CONNECTED
[YONGYUAN BULIKAI WO SEQUEL]
Final Chapter
.From 2013 until 2016.
By BARBIE HUANG
.
CAST : KRIS TAO CHANYEOL
9170 words.
.
.
.
.
.
Bolehkan aku berbohong kali ini?
Bermaksud untuk mengerti hal yang paling tak kupahami
Menerima tanpa tahu apa yang diberi
Aku bisa memaksakan segalanya, kapanpun kau mau, kapanpun kau butuh
Hingga aku tak memiliki kaki untuk berjalan bersamamu
Hingga luluh lantak dan tertinggal
Kau boleh melihat sesekali, tapi tak akan pernah ada disisi
Kau akan mengambang
Menjauh lalu hilang bersama kebahagiaanmu
Ya, seharusnya aku tahu cinta tak pernah memihak tokoh sepertiku
.
.
Kris menatap sosok Tao yang tertidur diranjangnya, pemuda tampan itu melirik jam dinding. Pukul 2 pagi dan ia sama sekali belum bisa terlelap. Berbeda dengan Tao yang sudah larut dialam mimpi sejak pukul 11 malam tadi. Pemuda tampan bermarga Wu lalu duduk ditepi ranjang, masih menatap Tao diseberang sana. Tao yang nyaman tertidur dikelilingi oleh boneka kesukaannya.
Aku tak bisa bernafas dengan lega
Kris mendekati ranjang Tao, mengusap wajah cantik kekasihnya sekejap lalu berjalan menjauh.
Apakah kau akan terus bersamaku... hingga akhir waktu?
Kris mengambil jaketnya. Dengan gerakan perlahan keluar dari kamar mereka. Kris tidak bisa mengontrol pikirannya saat ini, ketakutan kembali ia rasakan setiap ingin tertidur. Penyakitnya yang dahulu kembali menyerang lagi. Penyakit sulit tidur dan ketakutannya.
Perasaan ini mengapa enggan meninggalkanku sendiri?
"Cih, apa yang sebenarnya aku takutkan?" desis Kris sembari menuruni tangga. Ia butuh udara segar sekarang, kepalanya terasa sedikit pusing. Ia memang selalu seperti ini jika ketakutan akan sesuatu. Sedikit banyak ia memikirkan, apakah ia mengidap Anxiety Disorder seperti Chanyeol? Apakah dia butuh psikiater? Apakah dia sudah gila?
Apakah dia akan menyakiti Tao?
"Sial!"
Kris keluar dari asrama dan berjalan mendekari gazeboo selatan, pemuda itu butuh ketenangan dan mendinginkan kepalanya yang seakan tidak mau berhenti bekerja. Setelah menghela nafas beberapa kali, Kris menyandarkan punggungnya dan menatap langit malam. Ia benci sendirian, ia ingin ditemani oleh Tao. Namun, melihat wajah Tao... ia ketakutan.
.
Ia takut ditinggalkan.
.
Meskipun kau bersummpah, mengapa aku masih tak bisa percaya?
.
Ia takut kehilangan.
.
Mengapa sulit sekali...
.
Chanyeol masih menghantuinya, Kris tahu bagaimana nekatnya Chanyeol. Meski Tao mengatakan bahwa ia memilih Kris. Chanyeol pasti tidak akan pernah kehabisan akal agar Tao bisa bersamanya. Ia hanya tidak bisa berhenti menduga, meski ia ingin percaya. Seakan terbentuk trauma di dalam diri Kris. Itu semua membuat dunia Kris serasa runtuh, ia takut akan segala hal.
.
Sungguh, aku tidak mengerti halangan apa itu...
.
"Apakah aku sebegitu menakutkannya dimatamu?"
.
Suara itu.
.
Kris langsung berdiri dan berbalik badan. Matanya yang tajam membulat sempurna saat melihat pemuda tampan dengan sosok sempurna berdiri tidak jauh dari hadapannya. Pemuda tampan yang tersenyum licik dengan wajah putih pucatnya.
.
Mengapa harus ada batasan yang tak boleh kulampaui?
.
Chanyeol.
.
Kris mengontrol emosi melihat pemuda itu ternyata benar- benar menyusul Tao ketempat ini. Manusia yang paling keras kepala dan tidak bisa dibantah, memang hanya Park Chanyeol. Dengan kontrol diri yang luar biasa, Kris bisa menyembunyikan keterkejutannya. Wajah tegang sudah berubah tenang dan ekspresi Kris terlihat sangat meremehkan Chanyeol. Mereka bertatapan seakan ingin membunuh satu sama lain.
.
Aku ingin melenyapkanmu, kau yang menjadi harga mati kebahagiaanya
.
"Mengejutkan. Apakah tidak cukup ditinggalkan agar kau mengerti bahwa Tao tidak memilihmu?" Kris tersenyum miring.
.
Chanyeol tidak berkata apa- apa selain menusuk Kris dengan sorot mengerikan.
"Tao datang kepadaku. Membuktikan padaku bahwa memang hanya aku yang ia cintai selama ini. Mengapa kau masih tebal muka untuk menemuinya? Apakah kau pikir Tao akan kembali padamu jika ia melihatmu disini?"
Chanyeol mengepalkan tangannya, ia berusaha untuk tidak terlihat kalah. "Aku hanya ingin memastikan keadaannya. Jangan menuduhku seperti itu terus, Wufan."
"Keadaan apa?" Kris mengangkat sebelah alisnya. "Apakah kau berfikir akan tetap berada disisi Tao meskipun Tao memilihku? Apakah kau berfikir untuk terus menyusahkan Tao?"
DEG
Chanyeol akhirnya naik pitam. "Kau tidak bisa mengatur hidupku. Jika aku memang berfikir demikian, kau pikir bisa menghentikanku?"
"Aku memang tidak bisa menghentikanmu. Tidak ada yang bisa, kecuali dirimu sendiri." Kris tidak dapat menyembunyikan wajah tertekannya. "Setidaknya biarkan dia bernafas dengan lega, ia baru saja menerima kebahagiaannya. Jangan menghancurkan itu semua. Kau hanya akan menekannya!"
Aku bukan api yang bisa membakarmu
Jangan lenyapkan aku
Chanyeol tidak mengatakan apapun, ia tahu apa yang dimaksud oleh Kris. Kebahagiaan Tao yang sudah lama diketahui oleh Chanyeol. Pemuda yang ada didepan mata Chanyeol inilah yang diinginkan Tao selamanya. Pemuda yang Chanyeol yakini tidak akan menyakiti perasaan Tao. Benar, Chanyeol tidak akan mengelak.
Namun... bagaimana dengan perasaannya?
Siapa yang perduli dengan perasaannya?
Bagaimana cara membunuh perasaannya?
Melihat ekspresi wajah Chanyeol, Kris merasa harus secepatnya pergi dari sana. Sebelum mereka sama- sama tersulut. Pemuda bermarga Wu itu melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Chanyeol yang masih kaku ditempat. Kris sedikit berharap, Chanyeol mengerti dengan posisinya.
Chanyeol akan pergi selamanya.
.
"Berhentilah memandangku... seperti malapetaka." bisik Chanyeol pedih.
.
Tidak akan terulang, kisahmu sudah berakhir
.
.
.
Kris masuk kedalam gedung asrama dengan langkah cepat, namun langkah itu terhenti disaat ia melihat pemuda manis yang terlihat panik dan ketakutan turun dari tangga. Pemuda manis yang terpekik kecil saat melihat Kris berdiri didepan pintu asrama.
"Wufan!" Tao tersenyum lega meski ekspresi paniknya tetap terlihat.
Kris tidak mengerti, ia mengerutkan kening saat Tao berlari menghampirinya dan langsung memeluk pemuda tampan yang masih saja kebingungan dengan sikap manja Tao. "Ada apa?"
"Kau membuatku takut!" Tao melepas pelukannya namun kedua tangan Tao masih melingkar di tubuh Kris. "Aku terbangun dan tidak menemukanmu dimanapun. Aku pikir kau keluar dan aku khawatir karena ini sudah sangat larut, Wufan!"
Sungguh. Hanya sekejap yang kau perlukan untuk memberiku ketenangan.
Mendengar perkataan Tao, hatinya yang berat dan dingin perlahan terasa ringan dan damai. Ekspresi wajah Tao yang ketakutan jika kehilangan Kris, sungguh, Tao sangat menolongnya malam ini.
Apakah terima kasih cukup untuk bersyukur akan keberadaanmu?
Dengan sayang, Kris memeluk pemuda manis yang kini tertawa geli karena rambut Kris mengenai lehernya.
"Dasar... harus berapa kali kau membuatku jatuh cinta?" bisik Kris lembut.
Tao mengusap punggung Kris dengan penuh kasih sayang. "Jangan pergi begitu saja seperti tadi. Aku ingin bersamamu... jika kau memang ingin keluar, bangunkan aku dan aku akan menemanimu."
Kau tidak pernah gagal membuatku terperdaya.
"Aku tidak tega membangunkanmu." Kris masih enggan untuk melepas pelukannya. Ia mencium pundak Tao berkali- kali, mengesap aroma tubuh khas pemuda manis itu. Aroma kesukaan Kris sejak bertahun- tahun yang lalu.
"Kita kembali kekamar?" tanya Tao sembari melepas pelukan Kris selembut mungkin.
Kris tersenyum kemudian mencium bibir Tao, cukup lama hingga membuat pemuda manis itu tersentak dan melepas ciuman mereka. "Kau! Bagaimana jika seseorang melihat kita?"
"Ini Amerika, sayang."
"Sa- sayang? Jangan memanggilku seperti itu!" Wajah Tao memerah saking malunya. Kris memang pernah memanggilnya sayang, hanya saja... entah kenapa saat ini, Tao sungguh malu dan salah tingkah. Sikap Kris yang manis kadang membuat Tao kewalahan sendiri. Lebih baik bertengkar kecil dengan Kris dibandingkan harus mendapat perlakuan seperti itu secara tiba- tiba. Ah, Tao memang pemalu.
"Baik, princess peach!"
