka pelemparan bola. Berteriak memanggil Mommy.

Tunggu!

Siwon melepaskan tangan dikeningnya. Kenapa tiba-tiba ada anak kecil yang bermain di halaman rumahnya? Apa jangan-jangan ia salah rumah? Kepalanya berputar memastikan tempatnya menjejakkan diri adalah benar-benar rumah milik orang tuanya.

Benar. Ini rumah Eomma dan Appa. Siwon melangkah memasuki pintu rumahnya. Kembali ia menyentuh keningnya begitu rasa sakit menyergap kepalanya.

Merasa ada yang memperhatikan, Siwon menghentikan langkahnya sejenak dan menatap ke dalam. Obsidiannya berhasil menemukan sosok yang begitu ia rindukan. Jantungnya berdebar kencang. Perasaannya sedikit lega begitu matanya dapat kembali menatap mata sendu itu.

"Baby—"

BRUK

Tubuh ringkih itu terjatuh di atas lantai. Membuat Siwon membeku. Suara tangis memecah kesunyian yang sempat tercipta. Tubuh Siwon seolah membatu. Meski segenap hatinya ingin segera berhambur dan memeluk tubuh yang tengah bergetar karena tangis.

Malam ini terasa sunyi. Setelah sore tadi Tuan dan Nyonya Choi dikejutkan dengan kedatangan Siwon yang tiba-tiba, Nyonya Choi segera memeritahkan pekerja di rumahnya untuk memasak hidangan yang enak dan makanan kesukaan Siwon. Namun, begitu semua terhidang di meja makan, tak ada satupun dari mereka yang mau menyentuh makanan yang menggiurkan lidah itu.

Siwon, Tuan Choi dan Henry menatap hidangan di atas meja dengan tidak selera. Henry terdiam sambil sesekali mencuri pandang kepada Siwon. –Siwon sudah tahu yang sebenarnya karena begitu orang tuanya pulang dan selama menunggu makanan selesai dimasak, orang tua Siwon telah menceritakan semuanya-.

"Henly mau menemani mommy caja—" Henry segera melompat dari atas kursi. Berlari menuju kamar yang ia tempati bersama Kyuhyun. Begitu pintu kamar terbuka, ia langsung disuguhkan dengan pemandangan Halmeoni yang sedang mengompres kening Mommy-nya. Sedih rasanya jika ingat sekarang mommy tercintanya sedang sakit. Henry sebenarnya bingung, kenapa mommy tiba-tiba sakit? Sementara tadi pagi mommy masih baik-baik saja. Namun, semua tanya itu ia telan sendiri. Firasatnya mengatakan bahwa ini bukan saat yang tepat untuk bertanya.

"Henry—sudah selesai makannya?" Henry terkesiap mendengar tanya Halmeoni. Ia melangkah mendekat ke ranjang, duduk tepat disebelah kanan Kyuhyun.

"Henly tidak lapal, meoni." Matanya menatap sendu Kyuhyun yang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Wajah manis itu terlihat pucat dan dipenuhi oleh peluh. Meski mata itu terpejam namun henry dapat melihat jika dalam tidur Kyuhyun tidak ada ketenangan. Hanya kegelisahan yang dapat Henry tangkap.

"Tapi Henry harus tetap makan. Meoni suapi ne?" Nyonya Choi membujuk dengan lembut. Ia tidak mau sampai Henry sakit. Nyonya Choi hanya dapat mendesah pasrah saat Henry menggeleng dan malah berbaring disamping Kyuhyun. Memeluk tubuh Kyuhyun dengan erat. "Kalau begitu Meoni buatkan susu saja ne?"

11.45 pm

Siwon menatap langit-langit kamarnya. Nuansa biru yang memenuhi pemandangannya kini tak terasa menyejukkan seperti dulu. Sebuah beban menghimpit dadanya. Menyesakkan. Dengan kehampaan yang membelenggunya, Siwon mulai beranjak dari baringnya. Memantapkan langkah menuju ruang yang telah menyembunyikan Kyuhyun dari jangkauan pandangannya. Mungkin dengan menatap wajah manis Kyuhyun, rasa sesak itu akan mengilang.

Siwon menatap dalam wajah yang selalu menghantui mimpi disetiap tidurnya. Tangannya terjulur, mengusap helaian rambut selembut sutra itu. Siwon bisa merasakan jika suhu tubuh Kyuhyun sudah kembali normal. Tersenyum kecil begitu matanya menangkap sosok kecil yang telah melukai kepalanya tadi, kini memeluk tubuh samping Kyuhyun.

