Title : Failed

Cast : Main is KaiSoo + other EXO Official Couple + Their Child

Genre : Family, Angst

Rating : K+

Disclaimer : EXO is belong to SMEnt., their Family, and each other.

Summary :[Sweet Sugar Honey Sequel]Jongsoo sangat menyayangi Insoo. Jongsoo hanya bisa tersenyum di hadapan Insoo. Insoo ingin sekali menjadi seperti Kim Yuna, idolanya dan Jongsoo ingin sekali mewujudkan mimpi adiknya, namun gagal. Ia sangat sedih karena ia gagal menjadi kakak yang baik untuk Insoo. (Yang udah pernah baca Sweet Sugar Honey wajib baca sequelnya! #maksa)

Kaisoo with other EXO Official Couple + their child. YAOI, MPREG!

ATTENTION! DLDR (DON'T LIKE DON'T READ!)

YOU'VE BEEN WARNED!

THIS IS YAOI + MPREG FIC! GET AWAY IF YOU DON'T LIKE!

[END]

"Jangan mencoba menyentuhku! KAU YANG SUDAH MEMBUAT INSOO MENINGGAL! Kalau Insoo tidak menyeberang untuk membeli permen kapas untukmu, pasti sekarang Insoo masih disini...!" Jongsoo menahan tangisnya

"Jongsoo! Jangan berteriak di depan adikmu... Kau tidak bisa menyalahkan Inkyung..."

"Eomma juga! Kalau saja aku tidak mengijinkan Insoo yang merengek untuk membeli kado eomma, Insoo pasti masih di sini. EOMMA YANG MEMBUATNYA MENINGGAL! AKU BENCI EOMMA! AKU BENCI KALIAN BERDUA!"

"Jongsoo... Mianhae... Jangan membenci eomma..." Kyungsoo menangis sambil berlutut di depan Jongsoo

"ANDWAE! AKU BENCI EOMMA!"

.

.

.

.

.

.

.

Jongsoo masuk ke kamarnya lagi dan membanting pintu dengan keras. Inkyung langsung menangis dan masuk ke kamarnya sedangkan Kyungsoo masih terdiam lama hingga akhirnya air mata mengalir lagi dari matanya. Tanpa suara. Tanpa isakan, airmata Kyungsoo terus mengalir. Kyungsoo menatap pintu kamar anak kembarnya dengan tatapan hancur. Tangannya yang bergetar bergerak perlahan menuju dadanya dan dengan kasar ia meremas dadanya yang terasa sangat perih dan sesak.

"Jongsoo-ya… Mianhae.. Mianhae.." lirihnya pelan

.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo terlihat sedang melamun dalam kamarnya. Ia terdiam sambil memegang foto keluarga kecilnya, sebelum Inkyung lahir. Ia menatap kedua anak kembarnya dalam foto itu. Mereka tersenyum bahagia. Kyungsoo tersenyum dalam tangisnya. Kyungsoo menyentuh foto kedua anaknya itu, lalu mengecup dan memeluknya erat. Ia menyesal. Sangat-sangat menyesal. Ia menyesal tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk si kembar. Selama ini dia hanya melihat Inkyung karena tingkahnya yang manja membuat Kyungsoo gemas dan selalu memperhatikan Inkyung, tanpa menyadari bahwa kedua anaknya yang lain juga butuh perhatiannya. Meskipun Jongsoo dan Insoo sangat sulit diatur karena mereka hyperactive, Kyungsoo harusnya tidak meangabaikan mereka.

Kyungsoo ingat, saat ia mengandung si kembar dulu, ia bahkan hampir kehilangan Jongin. Kyungsoo ingat ia harus berebut Jongin dengan Luhan, yang sekarang sudah menjadi Sehun. Kyungsoo ingat ia bahkan tidak memberitahu Jongin tentang kehamilannya itu bahkan hingga usia kehamilannya 3 bulan. Kyungsoo tersenyum miris mengingat masa lalunya.

"Insoo-ya.. Kenapa pergi secepat ini? Eomma bahkan belum melihatmu memakai seragam SMA." Kyungsoo menghapus airmatanya. Tiba-tiba pintu terbuka

"Jagi…? Apa Jongsoo sudah mau keluar kamar?" tanya Jongin yang baru pulang dari kantor

"Tadi dia keluar kamar, namun begitu melihatku dan Inkyung, dia marah dan langsung masuk ke kamar lagi. Kai.. Eottheoke? Jongsoo bilang di-dia membenciku… Hiks!"