"Ah, jangan itu juga! Aku ini lelaki dan tampan!" protes Tao sembari menggembungkan pipinya. "Lagipula itu panggilan kuno, sudah lama sekali."
Kris tersenyum manis, hatinya sungguh lega. Ia memegang tangan Tao dan berjalan bersama menuju kamar mereka. Diwajah Tao bisa ia lihat ketulusan dan kebahagiaan. Mereka sangat bahagia, tidak bisa terpisahkan lagi. Kris yakin, Tao tidak akan lagi pergi meninggalkannya. Cukup sekali ia merasa sakitnya kehilangan Tao. Ia tidak akan mengalaminya lagi. Kris tidak akan memberi celah.
.
Aku berusaha mempercayaimu.
Kebahagiaan abadimu bersamaku.
Itu tidak akan pernah berubah.
.
Disaat mereka menaiki tangga, Kris melirik kebelakang. Melihat dengan jelas Chanyeol yang sudah berdiri didepan pintu, mengamati mereka sedari tadi dari jarak cukup jauh. Tao memang tidak sadar namun Kris sangat sadar keberadaan Chanyeol. Pemuda tampan berdarah Canada itu hanya memberi sorot tajam pada Chanyeol sebelum ia kembali fokus pada Tao yang memeluk lengan Kris. Senyuman miring tidak bisa Kris hindari. Ia merasa menang.
Sadarlah... kau tidak bisa mengambilnya lagi.
Begitu puas melihat bagaimana terlukanya wajah Chanyeol kala melihat Tao yang begitu tak bisa tanpa Kris.
Inilah yang harus Chanyeol mengerti.
Kedudukannya di hati Tao tidak sama lagi.
Pudar... perlahan hilang.
.
.
Siapa yang kejam sebenarnya?
Mengapa kebahagiaan enggan menyapaku sekali saja?
.
.
Luhan menguap lebar kala ia membuka mata dan duduk diatas ranjang. jam wekernya baru saja berbunyi. Belum ia matikan karena masih terlalu malas untuk bergerak. Namun melihat Sehun yang bergerak tidak nyaman diranjang seberang akibat bunyi weker yang sangat nyaring, Luhan langsung mematikannya.
"Selamat pagi, Sehun." Luhan melakukan peregangan kecil disekitar ranjang.
"Hmm.." Sehun hanya mendengung, nampaknya ia masih ingin berpetualang dialam mimpi.
Luhan menguap sekali lagi kemudian mendekati jendela untuk membukanya. Udara pagi yang segar dan menyejukkan merayu Luhan untuk tersenyum. Udara pagi adalah kesukaannya. Meski nampaknya agak sedikit dingin dari biasa, musim dingin akan segera datang. "Ahhh~ Segar seka— EH!"
Luhan membulatkan mata ketika melihat seseorang tengah berbaring diatas kursi taman. Ia mengerjapkan mata lalu berfikir, rasanya ia pernah melihat lelaki itu. Bukankah itu Park Chanyeol? Apa yang dia lakukan disana? Bukankah dia seharusnya tidur dikamar asramanya? Lantas mengapa pemuda tampan itu malah memilih tidur disana dengan keadaan udara yang sangat dingin ini?
"Dia sudah gila? Ini masih pukul 5 pagi dan—Oh Tuhan, dia bisa mati beku kalau dibiarkan!"
Agak panik, Luhan mengguncang tubuh Sehun untuk bangun tetapi lelaki tampan itu tidak merespon banyak. Itu membuat Luhan berdecak kesal, berlari kekamar mandi untuk mencuci wajahnya dan memakai jaket. Pemuda berwajah cantik itu keluar dari kamar, sedikit berlari. Ia tidak lupa membawa satu jaket lagi karena si bodoh (Luhan sudah memberi julukan) Chanyeol itu nampak sama sekali tidak bergerak. Semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi. Sudah akan masuk musim dingin di negara ini, udara tidak akan bersahabat.
Sesampai diluar area asrama, Luhan mempercepat langkah menuju bangku taman dan benar saja, dia menemukan Chanyeol yang tertidur disana dengan wajah pucat yang bahkan terlihat membiru.
"Astaga!"
Luhan langsung pucat karena tubuh Chanyeol sangat tenang. Tidak menggigil. Sungguh, itu bukan karena pemuda itu tidak kedinginan. Malah itu membuktikan bahwa tubuh pemuda ini sudah sampai batas.
"He—Hey!" Luhan menyentuh lengan Chanyeol. Seketika terkejut kala merasakan betapa dinginnya pakaian pemuda tampan yang tidak merespon sama sekali. " Park Chanyeol! Hey, Chanyeol?!"
Prak
Lengan Chanyeol terkulai, Luhan takut- takut menyentuh telapak tangan Chanyeol. Sangat terkejut dengan apa yang ia rasakan. Astaga! Pemuda tampan ini tidak seperti bernafas! "Oh Tuhan! Jangan katakan dia Mild Hypothermia! Chanyeol!"
Dari gejalanya Luhan bisa menilai bahwa pemuda ini pasti mengalami Mild Hypothermia. Dan tentu saja Luhan tahu betul seberapa gawatnya penyakit itu! Luhan membuka jaketnya dan dengan tangan gemetaran menutupi tubuh Chanyeol dengan kedua jaket yang ia bawa. Tidak ada orang disekitar sana, apa yang harus ia lakukan?!
"H..Help.." suara Luhan masih bergetar. "HELP ME! PROF. ZHOUMI, HELP ME!"
.
.
Aku tidak tahu harus melihat kenyataan dengan pandangan seperti apa
Didalam pikiranku, kebahagiaan tidak akan pernah ada tanpamu
.
.
Tao membuka matanya dengan tiba- tiba. Dadanya terasa sangat sesak secara aneh. Pemuda manis itu terbatuk dan mengusap dadanya yang masih berat. Ia lirik kesekitarnya dan sekali lagi ia tidak menemukan Kris. Tao mengatur nafasnya dengan susah payah, pukul 5 pagi dan Kris sudah tidak berada dikamar asrama? Ini hari libur, Kris tidak akan bangun sepagi ini.
"Kenapa... perasaanku tidak enak.." bisik Tao sembari duduk ditepi ranjang. Ia mengitari kamar tersebut dengan tatapan lesu. Sebenarnya ada apa dengan Kris? Apa yang ia pikirkan hingga belakangan Kris nampak sangat frustasi. Tao merasakannya, hati Kris yang tidak tenang. Ketakutan. Tetapi, Tao tidak mengerti apa yang ditakutkan oleh Kris?
Apa yang membuat pemuda itu menjauh?
Tao menunduk dalam, benar.. ia merasa Kris sangat jauh dari jangkauannya. Kris berubah dan sulit ia gapai. Apa yang Kris pikirkan? Mengapa tidak mengatakan apapun pada Tao? Mengapa tidak membagi beban yang ia pikul hingga Kris tidak perlu lagi merasa resah.
"Wufan..." Tao memeluk lengannya sendiri. "...Jangan tinggalkan aku. Kumohon..."
.
Kau tidak akan hilang
Aku akan terus ada
Tangan kita tidak akan terpisah lama.
.
Kris berada disana, bersama Luhan dan Sehun. Kris terbangun karena mendengar suara gaduh dari luar. Ia hendak memeriksa namun begitu terkejut kala melihat Sehun pun ikut keluar kamar. Kemudian, kedua pemuda itu menyusul Luhan untuk melihat keadaan.
Dan yang Kris takutkan terjadi.
Kau kembali mencari alasan agar Tao kembali, kan?
Zhoumi yang nampak panik tentu saja menandakan keadaan belum membaik. Ambulance baru saja datang dan Chanyeol sudah berpindah keatas ranjang dan perlahan didorong masuk kedalam ambulance oleh petugas medis.
"Kalian tunggu disini, aku akan ikut ke klinik."
"Ba..Baik." Luhan mengangguk cepat. Sedangkan Kris tidak nampak begitu perduli, Sehun sadar bagaimana dingin dan bengisnya ekspresi Kris saat ini. Meskipun Sehun tidak begitu mengenal Chanyeol, melihat pemuda itu terkulai dan tidak bergerak, tetap saja membuat Sehun khawatir. Tetapi, Kris... dia tidak nampak bersimpati. Tidak sama sekali.
Tatapan mata Kris seakan ingin membunuh.
"Semoga dia baik- baik saja." Doa Luhan ketika ambulance sudah menghilang dari hadapan mereka. Sehun merangkul Luhan agar pemuda cantik itu menenangkan dirinya. Luhan sungguh ketakutan. Ia pasti syok karena menemukan seseorang dalam keadaan seperti itu.
Masih diam dan tidak merespon, Kris berbalik badan untuk pergi namun Sehun nampaknya ingin mengatakan sesuatu. "Kris."
Pemuda yang dipanggil namanya kemudian berhenti dan membalikkan badan. Wajahnya masih sangat dingin dan kaku, Luhan menatap Sehun yang kini berbalas pandang dengan Kris. Kedua pemuda tampan itu seakan masih saja bersitegang. Dimata Kris, Sehun masih musuhnya.
"Apakah kau akan kembali kekamarmu dengan wajah seperi itu? Tao akan ketakutan jika melihatnya." Sehun berkata dengan suara yang amat tenang.
Kris tersenyum miring lalu melipat tangan didada. "Wajahku? Ada yang salah?"
Sehun mengerti bahwa Kris tidak senang dengan keberadaan Chanyeol disana, tetapi Kris harus memikirkan dampak sikapnya. Sikap seperti itu tidak akan membuat siapapun senang, apalagi Tao. "Aku tahu kau tidak akan menyukai kenyataan bahwa mantan kekasih Zitao datang ketempat ini. Tetapi.. apakah kau tidak memikirkan bagaimana khawatirnya Zitao jika melihat ekspresimu itu?"
Kris mengepalkan tangan. "... Harus seperti apa aku menahannya?"
Luhan menghela nafas kemudian mendekati sepupunya itu, memegang pundak Kris lalu tersenyum manis. "Kau tidak sendirian. Kami akan membantumu."
