Dimohon, dengan amat sangat... JANGAN MEMFAVORITKAN/MEMFOLLOW cerita ini tanpa meninggalkan REVIEW sebelumnya. Please, tolong hargai karya saya lewat tindakan kecil ini.
A/N:
A-yo! Welcome to last chapter!
Dear:
Guest, 12wolf, Kim Kumiko (sumpah yaaa aku selalu ketawa-ketiwi kalau baca review kamu. Panjang, heboh, kocak, dan adaaaa ajaaaa yang kamu jadiin topik untuk komentar. Bener-bener kreatif reader! *salam kecup dari Dami) Anaknya Chanbaek, songhyejin kpopvers, guest (2), byuns, sycarp, Jung Rae Ra, sweetyYeollie, eggxbacon, Anjarw, hunhanburger, byun baek ri, guest (3), leehyh, realkkeh (Ya ampun kamu bikin akun untuk review? *peluk*), baekyeolidiots (aku nepatin janji kok... hehehe), Jong Kyudo, Deer Panda, inggit, mumu, ParkDoMyon Zi Tao, GreifannyGS, chocotaro, yeolseun12, KittenSun (hahaha aku ngakak pas kamu bilang terharu gara-gara tumben aku bikin Chanbaek yang manis. *kemudian sodorin Broken Wings*), BLUEFIRE0805, BaekYeoleuuu (yup! Karena itu lah judulnya 2nd Proposal ;) ) YeWon3407, Azura Eve (terus perbaiki aku ya Az! ;) ), byunzelo, Yurako Koizumi (Mana bisa aku bosen baca review kamu. :D Setuju! Possesive Chanyeol is the best!), LuckyDeer (yup, Dami memang gak menjelaskan secara detail perasaan ChanSoo karena ingin konflik di FF ini tetap sederhana, tidak rumit. Jadi bisa dibilang, Chanyeol cuma flirting doang ;) ), babybyunsoo, deerlohan (keidiotan Chanyeol yang super idiot sudah diperbaiki di chapter ini. check it out! :D ), guest (4) (sebenarnya pertanyaan mereka dari awal udah suka atau saling suka seiring berjalannya waktu sudah terjawab secara tersirat di bagian Chanyeol dan Baekhyun mengunjungi konsultan pernikahan masing-masing. Ayo baca lagi dan resapi (?) :D), nikeeesulliha, needtexotic, SlytherSoul d'Malfoy, exindira, DwitaDwita, chanz, lottenoir (baca A/N bawah ya :) ), the-dancing-petals, Cho MinHyun, naranari, Jung Eunhee, shinelightseeker, indaah qupp, ChenLin21, Ahjumma Kece, CussonsBaekBy, oneheartforsuju, SyJessi22, SHY Fukuru.
.
.
Selebihnya akan saya rangkum sekaligus meluruskan beberapa hal.
Bagi saya cerita ini tetap berjalan di jalur ringan. Kenapa? karena saya pernah nulis FF lain yang beneran deh gak ada lucu-lucunya. Konfliknya juga berat dan realistis banget tetang realita gay di masyarakat. Mungkin ada beberapa yang menganggap FF ini nyerempet angst? Sebenarnya konflik yang ada dibuat naik turun untuk menyemarakkan alur cerita. Bukan berarti angst. Menurut saya, cerita yang akhirnya happy ending dengan manis bahagia semua gembira (ngerti kan maksudnya?) bukan termasuk kategori angst meskipun konflik di dalamnya ada konflik yang sedih. Kalau kesan angst di cerita ini masih terasa itu mungkin karena... saya memang terbiasa menulis angst. Jadi sentuhan-sentuhan Dami tetap gak hilang di setiap tulisan yang saya buat. :)
Kemudian tentang susu basi yang bikin keracunan... guys, this is really happened! xD Tau kan susu pasteurisasi? Susu pasteurisasi ini susu fresh yang diproses pada suhu 63 derajat Celcius selama 15 menit atau dipanaskan pada suhu 72 derajat Celcius selama 15 detik. Susu pasteurisasi harus disimpan dalam lemari pendingin dan setelah dibuka hanya bertahan 2-7 hari. Penyimpanannya pun ada tata cara pengaturan suhunya. Semakin bertambah hari, semakin rendah juga suhu pendingin yang dianjurkan. Yeah, intinya jangan lupa lihat tanggal kadaluarsa yang tertera di karton susu. Ini perlu saya klarifikasi aja supaya FF ini still sounds real. :)
Setiap saya menulis cerita, saya pasti sudah punya konsep plot dari awal sampai ending. Saya termasuk author yang gak menerima request atau pengaruh konten ending, karena itu malah ngejatuhin feel saya sama isi cerita. Jadi sebenarnya saya termasuk konsisten karena gak pernah mengubah konsep yang sudah saya buat. Kalau ada FF yang saya hiatuskan, itu berarti bukan karena saya bingung lanjutan ceritanya, tapi karena feel saya pada FF itu sedang menguap.