Siwon menarik sebuah kursi yang terdapat pada meja kerja Yunho –dulu- dengan pelan tak ingin mengganggu dua anak manusia yang kini tengah melanglang buana di alam mimpi. Menghempaskan tubuhnya di atas kursi, lalu kemudian meraih tangan lentik milik Kyuhyun. Mengusapnya pelan. Meresapi kelembutan yang disuguhkan oleh kulit lengan itu. Menggenggamnya lalu kemudian merebahkah setengah dari tubuhnya ke atas ranjang. Memejamkan matanya.

Two years later

"Mommy~~ Cuho tidak bica mengikat tali cepatunya!" Suho berteriak kesal karna semenjak sepuluh menit yang lalu ia tak kunjung berhasil mengikat tali sepatunya. Melipat tangan di dada sambil memandang sengit tali sepatu yang terjuntai tak berdaya di samping sepatunya.

"Sebentar sayang, mommy sedang menyiapkan bekalmu." Kyuhyun ikut berteriak dari arah dapur. Ia tahu, pasti Suho sudah tidak sabar untuk hari ini. Pagi-pagi sekali bocah itu sudah bangun dan lekas mandi. Padahal biasanya, Suho akan sulit untuk dibangunkan di pagi hari.

Ting Tong

"Suho-ya, tolong bukakan dulu pintunya."

"Ne, Mommy!" Suho bergegas menanggalkan sepatunya, lalu segera meraih gagang pintu guna membukakan pembatas itu. "Daddy!" Suho berjingkrak senang mendapati seorang tamu yang tak asing lagi baginya.

Seseorang yang dipanggil daddy itu tersenyum menawan seperti biasa, mengusak rambut Suho dengan sayang."Sudah siap?"

Suho menggeleng sambil mengerucutkan bibir pink-nya. "Cuho tidak bica mengikat tali cepatunya daddy, tapi mommy macih cibuk di dapul."

"Sudah tahu belum bisa mengikat tali sepatu, kenapa kemarin merengek meminta sepatu bertali, hm?"Siwon mencubit gemas pipi Suho, membuat bocah imut itu meringis malu. "Ya sudah, sini daddy ajarkan."

Kyuhyun meraih kotak bekal dan juga botol air mineral untuk bekal Suho, ia dapat mendengar suara tawa renyah yang keluar dari bibir mungil Suho. Ia hanya bisa ikut tersenyum mendengar tawa bahagia Suho.

"Yeayy~~ Gomawo daddy!" Suho memeluk untuk kemudian mencium pipi Siwon, hal kecil yang telah Kyuhyun ajarkan padanya untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada keluarga dan orang-orang yang disayanginya.

Keluarga Choi dan Kyuhyun sepakat untuk mengganti nama Henry menjadi Choi Suho, menjelang masuknya bocah kecil dengan kulit putihnya itu ke dunia pendidikan. Banyak alasan yang mendukung perubahan nama tersebut, salah satunya adalah identitas yang dibutuhkan saat pendataan siswa di sekolah. Beruntung Henry sangat menyukai nama itu dan ia juga dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan nama barunya.

Suho menggenggam erat tangan Kyuhyun serta Siwon. Walau ia merasa sangat bersemangat, namun seolah-olah seluruh semangatnya luntur terguyur hujan, begitu kakinya berjejak di atas tanah sebuah yayasan taman kanak-kanak. Ada banyak orang disana, dan Suho tidak terlalu suka keramaian. Kepalanya bisa mendadak pusing dan seolah dunia sedang berputar di hadapannya. "Mommy~~" matanya memelas tak begitu mengerti dengan apa yang sebenarnya tengah ia inginkan dan harapkan.

Kyuhyun tersenyum simpul. Ia mengerti dengan keadaan Suho. Ia berjongkok di hadapan Suho, tangannya mengusap kepala dan juga punggungnya. "Mulai sekarang, Suho harus membiasakan diri di tengah keramaian. Suho ingin punya banyak teman kan?"

Suho mengangguk pelan menyebabkan rambutnya ikut bergoyang karena pergerakan kepalanya. Perasaannya sudah lebih baik sekarang. Kelembutan telapak tangan sang ibu memang obat mujarab baginya. "Nah, sekarang Suho sudah harus masuk ke kelas. Mommy akan menunggu Suho disini."