"Tidak akan ada yang bisa membantuku, Lu. Kau tidak tahu bagaimana gilanya Park Chanyeol. Dia akan memanfaatkan keadaan. Aku yakin... dia sengaja membuat dirinya lemah, itulah caranya bertahun- tahun menahan Tao didalam dunianya!" Kris nyaris berteriak. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Dia datang, mencari cara untuk mengambil Tao kembali, APA YANG BISA MEMBUATKU TENANG SEKARANG?"
"Kris! Kali ini kau tidak sendirian! Aku dan Sehun akan membantumu! Kami sudah bertekad, Tao banyak sekali membantu kami... aku dan Sehun akhirnya berbaikan karena Tao.. maka dari itu, aku akan membantu kalian." Luhan menggenggam tangan Kris kuat- kuat. "...Jadi, jangan khawatir. Kami ada dipihakmu."
Kami ada dipihakmu...
Mata Kris membulat sempurna kala mendengar ucapan Luhan, Sehun yang tahu bagaimana tersentuhnya Kris lalu tersenyum dan mendekati kedua pemuda itu. Sehun menepuk pundak Kris, membuat Kris menatapnya lekat.
"Maaf, selama ini aku agak keterlaluan. Tetapi apa yang dikatakan oleh Luhan adalah benar. Aku memiliki banyak hutang budi pada Zitao. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil kebahagiaannya."
Kris sungguh tidak bisa menahannya, ia begitu bahagia karena kali ini ia tidak sendirian. Seperti dahulu, ia memiliki Tao disisinya serta teman yang selalu ada untuk mendukungnya. Dulu ia sendirian, tidak memiliki teman untuk berbagi cerita. Semua berpihak pada kebahagiaan Chanyeol. Tetapi, sekarang... Kris tidak lagi harus tersiksa seorang diri.
Ia memiliki teman.
"Jangan lagi menjadi Kris yang dahulu." Luhan yang ternyata sudah menitikkan air mata, tersenyum manis. "Kau yang bersama Zitao, bahagia, lebih baik dan tidak menyusahkan."
Kris akhirnya bisa tersenyum meski tipis, matanya terlihat berkaca- kaca meski pemuda itu sangat pandai menahan emosinya. Sehun menghela nafas lega lalu mengarahkan tangannya pada Kris. Tentu membuat Kris mengerutkan kening tidak mengerti.
"Sekarang kita teman?"
Kris menatap tajam Sehun lalu tersenyum miring, ia sambut uluran tangan Sehun dengan mantap. "Teman."
.
.
Kegagalan dahulu tak akan terulang
Aku memiliki tulang sekuat baja
Kau tidak akan bisa mematahkannya
.
.
Kenangan tentangmu melepuh kepermukaan.
Aku melihatmu tertawa, bahagia, bersinar... dengan seseorang yang sungguh paling kubenci didunia ini
Kau pernah menjadi milikku
Tetapi tak pernah sebahagia itu
Tidak pernah secerah itu
Kau tidak pernah seindah itu—
Cintaku tak pernah berhasil
Aku digeroroti ego yang membuatku lumpuh, tidak bergerak
Terseret hingga jauh, tak tampak
Patah berkali- kali
Rindu dibalik langkah dan teriakan dibalik bisikanku yang tidak pernah berdengung
.
Kalimat apa yang membuatmu bisa paham
.
..bahwa...
.
Aku mencintaimu.
.
.
"Chanyeol..."
Tao tersenyum dengan wajah penuh dengan kebahagiaan, mengulurkan tangannya pada Chanyeol yang hanya terdiam tanpa bisa berkata. Kedua mata Chanyeol seakan memanas ketika ingin menyambut uluran tangan yang tiba- tiba menjauhinya.
"Ta..Tao."
Wajah Tao yang awalnya tersenyum, berubah dingin dengan mata yang terlihat sangat tajam tanpa kasih sayang. Pemuda manis yang selalu dipuja oleh Chanyeol lalu berbalik pergi meninggalkan Chanyeol yang tidak bisa bergerak. Kedua kakinya terantai dengan sangat erat.
"TAO!"
Chanyeol berusaha membuka rantai- rantai yang entah sejak kapan membelenggunya. Tao semakin jauh dan tidak pernah melirik kebelakang. Chanyeol kembali berteriak tetapi suaranya seakan tenggelam.
Aku akan tetap meradang untuk menggapaimu
Tao sudah pergi.
Dihitam matamu aku sosok yang hilang
Meninggalnya ditempat. Tidak bisa bergerak.
Aku lebih tidak perduli meski kau menarik diri
Dia tidak bisa pergi kemana- mana.
.
.
.
.
.
"TAO!"
.
.
Tangga itu tak akan mengantarkanku padamu
.
.
.
Prang
.
Sebuah cangkir terjatuh begitu saja dari tangan Tao, tentu saja membuat ketiga pemuda lainnya menatap Tao dengan sorot terkejut dan khawatir. Luhan, Sehun, Kris dan Tao sedang menikmati sarapan di cafetaria pagi ini. Ketika Tao akan meminum coffee latte kesukaannya, tangannya tiba- tiba mati rasa dan pikirannya kosong.
"Tao, kau baik- baik saja?" Kris yang duduk disebelah pemuda manis itu langsung merangkul Tao yang nampak sangat syok. Tatapan matanya kosong. Luhan dan Sehun tentu saja juga terlihat khawatir, pemuda manis ini sangat ceria sebelum cangkir itu akhirnya jatuh.
Pintu mana yang kau ketuk?
Kini Tao seakan kehilangan jiwa, terdiam memikirkan sesuatu.
Aku tidak mendengar apapun...
"Tao?" Kris memegang pipi Tao dengan lembut, seketika itu sang pemuda manis kembali sadar lalu melihat kesekeliling. Ia bahkan baru sadar bahwa ia menjatuhkan cangkir ditangannya.
...hati siapa yang kau isi?
"Oh Tuhan! Apa yang terjadi?!" Tao panik bukan main. Sehun mengerutkan kening kala melihat reaksi Tao. Luhan memanggil pelayan untuk membersihkan pecahan cangkir tersebut sedangkan Kris kini menenangkan Tao yang terlihat sangat merasa bersalah.
"Kau kenapa, Tao? Kenapa tiba- tiba diam dan melepas cangkir itu dari tanganmu?" Luhan memegang tangan Tao dengan lembut, khawatir karena Tao nampak sedikit pucat. "Kau tidak apa- apa, kan?"
"Ah.. aku melakukannya? Astaga, aku tidak sadar." Tao menepuk pelan pipinya dengan sebelah tangan. "Aku pasti kelelahan, ini gara- gara Wufan yang membuatku terbangun tadi malam."
"Kenapa malah menyalahkanku?" Kris masih merangkul kekasihnya yang kini tersenyum dan mencibir kearahnya. Apa yang bisa Kris lakukan selain memutar bola mata karena sama sekali tidak bisa marah pada Tao. "Aku tidak akan mengulanginya lagi. Jadi, berhentilah."
"Kau itu menyebalkan!"
"Oh Tuhan, harus berapa kali aku minta maaf padamu, Tao?"
Kris dan Tao kembali berdebat, Luhan hanya bisa menghela nafas panjang karena ini sudah kali ketiga mereka mendebatkan hal itu. Tao sungguh kesal karena Kris selalu menghilang dan tidak memberinya kabar jika akan keluar kamar. Tetapi, Sehun seakan menyadari sesuatu. Ia pernah melihat Tao seperti ini ketika Kris mencoba bunuh diri beberapa bulan silam. Ekspresi Tao sama persis meski nampaknya tidak separah waktu itu. Namun... jika benar...
... apakah batin Tao juga terikat erat dengan Chanyeol?
Apakah rasa butuh semenyeramkan itu?
"Sehun?" Luhan mengusap lengan pemuda yang tersentak karena melamun, "Ada apa?"
"Tidak..."
"Kau memikirkan sesuatu?"
Sehun tersenyum miring lalu menatap Kris dan Tao yang masih saja beradu mulut. "Sepertinya... kekhawatiran Kris memang beralasan."
"Eh?" Luhan mengernyit, tidak mengerti akan apa yang dikatakan Sehun.
Sehun menghela nafas dan menghadap pada pemuda cantik yang memiringkan wajahnya, masih meminta jawaban atas apa yang Sehun katakan baru saja. Sehun mengusap rambut Luhan dengan lembut. "Tidak apa- apa. Aku akan ketoilet."
"Hey, Sehun!" Luhan mengerucutkan bibir saat Sehun berdiri dan berjalan menuju toilet.
Kris yang melihat Sehun berjalan menuju toilet, berdiri dan mengikuti pemuda tampan itu tanpa mengacuhkan Tao yang berteriak kesal agar Kris tidak melarikan diri. Tetapi Kris hanya merangkul Sehun dan mencibir pada Tao. Apa yang bisa pemuda manis itu lakukan selain mendengus.
"Sejak kapan mereka seakrab itu, hu uh!" Tao berdengung sembari meminum orange Juice milik Kris sampai habis. Balas dendamnya untuk pemuda tampan yang sangat menyita perhatian dan hatinya selama ini.
Luhan tertawa pelan. "Bukankah mereka memang sangat cocok?"
"Kurasa." Jawab Tao singkat. Kepala Tao terasa berputar- putar sekarang, ia tidak mengerti mengapa dirinya jadi linglung seperti tadi. Dadanya sedari pagi tidak terasa nyaman, seperti ada yang mengganjal hatinya. "Luhan... bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
Luhan yang baru saja menyuap cheesecake-nya mengangguk mantap. "Hmm?"
"Apakah Wufan menceritakan sesuatu padamu?"
"Sesuatu?"
"Apakah Wufan sedang ada masalah belakangan ini?"
Luhan mengerjapkan mata, ia tersenyum kikuk karena tidak menyangka Tao ternyata menyadari kegelisahan sang kekasih. "E..Entahlah... Kris memang memiliki masalah pada kepribadiannya, kan? Haha!"
"Bukan itu maksudku, Lu!" Tao menghela nafas berat, wajahnya nampak sedih. "Wufan sungguh berbeda belakangan."
"Aku rasa hanya perasaanmu." Luhan memakan spagetti miliknya kemudian, Tao membaca gelagak aneh Luhan yang kini malah tersedak dan meminum air mineralnya dengan tergesa- gesa.
