Di sebuah kamar yang terbilang mewah dua manusia berbeda gender tidur dengan sebagian tubuh mereka ditutupi selimut yang cukup tebal. Salah satu dari mereka menggeliat kemudian membalik tubuhnya sampai ia berhadapan dengan orang yang satu ranjang dan satu selimut dengannya. Wanita itu mengedip melihat wajah tampan pria yang semalam menggagahinya. Wajah lelahnya menatap intens pria itu. Dia tampan. Dia sempurna. Dia perkasa sampai membuatnya pingsan di ranjang. Tapi sayang, dia bukan siapa-siapa. Pria ini hanya pria satu malam yang mungkin esok tidak mau meminjam jasanya lagi. Jadi, berhentilah berharap dan berkhayal Sakura. Wanita itu memejamkan mata lalu menggeleng beberapa kali. Apa yang aku pikirkan, tak mungkin ada cinta untuk orang sepertiku. Wanita berambut merah muda itu bangun dari tidurnya, dan ketika ia ingin turun dari ranjang tangan seseorang mencengkram pergelangan tangannya. Ia menoleh. Pria itu, pria yang sempat ia perhatikan, menatapnya dengan mata birunya yang cerah.

"Mau kemana?" Suaranya berat, tatapan matanya menajam, dan cengkramannya mengerat.

Wanita itu mengaduh pelan. "Kamar mandi. Aku mau ke kamar mandi." Suaranya seperti bisikkan, wanita itu sedikit meringis.

Tanpa melepas cengkramannya pria itu turun dari ranjang, dan tanpa aba-aba ia menggendong tubuh wanita itu dalam satu kali gerak. Wanita itu memekik, kedua tangannya melingkar di leher kokoh pria berambut pirang itu. "Adikku berdiri." Pria itu berbisik di cuping wanita dalam gendongannya. Lidah dan bibirnya dengan ahli bermain di daun telinga dan garis leher wanita itu. Napas hangatnya berhembus di bahu telanjang wanita itu membuat sang empunya melenguh pelan. "Bantu aku menidur 'kan nya."

Naruto, Nama pria itu. Ia membawa wanita berambut merah muda dalam gendongannya ke kamar mandi lalu menurunkannya di bathtub. Ia menghidupkan air shower, tatapan matanya menatap ujung rambut sampai ujung kaki wanita di hadapannya. Naruto meraba punggung polos Sakura kemudian menarik tubuh wanita itu merapat dengan tubuhnya. Napas panasnya berhembus menyapu perpotongan leher Sakura membuat wanita muda itu memejamkan kedua mata.

Satu kaki wanita dalam pelukkannya ia bimbing melingkari pinggulnya, kedua tangan Sakura ia cengkram di dinding di atas kepala, dengan gerak pelan namun pasti Naruto memasukkan kesejatiannya yang besar dan panjang ke lipatan licin nan sempit milik Sakura.

Sakura memejamkan mata, "enghh...!" Bibirnya terbuka saat dorongan demi dorong itu semakin cepat dan dalam.

Mereka bercinta di bawah percikan air shower. Saling berciuman mencari kenikmati lebih. Pacuan kesejatian pria itu semakin cepat. Lengan kokohnya mengurung wanita yang digagahinya. "Ah! Enhh..." desahan wanita itu semakin keras dan menjadi, Kedua tangannya mencengkram bahu pria yang tengah menusuk-nusuknya kasar. Mereka saling menatap penuh gairah sebelum pada akhirnya kembali berciuman panas dan mesra.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto. Sejelek dan senistanya fic ini tolong jangan benci Pair/Chara di dalamnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sebuah Audi SUV putih berhenti di depan sebuah bangunan kecil tak layak huni. Tak lama setelahnya wanita cantik berpakain mini dres ketat keluar dalam mobil. Wanita berambut pirang memakai kacamata hitam itu masuk dalam rumah tak layak huni di depannya. Matanya menelisik dengan jeli setiap sudut bangunan itu, kemudian langkahnya terhenti saat mendengar suara tawa anak-anak kecil. Perempuan itu menatap ketiga anak lelaki yang tengah memakai pakaian sembari terkikik geli. Perempuan itu terdiam, sekitar tiga puluh detik, kemudian tersenyum saat ketiga anak lelaki itu menyadari kehadirannya.