Siwon mengusak pelan rambut Suho, memberikan sedikit semangat. "Daddy akan menjemput kalian nanti. Tunggu daddy, oke?"

"Umm Cuho akan menunggu daddy." Suho mengecup pipi Siwon dan Kyuhyun. Kemudian bocah menggemaskan itu berlari memasuki kelasnya.

Kyuhyun kembali berdiri, melangkahkan kakinya ke jendela kelas Suho. Memastikan jika buah hatinya akan merasa nyaman. Bibirnya melengkungkan sebuah senyum simpul saat anak semata wayangnya itu sudah terlihat akrab dengan teman sebngkunya.

"Aku harus segera ke kantor."

Kyuhyun mengalihkan pandangannya menatap Siwon. Tak sepenuhnya menatap lelaki jangkung itu. Entah mengapa, hanya saja hatinya seolah merasa tidak sanggup untuk menatap mata yang selalu bersinar teduh dan penuh kelembutan itu. "Terima kasih sudah mengantar kami, Siwon-sshi." Membungkukkan sedikit badannya.

Siwon mneghentikan mobilnya tepat di halaman depan rumahnya. Suho dengan tidak sabaran segera meloncat dari dalam mobil. Berlari sekencang mungkin memasuki rumah megah milik keluarga Choi. Tas punggunggnya bergoyang-goyang dan menghasilkan bunyi gaduh yang berasal dari kocokan barang-barang di dalamnya. "Halmeoniiiii~~~~" Ia segera memeluk kaki jenjang milik Nyonya Choi. Memaksa wanita paruh baya itu untuk segera mnegalihkan segala perhatiannya pada sosok manis yang kini tengah tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

"Cucu Halmeoni sudah pulang sekolah? Aigoo Suho-ah tampan sekali dengan seragam ini." Nyonya Choi berjongkok, menerima kecupan sayang dari cucu tercinta. Ia merapihkan kembali seragam biru yang dikenakan oleh Suho. Menatapnya dengan penuh rasa bangga. "Ayo makan siang dulu, sayang."

"Umm!" Suho mengangguk semangat. Ia segera menggenggam jemari halus milik sang Nenek.

"Bagaimana sekolahnya, sayang?"

"Cuho punya banyak teman balu meonnie, ada Baekyun, ChanChan, ah ChanChan tinggiiiii cekali cepelti tiang lishtik"

"Tiang listrik?" Nyonya Choi menempatkan dirinya di atas kursi meja makan mereka. Ia segera memangku Suho, sedikit demi sedikit menyuapinya sambil mendengar ocehan dengan mulut penuh dari Suho. Ia sesekali akan tersenyum jika mendengar pelafalan yang masih belum terlalu jelas yang keluar dari mulut Suho.

Kyuhyun melepas safety belt yang masih melintang di dadanya. Ini bukan kali pertama ia hanya berduaan dengan Siwon. Namun, Kyuhyun tak pernah mengerti dengan hatinya sendiri. "Terima kasih, Siwon-sshi!" Kyuhyun membungkukan tubuhnya sedikit. Hanya sebatas rasa terima kasih yang dapat ia ucapkan. Ia benar-benar selalu merasa kehilangan akal setiap kali berhadapan dengan Siwon.

Siwon tersenyum simpul, meski nyeri di dadanya tak dapat ia tahan mendapati respon Kyuhyun yang hanya dapat sekedar berterima kasih. Namun, baginya itu sebuah kemajuan. Dua tahun yang lalu, selama tiga bulan Kyuhyun sama sekali tak ingin berbicara ataupun menatapnya. Kenyataan bahwa Kyuhyun memutuskan untuk tinggal di Apartemen Yunho semakin membuatnya terpukul. Ia merasa bahwa dirinya tak begitu layak untuk berada di sekitar Kyuhyun.

Di sisi lain, Siwon merasa beruntung dengan kehadiran Suho. Meski pada awalnya ia memprotes panggilan daddy yang bocah itu layangkan padanya. Namun, begitu mendengar alasan Suho memanggilnya daddy Siwon tak mampu berkata. Kalena Daddy adalah pacangan mommy, daddy cangat cocok untuk belcanding dengan mommy. Daddy cangat tampan dan mommy cangaaat cantik. Siwon merasa bahwa ia telah digomabali oleh seorang bocah cilik.