DRRTTTT
Ponsel Tao bergetar, ia mengambil ponselnya dan mengerutkan kening saat mengetahui Prof. Zhoumi menelponnya. Luhan yang sudah selesai dengan urusan tersedaknya lalu menatap Tao yang menerima panggilan tersebut.
"Morning, Prof. Zhoumi." Sapa Tao sopan.
/"Morning, Huang Zitao."/
Eh? Professor Zhoumi?
Luhan menelan kasar liurnya sekarang. Mengapa Zhoumi menelpon Tao? Bukankah sekarang Zhoumi sedang mengurus Chanyeol di klinik? Lantas... apa yang...
/"Apakah kau mengenal...Err... sebentar nama anak ini adalah... Ah! Apakah kau mengenal Pa..Park Chanyeol?"/
Mata sipit Tao menajam saat mendengar nama sahabatnya itu. "Ch..Chanyeol?"
Gawat!
Luhan yang panik langsung mengambil ponsel Tao, tentu saja membuat Tao terkejut atas apa yang dilakukan pemuda cantik itu. Luhan langsung menyambung pembicaraan dengan Zhoumi. "Apa kabar, Prof, Zhoumi? Haha...ha.."
"Luhan, kembalikan ponselku!" Tao berusaha mengambilnya namun Luhan menghindar dan tetap saja mengajak Zhoumi berbicara.
"Ah... nanti aku akan kesana. Aku akan menyampaikannya pada Tao. Oh, Tao tiba- tiba ingin ke toilet, iya—" Ucapan Luhan harus terpotong ketika Tao memegang tangan Luhan kuat- kuat. Tatapan mata Tao sangat khawatir, wajahnya sungguh serius. Sedikit membuat Luhan merinding.
"Berikan padaku, Luhan!" Tao langsung mengambil ponselnya dari Luhan yang hanya bisa menurut. Tao kembali mendekatkan telinganya pada ponsel. Sambungan telepon masih terhubung, Tao tahu betul ada yang tidak beres. Ia bisa merasakannya. Tidak mungkin Zhoumi bertanya tentang pemuda bernama Park Chanyeol secara tiba- tiba, kan?
"Professor."
/"Ah, Zitao? Bukankah kau ketoilet?"/
"Ada apa, Professor?" suara Tao sangat serius.
/"Begini, seorang pemuda bernama Park Chanyeol ditemukan oleh Luhan, Sehun, dan Kris tadi pagi di taman Roel tertidur dengan kondisi yang sangat gawat dan kini sedang ditangani pihak medis karena Mild Hypotermia yang ia derita."/
"A- APA?" Tao membekap mulutnya sendiri. Chanyeol ada di Kanada? Di McGill? Tunggu, mengapa tidak ada yang memberitahukan padanya kejadian ini? Dan apa maksudnya dengan Mild Hypothermia? Ada apa ini sebenarnya?!
/"Untuk Mild Hypothermia-nya sudah ditangani dengan baik.. hanya saja nampaknya dia menderita sindrom Anxiety Disorder, dan... beberapa kali meneriakkan namamu. Dokter menyarankan agar seseorang yang Park Chanyeol itu panggil segera datang untuk menenangkanya."/
Tao terduduk dengan kekecewaan yang amat dalam, matanya sudah memerah. Menatap Luhan yang kini hanya bisa memejamkan mata dan menunduk dalam. Ia berdoa pada Tuhan, agar semua ini tidak berujung buruk. Tao menghela nafas panjang. "A..Aku akan ke klinik sekarang, Professor. Terima kasih telah menghubungiku."
Tao meletakkan ponselnya diatas meja, Luhan bersumpah tak pernah merasa begitu bersalah. Tetapi, apa yang ia lakukan tidak sepenuhnya salah, kan? Dia hanya ingin membantu Kris.
"Mengapa kau tidak mengatakannya padaku, Luhan?" suara Tao tak terdengar ramah. Ia tidak berbasa-basi kali ini.
Disaat Luhan mengangkat wajahnya, Kris dan Sehun kembali dari toilet. Terdiam karena melihat Tao akan menangis dan Luhan yang pucat pasi. Kris duduk disebelah Tao menatap Luhan penuh tanda tangan, Luhan hanya bisa memberi gelengan pada Kris. Sehun juga tidak mengerti, tetapi feeling-nya tidak terasa baik.
"Tao?" Kris merangkul Tao dengan hati- hati, sang kekasih lalu mengalihkan pandangannya pada Kris. Air mata Tao luluh saat ini, ia kecewa pada Kris. Apakah selama ini, Kris menyembunyikan fakta bahwa Chanyeol berada di Kanada? Apakah karena itulah Kris seperti penuh beban dan masalah? Tetapi... mengapa Kris harus merahasiakannya?
Apakah kau benar- benar tidak mempercayaiku?
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" Tao menggeleng pelan. "Aku mempercayaimu dengan hidup dan nyawaku! Aku mengatakan apapun padamu, aku bahkan tidak membiarkan diriku memiliki privasi agar kau percaya pada kesungguhanku!"
Sungguh, ini sangat menyakitkan.
"Apa yang—" Kris tidak mengerti arah pembicaraan Tao.
"Profesor menelponku baru saja!" Tao sedikit berteriak. "Dia mengatakan Chanyeol ada disini, di Kanada, dan terserang Mild Hypothermia pagi ini! Dia hampir mati dan kau tetap tidak mengatakan apa- apa padaku! Kau merahasiakan semuanya dariku!"
Sesulit itukah menghargai perasaanku?
Kris terdiam, tidak menyangka Tao akan tahu secepat ini. Meski Kris sama sekali tidak berminat untuk mengatakannya pada Tao. Memang, kemarahan Tao sangat beralasan karena ia merasa tidak pernah dipercayai oleh Kris. Dan disaat nyawa Chanyeol sedang terancam pun, Kris tetap merahasiakannya.
"Anxiety Disorder-nya kambuh dan kau tahu dengan jelas bahwa dia bisa mati karena itu, Wu Yifan!" Tao menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. "Jika terjadi sesuatu pada Chanyeol, aku tidak akan memaafkan diriku!"
Kris tidak terlihat merespon ketika melihat Tao yang mulai menangis karena Chanyeol, ia hanya mengepalkan tangan. "Aku tidak masalah jika dia mati."
DEG
Perkataan Kris sontak saja membuat Luhan dan Sehun terkejut, tidak menyangka Kris bisa berpikiran seperti itu. Termasuk Tao yang kini tidak percaya atas ucapan tajam Kris.
Siapa pemuda yang ada dihadapannya?
Siapa pemuda ini?
Tao seperti tidak mengenal Kris. Bukan... 'Wufan' yang ia cintai tidak akan pernah tega berkata seperti itu.
"W..Wufan... kau tidak serius dengan ucapanmu, kan?" Tao terbata.
Kris tersenyum sinis. "Aku tidak perduli pada siapapun. Aku hanya perduli padamu. Jika memang Chanyeol akan merebutmu, jauh lebih baik jika dia mati—"
PLAK
Tao menampar Kris.
Kris tidak bergerak, masih tertahan diposisi. Ia kembali tersenyum dan memegang pipinya yang terasa perih. Ia tidak melakukan apapun selain menjilati darah disudut bibirnya. Tao berdiri diposisi, ia tidak tahu siapa pemuda yang kini menatapnya tanpa kasih sayang. Kris yang sangat berubah.
Bukan!
Aku memang merasakannya... kau hilang.
"Wufan tidak akan pernah berkata seperti itu." Tao mengambil ponselnya diatas meja lalu mengusap air mata dengan kasar. "Aku tidak mengenal siapa yang ada dihadapanku."
Kau seperti kehilangan hati
Tao lalu berlari dari tempat itu, Kris yang tahu kemana tujuan Tao tentu saja bermaksud mengejarnya. Namun Sehun bergerak cepat. Ia tahan lengan Kris dengan sangat kuat dan memberi kode pada Luhan untuk mengejar Tao. Kris memberontak dan seketika mereka menjadi tontonan di cafetaria tersebut.
"Kau memang mengerikan." Desis Sehun berbahaya, "Tetapi aku tidak menyangka kau bisa mengatakan hal seperti itu."
"Ini bukan urusanmu, biarkan aku mengejar Tao. Dia tidak akan kubiarkan menemui Chanyeol." Suara Kris tenang tetapi sangat menekan.
"Sudah kuperingatkan padamu, ego itu yang akan menghancurkanmu dan Tao dikemudian hari. Kau saat ini sama sekali tidak terlihat menyayanginya. Apakah perasaan sayangmu dahulu sudah berubah menjadi obsesi?" Sehun mulai tersulut.
Kris menatap lengannya yang masih digenggam kuat Sehun. "Sekali lagi. Ini bukan urusanmu."
"Aku mempercayakan Zitao padamu karena kupikir kau memang yang terbaik untuknya! APA YANG SEBENARNYA KAU INGINKAN, UH?! MENGAPA TIDAK BISA MEMBACA MATANYA YANG BEGITU TULUS PADAMU? AKU BERTARUH DEMI APAPUN, MESKI KAU MEMPERTEMUKAN CHANYEOL DAN ZITAO, DIA TIDAK AKAN LARI DARIMU! DIA AKAN TETAP BERSAMAMU! MENGAPA KAU TIDAK BISA MELIHATNYA?!" Sehun menyengkam kerah baju Kris. Sehun sungguh tidak mengerti mengapa Kris bisa sebodoh ini?
Kau buta, bukan cinta yang buta
Kris mendorong tubuh Sehun, Kris tidak terlihat ingin merespon. Pemuda tampan itu berjalan meninggalkan Sehun, tetapi Sehun tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kris sudah diluar batas, dia terlihat tidak waras sekarang, dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Tao lagi. Yang dia pikirkan hanya dirinya dan ego-nya agar Tao tidak pergi darinya.
Ini salah.
Cinta seperti itu salah.
"WU YIFAN!" Sehun mendorong pundak Kris agar kembali berhadapan dengannya. Mereka sudah berada diluar cafetaria, dan Kris masih dengan wajah tenang dan kakunya menatap Sehun lekat.