Kabuto memakai bajunya dengan cepat kemudian menarik Gaara yang masih telanjang mendekati Kimimaro. "Nii- chan, siapa dia?" Mereka menatap waspada perempuan seperti aktris Hollywood itu. Perempuan cantik belum tentu baik, itu yang mereka pelajari ketika hidup di jalanan.

Kimimaro memperhatikan ujung rambut sampai ujung kaki wanita itu, kemudian menatap kedua adiknya. "Tidak tahu,"

Gaara yang tidak tahu apa-apa mendongak, "Apa Nee- chan sudah pulang?"

Kabuto berlari mengambil pakaian Gaara kemudian menarik tubuh Gaara mendekat dan memakaikan pakaiannya. "Nee- chan belum pulang, mungkin sebentar lagi." Hiburnya kemudian.

Wanita pirang itu membuka kacamata hitamnya, tatapan Kimimaro tidak pernah lepas darinya. Ia baru saja mau memperkenalkan diri namun ia urungkan saat ada yang memanggil namanya dari belakang,

"Ino,"

perempuan pirang itu berbalik. "Hai." Sapanya pada perempuan berambut merah muda yang berdiri di belakangnya dan membawa dua kantung pelastik besar.

.

.

.

"Kalian makan yang banyak," Sakura tersenyum sambil mengusap ketiga kepala adiknya. "Habis kan, ya." Pintanya lagi yang kemudian mendapat anggukan antusias ketiganya.

"Hum."

"Pasti kami habis kan."

"Tentu saja Nee- chan,"

Wanita merah muda itu tersenyum melihat mereka menjawab dengan mulut penuh makanan.

Setelah memastikan adiknya makan malam ia berjalan keluar rumah mendekati Ino yang tengah duduk di atas kap mobil SUV. Mereka duduk bersebelahan. Sakura mendongak melihat pemandangan langit malam hari.

"Mereka adikmu?"

Sakura menoleh kemudian mengangguk sembari tersenyum.

"Aku tidak melihat ada kemiripan,"

Mereka saling menatap dengan tatapan berbeda. "Kami tidak mirip ya?"

Ino mengangguk, "jadi?"

"Yang paling besar namanya Kimimaro, dia adalah kakak yang baik, selalu menjaga Gaara dan Kabuto selagi aku tidak ada. Yang agak kecil Kabuto, dan yang berambut merah dan paling kecil namanya Gaara. Dulu Kimimaro memiliki dua kaki, sebelum pengendara mobil tak bertanggung jawab merebutnya, pengendara gila itu menabrak Kimimaro dan meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan. Sejak saat itu dia dan Kabuto menjadi adikku. Pertama kami bertemu Kimimaro dan Kabuto memberikan makanannya pada Gaara yang saat itu menangis kelaparan, dan kami bertemu kembali karena kecelakaan itu. Kabuto menangis di samping tubuh Kimimaro yang setengah tak sadar, aku yang saat itu menggendong Gaara mendekati mereka. Aku berteriak meminta tolong, tapi tidak ada yang peduli. Mereka bilang mereka tidak mau mendapat masalah. Aku meminta Kabuto menuntut Gaara dan aku menggendong Kimimaro ke rumah sakit. Tapi lagi-lagi tidak ada yang peduli, kami ditolak karena tidak memiliki uang."

"Sakura,"

"Tapi ada juga yang masih memiliki hati dan mau menolong kami. Ino, uang itu segalanya dan aku akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Aku... hanya ingin hidup adikku lebih baik." Kedua mata Sakura berkaca-kaca, "aku ingin mereka tinggal ditempat yang layak, Ino." Sakura mengambil napas sebelum kembali melanjutkan. Di sampingnya, Ino setia memperhatikan dan menatapnya dengan tatapan, entahlah. "Gaara, aku menemukan ia saat masih bayi di dalam kardus ditumpukan sampah. Tidak peduli kami tidak terlahir dari ibu yang sama, bahkan kami tidak pernah tahu siapa ibu kami, kami memiliki nasib yang sama. Tidak diinginkan, dibuang, tidak punya tempat tinggal, dan tidak punya siapapun. Tapi kini aku memiliki mereka dan mereka memiliki aku. Kami tidak sendiri lagi." Sakura tersenyum. Air mata menitik di pipinya.