Jongin langsung memeluk Kyungsoo yang terlihat sangat hancur. Sesungguhnya hatinya juga hancur. Siapa yang tidak hancur melihat istrinya menangis dengan mengatakan bahwa ia dibenci anaknya sendiri? Apalagi disaat salah satu anaknya baru saja meninggal beberapa hari yang lalu. Sama dengan Kyungsoo, Jongin pun merasa hatinya remuk redam oleh kenyataan yang ada saat ini. Keharmonisan keluarganya rusak.

"Ssttt.. Aniya, jagi… Jongsoo tidak membencimu… Dia hanya sedang sedih karena adik kesayangannya meninggal. Jangan menangis seperti ini jagiya… Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak menangis lagi? Insoo pasti sangat sedih kalau kita semua seperti ini…" Jongin menghapus airmata di pipi Kyungsoo

"Tapi Jongsoo… Bagaimana kalau dia benar-benar membenciku dan tak mau menganggapku eommanya…? Aku tahu aku memang bukan ibu yang baik untuknya… Aku sering mengabaikannya… Aku selalu berpikir bahwa dia sudah besar dan mampu mengurus dirinya sendiri. Tapi kenapa dia selalu menganggapku jahat dan tidak menyayanginya? Kai, aku bingung apa yang harus kulakukan… Hiks.." Kyungsoo menenggelamkan wajahnya di dada Jongin dan mulai menangis lagi

"Baiklah, aku akan berbicara dengannya. Tenanglah, jagi… Uljima ne?"

"Ne…"

Jongin mengecup dahi Kyungsoo lembut, lalu tersenyum, membuat Kyungsoo mau tak mau juga ikut membalas senyuman Jongin.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jongsooie..? Appa masuk ne?" Jongin membuka kamar Jongsoo dan Insoo, lalu masuk ke dalam kmar itu.

Jongin mendekati Jongsoo yang meringkuk di atas tempat tidur milik Insoo. Hati Jongin langsung terasa perih melihat anak sulungnya yang terlihat begitu terluka.

"Appa…" Jongsoo memanggil Jongin pelan

"Ne? Ada apa, jagoan?" Jongin membaringkan tubuhnya di samping Jongsoo

"Appa, aku bukan jagoan… Aku bahkan gagal menjadi oppa yang baik untuk Insoo… Aku tidak pantas disebut jagoan…" Jongsoo memeluk Jongin

"Kau adalah jagoan untuk appa, Jongsoo-ya… Kata siapa kau gagal menjadi oppa yang baik untuk Insoo? Kau bahkan membelikan sepatu ice skate untuk Insoo dengan uangmu sendiri kan? Jongsoo itu kakak yang sangat hebat untuk Insoo…"

"Aniya appa… Aku tidak bisa menjaga Insoo… Kalau aku bisa menjaganya, pasti Insoo sekarang masih ada disini dan bermain denganku…" Jongsoo menangis lagi

"Jangan sedih seperti ini, Jongsoo-ya… Kau tahu? Kau bisa menjadi oppa yang baik untuk Inkyung… Ingat, Jongsoo… Kau masih punya satu adik lagi yang harus kau jaga." Ujar Jongin sambil mengelus surai hitam pekat milik Jongsoo yang terasa begitu halus di jemari kokohnya

"Shirheo! Inkyung yang sudah membuat Insoo meninggal… Aku tidak mau menjaga Inkyung.. Selama ini eomma hanya menyayangi Inkyung. Eomma tidak pernah melirikku ataupun Insoo… Aku benci Inkyung karena dia sudah merebut eomma dariku… Hiks… Appa…!" tangis Jongsoo makin kencang

"Jongsoo-ya, dengarkan appa… Kenapa kau menuduh Inkyung yang menyebabkan Insoo meninggal, hmm? Bagaimanapun juga Inkyung adalah adikmu. Anak appa dan eomma juga. Inkyung itu masih kecil, makanya eomma harus lebih menjaga Inkyung dibanding denganmu. Jongsoo sudah besar ne? Karena itu eomma percaya bahwa Jongsoo bisa mandiri dan bisa menjagakan Insoo untuk eomma… Eomma sangat menyayangimu… Kenapa Jongsoo harus benci pada eomma?"