"Aku tidak ingin berkelahi disini, Oh Sehun."
Sehun menggeleng pelan, pemuda dihadapannya ini seperti mesin. Sehun memang menyukai Tao, dia akui itu hingga akhirnya memilih melepaskan Tao agar bahagia bersama pemuda yang ia pilih. Tetapi... Kris tidak terlihat seperti itu saat ini. Didalam pikirannya, hanya mengekang Tao. Dia tidak mempercayai Tao, hubungan seperti itu hanya akan menyiksa salah satu atau bahkan keduanya. Tidak akan ada akhir bahagia.
Aku tidak mau kau dililit cinta yang salah
"Kris... apakah pernah, sekali saja... kau menanyakan keinginan Zitao?"
DEG
Kris cukup tersentak. "Apa maksudmu?"
"Apakah pernah sekali saja kau menanyakan keadaan hatinya dengan serius?"
Pertanyaan yang sederhana, bukan?
Tunggu... Kris mulai merasa ada yang salah.
"Apakah kau pernah mempercayai perkataan Zitao?"
Tidak.
"Apakah... Zitao pernah berbohong padamu? Dia tidak pernah berbohong, bukan? Seharusnya kau sadar disaat ia mengatakan memilihmu, DIA TIDAK AKAN BERLARI KEMANAPUN!"
DEG
Tidak!
Zitao memang tidak pernah berbohong.
Disaat ia memilih Chanyeol, dengan jelas ia mengatakan bahwa ia memilih Chanyeol meski mencintai Kris. Dengan jelas ia tolak perasaan Kris, ia memang tidak pernah memperlihatkan bahwa ia memberi harapan pada Kris. Dia memang pemuda lugu yang akan selalu mengatakan isi hatinya meski tanpa sadar melukai orang lain.
Tetapi...
...mengapa disaat Zitao dengan jujur mengatakan perasaannya pada Kris. Keseriusan dan tekadnya untuk selalu berada didekat Kris. Memperlihatkan usahanya agar bisa sampai ditempat Kris berada. Tao melakukan semuanya, Tao membuktikannya pada Kris. Saat Kris mengatakan agar Tao tidak menghubungi Chanyeol, Tao tidak pernah menghubungi Chanyeol lagi. Apapun yang dikatakan Kris... Tao selalu melakukannya.
Tao membuktikannya.
Tao tidak pernah berbohong padanya.
Tidak pernah merahasiakan apapun.
Selalu memikirkan perasaan Kris diatas apapun.
Lantas mengapa... Kris tidak pernah mempercayainya?
Mengapa Kris tidak pernah berusaha melihat usaha Tao untuk selalu bersamanya?
Kemana cintanya selama ini?
Mengapa ia tidak bisa merasakan apapun hingga ketakutan terus saja membelenggunya?
Apa yang sebenarnya ia lakukan sekarang?
Aku yang menyakitimu
Sehun menghela nafas panjang ketika melihat mata Kris memerah, wajah Kris kini sangat tertekan. Nampaknya, pertanyaan Sehun berdampak pada Kris yang kini terduduk disalah kursi besi di trotoar tersebut. Sehun ikut duduk disamping Kris, menatap beberapa mobil yang lalu lalang disana.
"Dia tidak pernah sekalipun bermaksud pergi darimu. Aku... aku sudah berusaha sekeras mungkin agar bisa menjadikannya milikku. Usaha seperti apapun yang kulakukan, dia tak pernah terpengaruh. Yang ada dipikirannya hanya kau, kau dan kau. Itu menyebalkan." Sehun tersenyum tipis.
Aku yang seharusnya melindungimu...
...membuatmu ketakutan
Kris merasa tubuhnya mendingin, udara memang kurang bersahabat. Hidung kedua pemuda itu bahkan sudah memerah. Kris yang sangat merasa bersalah, hanya bisa menahan emosinya. Ia sungguh merasa bodoh, mengapa ia tidak memikirkan bagaimana perasaan Tao? Mengapa bisa ia mengatakan hal kejam seakan dia tidak perduli dengan perasaan Tao seperti tadi? Yang ada didalam pikirannya hanya takut kehilangan... padahal seharusnya ia yakin bahwa Tao tidak akan pergi kemanapun.
Tao memilihnya.
"Chanyeol... adalah musuhku." Kris bergumam. "Sejak dahulu dia selalu menang dariku. Apapun yang menyangkut Tao dia akan menjadi unggul, Tao sangat menyayanginya. Keadaan Chanyeol yang memang sedikit lemah membuat Tao merasa bertanggungjawab."
Sehun mendengarkan perkataan Kris dengan serius, dia memang belum begitu paham arti Chanyeol dalam hubungan Kris dan Tao.
"...kami sama- sama menyukai Tao. Kami membuat kesepakatan, untuk tidak menyatakan perasaan kami pada Tao agar tidak menyakiti Tao. Dimata Tao, kami adalah sahabatnya. Namun... 10 tahun kemudian.. aku tidak bisa lagi, aku menyatakannya pada Tao dan Chanyeol pun melakukan hal yang sama. Dan... Tao memilih bersama Chanyeol meski Tao mengaku mencintaiku. Dia tidak bisa meninggalkan Chanyeol karena Anxiety Disorder yang Chanyeol idap sejak kecil."
"Anxiety Disorder?" Sehun cukup terkejut. Apakah maksud Tao tentang Sehun yang mengingatkannya pada Chanyeol... karena keadaan Sehun waktu itu sangat bergantung pada marijuana?
"Penyakit itu memang mengerikan. Aku pernah melihat langsung beberapa kali Chanyeol kambuh, aku ketakutan... hanya Tao yang bisa menenangkannya hingga para medis datang." Kris mengusap lengannya. "...Tao pasti sangat marah sekarang. Tao mengatakan bahwa Chanyeol sudah ia anggap sebagai keluarganya. Dan..aku mengatakan sesuatu yang tak pantas kukatakan. Apa yang harus kulakukan?"
Sehun menepuk pelan pundak Kris. "...Bukankah Tao mengatakan apa yang harus kau lakukan?"
Kris tersenyum tipis. "Dia mencari diriku yang dulu... Wufan-nya yang dulu. Wufan yang memikirkan perasaan orang lain. Wufan yang terlalu baik hati dan... bodoh."
"Jika kau memang sudah tidak bisa kembali menjadi 'Wufan', kau harus menjelaskan keinginan 'Kris' pada Tao dengan jelas. Kalian harus berbicara dengan serius." Sehun memberi saran. Kris hanya mengangguk pelan, tidak menyangka Sehun bisa membuatnya sadar akan kesalahannya.
"Ah.. apakah kau tahu mengapa Tao akhirnya putus dengan Chanyeol dan bisa ada disini?" Sehun kembali bertanya.
Kris berfikir, dia bahkan tidak tahu bagaimana usaha Tao agar bisa sampai di Canada. Oh Tuhan, sebegitu tidak perhatiannya kah dia? Kris hanya bisa memukul kecil kepalanya. Kesal atas kebodohannya.
"Kau tidak tahu?" Sehun menghela nafas panjang melihat gelengan singkat Kris. "Baiklah, nampaknya kau memang harus memperbaiki dari awal, Kris."
.
.
Harummu menyeruakkan hingga membebaskan asa
Semilir tak menyapa, tak bersuara
Langit tak jingga, tak juga hitam
Matamu yang bulat memerintahku untuk jatuh
Jatuh hati
Meski awal tak ingin akui
Aku kalah.
.
.
Tao berlari cepat ketika ia masuk kedalam Klinik bersama Luhan, kedua pemuda yang nampak panik itu menuju resepsionis. Luhan yang menanyakan kamar inap Chanyeol dan Tao hanya mengikuti Luhan karena pikirannya sangat kacau. Ia luluh lantak, kacau berantakan. Kecewa akan sikap Kris yang membuatnya tidak bisa mencerna apapun. Bukan masalah Chanyeol berada di Kanada sebenarnya, Tao hanya terlalu lelah meyakinkan Kris yang tetap menutup hatinya. Memang tidak mudah bagi Kris, tetapi haruskah Kris sampai seperti ini?
Bruak
Tao terjatuh saat mereka berlari menuju kamar Chanyeol, Luhan yang melihat Tao terjatuh tentu saja panik dan berbalik kebelakang. Pemuda cantik yang masih merasa bersalah kemudian membantu Tao untuk berdiri, tetapi Tao nampaknya tidak kuat menahan sakit dan sesak. Ia menangis, ia meluapkan kekecewaannya.
"Tao..." Luhan memeluk pemuda itu sangat erat. "..kumohon, jangan seperti ini."
"Dia.. apakah dia masih mencintaiku seperti dahulu?" Tao terisak, ia membenamkan wajahnya didada Luhan. "Dia tidak mempercayaiku sama sekali! Dia masih berfikir aku akan memilih Chanyeol jika bertemu dengan Chanyeol! Mengapa dia bisa berfikir bahwa cintaku sedangkal itu?!"
"Tao... Kris hanya tidak ingin kehilanganmu.." Luhan mengusap punggung Tao dengan lembut.
"Dia tidak mempercayai hatiku, Luhan! Atas dasar apa dia melihatku selama ini? Jika bukan karena cinta... dimata Wufan.. apa... Aku ini siapa dimata Wufan? Dia anggap apa perasaanku selama ini?!" Tao semakin terisak.
Luhan yang ternyata sudah menangis kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Ia bantu Tao untuk bangkit dan duduk disalah satu kursi rumah sakit. Pemuda cantik berwajah boneka lalu membersihkan wajah Tao dengan lembut. Ia berusaha tersenyum saat Tao memandang wajah Luhan.
"Kris mencintaimu, jangan ragukan itu. Aku bersumpah dia mencintaimu." Luhan mengangguk yakin, ia menyingkirkan anak rambut yang membuat wajah Tao terlihat kusut. Pemuda manis itu sedikit tenang, hanya terdengar sesegukan kecil.