Last, terima kasih telah membaca sampai chapter ini. Terutama bagi beberapa orang yang namanya selalu muncul di kolom review FF saya yang lain. THANKS A LOT. DAMI CINTA KALIAN. EXO CINTA KALIAN!
.
.
.
Final chapter: 3.222 words
.
.
.
Pagi memperlihatkan lanskap paling indah.
Mentari belum meninggi ketika Baekhyun membuka display manekin di butiknya. Kedua sahabatnya—Xi Luhan dan Huang Zi Tao belum menampakkan tanda-tanda kehadiran. Baekhyun memang sengaja bekerja lebih giat. Semua itu semata-mata untuk menghibur hatinya.
.
...untuk mengobati rindunya pada seseorang...
.
Burung bernyanyi merdu ketika ia mendengar bunyi lonceng yang familiar di telinga. Pada awalnya Baekhyun berpikir itu mungkin saja Luhan atau Tao yang baru saja datang, namun ternyata ia salah.
Seseorang berdiri di muka pintu. Bias hangat sang mentari pagi menyapu wajahnya yang tampan.
Baekhyun mengerjapkan matanya. "Kris...?" Nama itu lolos begitu saja dari bibirnya.
"Baekhyun-ah, apa kabar?" Kris menyapa ramah, seakan-akan tidak pernah ada suatu kesalahan yang terjadi di antara mereka.
Baekhyun menegakkan tubuhnya. Ia selalu merasa, berada di hadapan Kris membuatnya harus terlihat sempurna. Seperti tuntutan kasat mata, aturan tak tertulis.
"Kris—" gumam Baekhyun lagi, lebih kepada tidak tahu harus berkata apa.
Bibir Kris tertarik ke atas, mengulum senyum yang selalu Baekhyun kagumi.
Pria menawan itu menjejakkan kakinya mendekati Baekhyun. Setiap derap hasil benturan sol sepatu dan lantai kayu mengirimkan getaran pada hatinya. Sama seperti dulu, berdekatan dengan Kris selalu membuat jantungnya berdebar tak karuan. Kris seakan magnet kuat yang menariknya dalam kumparan cinta.
Tapi Baekhyun menyadari...
.
.
.
...dia tidak pernah mencintai Kris...
.
.
.
Baekhyun lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam laci, sebuah lingkaran mungil berwarna perak.
"Kris maaf, tapi aku tidak bisa menerima ini," ucap Baekhyun lamat-lamat. Dengan seluruh keberanian, Baekhyun memantapkan diri untuk menatap Kris tepat di bola matanya ketika menyerahkan cincin pemberian pria menawan itu.
Kris mendesah, namun lebih terdengar sebagai desahan lega daripada kecewa. "Sudah kuduga," jemarinya kemudian bergerak ke dalam saku jas, "Aku juga punya sesuatu untukmu."
Sebuah perak.
"...cincinku?" Iris Baehyun terbelalak amat lebar.
"Aku menemukannya di jok mobilku. Maaf, baru bisa mengembalikannya sekarang."
Baekhyun belum redam dari keterkejutannya. Ia bahkan menutup mulutnya dengan punggung tangan ketika Kris berucap lagi, "Baekhyun-ah, aku tidak mau mencampuri hidupmu, tapi jika boleh memberi saran—kembalilah padanya."
Baekhyun tergugu.
Tolong katakan kalau pagi ini hanya bagian dari mimpinya semalam.
"Dia mencintaimu, pria yang mendampratku di pesta malam itu—aku tahu dia melakukannya karena dia mencintaimu," tutur Kris dalam nada rendah namun dalam.
Jemarinya terulur untuk menyentuh pipi Baekhyun, memberi usapan lembut menenangkan. "Kami berdua sama-sama pria, aku bisa melihat itu di matanya."
"Kris..."
"Mungkin dia menutupinya selama ini karena suatu alasan. Mungkin—karena selama ini kau tidak membuka hatimu untuknya?" tuturnya panjang. Bakhyun berharap ia berkhayal, namun ia dengan jelas dapat melihat kabut tipis pada manik mengagumkan Kris Wu.