Siwon juga merasa beruntung karena kehadiran Suho. Ia dapat lebih dekat dengan Kyuhyun. Kyuhyun yang selalu hadir di dalam mimpinya. Kyuhyun yang bahkan sering tak sengaja hadir dalam fantasi liarnya. Hari liburpun sering ia gunakan untuk mengunjngi apartemen yang kini Kyuhyun dan Suho tempati, demi dapat melihat wajah manis Kyuhyun. Selain itu, Siwon sendiri sudah sangat menyayangi Suho, selayaknya anak kandungnya sendiri.

Suho menatap garang seseorang yang berada di hadapannya. Keadaannya tak jauh berbeda dengan dirinya yang sama-sama berada dalam cekalan orang lain. Api amarah masih menyulut ubun-ubnnya. Lengan yang kini masih berada pada cekalan seorang guru itupun terkepal erat. Tak sanggup lagi bersabar pada waktu.

Namun, begitu pintu ruangan itu terbuka menampakkan sosok cantik yang sangat ia kasihi. Seolah sebongkahan salju menimpa hatinya. Rasa panas yang sedari tadi membakar hatinya berubah sejuk. Menyirnakan semua kesal yang telah melandanya. Rasa damai kini menyelimuti hati dan pikirannya.

...

"Mommy tidak pernah mengajarkanmu untuk memukul orang lain, ataupun terlibat perkelahian dengan orang lain." Kyuhyun berkata dengan nada tegas. Memandang Suho yang tengah menunduk dengan intens. Seolah jika ia mengalihkan sedikitpun pandangannya maka Suho akan raib ditelan bumi.

Suho hanya mampu terdiam. Ia tahu, ia telah bersalah. Iapun sudah memprediksikan hal ini akan terjadi. Mommy yang sangat ia kasihi kecewa dengan apa yang telah dilakukannya. "Maaf, Mommy!" Suho berucap lirih.

Kyuhyun sebenarnya tidak begitu tega memperlakukan Suho dengan seperti ini. Namun, ia harus bersikap tegas mengingat Suho yang tiba-tiba dapat berbuat kasar hingga berkelahi dengan salah satu teman sekelasnya. "Minta maaflah pada temanmu. Maka, mommy juga memaafkanmu." Tegas Kyuhyun bernada final. Ia segera menarik diri dari hadapan Suho, membiarkan Suho merenungi kesalahannya.

Suho menatap punggung Kyuhyun yang kini telah menghilang dibalik pintu kamarnya. Tangannya terkepal erat. Tidak. Ia tidak akan pernah meminta maaf kepada seseorang yang telah menghina orang tuanya.

Suho memasukan buku-bukunya ke dalam tas bergambar karakter spongebobnya. Jam pelajaran telah berakhir, dan ia merasa sangat bersemangat. Siwon telah berjanji akan mengajaknya jalan-jalan ke Lotte World bersama Kyuhyun siang ini. Sejak pelajaran di mulai Suho bahkan tak berhenti melirik jam tangan berwarna biru yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Entah mengapa, tiga jam yang biasanya hanya sebentar itu terasa sangat lama bagi Suho. ia sudah sangat tidak sabar.

Suho meraih tas punggungnya, mengaitkannya di kedua pundaknya. Begitu ia hendak melangkah keluar dari kelas, ekor matanya menangkap kehadiran seseorang di sudut kelas. Suho berhenti sejenak, menatap Sehun yang masih duduk termangu seorang diri. Suho menimbang-nimbang. Otaknya mememrintahkan kakinya untuk segera pergi dari sana. Namun, hatinya seolah menahan gerakkan kakinya. Matanya menatap lekat Sehun yang masih menelungkupkan kepalanya di atas meja belajar. Ia ingin mendekat. Di sisi lain, ia ingin menjauh. Menjauh dari seseorang yang telah menghina mommynya.

Suho sudah akan melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Akan tetapi, suara iskan tertahan menahan langkahnya. Suho kembali terdiam. Menimbang kembali apa yang harus ia lakukan. Ia mulai mendekat kepada Sehun. "Cehunnie, ada apa? Kenapa belum pulang?"

Seseorang yang dipanggil sehun itu mendongakkan kepalanya. Menatap kaget keberadaan Suho. ia segera menghapus air matanya. Merasa malu karena kepergok tengah menangis. "Bukan ulucan anak kecil!" Jawabnya sengit.

Suho mengerjap-ngerjapkan matanya. Otaknya baru saja memproses kata-kata Sehun. "Cehunnie, bukankah Cehunnie juga macih anak kecil?" matanya menatap ke langit-langit sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu, seolah ia tengah memikirkan sesuatu yang sangat sulit.