"Kalau Inkyung tidak minta ikut bersama kami, pasti Insoo tidak akan berpikir untuk membeli permen kapas untuk Insoo. Aku benci Inkyung, appa! Aku benci!" Jongsoo masih menenggelamkan wajahnya di dada Jongin

"Sstt… Ini bukan salah Inkyung, Jongsooie… Memangnya Inkyung yang meminta permen kapas itu? Bukankah itu keinginan Insoo sendiri? Kau lihat, Insoo sangat menyayangi Inkyung. Kalau kau sayang pada Insoo, kau juga harus sayang pada orang-orang yang disayangi Insoo seperti Inkyung dan Eomma. Jongsoo-ya… Appa harus memberitahumu suatu rahasia besar." Jongsoo merapatkan tubuhnya pada Jongsoo

"Mwohaeyo, appa?" (Apa itu, appa?) Jongsoo terdengar antusias

"Sini… Tatap mata appa… Kau tahu, anak laki-laki itu tidak boleh menangis. Kalau menangis berarti tidak ada bedanya dengan Insoo dan Inkyung kan? Ayo hapus airmatamu." Jongin menghapus jejak-jejak airmata di pipi Jongsoo yang terlihat tirus—tak segembul biasanya.

"Appa, apa itu rahasianya?" Jongsoo terdiam menatap Jongin

"Ani… Bukan itu… Dengarkan appa. Jongsoo anak ke berapa?" tanya Jongin sambil menatap Jongsoo lekat

"Pertama." Jawab Jongsoo tegas

"Jongsoo punya berapa adik yang harus dijaga?"

"Insoo." Jawab Jongsoo dingin

"Eh? Hanya Insoo? Ani. Jawab dengan benar, Jongsooie… Jongsoo punya berpa adik yang dijaga?"

"Aku hanya mau menjaga Insoo, appa! Aku tidak mau menjaga Inkyung! Inkyung bukan adikku!" tolak Jongsoo mentah-mentah

"Jongsoo-ya. Sekarang Insoo sudah tidak ada. Siapa yang harus kamu jaga saat ini setelah Insoo pergi, hmm? Apa sebagai anak laki-laki pertama appa, kamu tidak menjaga yang lain? Bagaimana kalau appa akan meninggal nanti?"

"Aniya! Appa tidak boleh meninggal! Appa tidak boleh meninggalkanku!" Jongsoo langsung memeluk Jongin erat

"Makanya, Jongsoo… Dengar… Ini rahasianya… Jaga eomma dan Inkyung. Kalau nanti appa sudah tua dan meninggal, Jongsoo harus menggantikan appa untuk menjaga eomma dan Inkyung. Insoo pasti akan sangat bangga padamu kalau kau berhasil menjaga eomma serta Inkyung dan menjadi oppa yang hebat untuknya."

"J-jeongmal appa? Insoo akan bangga padaku?" Jongsoo bertanya dengan mata berbinar

"Ne… Maukah Jongsoo berjanji pada appa untuk menjaga eomma dan Inkyung mulai saat ini?"

Jongsoo terdiam sejenak. Perkataan Jongin tentang Insoo akan padanya terputar kembali di otaknya. Akhirnya dengan yakin, ia menatap appanya.

"Ne appa. Yaksheok!" Jongsoo tersenyum

"Yaksheok!" Jongin membalas senyum anaknya

"Appa…" panggil Jongsoo

"Hmm?"

"Bolehkah aku tinggal dengan Minseok halmeoni dan Jongdae harabeoji?"

"Eh? Kau mau tinggal dengan mereka? Waeyo, Jongsoo?"

"Ne, aku mau tinggal dengan mereka appa… Kalau aku tinggal di sini, nanti aku sedih terus karena teringat Insoo. Bolehkah appa? Jebal…" mohon Jongsoo

"Tapi Jongsoo… Tidak bisakah kau tinggal di sini saja? Tempat halmeoni dan harabeoji itu jauh sekali. Kalau appa rindu denganmu, bagaimana? Appa tidak bisa lagi sering bertemu denganmu. Kalau eomma dan Inkyung tahu, mereka pasti akan sedih."

"Appa… Bbuing-bbuing…?" Jongsoo mencoba merayu Jongin dengan mengeluarkan jurus bbuing-bbuing yang dulu sering dilakukan oleh Insoo kalau sedang merayunya

"Ya! Jangan merayu appa, Kim Jongsoo!" Jongin tak tahan melihat tingkah Jongsoo yang sangat menggemaskan itu. Jarang sekali ia bisa melihat Jongsoo seperti ini.