Kris meraih tangan Baekhyun lalu meletakkan cincin perak itu di telapak tangannya.
"Kris, maaf..."
Kris memberi isyarat agar Baekhyun tak perlu meminta maaf.
Namun bukan Kris namanya jika tidak tersenyum. Ia sempat menggurat senyum menawannya untuk yang terakhir kali pada orang yang pernah mengisi hatinya—dan masih mengisi hatinya.
Senyum itu singkat tapi manis.
Tulus sekaligus perih.
Tanpa berkata-kata lagi, Kris membalikkan tubuhnya.
.
.
.
Melangkah menjauhi panggung kekalahannya sendiri.
2nd PROPOSAL
[ CHAPTER 4 ]
by kwondami
EXO FAN FICTION
CASTS: Chanyeol, Baekhyun, and another supporting casts.
GENRE: Romance, drama
WARNING: Boys love, AU, OOC
RATING: (end chapter) T+
.
.
.
Enam bulan kemudian...
Baekhyun sedang sibuk mengatur etalase ketika mendengar lonceng pintu butiknya berbunyi manis. Tampaknya seorang calon pembeli baru saja masuk. Luhan dan Tao tidak berada di butik karena sedang pergi makan siang.
Alih-alih menemukan pelanggan, dia malah mendapati sosok yang telah dirindukannya selama ini.
Chanyeol berdiri di hadapannya dengan senyum hangat secerah mentari. Hari itu dia memakai kemeja jeans santai yang dipadu dengan celana warna senada.
.
.
...sangat menawan.
.
Baekhyun maju selangkah ke arah sosok itu, diam-diam dia mencubit lengannya sendiri, berusaha meyakinkan jika ini bukan mimpi.
Chanyeol memberi tanda minta waktu dengan tangannya. "Tolong berikan aku kesempatan, sekali ini saja dengarkan aku... Please don't say a word..."
Baekhyun menurut, namun posisi tubuhnya penuh antisipasi.
Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri jika ini betul-betul nyata. Enam bulan tanpa kehadiran Chanyeol, tiba-tiba saja pria tiang listrik itu muncul di butik miliknya bak hantu di siang bolong.
Chanyeol menghilang di balik pintu lalu muncul kembali dengan sebuah kardus besar. Dia meletakkan kardus besar itu di depan kakinya, lalu mulai mengambil sesuatu dari dalamnya. Lima buah CD musik. "Rain-Bad Guy, Jamiroquai-Dynamite, Maroon 5-Overexposed, SNSD-Gee, Lorde-Pure Heroine." Chanyeol mengeluarkannya satu persatu sembari menyebutkan setiap penyanyi beserta judul albumnya.
Baekhyun melongo tak mengerti. Keningnya berkerut heran.
Melihat ekspresi Baekhyun, Chanyeol langsung berkata, "Mereka semua penyanyi favoritmu."
Lalu dia merogoh sesuatu lain dari dalam kardus.
"Memoirs of Geisha by Arthur Golden, The Goddes of The Hunt by Tessa Dare, Your Wicked Ways by Eloisa James, Jewels by Danielle Steel, ini buku-buku favoritmu. Kau meyukai novel klasik—" Chanyeol menggantung ucapannya.
Setelah menaruh barang-barang itu di sofa yang ada di tengah butik, dia mengambil lagi sesuatu dari dalam kardus. "The Lake House, Dear John, A Walk To Remember, The Note Book, dan yang paling kau suka The Curious Case Of Benjamin Button—kau menyukai film romantis yang mengharukan, oh dan jangan lupa—Full House! Kau bahkan menontonnya berkali-kali."
Setelah meletakkan DVD-DVD itu, Chanyeol mengambil lagi sesuatu. Baekhyun semakin tidak mengerti apa maksudnya. "Nomor sepatumu 42..." Chanyeol menunjukkan sepasang sepatu kanvas yang sangat cocok untuk kaki Baekhyun yang mungil.
Belum selesai, Chanyeol mengeluarkan kertas bertuliskan 'O,' dan dia berucap, "Ini golongan darahmu kan? Hitam, putih, dan abu-abu adalah warna favoritmu," tambahnya seraya mengeluarkan tiga kaus polo dengan warna-warna tersebut. "Sebagai perancang kau berpikir bahwa tiga warna tersebut adalah warna netral sehingga mudah dipadupadankan."