"...Dia.. tidak seperti itu dahulu. Meski dia membenci Chanyeol... dia tetap khawatir setiap Chanyeol kambuh.. Dia tidak mungkin berkata seperti itu. Wufan seperti tidak memiliki hati. Itu... membuatku takut, Luhan."
Luhan menghela nafas panjang. "Aku sudah menduga ini akan terjadi. Aku sudah memperingatkannya tetapi... sepertinya Kris tidak mendengarkan."
Tao menunduk dan menutup mata. "Aku tahu ada yang berubah dari Wufan sejak awal. Aku terkadang takut jika melihat sorot matanya padaku... tetapi aku berusaha menenangkan hatiku... dan sekarang aku tidak bisa lagi, Luhan."
"Sehun akan berbicara pada Kris dan aku yakin dia akan sadar atas kesalahannya."
Tao mengangkat wajahnya, menatap Luhan dengan taat. "... Aku tidak tahu lagi harus seperti apa meyakinkannya. Dia tak akan mendengarkanku."
"Luhan! Zitao!" Zhoumi berjalan cepat saat melihat Luhan dan Zitao yang langsung berdiri saat Zhoumi sudah berada dihadapan mereka.
"Professor, bagaimana keadaan Chanyeol?" Tao bertanya dengan nada sedikit panik.
"Begitu obat bius sementaranya lenyap, dia kembal berteriak! Ayo cepat, Zitao! Chanyeol semakin tidak bisa dikendalikan!" Pengakuan Zhoumi sontak membuat Tao dan Luhan terkejut. Tanpa membuang waktu kedua pemuda itu mengikuti Zhoumi yang sudah berlari terlebih dahulu.
Aku tidak terlambat,kan?
Dan... begitu sampai dikamar inap Chanyeol, kekacauan yang sesungguhnya terjadi. Tao berhambur ke ranjang Chanyeol yang dipegangi beberapa orang perawat. Tubuhnya terlihat memberontak dan dia berteriak seperti orang gila. Luhan bahkan tidak percaya akan penglihatannya. Apakah separah ini? Ia tidak pernah melihat seseorang dalam keadaan seperti ini.
"AAAAGHHHHH! LEPASKAN AKU!" Chanyeol berusaha memberontak saat tubuhnya akan diikat, tidak mungkin memberi obat bius lagi karena sudah dilakukan berkali- kali. "KALIAN SEMUA PEMBOHONG! KALIAN SEMUA INGIN AKU MATI!"
"NO! DONT DO THAT!" Tao menghentikan perawat yang akan mengikat tubuh Chanyeol. Tao langsung memeluk tubuh Chanyeol yang masih memberontak, belum menyadari keberadaan Tao sama sekali. Otaknya sudah dikendalikan oleh rasa takut dan cemas yang luar biasa.
"Chanyeol! Aku disini! Chanyeol!" Tao mengusap pipi Chanyeol dan terus memeluk pemuda yang masih belum terkendali. Chanyeol berteriak seakan dia sedang tersiksa. Luhan yang tadinya ada didalam tidak berani melihatnya, Luhan akhirnya keluar bersama Zhoumi. Beberapa perawat melepaskan tangannya ditubuh Chanyeol dan kini hanya Tao yang memeluk pemuda yang masih saja memberontak dan berteriak.
"KKKHHH! MENGAPA TIDAK ADA YANG MEMIKIRKAN PERASAANKU! AKU BUKAN SAMPAH! AKU TIDAK INGIN DIBUANG!"
Tao menggeleng cepat. "Tidak ada yang akan membuangmu, Chanyeol! Semua orang menyayangimu!"
"KALIAN SEMUA MEMBENCIKU! MENGANGGAPKU YANG BERSALAH DAN TIDAK PANTAS BAHAGIA!"
"Chanyeol! Aku tidak pernah membencimu! Semua orang memikirkanmu karena ingin kau bahagia!" Tao memegang kedua pipi Chanyeol yang masih berteriak. "Kumohon, Chanyeol! Lihat aku!"
Tetapi suara Tao tidak sampai, kali ini kesadaran Chanyeol sudah dikuasai rasa takut sepenuhnya. Dia seakan tidak bisa mendengar suara yang memanggilnya, suara Tao tidak terdengar lagi olehnya. Chanyeol bahkan sudak kejang dan itu membuat Tao semakin ketakutan.
"Kumohon, Chanyeol!" Tao menggenggam tangan Chanyeol dengan erat. "KUMOHON!"
Chanyeol tidak mendengarkannya.
"CHANYEOL!" Tao berusaha mengarahkan mata Chanyeol kewajahnya, tetapi sorot pemuda itu nampak kosong. Tao merinding dan ketakutan. Dia tidak ingin kemungkinan terburuk terjadi! "KUMOHON DENGAR SUARAKU!"
.
"Tao ada disini."
.
Suara berat itu membuat Tao terkejut, ia membuka matanya yang tadi terpejam. Melihat seseorang di sisi lain tempat tidur Chanyeol, seseorang yang membuat Tao terperanjat tidak percaya. Pemuda tampan yang tersenyum sedih melihat wajah Tao yang berantakan.
.
"Wu..fan.."
.
Benar.
Kris datang, berdiri berseberangan dengan Tao. Wajah Kris penuh dengan rasa bersalah. "Ayo... panggil dia lagi, Tao."
Kau datang?
Dengan perlahan, Kris memegang pundak Chanyeol dan mendekatkan wajahnya ketelinga pemuda yang masih berteriak dan memberontak. Tao memperhatikan Kris yang kini seperti menahan air mata, Tao tahu... Kris pasti tidak akan tega melihat sahabat mereka seperti ini. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, Tao tahu Kris tidak akan bisa bersikap kejam seperti apa yang dikatakannya tadi. Meski dia membenci Chanyeol... hati nuraninya masih ada.
"Chanyeol.. jangan membuatnya menangis lebih lama. Dia ada disini. Tao ada disini. Dia mencemaskanmu, dia sangat khawatir." Kris melirik Tao yang tersenyum pada Kris. Meski air mata tidak mau berhenti, Tao sungguh bahagia melihat Kris disana. Menenangkan Chanyeol bersamanya.
Kau sudah kembali?
Tao mempererat genggaman tangannya dengan tangan Chanyeol. Ia juga mendekatkan bibirnya ketelinga Chanyeol. Berbisik bersama Kris disana...
...berbisik..
.
"Kami ada disini, sahabat baikmu."
.
.
.
Aku mendengarnya.
Aku tahu, semua akan berakhir dengan cara Tuhan
Aku tidak ingin terus seperti ini
Meskipun hatiku jauh dari kendali
Setiap keinginanku... aku hanya ingin kau melihatku
Memanggilku
Meyakinkan bahwa aku patut dicintai
.
.
"Chanyeol!"
.
Suaramu... sampai.
.
.
Seperti keajaiban, mata Chanyeol yang sedari tadi terbelalak perlahan memejam. Tubuh itu tenang dan Tao sungguh lega ketika Chanyeol berangsur- angsur tenang. Ia tidak mengerti, tetapi dia sangat bersyukur. Chanyeol mendengarkan suara mereka, suara mereka sampai hingga menarik Chanyeol kealam sadarnya.
Apakah ini yang sebenarnya kau inginkan?
Ikatan tulus?
Kris menghela nafas lega dan melirik Tao yang kini tersenyum senang. Meski nampaknya Chanyeol belum terlihat mengerti akan keadaannya, tetapi mata Chanyeol mulai terbuka perlahan. Pandangannya masih kabur hingga tidak tahu siapa kedua pemuda yang berdiri disisinya.
Siapa?
Bukankah rantai itu tidak akan melepasku?
Dimana?
Ah...
.
Genggaman tangan ini...
.
"Chanyeol... aku disini."
.
Suara Tao membuat Chanyeol mempertajam kekuatan matanya, hingga bola mata itu berpijar kala melihat Tao berada disana, memegang tangannya dan menangis untuknya. Demi apapun, Chanyeol tidak bisa menahan hatinya untuk memeluk pemuda manis yang kini membalas pelukan Chanyeol tidak kalah erat.
Tuhan, matahariku kembali.
"Aku pikir aku akan mati—" Chanyeol meresapi wangi tubuh Tao yang begitu dekat dengannya. "..Aku pikir, kau akan membuangku lagi."
Tao tersenyum lalu menggelang pelan. "Itu tidak akan pernah terjadi. Kau adalah sahabatku."
Tao membuka pelukan Chanyeol dengan lembut dan mengarahkan wajahnya pada Kris yang sangat berusaha menahan diri karena melihat Chanyeol dan Tao berpelukan. Kris hanya bisa menghela nafas berat. Ia nampak sangat berusaha. Tentu saja, Chanyeol mengikuti sorot Tao dan menemukan Kris yang berwajah dingin, menatap Chanyeol seakan ingin memakan pemuda itu hidup- hidup.
"Wufan..." Chanyeol berbisik lirih namun akhirnya tersenyum tipis. Pemuda itu menggapai tangan Kris dan menggenggamnya erat, Kris mengangkat sebelah alisnya karena tidak mengerti atas apa yang dilakukan Chanyeol.
.
"Maafkan aku."
.
Kris membulatkan mata, tidak mempercayai pendengarannya. Chanyeol minta maaf?
Kau sudah cukup menghukumku
Chanyeol melepas genggaman tangannya dari Kris dan melirik Tao dan Kris bergantian. "Aku menyusul Tao ke Kanada bukan untuk merebut Tao darimu. Aku hanya ingin memastikan sesuatu.. tetapi, semua orang berfikiran aku akan membuat Tao menderita sekali lagi."
"Apa yang ingin... kau pastikan?" Tao bertanya dengan hati- hati.
Chanyeol menerawang awalnya lalu menatap Kris dengan senyuman. "Aku sungguh menyesal karena mempersulit keadaan. Aku hanya terlalu pengecut dan merasa selalu kalah darimu, Wufan. Aku tahu, tidak akan bisa melampauimu. Aku selalu mencari cara untuk menjatuhkanmu... tetapi, kau akan selalu menang."
Kris terkejut, bukankah selama ini Kris juga merasakan hal yang sama? Dia selalu merasa kalah dari Chanyeol. Namun, mengapa Chanyeol juga merasakan hal demikian? Apakah inilah bukti bahwa manusia itu tidak akan pernah puas?