Ino tersenyum, kedua matanya berkaca-kaca. "Tinggallah di rumahku..." Sakura menatap Ino tidak percaya. "Kita sama. Sama-sama dibuang." Ino mengusap pipinya pelan. Entah sejak kapan ia menangis. "Aku ditendang keluar karena aku hamil, dan berengseknya lelaki yang menghamiliku menikah dengan wanita lain." Tangis Ino pecah. Wanita itu menangis sesenggukan. "Ia juga tidak mau mengakui bayiku."

"Ino," Sakura membelai kedua sisi wajah Ino, menghapus jejak-jejak air matanya.

"Aku melakukan segala cara untuk mempertahan bayiku sampai aku rela menjadi pelacur," tangis Ino semakin pilu. "Tapi Tuhan lebih menyayangi putriku. Tuhan mengambil bayiku Sakura... mengambilnya dariku. Aku benci laki-laki, Sakura ... aku membenci mereka. Tapi hidupku begitu berengsek! Aku membenci mereka tapi tiap malam bersentuhan dengan mereka! Aku benci diriku. Aku benci garis takdir hidupku."

Selama ini Sakura pikir hidupnya yang paling menyedihkan di dunia, tapi setelah mendengar cerita Ino Sakura sadar ia salah. Sakura ikut menangis, dipeluknya tubuh Ino dari belakang erat. "Suatu hari," bisiknya pelan. Tangis Ino mulai mereda, wanita berambut pirang itu menggenggam erat tangan Sakura yang memeluknya. "Lelaki itu pasti akan menyesal karena telah mencampakkanmu dan bayimu, Ino." Ino tidak tahu harus berkata. Ia hanya bisa mengangguk pelan mendengar bisikan Sakura yang menenangkannya.

Pertama Ino melihat Sakura saat ia makan malam dengan salah satu pelanggannya di restoran kota kecil. Saat itu penampilan Sakura seperti gelandangan, ia sedang mengorek tempat sampah di samping restoran. Melihatnya mengingatkan Ino pada masa lalu, karena itu Ino mendekati Sakura dan menawarkan pekerjaan pada wanita itu. Ino pikir Sakura menerima tawarannya untuk dirinya sendiri. Ino pikir Sakura melakukannya karena ingin keluar dari kemiskinan dengan cara cepat sampai rela menjual tubuhnya, tapi ternyata Ino salah. "Maaf, sudah menarikmu menjadi seperti ini,"

Kepala Sakura menggeleng. "Tidak Ino. Aku sangat berterima kasih padamu. Sangat berterima kasih."

"Kau tidak keberatan tinggal di rumahku?"

"Apa itu tidak terlalu merepotkan?"

Ino menggeleng dengan senyuman. "Ayo." Ia melompat dari kap mobil dan berjalan cepat masih dalam bangunan kumuh tempat Sakura dan adiknya tinggal. Ino mengambil barang-barang Sakura, "biar aku saja," ia tidak mendengarkan Sakura dan membawanya ke mobil.

"Bawa semuanya ke mobil,"

"Termasuk tenda?"

Dengan cepat wanita berambut pirang itu menggeleng. "Tidak. Berikan itu pada orang lain. Semuanya ayo!" Ajak Ino pada ketiga adik Sakura yang menatapnya bingung. Ino mendekati ketiganya. "Ayo kita pindah ke rumah yang layak." Lalu mendorong punggung mereka keluar dari bangunan tua itu.

...

Ketiga adik Sakura tidur di kursi belakang ketika mereka sampai di rumah ini. Ino mengeluarkan barang-barang Sakura dan ketiga adiknya dari bagasi. "Biar aku saja. Kau bawa adikmu ke kamarku." Tolaknya saat Sakura berniat membantu.