Oke, ini semakin aneh. Baekhyun tidak bergerak di tempat. Ia bahkan tidak bisa menyela karena Chanyeol dengan cepat berujar lagi, "Eyeliner—benda yang harus selalu ada di tasmu. Benda ini menduduki posisi terpenting ke dua setelah ponsel." Sebuah botol hitam eyeliner cair muncul dari dalam kardus. Merk yang selalu Baekhyun pakai.
Chanyeol berhenti sebentar, menarik napas, lalu mengambil lagi sesuatu dari dalam kardus yang bagi Baekhyun ibarat kotak ajaib milik Doraemon.
"Bucheon, Provinsi Gyeonggi, 6 Mei, dua puluh sembilan tahun yang lalu. Hari ini adalah hari lahirmu. Selamat ulang tahun Byun Baekhyun," pungkas Chanyeol lembut, tersenyum hangat. Di tangannya terdapat bingkai kolase foto-foto Baekhyun semasa bayi, kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.
Baekhyun membekap mulutnya. Perasaannya campur aduk antara heran, terkejut, sekaligus haru.
Drama ini terlalu mengejutkannya.
Chanyeol melangkah pelan ke arahnya. Dia kemudian merogoh sesuatu dari dalam saku celana, mengeluarkan kotak beludru hitam. Sebelum Baekhyun sempat menyadari apa yang terjadi, Chanyeol sudah berlutut di hadapannya.
Pria tampan itu menjilat bibirnya gugup sebelum berkata, "Baekhyun-ah, mungkin ini terdengar aneh bagimu tapi—maukah kau menikah lagi denganku?"
.
.
.
.
Baekhyun merasa jantungnya telah mencelos dari rusuk.
.
.
.
.
Baekhyun masih terkejut akan kedatangan Chanyeol yang tiba-tiba. Ini terlalu mendadak, ini terlalu cepat, ini terlalu—
.
—manis.
.
Ia menatap iris kembar milik Chanyeol, lama sekali. Ia mencoba membaca apa yang ada di sana. Kau tahu bukan kalau mata jarang sekali berbohong?
Namun yang ia temukan hanyalah sebuah pancaran ketulusan. Chanyeol balas menatapnya sungguh-sungguh, lekat-lekat, lamat-lamat. Tak ada keraguan dalam binar matanya.
Menyadari Baekhyun yang tak mengucapkan sepatah kata pun membuat Chanyeol berdiri untuk menyejajarkan mereka.
"Baekhyun-ah..." Chanyeol melantunkan nama orang yang dicintainya. Pelan dan penuh harap.
Ia berjalan mendekat, meraih dagu Baekhyun lalu mengangkatnya sedikit. Chanyeol terkesiap ketika Baekhyun tengah berkaca-kaca, siap menumpahkan air mata.
"Baekhyun-ah..."
Alih-alih menyahut, Baekhyun malah memukul-mukul pundak Chanyeol geram. "Kenapa kau sama sekali tidak memberiku kabar? Apa kau tidak tahu kalau aku sangat merindukanmu? Park Chanyeol sialan! Kau brengsek! Kau—hiks."
Chanyeol merengkuh pemuda brunette itu dalam pelukan hangat. Rasa rindu meluap, tergantikan dengan dekapan erat.
"Aku juga merindukanmu Baekki. Sangat merindukanmu..."
Baekhyun terisak di dada Chanyeol. Entah mengapa ia sangat ingin menangis. Kristal bening seperti bocor tak terbendung.
"Ingatkah kau pernah bilang bahwa aku sama sekali belum mengenalmu? Aku tidak tahu apa-apa tentangmu? Selama pertapaan ini aku mencari tahu tentangmu, berusaha mengenalmu tanpa kau ketahui..."
Chanyeol melepas pelukannya untuk menatap mata Baekhyun yang kini merah sembab.
"Jadi—bolehkah aku mendapat jawabanku?" desisnya serak. Sorotan mata Chanyeol menukik tajam ke arah si brunette, menebas jantungnya. "Aku mencintaimu Byun Baekhyun. So, will you marry me?"
Baekhyun bungkam, namun jemarinya terulur untuk mengelus wajah tampan Chanyeol. Ia kemudian mengangguk samar di antara isak tangis, berbisik parau, "Aku juga mencintaimu. Ayo kita ulang semuanya dari awal."
.
.
.
Ini aneh karena mereka memang masih pasangan sah suami-istri di mata hukum. Mereka tidak bercerai sehingga kasus pernikahan ke dua dengan orang yang sama tanpa melalui proses cerai akan terdengar sangat aneh di telinga orang awam.
Tidak terkecuali bagi kerabat mereka berdua.