"Ayolah appa…!"

"Bagaimana dengan janjimu pada appa untuk menjaga eomma dan Inkyung? Apa Jongsoo mengingkari janji pada appa?"

"Aniya appa. Aku akan menjaga eomma dna Inkyung dari rumah halmeoni dan harabeoji." Jawabnya yakin

"Baiklah, kalau itu maumu. Tapi kau harus bilang sendiri pada eomma. Arasseo?"

"Ne…" jawab Jongsoo sedikit enggan

"Geurae, sekarang mandi yang bersih dan segera makan malam. Appa juga akan mandi dan segera makan malam. Kau tahu, eomma sudah membuatkanmu sup lobster yang sangaaatttt enak! Kau harus mencobanya. Eomma membuatnya khusus untukmu, Jongsoo. Eomma ingin melihatmu makan yang banyak supaya tidak kurus kering seperti ini lagi. Aratjji?" Jongin menatap anak lelakinya sambil mengelus lembut kepala Jongsoo

"Ok, sir!" Jongsoo langsung memberi hormat pada Jongin

Jongin tersenyum dan meninggalkan Jongsoo di kamarnya. Dalam hati Jongin sangat senang karena ia 'mungkin' telah melunakkan hati Jongsoo. Ia senang Jongsoo-nya bisa kembali tersenyum dan melakukan hal-hal konyol seperti dulu lagi. Meski, 'mungkin' sebentar lagi Jongsoo akan meninggalkannya

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Jongsoo sudah mau makan? Sini eomma ambilkan." Kyungsoo segera mengambilkan mangkuk yang cukup besar, lalu menyendokkan sup lobster ke mangkuk Jongsoo hingga penuh

"Gomawo eomma…" ujar Jongsoo ketika Kyungsoo sudah selesai mengambilkannya makan dan menaruh mangkuk itu di depan Jongsoo

"Eomma… Aku juga mau!" seru Inkyung

"Ne…" Kyungsoo juga menyendokkan sup lobster ke mangkuk Inkyung

"Gomawoyo eomma!"

Jongin tersenyum. Semoga suasana hangat seperti ini akan selalu ada diantara keluarganya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Saat ini KaiSoo, Jongsoo dan Insoo sedang menonton TV bersama. Jongsoo duduk dengan tenang di pangkuan Jongin, sedangkan Inkyung duduk di pangkuan Kyungsoo. Mereka terlihat asyik menonton film di TV.

"Eomma…" panggil Jongsoo

"Ne…?"

"Eomma, aku mau tinggal di rumah Minsok halmeoni dan Jongdae harabeoji. Boleh ya eomma?" Jongsoo menatap mata Kyungsoo dengan tatapan penuh harap

"Eh…? Mau tinggal dengan harabeoji dan halmeoni?" Kyungsoo terdiam

"Ne jagiya, tadi Jongsoo sudah minta ijin padaku dan aku sudah mengijinkannya. Sekarang semuanya tergantung padamu.." ujar Jongsin menambahkan

Kyungsoo diam. Sesungguhnya ia tak mau ditinggal Jongsoo. Bagaimanapun, ia masih terpukul dengan kepergian putrid tengahnya sehingga ia juga tak ingin ditinggal oleh Jongsoo. Kyungsoo menatap anak lelaki satu-satunya itu lekat. Namun kalau ia melarang Jongsoo, ia takut Jongsoo akan semakin membencinya. Ia tidak mau dibenci oleh anaknya. Akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk mengijinkannya.

"Baiklah, Jongsoo-ya… Eomma tidak akan melarangmu untuk tinggal di sana. Tapi sampai kapan, Jongsoo-ya? Apa kau tega meninggalkan appa dan eomma di sini hanya bersama Inkyung?" tanya Kyungsoo tak rela

"Hmm… Sampai aku besar eomma… Sampai aku sudah kuat dan bisa menjaga eomma dan Inkyung, aku akan kembali lagi ke Korea… Boleh ne, eomma?"

Kini ruangan itu mendadak hening. Kyungsoo langsung berkaca-kaca. Ia tak menyangka kalau Jongsoo berpikiran seperti itu.

"Baiklah, sayang… Kau boleh tinggal di sana. Tapi kau harus sering menghubungi eomma ne?"

"Arasseo, eomma…!"