Sakura menggendong Gaara mengikuti Ino yang berjalan di depan membawa barang-barangnya. Ino menunjukkan letak kamarnya dan Sakura mengucapkan terima kasih. Kedua wanita itu kembali ke garasi untuk mengerjakan dua hal berbeda. Ino lebih dulu masuk membawa barang terakhir milik Sakura. Kimimaro terbangun saat Sakura berusaha menggendong Kabuto. "Nee- chan,"

Sakura tersenyum. "Kau sudah bangun?" Kimimaro mengangguk sambil mengusap sebelah matanya. "Tunggu di sini kalau masih mengantuk. Nee- chan akan kembali untuk menggendongmu." Kimimaro terdiam sesaat kemudian mengekori Sakura yang menggendong Kabuto.

Bocah berambut putih yang sebentar lagi remaja itu duduk di samping Sakura yang sedang menidurkan Kabuto, "kemarilah," kemudian menurut saat Sakura menunyuruhnya tidur di samping Kabuto. Kimimaro menggerakkan punggungnya di tempat tidur. Nyaman. Kasurnya empuk dan hangat membuatnya tak sabar untuk memejamkan mata. Sakura menyelimuti ketiga adiknya sembari tersenyum.

Di ambang pintu, Ino berdiri memperhatikan Sakura. Punggungnya bersandar pada kusen pintu sementara kedua tangannya terlipat di bawah dada. Wanita itu tersenyum saat Sakura berbalik dan mengetahui dirinya disana. "Mereka sudah tidur?"

"Ya."

Mereka berjalan bersama ke ruang tamu. Di dua sofa panjang sudah disiapkan selimut oleh Ino. "Kau tidak apa-apa kalau kita tidur di sofa? Aku hanya memiliki satu kamar."

"Aku sangat berterima kasih padamu Ino, tentu saja tidak apa-apa. Percaya atau tidak ini tempat tidur ternyaman yang pernah aku tempati."

Ino tertawa pelan. "Selamat malam." Senyumnya kemudian mematikan lampu.

...

Ino mengendarai mobilnya dengan Sakura duduk di sampingnya, mendengarkan dengan baik setiap kata yang keluar dari mulut wanita berambut merah muda itu. "Aku ingin adikku mendapat pendidikan sampai tinggi sehingga tidak ada yang merehkan dan mengatai mereka bodoh," Ino tersenyum mendengarnya. "Aku ingin mendaftarkan Kabuto, Gaara dan Kimimaro sekolah, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."

"Kau tidak tahu?"

Sakura mengangguk. "Aku tidak sekolah."

Ino terdiam, ia sedikit menghela napas kemudian menatap Sakura prihatin. "Aku akan mengurusnya untukmu. Oh, kau juga bisa mendaftarkan mereka ke tabungan pendidikan sampai universitas." Tidak ada jawaban. Ino kembali menoleh ka arah Sakura, "aku akan membantumu."

"Tidak Ino, aku ingin melakukannya sendiri. Aku sudah sangat berterima kasih kau mau membantu mendaftarkan adik-adikku." Senyum Sakura tulus dan penuh terima kasih.

Mobil Ino berhenti di parkir gedung apartemen. "Baiklah. Sekarang waktunya kita bekerja, ayo."

Dua wanita cantik berpakaian mini dress itu berjalan bersama masuk dalam lift. Ino begitu cantik dan sexy dengan red Sequin Dresses nya. Sementara Sakura, ia terlihat anggun dan elegan dengan Dress bodycon hitam yang ia pakai.

Mereka berjalan melewati lorong dalam diam, hanya ada suara ketukan sepatu. Mereka berhenti di depan sebuah pintu apartemen. Sakura berdiri diam di samping Ino yang sedang memencet bel pintu, kedua telapak tangan wanita berambut merah muda itu berkeringat. "Jangan khawatir Sakura, kita akan melakukan ini dengan cepat." Ino tersenyum dan menarik Sakura masuk.

Pria bersetelan jas hitam yang membukakan pintu menuntun Ino dan Sakura keruang tamu apartemen. Di sana, di sofa, seorang pria berambut putih disisir rapi kebelakang memakai kemeja putih dipadu celana jeans hitam duduk memangku kaki. "Tamu anda sudah datang tuan," pria itu melapor. Pria berambut putih disisir rapi ke belakang itu mempersilahkan dua tamu cantiknya duduk. Pria berambut coklat itu berniat undur diri tapi tidak jadi ketika orang yang ia panggil tuan memanggil namanya. "Tunggu Kiba," pria bernama itu menatap bingung tuannya. "Kau tetap di sini."