Baekhyun sudah membahas hal ini dengan Chanyeol, namun pria tampan itu malah berkata, "Tidak sayangku, kita tetap harus menikah ulang. Kita harus menikah sungguhan, bukan pernikahan pura-pura."
Maka Baekhyun tidak punya pilihan lain selain menuruti perkataan Chanyeol.
Mereka berencana mengumumkan rencana pernikahan—kedua—mereka pada hari Sabtu ketika acara kumpul keluarga rutin diadakan setiap dua bulan sekali. Kali ini acaranya bertempat di kediaman Joonmyeon dan Yixing.
Bocah-bocah kecil berlarian, para istri sibuk di dapur, sedangkan para suami asik berbincang-bincang. Chanyeol berdehem untuk mengambil alih keributan. "Saudara-saudara sekalian, aku akan mengumumkan sesuatu yang penting."
"Oaaaaa~ Oaaaa~" Junhong, bayi Joonmyeon dan Yixing menangis dalam pangkuan ibunya menambah ribut suasana. "Chanyeol bisakah kau sedikit lebih cepat? Nampaknya bayiku sudah tak sabar minum susu," Yixing berkomentar.
Chanyeol tercengang sebentar. "Oh, oke-oke. Aku punya berita bagus untuk kalian."
Dari sudut lain, nyonya Park memandang puteranya tak sabar. Ia meremas tangannya sendiri ketika menebak-menebak dalam hati. Mungkinkah puteranya akan mengumumkan kehamilan Baekhyun?
Memang sih Chanyeol baru sebulan lalu pulang dari Jepang. Tapi bukannya tidak mungkin kan mereka melepas rindu yang menumpuk, lalu beranjak ke kamar, lalu berbaring di kasur, lalu—lalu—ah sudahlah! Kau pasti tahu ke mana pikiran ini bermuara.
Chanyeol kembali berdehem. Ia tahu dari kejauhan ibunya menghujaninya dengan tatapan 'cepat katakan ibu sudah tidak sabar!'
"...oke, kuharap kalian tidak terkejut." Chanyeol mengembuskan napas yang diserap diafragma paru-parunya. Baekhyun yang duduk di sebelahnya mengenggam tangan Chanyeol erat-erat, memberi kekuatan. Setelah dirasa siap, Chanyeol akhirnya berucap, "Aku, Park Chanyeol, akan menikahi Byun Baekhyun." Tegas dan lugas.
Hening.
Rumah Joonmyeon dan Yixing mendadak senyap.
Terdengar semburan napas tertahan, "Maksudmu?" itu suara Joonmyeon.
"Oaaaaa~ oaaaaa~" Junhong menjerit lapar, anak-anak kembali berlari-lari, namun para orang dewasa menghela napas bingung.
Chanyeol menganggap sikap diam itu sebagai izin melanjutkan. "Yeah—seperti yang kalian dengar barusan, aku—Park Chanyeol—dan istri—maksudku kekasihku—Byun Baekhyun akan melangsungkan pernikahan kedua—maksudku kami ingin menikah ulang. Kali ini pernikahan sungguhan, maka dari itu kami membutuhkan bantuan kalian." Setiap kata memperoleh penekanan yang sesuai agar seluruh kerabat yang ada di ruangan itu bisa mengerti.
Kening ibu Chanyeol melengkung. Baekhyun memaksakan diri tersenyum untuk mencairkan suasana penuh kebingungan ini.
"Baiklah, kurasa ini saatnya untuk jujur." Chanyeol menoleh pada sosok di sampingnya sekilas untuk mendapat dukungan. Baekhyun mengangguk singkat memberinya dorongan. "...pernikahan kami selama satu tahun belakangan ini adalah kebohongan. Kami tidak saling mencintai, kami menikah berdasarkan perjanjian, bisa dibilang itu perkawinan kontrak." Chanyeol sedikit mencengkram tangan Baekhyun ketika dirasa mata ibunya melotot tajam tepat ke arahnya.
"OAAAAAA... OAAAAAAA..."
"Sayang, bisa kau bawa Junhong ke dalam?" Joonmyeon memberi isyarat pada istrinya untuk membawa bayi mereka ke dalam. Sedangkan bola matanya terpancang penuh pada pasangan yang baru saja membuat pengumuman mencengangkan. Yixing mengangguk singkat lantas membawa putera mungil mereka yang masih meraung lapar ke kamar.
Chanyeol menambahkan cepat-cepat, "Tapi itu dulu. Sekarang kami saling mencintai. Karena itu, aku membutuhkan bantuan kalian untuk—"
"EOMMA!" Omongan Chanyeol terpotong oleh pekikan membahana Baekhyun. Baekhyun menunjuk mertuanya yang jatuh pingsan.