"Wufan... aku tidak akan merebut Tao dari sisimu. Aku hanya ingin meyakinkan diriku... apakah aku masih bisa menjadi sahabat kalian?"
Hanya itu...
Tao tersenyum manis saat mendengar hal itu, ia mengangguk cepat lalu menatap Kris yang nampak ikut tersenyum. Sepertinya, Sehun berhasil membuat Kris menyadari kesalahannya. Wajah Kris jauh berubah dari wajahnya beberapa saat lalu. Dan lagi, kelegaan yang mereka rasakan sungguh seakan menguapkan segala beban yang selama ini hinggap.
Sederhana, bukan?
"...Aku membencimu. Kenyataan itu tidak akan berubah." Kris lalu buka suara, "Tetapi... kenyataan banhwa kau adalah sahabatku juga tidak akan berubah."
Manusia tidak akan punya daya jika hati sudah menguasai
Chanyeol tertawa pelan, ia tahu bahwa Kris memang orang yang seperti ini. Mereka sudah lama bersahabat, meski tidak mengakui satu sama lain... sebenarnya ikatan persahabatan itu sudah terjalin kuat meski banyak halangan yang membuat mereka tidak sadar.
"Dan kenyataan bahwa Tao adalah milikmu juga tidak akan pernah berubah." Chanyeol akhirnya bisa merasakan kelegaan dihatinya, begitu ia meminta maaf dan menyelesaikan dengan benar. Ia merasa bahwa lembaran baru dalam hidupnya akan segera ia buka. Mungkin, rasa bersalah itu yang membuat Chanyeol selalu berfikir negatif dan tidak tenang.
Aku sudah pantas untuk bahagia, kan?
Chanyeol meraih tangan Kris dan tangan Tao. Menggenggamnya dengan sangat erat, Tao lalu menggapai tangan Kris yang tidak digenggam Chanyeol. Kris awalnya tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukan, tetapi... akhirnya ia hanya bisa tersenyum saat hatinya pun terasa ringan. Sepertinya hanya permintaan maaf yang Kris perlukan dari Chanyeol agar semua bebannya bisa terangkat. Ia bisa dengan lega mencintai Tao. Keegoisan yang selama ini tidak ingin melepas hati mereka adalah kunci akan siksaan.
"Kita akan selalu bersama, kan?"
Pertanyaan Tao seakan membawa mereka kemasa lalu, pertanyaan yang sangat sering Tao tanyakan pada kedua pemuda yang kini mengangguk mantap. Persahabatan mereka kembali, meski luka lama belum sepenuhnya tersembuhkan. Tetapi, mereka berusaha untuk menyelesaikan dengan cara baik. Dendam tidak akan membuat siapapun hidup bahagia. Mereka yang awalnya memilih menyesaikan dengan cara yang salah, mengerti bahwa seharusnya mereka melakukan ini sejak awal. Tidak akan ada yang terluka dan menderita.
Saat ini... aku hanya akan terus tersenyum
Kini, mereka membiarkan masa lalu tertinggal dibelakang, lembaran baru yang jauh lebih baik akan menyambut hari- hari mereka dengan kesan yang jauh lebih indah. Kris mengerti, setiap rasa sakit yang ia rasakan... Tao pun merasakannya. Tao pun akan menderita. Maka dari itu, Kris akan bahagia. Agar Tao bahagia, agar senyuman manis itu tidak pernah hilang lagi.
.
"Terima kasih, Tao.. Wufan."
.
.
Kau tahu arti kehidupan?
Kau tidak akan tahu sebelum mengalaminya
Jangan berkata seakan kau tahu dengan pasti
Ingatlah, tidak ada yang menjamin kebahagiaan
Usaha yang menjaminnya
.
.
Luhan dan Sehun yang berada diluar ruang inap akhirnya bisa bernafas lega. Mereka duduk dikursi ruang tunggu dengan wajah yang terlihat amat lelah. Sedari tadi mereka mengamati ketiga pemuda yang kini nampak berbaikan. Luhan lalu melirik Sehun yang tersenyum manis, entah apa yang dipikirkan pemuda tampan itu.
"Bagaimana caramu menyadarkan si bodoh itu?"
Sehun mengalihkan wajahnya pada Luhan yang begitu penasaran. "Jika dia mencintai Tao, dia pasti sadar akan kesalahannya."
"Ha?" Luhan mengerjapkan mata.
"Begitulah~" Sehun mengangkat bahu dan kembali tersenyum. Luhan mengerucutkan bibir dan meletakkan kepalanya dipundak Sehun. Awalnya Sehun terlihat kikuk karena tidak terbiasa akan tetapi ia tidak bisa melarang Luhan. Ia tidak bisa menolak.
"Sehun... apakah aku memiliki kesempatan?"
"Umm?" Sehun merebahkan pipinya ke kepala Luhan. "Apa maksudmu?"
"Kesempatan untuk kembali menguasai hatimu?"
Sehun nampaknya tidak siap dengan pertanyaan itu saat ini.
.
.
.
Aku tersesat dan akhirnya menemukanmu
Kau memberiku jalan
Membimbingku agar tidak terperagkap
Bebanmu tidak akan berkurang
Kau hanya perlu melepasnya dan berjalan bersamaku
.
.
.
Mereka baru saja sampai dikamar asrama, keduanya nampak canggung. Tao hanya menunduk dalam sedangkan Kris tidak tahu harus memulai dari mana. Senja sudah berganti malam tetapi kedua pemuda itu tak juga berganti suasana. Kris terus memperhatikan Tao yang lebih memilih berdiri didepan jendela dan menatap pemandangan diluar, berharap angin malam yang dingin bisa menyegarkan otaknya.
Trak
Kris menutup jendela dan itu membuat Tao menatap pemuda tampan itu dalam. Kris lalu mengela nafas dan melirik Tao sedikit kaku. "K..Kau bisa kedinginan. Aku tidak ingin kau seperti Chanyeol."
Tao awalnya diam namun akhirnya dia tertawa kecil. "Kau memang si kikuk Wufan. Hihihi.."
Kris memutar bola mata lalu beranjang pergi, tetapi gerakan kakinya terhenti saat ia merasakan genggaman hangat menangkap lengannya. Ia membalikkan badan dan mendapati Tao yang menunduk dalam.
"Apakah pipimu sakit? Aku... menamparnya terlalu keras?"
Pertanyaan Tao memancing Kris untuk memeluk pemuda manis yang kini membulatkan mata, menerima kehangatan yang Kris berikan saat ini. Ia tahu, kekasihnya ini tidak akan pernah sanggup menyakitinya. Tidak siapapun.
"Maafkan aku, Tao. Aku dikuasai rasa takut hingga aku tidak memikirkanmu. Aku bersumpah tidak pernah bermaksud meremehkan perasaanmu. Aku hanya takut kau meninggalkanku lagi." Kris membenamkan wajahnya diperpotongan leher panjang Tao.
Pemuda manis mengusap punggung Kris dan memejamkan mata, "... apakah sekarang kau mempercayaiku?"
Kris membuka pelukan mereka, ia memberi ciuman singkat dipipi Tao. "Aku mempercayaimu dengan hidupku."
Tao tersenyum manis kemudian kembali memeluk Kris dengan sangat erat, kedua pemuda itu akhirnya menemukan kelegaan hati. Hubungan mereka akan semakin erat setelahnya, memang akan selalu ada masalah. Tetapi, jauh lebih baik jika dibicarakan dengan pikiran yang jernih. Kepercayaan adalah kunci penting dalam suatu hubungan.
"Hmm.. aku belum tahu kenapa kau dan Chanyeol bisa berakhir." Kris mengangguk pelan, menatap Tao dengan sorot penasaran.
"Eh? Kau ingin tahu?" Tao mengerjapkan mata, tidak biasanya Kris ingin tahu masa lalu Tao dan Chanyeol. Tetapi, nampaknya Kris memang menunjukkan bahwa bagaimanapun masa lalu, Tao akan tetap ada disisinya. Mencintainya.
"Ceritakan semuanya."
Tao tersenyum manis dan mengangguk. "Dengarkan aku baik- baik..."
.
.
Kisah ini tidak akan berakhir indah jika kau tidak disisi
Masa lalu tidak akan bisa kurangkai agar berubah
Aku pun tidak mau
Jika masa lalu berubah, tidak ada jaminan masa depan bersamamu akan berubah juga
Aku hanya ingin bersamamu
.
.
/
"Kau harus memilih, Tao."
Tao membulatkan mata, mendengar perkataan Wufan yang begitu tegas. Sesak kembali ia rasakan. "Ap—Apa! Tidak—"
"Hanya itu yang harus kau lakukan. Kau hanya harus memilih."
"Tap—"
"Aku atau Chanyeol."
/
.
Ingatkah?
Masa dimana kita masih berfikir tidak akan menyakiti siapapun
.
/
"Aku tidak butuh apapun selain dirimu, Tao. Kita sudah lama bersama, kita memiliki seribu cita dan janji yang akan kita penuhi bersama. Aku akan membahagiakanmu lebih dari siapapun. Kau adalah dunia tempatku berpijak. Jika kau hilang... aku akan hancur."
"Aku tidak akan menghilang." Tao mengarahkan tangannya untuk mengusap rambut halus Chanyeol. "...Kita akan selalu bersama.. bukankah itu janji kita?"
/
.
Keinginan bukanlah jalan untuk bahagia
Tautan tangan dan takdir bahkan tidak akan bertemu
Kau hanya akan paham
Dunia bukan sandiwara yang bisa kau kendalikan
.
/
"Ada apa?" tanya Tao dengan suara lembut sekali.
Disaat itu, Tao mendekati Wufan kemudian mengusap wajah dingin pemuda tampan. Mata tajam Wufan melemah ketika wajah Tao ada tepat berada dihadapannya. Wufan hanya bisa diam tak bergerak, ia rindu akan sentuhan Tao. Tetapi..
"Mereka... kau..." bisik Wufan masih dengan suara dingin. "...semuanya... hanya bisa mempermainkanku."
/
.