Kyungsoo mengecup pipi dan dahi Jongsoo berulang-ulang. Ia sangat-sangat bersyukur karena memiliki anak seperti Jongsoo yang sangat perhatian pada keluarganya.

.

.

.

.

.

.

.

Akhirnya, hari perpisahan itu tiba. Minseok dan Jongdae yang diberi kabar bahwa Jongsoo ingin tinggal bersama mereka awalnya tak percaya, namun setelah Jongin menjelaskan alasannya, mereka mengerti dan sangat senang menerima kehadiran Jongsoo. Minseok dan Jongdae datang ke Korea untuk menjemput Jongsoo, lalu mereka berencana kembali ke Jerman bersama Jongsoo setelah Jongsoo berpamitan pada semua sanak saudaranya yang ada di Korea.

Keluarga besar Do ikut mengantarkan Jongsoo ke bandara. Ada pasangan TaoRis, ChanBaek beserta Chanhyun dan Chanhee. Mereka sedih karena harus ditinggal oleh Jongsoo.

"Jongsoo-ya… Jangan pernah melupakan hyung, ne? Kau harus sering-sering menghubungi hyung lewat KaTalk. Aratjji?" Chanhyun memeluk adik sepupunya erat

"Ne, hyung! Aku tidaka akan pernah melupakan Chanhyun hyung! Saranghae…" balas Jongsoo

"Jongsoo… Jangan lupa menghubungiku juga, ne? Kalau tidak, aku tidak mau mengakuimu sebagai sepupuku! Arasseo?" kini Chanhee yang balas memeluk Jongsoo

"Ne, ne, ne! Arasseo…" jawab Jongsoo

"Uwahh… Cucu harabeoji sekarang sudah sangat besar ne? Harabeoji sampai kesulitan menggendongmu… Jongsoo-ya, dengar… Jangan jadi anak nakal di sana… Banggakanlah harabeoji dan halmeoni serta kedua orangtuamu. Arasseo?" Kris menggendong Jongsoo

"Hm!" Jongsoo mengangguk

"Sini popo halmeoni dulu…" Jongsoo langsung mencium Tao

Setelah itu Kris menurunkan Jongsoo. Kini Jongsoo berada di depan kedua orangtuanya. Kyungsoo sedari tadi menangis. Ia sesungguhnya tak rela kalau Jongsoo lebih memilih tinggal di Jerman daripada di Korea bersamanya. Sedangkan Jongin hanya memberi tatapan bangga pada anaknya. Jongin berlutut, menyejajarkan tingginya dengan tinggi Jongsoo, lalu membelai rambutnya.

"Jongsoo-ya… Kau anak yang paling hebat. Appa sangat bangga padamu. Appa sangat menyayangimu. Appa tahu kau akan menjadi anak kebanggan appa. Jadi, jangan kecewakan kami semua yang ada di sini, ne?" Jongin tersenyum lembut

"Ne, appa! Saranghae…" Jongsoo memeluk Jongin erat-erat, menyalurkan rasa sayangnya yang bertumpuk-tumpuk kpada ayah kandungnya itu

"Jongsoo-ya.." kini giliran Kyungsoo yang memanggil. Kyungsoo masih mencoba menahan tangisnya, namun tetap saja airmatanya tak mau berhenti mengalir di pipinya

Kyungsoo berjongkok di depan Jongsoo, lalu menatap wajah Jongsoo lekat-lekat. Ia tak peduli dengan wajahnya yang basah karena airmata.

"Eomma… Uljima… Eomma, mianhae… Aku selama ini selalu nakal pada eomma dan pada Inkyung. Aku selalu menganggap eomma tidak sayang padaku dan hanya sayang pada Inkyung. Tapi aku sekarang tahu kalau sebenarnya eomma sangat sayang padaku… Gomawo eomma, eomma sudah menjadi eommaku, meski aku sering nakal pada eomma… Eomma jangan menangis lagi ya, kalau eomma menangis, nanti eomma jadi jelek seperti Purin. Eomma tahu? Purin itu boneka Insoo yang sangat jelek. Jangan menangis lagi, eomma… Saranghae…" Jongsoo menghapus airmata Kyungsoo dan memeluk Kyungsoo erat

"Gomawo jagiya… Eomma sangat bangga padamu… Naddo saranghae…" Kyungsoo tak henti-henti memberi kecupan-kecupan kecil di wajah Jongsoo