Seketika semua orang di ruangan itu panik. Tak terkecuali Chanyeol yang langsung bangkit menghampiri ibunya.
Baekhyun menggigit bibir.
Sepertinya ini tidak akan mudah.
.
.
.
Memang awalnya tidak mudah.
Ibu Chanyeol menolak menemui keduanya karena merasa terkhianati. Wanita paruh baya ini merasa tertipu mentah-mentah oleh putera juga menantunya.
Baekhyunlah yang akhirnya berhasil meluluhkan hati mertuanya. Ia meminta maaf sepenuh hati dan berikrar jika kali ini mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Nyonya Park memeluk menantunya tersedu-sedu, namun berbisik mengancam, "Kumaafkan kalian berdua jika kalian setuju untuk menjalankan program membuat anak. Aku tidak sabar untuk segera menimang cucu."
.
.
.
Mungkin benar, cinta memang bisa datang karena terbisa.
Dan inilah yang terjadi pada Chanyeol dan Baekhyun.
Untuk kedua kalinya, mereka berdiri berdampingan di hadapan keluarga dan teman-teman. Kali ini hanya orang-orang terdekat dan kerabat saja yang diundang. Pestanya sendiri diselenggarakan di rumah orang tua Chanyeol. Acara ini bertepatan dengan pertemuan keluarga berikutnya.
Rumah putih itu didekorasi dengan bunga-bunga manis pilihan calon mempelai. Lili, mawar, aster, dirangkai cantik menghiasi sudut-sudut rumah. Altar ditempatkan di kebun belakang yang tidak terlalu luas, sedangkan hidangan ditempatkan di garasi rumah yang disulap sedemikan rupa.
Pesta pernikahan ini lebih dari yang Baekhyun dan Chanyeol impikan. Sejak awal mereka memang bercita-cita menikah secara sederhana namun manis. Chanyeol nampak luar biasa tampan dengan setelan jas rancangan rumah mode Baekhyun sendiri. Ia tersenyum amat bahagia ketika bersirobok pandang dengan Baekhyun, membuat Baekhyun menunduk malu namun merasa hangat.
Pesta kedua ini bahkan terasa lebih khidmat karena ketika penghulu mempersilakan mempelai berciuman, Chanyeol tanpa ragu mengecup bibir pengantinnya dalam ciuman mesra penuh cinta. Mereka bahkan terbawa suasana hingga saling memagut jika saja tidak mendengar deheman ayah Baekhyun agar saling melepas.
Joonmyeon dan Yixing melambai di tengah tamu undangan. Di sudut lain, ibu Chanyeol tak kuasa menitikkan air matanya. Ia bahagia, kebahagiaan terasa berkali-kali lipat.
Ketika waktunya sang pengantin melempar buket bunga, para lajang riuh berkumpul dengan tangan terangkat, tak sabar menerima lemparan dari Baekhyun.
Satu...
Dua...
Tiga...
.
.
Hap!
.
Rangkaian bunga berbalut pita merah muda tersebut ditangkap bersamaan oleh dua orang pemuda. Keduanya saling melempar senyum.
"Untukmu saja," kata pria pertama.
"Ah tidak, untukmu saja," pemuda kedua menolak.
Keduanya lalu tertawa renyah.
"Aku Oh Sehun."
"Namaku Xi Luhan."
Hmmm, akankah cinta bersemi di antara kedua lajang ini?
.
.
.
Baekhyun ke luar dari kamar mandi sambil bersenandung kecil. Tubuhnya lembab berbalut harum sabun beraroma peach. Bulir air menetes dari rambutnya yang basah.
Mereka sedang berada di sebuah cottage minimalis yang terletak di Pulau Jeju. Sebuah tempat yang sudah direservasi oleh ibu Chanyeol sejak jauh-jauh hari untuk kedua pengantin baru ini. Mereka berdua sudah berulang kali menolak dengan alasan tidak mungkin berbulan madu di tengah pekerjaan yang padat—meskipun singkat. Tapi siapa yang berani menolak titah ratu agung?
Baekhyun mendesah. Sepertinya ide bulan madu singkat ini tidak terlalu buruk juga.
Dari pintu kamar mandi ia bisa melihat suaminya yang tengah terpejam. Lampu tidur di samping nakas bersinar lembut menerangi wajahnya yang tampan, membuat Baekhyun mau tak mau tersenyum.