Bel pintu apartemen berbunyi. Kiba mengangguk sopan sebelum pamit untuk membuka pintu. Kiba Inuzuka, sesosok pria tampan berambut coklat yang memiliki tubuh tinggi dan tegap. Ia adalah tangan kanan Hidan, salah satu anggota Akatsuki. Kiba kembali dengan dua orang pria berpakaian pelayan yang mendorong meja dorong berisi makanan dan beberapa botol anggur. Ketika dua pelayan itu pamit pergi Hidan kembali melarang seperti ia melarang kiba pergi.

Hidan menuangkan anggur dalam gelasnya, "beri aku pertunjukan menarik," kemudian tersenyum menatap Ino dan Sakura. Kedua wanita itu awalnya tidak mengerti sampai Hidan menoleh menatap Kiba dan dua pelayan di hadapannya. "Kalian mengerti maksudku?"

Kiba dan dua pelan tadi agak ragu, kemudian mereka mendekati Sakura dan Ino di sofa. "Lakukan Kiba. Pilih salah satu dari mereka, beri aku pertunjukan yang menarik."

Iruka, salah satu pelayan tampan tadi, mendekati Ino dan langsung menghujami bibir wanita berambut pirang itu dengan ciuman. Ia menarik Ino ke sofa lain di ruangan itu, meninggalkan Sakura yang kini sedang di dekati pelayan lainnya yang bernama Yamato. Ino dihimpit di sofa, kedua payudaranya diremas kuat-kuat membuatnya mendesah dalam ciuman.

Sakura sedang berciuman dengan Yamato ketika Kiba menarik tubuhnya mendekat dan mencium bibirnya menggantikan bibir Yamato yang kini menciumi rahang serta melumat daun telinganya. Kiba kembali mencium Sakura dengan lembut membuat tubuh Sakura perlahan panas oleh gairah. "Siapa namamu?" Tanya Kiba sembari mengecupi bibir dan setia inci wajah Sakura, Yamato sudah pergi mendekati Ino yang sedang dicumbu Iruka di sofa dan ikut mencumbui wanita pirang itu. Tangan Kiba menarik turun tali dress Sakura sampai belahan dada payudara wanita itu terlihat dengan jelas, sedikit lagi puting wanita itu akan terlihat. Ia mengecupi kemudian menghisap belahan dada Sakura kuat, "Sakurahhh... anhh..." dia menyeringai mendengar jawaban Sakura. Kedua tangannya menangkup kedua payudara Sakura, meremasnya pelan-pelan. "Payudaramu pas sekali di tanganku." Dalam keheningan Kiba mencium puting Sakura pelan, pria itu sedikit menghembuskan napasnya di payudara Sakura membuat wanita itu merinding. "Anhh..."

"Wow." Hidan berkomentar melihat Ino yang sedang dicumbu dua orang dan melihat Kiba yang menyusu pada Sakura. Pria berambut putih itu tersenyum sambil menyesap anggurnya.

"Ouhh... umm!" Mulut Ino disumpal kejantanan Iruka yang semangat memaju mundurkan pinggulnya.

"Argghhh..." pria berambut gelap diikat itu menggeram, kedua tangannya memegangi kepala Ino selagi ia menambah kecepatan maju mundur pinggulnya. Sementara di bawah sana Yamato mengangkangkan kedua kaki Ino lebar-lebar dan melumati vagina basah wanita itu. "Ohhh... sial!" Umpatnya ketika cairan Ino keluar menyembur wajahnya.

"Ahh!" Sakura menjerit keras saat Kiba mengigit putingnya. Hidan menoleh ke asal suara. Kiba memindahkan Sakura ke meja kemudian melonggarkan dasi dan kemejanya. Menciumi seluruh tubuh Sakura, mencumbu dan mencium bibirnya hingga bengkak. Tangannya turun kebawah memasuki vagina Sakura, satu jari, dua jari, sampai jari ketiga ia kesulitan memasukkan. "Ah! Shit! Kau sempit dan basah!" Kiba mengocok vagina Sakura dengan tiga jarinya.

"Ahhh! Aaarghhhh...!" Kiba mengeluarkan jarinya dan menyuruh Sakura menjilatinya. Dengan wajah lelah Sakura menjilati cairannya sendiri di tangan Kiba.