"Pokoknya bukan ulucan Cuho!"

Suho kembali mengerjapkan matanya saat Sehun menyambar tas punggungnya dan berlari keluar kelas. Meninggalkannya seorang diri. Tak mau lagi berfikir lebih lama. Suho akhirnya mengikuti langkah Sehun keluar dari kelas. Seolah tengah menghapus jejak yang telah Sehun torehkan di atas lantai.

Siwon tersenyum lebar menatap Kyuhyun dan Suho yang kini sedang berputar-putar di atas kuda komedi putar. Ia juga tak lupa mengabadikan senyuman manis Kyuhyun juga Suho dengan kameranya. Siwon melambaikan tangannya, saat Suho meneriaki dirinya. Bocah kecil itu terlihat sangat bersemangat semenjak ia menjemputnya untuk pergi ke Lotte World.

Setelah puas bermain mencoba beberapa wahana yang dapat dinikmati oleh anak berusia lima tahun itu. Siwon mengajak keduanya untuk makan malam. Baik Siwon maupun Kyuhyun keduanya selalu tersenyum saat Suho menceritakan perasaan bahagianya saat ini.

"Mommy, cetelah ini Cuho mau naik lolel koshtel, nde?"

"Roller Coaster? Tidak boleh, Suho! itu untuk orang dewasa."

"Issh, Mommy!" Suho mengerucutkan bibirnya mendengar larangan Kyuhyun. Ia segera mengalihkan pandangannya pada sang daddy, yang biasanya akan dengan mudah menuruti semua keinginannya. "Daddy~~" Suho berkata dengan suara yang dibuat-buat memelas.

Siwon mengusak rambut Suho gemas. "Benar apa kata mommy mu, itu untuk orang dewasa. Lagi pula, setelah ini kita harus pulang. Ini sudah malam, waktunya Suho istirahat."

Suho semakin mengerucutkan bibirnya meski kepalanya mengangguk mengiyakan. Kembali memakan makanannya dengan pelan. Membuat Siwon dan Kyuhyun tersenyum simpul. Kyuhyun kembali memokuskan dirinya dengan makanan di hadapannya. Secara tidak sengaja membiarkan Siwon dengan leluasa menjamah setiap inchi pesonanya. Siwon bahkan tak berkedip sekalipun demi menikmati pahatan sempurna yang telah Tuhan ciptakan.

Kyuhyun mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia disuguhkan dengan sepasang obsidian yang kini mentapnya lekat-lekat dengan intens dan lembut. Pandangannya teduh, membuatnya terhanyut dalam buaian kehangatan yang menelusup hatinya. Kyuhyun bahkan tak mampu untuk memalingkan pandangannya.

22.09

Siwon memusatkan dirinya menatap wajah rupawan milik Kyuhyun. Mata bulat yang selalu bersinar sendu itu tengah terpejam menyembunyikan sinarnya. Tangannya terjulur membelai pipi putih yang halus itu, seolah tidak pernah bosan untuk membelainya lagi, lagi dan lagi. Mengusap bibir sewarna pink itu dengan sangat hati-hati. Wajahnya mendekat mengikis jarak yang tercipta diantara mereka. Memejamkan matanya, mengecup bibir yang selalu menggodanya itu dengan cepat dan kilat. Seolah tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Siwon beranjak membalikkan tubuhnya memunggungi Kyuhyun. Menariknya sedikit hingga ia mendapat posisi yang tepat untuk menggendong Kyuhyun dari belakang.

Kyuhyun merasa tubuhnya melayang. Ia mengerjapkan matanya menyesuaikan diri dengan bias cahaya yang ada. Dan ia tiba-tiba saja merasakan pipinya memanas begitu sadar bahwa ia berada di atas punggung tegap milik Siwon. Jantungnya seakan-akan ingin meloncat saking ia tak dapat mengendalikan deguban hebat yang melandanya berbanding terbalik dengan perasaan tentram dan nyaman yang hinggap di hatinya. Punggung itu terasa hangat dan nyaman membuat siapapun enggan beranjak dari kehangatan yang disajikannya.

TBC

Haloo~ ada yang masih ingat dengan ff ini? Ini membosankan dan Wonkyu momentnya masih sedikit. Disini juga ada perubahan karakter dari henry menjadi Suho, i'm sorry... tiba-tiba feel Henry jadi anak kecil menghilang dan saya rubah menjadi Suho meski dengan narasi yang aneh dan sangat memaksa.