Ia menyesalkan dirinya yang terlalu terlalu lama menghabiskan waktu di kamar mandi sehingga Chanyeol jatuh tertidur.
Tapi sebenarnya Chanyeol tidak benar-benar tidur. Dalam keremangan, Chanyeol bisa melihat betapa Baekhyun tampak memesona ketika ia keluar dari kamar mandi.
Baekhyun berjingkat-jingkat dengan ragu menuju tempat tidur sementara bahunya yang putih terekspos karena piyama tidur yang longgar. Chanyeol dapat mencium semerbak harum tubuh Baekhyun menampar akal sehatnya.
Chanyeol masih diam-diam berbaring di bawah selimut. Baekhyun seperti seekor kucing mungil ketia ia mengendap-endap dengan bimbang dan kemudian bergerak perlahan-lahan mendekatinya.
"Yeolli-ya...," ia berbisik pelan dari balik punggung Chanyeol. "Apa kau sudah tidur?"
Chanyeol berusaha keras menahan senyumnya. Ia telah menunggu selama lebih dari enam bulan untuk malam ini, tapi Baekhyun ternyata mengira ia tidur pada malam pengantin mereka.
Chanyeol menyukai sifat Baekhyun yang ini. Sifat polos dan naif seorang Byun Baekhyun. Tapi ia juga suka Baekhyun yang mudah naik darah, cerewet, dan cemburuan. Ia mencintai Baekhyun secara utuh, dan malam ini, Chanyeol lebih mencintainya lagi.
"Tidak, aku tidak tidur sayangku." Chanyeol berbisik sambil tersenyum dalam kegelapan. Ia membalik tubuhnya sendiri, mengulurkan tangannya untuk menyambut Baekhyun yang bergerak mendekatinya.
Baekhyun menerima uluran itu dengan agak takut karena sekarang tak ada lagi penghalang di antara mereka. Mereka telah sah menikah dan yang terpenting—
.
.
kini mereka saling mencintai...
.
.
Chanyeol bisa merasakan itu. Karenanya ia bergerak sangat lembut dan sabar ketika mencium Baekhyun. Ciuman itu bertahap hingga turun ke batas perpotongan leher. Ia ingin agar Baekhyun juga menginginkan dirinya seperti ia menginginkan Baekhyun.
Chanyeol ingin agar semuanya berjalan dengan dalam, indah, dan berkesan.
Tapi ternyata hanya sesaat diperlukan untuk menyalakan api gairah Baekhyun kepadanya. Ketika jemari Chanyeol menyentuh tempat-tempat yang belum pernah dijamahnya, Baekhyun merasa gairahnya bangkit.
Chanyeol menawarkan cinta penuh kelembutan dan perasaan. Hal ini membuatnya yakin untuk menyerahkan dirinya seutuhnya sebagai persembahan untuk sang suami pada malam pertama mereka.
Mereka berdua saling mendamba.
Dibukanya piyama Baekhyun dengan lembut tapi cekatan lalu dilemparkannya ke lantai. Dalam keremangan, ia bisa melihat kulit Baekhyun yang berkilauan. Ia menjelajahi tubuh itu jengkal demi jengkal. Chanyeol merasa senang ketika mengetahui bahwa Baekhyun adalah pasangan yang juga menginginkannya dan amat responsif. Baekhyun mengerang provokatif ketika ia bisa menyesuaikan ritme percintaan yang Chanyeol tawarkan.
Dan mereka berusaha memenuhi gairah cinta yang terpendam dengan bercinta sampai menjelang pagi.
Chanyeol berbaring kelelahan seraya mengusap surai istrinya lembut. "Tuhanku... andaikata aku dulu tahu akan seperti ini rasanya, aku pasti telah merobohkanmu dan menyerangmu setiap pagi di dapur kita."
Baekhyun tersenyum dalam kantuk ketika menatap suaminya. "Tapi itu bisa termasuk tindakan perkosaan, Tuan Park. Karena saat itu kau belum memiliki hatiku." Ia merasa bahagia telah dapat memuaskan suaminya dan Chanyeol telah membuatnya merasakan hal-hal yang tak pernah diimpikannya sebelumnya.
"Aku tidak tahu kalau ini dapat begitu nikmat," lirih Baekhyun di telinga Chanyeol seraya terkekeh geli. Sentuhan Chanyeol begitu menakjubkan dan ia tak dapat menahan senyum ketika mengingat Chanyeol yang memperlakukannya bak porselain mewah.