Kiba menurunkan resletting celana dengan tangannya yang lain. Kejantanannya begitu coklat, panjang dan keras. Ia membuka lebar paha Sakura dan mempersiapkan kejantanannya di bibir licin vagina wanita itu. Sementara itu, Yamato juga melakukan hal yang sama, kepala kejantanan sudah hampir masuk dalam vagina merah Ino yang licin.

"Cukup." Ketiga pria itu menghentikan kegiatan mereka, dan bersama-sama menoleh ke arah Hidan.

Hidan melepas kancing-kancing kemejanya. "Kalian boleh pergi." Ia berjalan mendekati Kiba dan menarik Sakura dalam pelukkannya. Ia melakukan yang hal sama pada Ino, memeluk kedua wanita itu dengan sesekali mencumbu bibirnya bergantian. "Aku sudah memesan pelacur untuk kalian, mereka menunggu di luar." Ia memeluk kedua tubuh wanita itu dan mencium keduanya. Tiga bibir bersatu menciptakan suara becek yang menggairahkan siapa saja yang mendengarnya. "Kenapa belum pergi," Hidan melirik mereka membuat ketiga pria itu kikuk. Ketiga pria itu segera pamit undur diri.

Hidan menarik dua wanita itu ke kamarnya. Mereka langsung bercumbu di dalam. Ino mendorong Hidan sampai terlentang di tempat tidur kemudian langsung menaiki tubuh pria itu. Ia langsung membuka ressletting celana Hidan dan mengulum kejantanannya.

"Ahh... good girl." Hidan mendesah sembari mengusap kepala Ino. Ia menarik Sakura mendekat dan memberi isyarat untuk menduduki wajahnya. Dengan ragu Sakura menurut. Ia mengangkangi wajah Hidan kemudian menjerit ketika Hidan menggigit sesuatu yang menonjol di vaginanya, klitoris. Sakura ingin mengangkat pantatnya menjauh dari wajah Hidan tapi pria itu menahan kedua pahanya. Hidan melumat dan menghisap vagina Sakura dengan rakus, sementara keduanya memegangi kuat kedua paha Sakura, menekan vagina wanita itu lebih dengan mulutnya.

"Ahhh! Aaahh...!"

"Ummmm! Ummm!" Melihat vagina basah Sakura dijilati dengan rakus oleh Hidan Ino mempercepat kuluman dan kocokkannya pada kejantanan pria itu.

"Ouh!" Hidan berteriak kemudian kembali menghisap dan mengocok vagina Sakura sampai wanita itu orgasme di mulutnya.

Sakura masih bergetar akibat klimaksnya yang luar biasa hebat saat Ino menarik dirinya mendekat serta mendorongnya sampai ia jatuh terlentang di kasur dan menghujaninya dengan ciuman. Kedua mata Ino berkilat oleh gairah saat ia melepaskan ciumannya dan merangkak turun mendekati vagina Sakura. Tidak ia pedulikan Hidan yang memposisikannya menungging dan mengagahinya dari belakang. Ino fokus pada vagina Sakura, menghisapnya kuat-kuat dan mengocok vagina wanita berambut merah muda itu dengan jarinya. "Ouhhh Fuck!" Teriaknya dan menambahkan kecepatan dua jarinya di vagina Sakura.

"Ah! Ahh! Ahhh!"

Ino menggeram, bukan karena kejantanan besar Hidan keluar masuk dalam dirinya, melainkan gemas saat ketiga jarinya memasuki vagina Sakura tapi tidak muat. Sakura sempit dan ketat. Hidan bergerak semakin cepat dan dalam, pria itu tidak henti-hentinya menggeram nikmat. Sementara Ino samakin cepat memainkan jarinya di dalam diri Sakura sembari mencium penuh napsu bibir wanita berambut merah muda itu.

T

B

C

Yuuki, rainacherry, suket alang alang, Ridwan46, Guest, firdaus minato, BlackCherry712, lovelychrysant, Lala Yoichi, helsidwiyana6, hanazono yuri, Lady Bloodie, zeedezly clalucindtha, Luluk Minam Cullen, Lovesakura, Arez, Tsubaki'sSaid, angodess, hachiko desuka.