Mata elang mereka memandang satu sama lain, menatap dengan intens seolah-olah indra mereka mengucapkan apa yang ada dipikiran kedua manusia itu, oh bukan, satu iblis. Sebastian mengepalkan tangannya dan kembali mengulang pertanyaan.
"sekali lagi tuan muda, apa anda yakin pada pilihan anda?"
Ciel dengan tidak pedulinya memandang ke arah jendela besar bertirai suram. Aura yang sama seperti pemiliknya, menggambarkan bahwa di ruangan ini bukanlah tempat yang tepat untuk dijadikan sebagai penitipan bocah.
Di luar sana sedang turun salju, Ciel merapatkan selimutnya sampai kaki "ya Sebastian, Kau tidak bisa membantahku!" ia menatap pemuda itu dengan amarah. Sebastian menghela nafas kemudian melirik ke sebuah buku tebal ensiklopedia versi the Great Britain dan sebuah catatan kesehatan milik tuannya "anda tidak memikirkan resikonya tuan muda?"
Ciel melempar buku Aljabar yang dipegangnya
"TENTU SAJA AKU TELAH MELAKUKANNYA BODOH!"
KUROSHITSUJI ©YANA TOBOSO
Hening, mereka kemudian terdiam memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, Sebastian tetap memandang 'majikannya' dengan sabar walaupun Ciel telah membelakanginya. Tetapi pada akhirnya Ciel lah yang bersuara
"kau terlalu berlebihan"
Sebastian tersenyum "karena saya peduli dengan kesehatan anda, nah sekarang anda ya-"
"AKU SUDAH YAKIN! MEMANGNYA APA LAGI?"
Simpangan perempatan sudah muncul di dahi Sebastian. Iya dahi Sebastian, anda tidak salah baca.
"Tuan muda,... " seiring nafas Sebastian, angin musim dingin berhembus kencang dan langit sudah berubah menjadi hitam. Terdengar suara gaduh dan ribut 3 pelayan idiot yang sibuk mempercepat perbaikan jendela kamar tamu. Hari ini badai akan datang kembali.
"Jangan Keras kepala tuan muda"
"cepat"
"anda meminta itu di hari yang dingin ini"
"TRUS MASALAH GITU BUAT ELO?"
"tuan muda, anda mendapat kata-kata itu darimana?"
"MANA AJA LAH TERSERAH! BURUAN KEK!"
"akan sangat dingin."
Ciel mendelik ke arahnya "lalu apa yang menjadi permasalahanmu?"
Sebastian terdiam, setidaknya ia tidak perlu mengulang perkataannya untuk kesekian kali. Hal ini sangat disadarinya mengingat Ciel yang sedang naik darah dan meminta suatu hal yang dimana orang normal manapun pasti tidak akan memintanya saat suhu dingin seperti ini.
"Cepat sebelum aku membunuhmu."
"anda tidak bisa membunuhku"
"atau aku akan membuatmu menjadi Iblis culun seumur hidup"
"tidak ada kesenjangan diantara kami"
"CEPATLAH!"
"saya tidak bisa tuan muda"
"oh, jadi kau tidak menuruti perintahku?"
"anda terlalu sering memintanya"
"ini perintah!"
"akan sangat repot jika anda bertambah sakit"
"hentikan..."
"ditambah anda yang berpeluh keringat basah karena demam"
"YA AMPUN SEBASTIAN GUE GAK BAKALAN MATI KALAU CUMA MINUM YOGURT DINGIN DOANG!"
tidak ada yang mengira bahwa Ciel menginginkan Yogurt dingin saat suhu mencapai minus 21 derajat. Sebastian tetap kukuh bahwa tuannya harus memakan atau meminum sesuatu yang cocok dengan suhu disaat ini.
"bagaimana kalau tacco?"
"yogurt"
"bajigur?"
"yogu-HACTHIMM.."
"anda terkena flu"
"kau itu bodoh atau tuli Sebastian? Y-O-G-U-R-T! Bawa sekarang!"
"Padahal anda sedang demam dan cuac-"
"DEMI BAPAK GUE, LU #$%^&"
Akhirnya Sebastian mengalah dan lebih memilih membawakannya Ciel yogurt, perlu diketahui persediaan stoknya menipis dan tuan muda pasti tidak akan senang dengan hal ini. Terpaksa ia harus keluar mansion dengan badai salju yang turut menemaninya untuk membeli yogurt, kasihan Sebastian.
YOGURT! *numpang lewat*