Chanyeol berguling semakin dekat. "Kau benar-benar istri hebat," pujinya serak dengan manik berbinar. Pipi Baekhyun bersemu ketika suaminya mengatakan hal itu. Mereka saling berbagi ciuman kecil sebagai penutup sampai akhirnya jatuh tertidur pulas.
Keduanya berpelukan, berbagi kebahagiaan nyata dalam dunia mimpi.
.
.
.
.
.
FIN?
.
.
.
.
.
—EPILOG
Lonceng butik berdenting manis ketika sosok pria rupawan mendorongnya pelan. Tubuh tingginya langsung menarik perhatian seorang pemuda yang tengah menggambar sketsa busana.
"Selamat siang Tuan, ada yang bisa saya bantu—oh kau kan—" Zi Tao membekap mulutnya agar tidak menjerit. Sosok di hadapannya sudah sering ia liat di majalah-majalah mode, dia tidak percaya bisa melihatnya langsung dengan kepalanya sendiri—di butiknya!
"Aku membutuhkan jas formal untuk menghadiri acara resmi. Boleh aku bertemu dengan desainer Byun?" katanya tenang.
Tao berusaha menormal napasnya yang menderu. Untunglah pria di hadapannya ini tidak menangkap gelagat aneh Tao. "Maaf, tapi Byun Baekhyun sedang bulan madu dengan suaminya."
Pelipis pria rupawan itu berdenyut. "Bulan madu?"
"Ah, bagaimana menjelaskannya ya. Baekhyun menikah dengan suaminya, mereka menikah ulang."
Raut kebingungan semakin menghiasi wajahnya yang tampan.
"Tuan Wu, mungkin saya bisa membantu anda?" ungkap Tao menawarkan diri. "Saya juga desainerbutik ini," tambahnya cepat-cepat.
Kris nampak berpikir sebentar tapi akhirnya mengangguk.
Tao segera mengambil tali meteran untuk mengukur tubuh Kris. Zi Tao membentangkan tali pengukur pada tubuh langsing itu. Hatinya tidak henti bergumam betapa sempurnanya Kris dari jarak sedekat ini.
Kris sendiri tidak dapat melepaskan pandangannya pada Tao. Maniknya terpatri pada mata panda Tao, bibir kucingnya, gerakan jarinya yang halus saat membentangkan pengukur...
.
.
.
.
Tanpa Kris sadari, selongsong hatinya telah siap menyambut cinta baru...
.
.
.
"Siapa namamu?" tanya Kris akhirnya.
"Huang Zi Tao," cicit Tao malu-malu.
Kris meraih oksigen banyak-banyak sebelum megeluarkannya dalam satu tarikan panjang. Ia menatap iris hitam Tao lekat-lekat, lalu tersenyum tampan.
"Huang Zi Tao—bisa temani aku makan siang?"
.
.
.
.
.
Kau tidak akan bisa bayangkan betapa bahagianya Zi Tao saat itu.
.
.
.
.
.
FIN. :)
A/N:
Nah gimana? Dami tepat janji kaaan? :D
Adegan Chanyeol membawa barang-barang favorit Baekhyun murni terinspirasi dari adegan di novel Cintapuccino. Beberapa di ambil dari fakta-fakta Baekhyun, beberapa yang lain adalah kesukaan saya sendiri, terutama album Lorde-Pure Heroine. :p *aku cintaaaa*
Tadinya saya mau bikin tokoh Kris jadi brengsek, tapi berhubung Kris makin ganteng pake banget (yang foto-fotonya memenuhi laman tumblr saya) akhir-akhir ini, jadilah Dami gak tega.
Ada yang suka mainan tumblr? Coba mampir ke tumblr saya. Isinya penuh sama derp and troll anak-anak EXO terutama tiga bias utama: Kai, Kris, dan Chanyeol xD
Sebagai gantinya Dami bikin Kris yang super brengsek di FF Broken Wings. *dibejek-bejek Kris*
Ada KaiSoo shipper nyasar ke sini? Baca Broken Wings yuk. :D Tapi gaya penceritaannya lebih kompleks dan konflik batinnya lebih mendalam dibanding 2nd Proposal. Tapi tetep asik kok... *promosi*
Minta saran dong, rencanya saya mau bikin sequel 2nd Proposal (dengan konflik yang lebih rumit). Adakah yang minat? Ditunggu komentarnya di kolom review. :D
Sekali lagi terima kasih sudah mengikuti FF ini sampai akhir. Yang baru baca, tetap tinggalkan review please. Biar saya tetap tahu respon kalian.
Sekarang lagi sering hujan deras, jaga kesehatan yaa readers-ku tersayaaang~ :*
Love,
Dami.