"Jongsoo, ayo segera bersiap-siap, sebentar lagi pesawat kita akan berangkat.." ujar Minseok menginterupsi kegiatan ibu dan anak yang sedang berbagi kasih itu

Jongsoo melepas pelukannya pada Kyungsoo lalu mendekati Jongdae dan Minseok. Setelah itu, mereka segera masuk untuk check in. Kyungsoo tersenyum dalam tangisnya ketika Jongsoo menoleh ke belakang dan melambaikan tangan padanya. Sedangkan Inkyung hanya diam melihat kepergian kakaknya. Inkyung menangis karena ia merasa Jongsoo masih marah padanya. Namun seketika ia berhenti menangis ketika dari jauh ia melihat Jongsoo tersenyum padanya dan menggerakan tangannya seolah-olah menyuruh Inkyung untuk tidak menangis. Jongsoo menggerakan kedua tangannya di matanya, lalu menggeleng, seolah mengatakan pada Inkyung agar tidak menangis lagi. Lalu Jongsoo melambaikan tangannya pada Inkyung sambil tersenyum lebar.

"Annyeong oppa!" Inkyung membalas lambaian Jongsoo dengan semangat dan berhenti menangis

Jongsoo hanya tersenyum dan memberikan dua jempolnya pada Inkyung yang tidak menangis lagi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

KaiSoo dan Inkyung kembali ke rumah. Suasana hening begitu terasa. Kyungsoo dan Inkyung sudah tidak menangis lagi. Namun sedari mereka hanya diam. Jongin yang harus segera kembali ke kantor, hanya berpamitan sebentar lalu langsung melaju ke kantornya.

Kyungsoo yang tidak bisa tidur akhirnya memutuskan untuk menonton TV. Kyungsoo mencari-cari channel yang menayangkan tayangan bagus, namun saat sedang mengganti channel, sebuah berita mengejutkan ditayangkan oleh salah satu televisi swasta.

"Pesawat Korean Air dengan nomor penerbangan ICN 285 tujuan Hamburg, Jerman yang berangkat dari Bandara Internasional Incheon pukul 10.30 pagi tadi dinyatakan hilang. Belum diketahui bagaimana keadaan awak pesawat dan para penumpang mengingat pesawat mengalami lost contact dengan pihak bandara Incheon maupun bandara terdekat…."

Mata Kyungsoo langsung melebar. Ia tahu bahwa pesawat itulah yang digunakan oleh Jongsoo dan mertuanya. Tubuh Kyungsoo bergetar hebat.

"J-Jongsoo…."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

THE END!

Hey readerdeul…

Neomu gomaptda buat yang udah mau baca FF ini.

Mian kalau mengecewakan….

Tentang kenapa sequelnya beda jauh sama FF yang asli, itu gara-gara aku bener-bener gak tahu harus nulis apa buat sequel…

Pertamanya sih mau bikin Fluffy, tapi ntar gak laku…

Lagian fluffy kan sama sekali gak seru…

Maka dari itu, aku bikin yang full angst. Aku gak pengen main-main bikinnya & langsung aku bikin se-sedih mungkin. Moga aja readers pada suka…

Buat endingnya, mian pendek.

Jujur, aku udah gak tahu mau bikin lanjutan kayak gimana…

Ya jadinya begini deh. Maaf kalo gak memuaskan.

Maaf juga kalau ada TYPOs yg gak berkenan…

Hehe, author juga manusia biasa, right?

Next is KAISOO!

Vote paling banyak Kaisoo sih, tapi yang lain juga bakal diusahain dibikinin kok…

Yang minta Chanbaek ama Krisho, hmm…

Semoga author punya ide..

Hehehe.. XDD

Next kaisoo kayaknya bakal yadong & PWP deh…

#otakmesumkumat

Maklum, kebanyakan bergaul sama Kai, otakku yang polos jadi mesum deh…

#PLAK!

XDDD

MOHON REVIEWNYA…

Oiya, ini ada bonus Epilogue. :D

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

EPILOGUE:

Mata Kyungsoo langsung melebar. Ia tahu bahwa pesawat itulah yang digunakan oleh Jongsoo dan mertuanya. Tubuh Kyungsoo bergetar hebat.

"J-Jongsoo…."

Kyungsook panik. Ia segera menelpon Jongin. Tak lama setelah itu, Jongin pulang ke rumah. Jongin masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kyungsoo. Kalau itu benar, berarti orangtua dan anak lelakinya….

"Jagiya…" Jongin menerobos masuk ke dalam rumah

Jongin mencari-cari Kyungsoo yang ternyata berada di depan TV. Kyungsoo terdiam dengan mata berkaca-kaca menatap TV yang sedang menayangkan berita hilangnya pesawat yang ditumpangi anak dan kedua orangtuanya.

"Jagiya…"

"Kai!" Kyungsoo langsung memeluk Jongin erat

"Jagiya…"

"Jongsoo… Uri Jongsoo… Hiks… Kenapa kita harus kehilangan Jongsoo? Padahal Insoo… Hiks…" Kyungsoo tak kuasa menahan tangisnya

Jongin hanya terpaku sambil membalas pelukan Kyungsoo. Dia masih tak percaya dengan ini semua. Orangtuanya… Anaknya…

"Aniya! Ini… Ini tidak benar ne? Ini hanya mimpi kan? Ini pasti hanya mimpi… Jagiya, bisa kau cubit aku sekeras mungkin?" pinta Jongin

Kyungsoo langsung mencubit pinggang Jongin dengan keras, menghasilkan erangan panjang dari bibir Jongin.

"AARRGGHH! Ke-kenapa tak ada yang berubah… Ini.. Ini tidak mungkin! Jongsooku! Orangtuaku!" tubuh Jongin langsung merosot ke bawah

Jongin dan Kyungsoo langsung hanyut dalam tangisan pilu. Kehilangan anak serta orangtua dalam waktu yang berdekatan tentu saja menyakitkan, ne?

Tiba-tiba bel berbunyi, namun tak lama pintu terbuka dan suara langkah kaki mendekat ke arah mereka.

"Eomma, appa… Eh? Wae geurae?" suara Jongsoo terngiang di telinga KaiSoo

"JONGSOO!"

"Eomma, appa… Wae ulgo itda?" Jongsoo—benar-benar Jongsoo, mendekati kedua orangtuanya yang tengah menangis dan berpelukan di lantai

"Jongsoo… K-kenapa kau bisa disini, nak? Dimana halmeoni dan harabeoji?" Jongin melupakan tangisannya dan langsung memegang tangan Jongsoo yang terlihat bingung melihat kedua orangtuanya menangis

"Kami di sini… Apa yang terjadi, Jongin-ah?" tanya Jongdae yang tengah berdiri bersama Minseok di depan pintu

"Abeoji! Eommeonim! Kalian tidak apa-apa?" Jongin langsung berlari memeluk kedua orangtuanya bergantian

"Tentu saja, Jonginnie… Wae geurae?" Minseok bingung

"Bukankah kalian seharusnya ada di penerbangan itu? Pesawat yang kalian tumpangi dinyatakan hilang, eommeonim!" seru Jongin panik

"jJinjjayo? Eomma mollaseo.. Hmmm.. Masalah penerbangan itu…" Minseok menahan senyum

Jongsoo yang sedang dipeluk Kyungsoo angkat bicara

"Eomma, tadi aku kebelet buang air besar. Aku benar-benar tak tahan. Eomma ingat kemarin malam kita makan-makanan India, ne? Sepertinya aku diare karena itu. Sebelum naik pesawat, aku tak tahan lagi dan memohon pada halmeoni dan harabeoji untuk menungguku di depan toilet. Tapi aku benar-benar tidak bisa meninggalkan toilet barang 5 menit saja. Jadinya, kami tidak jadi berangkat. Eomma tidak marah kan? Eomma jangan marah ne? Perutku masih sakit eomma… Aduh, aku ingin ke toilet! TOILET!"

Jongsoo berlari menuju toilet. Keempat orang dewasa yang ada di sana langsung tertawa. Tingkah Jongsoo memang benar-benar lucu.

"Kau tahu, anakmu telah menyelamatkan kami. Kau harus bersyukur, nak. Karena Jongsoo diare, sekarang kami masih disini. Dia adalah pahlawan kecil yang hebat. Cucu terhebat abeoji…" Jongdae menepuk-nepuk bahu anak tunggalnya itu sambil tersenyum

"Ne abeoji… Aku sangat bangga padanya karena dia sudah menjadi penyemat kecil…" Jongin membalas tepukan ayahnya dengan pelukkan hangat

"Aku akan membuat teh hangat dan menyiapkan obat diare untuk Jongsoo." Ujar Kyungsoo sambil tersenyum kecil

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

REAL END!

REVIEW JUSEYO!