Bertindak disaat rasa kecewa menguasai hanya akan menambah luka
Satu per satu
Hingga akhirnya semakin besar dan akan menguburmu dalam penderitaan
Hentikan, tak sepantasnya kau menggenggam hati yang patah
/
.
"..atau kau sudah tahu?" Chanyeol menyeringai kejam. "Aku dan Tao sudah menjadi sepasang kekasih."
Wufan kali ini menggerakkan tubuhnya untuk menatap Chanyeol, mata Wufan jujur saja sedikit menyentak hati Chanyeol. Mata itu mengerikan, dingin dan tak tersentuh. Asing, seperti ada penghancuran didalam sana.
/
.
.
Hati memang luar biasa
Bisa menyakiti dan bisa membahagiakan
Banyak hal yang bisa membuatmu yakin akan satu pegangan
Hati memang luar biasa
Luka- luka itu luar biasa
Kau.. yang bisa menahannya
.
.
.
Beberapa bulan kemudian.
.
Baekhyun baru saja merapikan apartemennya pagi ini, ia menghela nafas panjang karena pekerjaan yang ia lakukan sedari tadi sangat menyita tenaganya. Ia ingin apartemen itu sangat bersih karena dia akan kedatangan tamu yang cukup penting. Orang- orang yang dirindukan Baekhyun dan Jongin.
Bagaimana keadaan kalian?
"Jongiiiin, kau sudah membeli semua makanan dan minuman, kan?" Teriak Baekhyun sembari meletakkan peralatan bersih- bersih ke dalam kloset.
Semoga hanya akan ada kebahagiaan
"Sudah." Jongin keluar dari dapur dan meneguk orange juice. Itu membuat Baekhyun mengerucutkan bibir dan menatap Jongin dengan sorot ingin. Dia lelah dan melihat orange juice segar dan es batu yang berbenturan... Siapa yang tidak akan tergoda?
"Ini, ambillah!" Jongin menyodorkan orange juice itu pada Baekhyun yang berteriak kegirangan. Ia langsung meneguk orange juice dengan ekspresi berbinar- binar, tentu mengundang tawa renyah Jongin yang melihatnya.
"Hmm.. terima kasih, Jongin."
"Ya, sama- sama." Jongin mengambil gelas kosong lalu berbalik badan untuk meletakkan gelas itu kedalam dapur. Tetapi, Baekhyun menghentikan langkah Jongin karena saat ini pemuda manis itu memeluk sang pemuda yang membeku dari belakang.
"..Baekhyun?" Jongin mengerutkan kening.
"Kau sudah melupakan Tao, kan?"
"Eh? Kau mengatakan apa?"
Baekhyun melepas pelukannya ditubuh Jongin, ketika mereka berhadapan Baekhyun hanya memberi cibiran lalu berlari menuju ruang tamu. Meninggalkan Jongin yang mengerjapkan mata. Namun, beberapa saat kemudian senyuman manis Jongin terlihat.
"Aku sudah menemukannya, Tao." Bisik pemuda tampan yang kembali berjalan masuk kedalam dapur.
.
.
Tidak selamanya kau harus menutup mata
Didepan matamu...
...ada seseorang yang akan selalu ada disana
Berusaha untukmu
Bahagia untukmu
.
.
"BAEKHYUN!"
Begitu membuka pintu apartemennya, Baekhyun mendapat pelukan erat dari pemuda yang kini mengguncang tubuh mungil Baekhyun saking bahagianya. Apa yang bisa dilakukan pemuda manis itu selain tertawa dan membalas pelukan sahabat baiknya ini.
"TAOOOOO! AKHIRNYA KAU KEMBALI!"
"AAHH, AKU MERINDUKANMU!"
"DEMI APAPUN AKU JUGA MERINDUKANMU!"
"Bisakah berhenti berteriak?"
Suara besar yang terkesan datar dan tak ramah terdengar dari arah belakang Tao, Baekhyun yang sudah membuka pelukan Tao hanya bisa tersenyum miring melihat pemuda yang jauh berubah. Kris mengangkat sebelah alisnya pada Baekhyun.
"Aku lelah, bisakah biarkan kami masuk? Bagaimana tata kramamu pada tamu?" Kris mendecis kemudian. Baekhyun mengerjapkan mata lalu tersenyum menatap Tao, ternyata Kris tidak berubah. Sama sekali tidak. Suka memerintah dan seenaknya.
"Hey, jaga bicaramu pada kakakku!" Satu lagi lelaki bertubuh tinggi muncul dengan beberapa tas oleh- oleh ditangannya. Pemuda yang membuat Baekhyun sedikit merinding karena pertemuan terakhirnya dengan pemuda ini tidak terkesan Baik.
"Chanyeol.." Baekhyun tersenyum agak kaku. "Ah, ayo masuk! Kalian pasti lelah!"
Kris langsung masuk kedalam apartemen dan disambut hangat oleh Jongin, sedangkan Tao memanggil ketiga pemuda lain yang masih menunggu dibawah. Chanyeol kini berada dihadapan Baekhyun. Keduanya diam sesaat namun akhirnya Chanyeol mengusap rambut Baekhyun lembut.
"Aku baik- baik saja, jangan khawatir lagi."
Baekhyun menatap Chanyeol dengan wajah yang sulit diartikan. Tetapi, ia bisa melihat dari sorot dan air muka Chanyeol, pemuda itu jauh lebih baik. Dijalan yang ia pilih, ia tidak menyesal.
"Dengan seperti ini... apakah kau.. bahagia?"
Chanyeol mengangguk mantap. "Ya. Inilah pilihanku. Aku bahagia."
"Syukurlah." Baekhyun sadar, adiknya ini memang sudah jauh lebih dewasa. Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di McGill bersama Tao dan Kris. Dan disanalah titik dimana Baekhyun yakin bahwa Chanyeol memang tidak akan membuka hatinya pada siapapun saat ini. Entah siapa yang bisa membukanya... Baekhyun pun tidak tahu.
"Aku masuk dulu." Chanyeol tersenyum dan masuk kedalam apartemen. Meninggalkan Baekhyun yang memegang dada dan menghela nafas panjang. Berbicara dengan Chanyeol masih sangat memperngaruhi hatinya.
Aku sudah tidak perlu menunggu lagi
Tao kembali dengan ketiga pemuda yang membuat Baekhyun harus mengontrol wajahnya agar tidak terlihat tegang. "Baekhyun! Mereka adalah teman- teman baikku di Kanada. Ini Sehun dan Luhan, mereka bukan saudara kembar tetapi sangat mirip dan yang ini Minseok, dia naksir berat pada Chanyeol!" Jelas Tao dengan senyuman manis diwajah.
"Tunggu.. Sehun? Rasanya aku tahu kau." Baekhyun mengerutkan kening.
"Hmm.. kau salah satu orang yang waktu itu menelpon Zitao?"
"Ya! Kau yang mengangkat ponsel Tao waktu itu!" Baekhyun melipat tangan didada. "Waktu itu kau sangat menyebalkan, tuan."
"Hahaha.. maafkan aku." Sehun mengangkat bahu.
Tao hanya tertawa melihat akhirnya Sehun dan Baekhyun nampak akrab. Baekhyun juga memuji kecantikan Luhan, bahkan menyangka awalnya Luhan adalah seorang gadis. Lain dengan Minseok yang langsung histeris kala melihat Jongin dan mengatakan bahwa ini adalah surga karena dipenuhi lelaki tampan.
Keceriaan ini adalah bukti, hidup akan jauh lebih baik
Baekhyun mempersilahkan mereka masuk.
Sudah lama tidak menghinggapi, perasaan bahagia ini
Ketika ia akan menutup pintu, Baekhyun menatap keadaan apartemennya yang ramai. Kris tengah menguasai sofa panjang dan Tao yang duduk diatas perut Kris sembari menarik- narik pipi pemuda yang kini memeluk pinggang Tao, Sehun dan Luhan yang langsung menyerbu minuman dingin dan Minseok yang terpesona dengan ketampanan Jongin.
Seakan tidak pernah ada duka
Serta... Chanyeol, yang kini mendekati Tao dan ikut menarik pipi Kris. Membuat pemuda yang berusaha tidur itu kesal namun tidak bisa melakukan apapun karena Tao menghimpitnya. Chanyeol tertawa bersama Tao, membuat Baekhyun merasa semuanya membaik. Chanyeol menyelesaikannya dengan baik. Chanyeol menghadapinya dengan benar. Kris pun terlihat tidak masalah melihat Tao dan Chanyeol yang kompak. Meski Kris terlihat sangat membentengi siapapun yang mendekati Tao. Tetap saja, Baekhyun yakin bahwa apa yang kini terjadi adalah yang terbaik.
Aku tahu.. damai itu akan datang
Baekhyun berharap, setelah ini kebahagiaan akan terus mengelilingi mereka. Walau ada masalah, semoga jalan keluarnya akan terus ada. Harapan Baekhyun sederhana.
.
Meski bahagia tidak semudah dan sesederhana yang dikata orang.
.
"Semoga."
.
Baekhyun tersenyum dan ikut bergabung setelahnya.
.
.
Aku tidak akan lari
Aku menahan sakit dan akan tetap disini
Meskipun aku ketakutan
Aku tidak akan membiarkanmu pergi
Aku tidak akan menolakmu
Hatiku sudah memilih
Dan kau...
...adalah kebahagiaan sejatiku.
Terima kasih.
Tetap disini, mencintaku.
.
.
THE END
.
.
2013 sampai 2016.
TERIMA KASIH pada semua pembaca yang selama ini setia nunggu sampai cerita ini tamat. Apalagi yang sudah meluangkan waktunya untuk komentar dan favorite. Kalian yang terbaik. Dan yang selama ini hanya membaca dan tidak memberi respon apapun pada tulisan saya, semoga suatu saat ngerasain gimana rasanya deh /peace/ Yang juga ngomongin cerita saya tp ga berani komen ya gpp, u'll pay what u've done ajalah. Sip sip!
DAN AKHIRNYA INI CERITA KELAR DENGAN HAPPY ENDING. YANG MASIH SETIA BUAT BACA CERITA SAYA YANG KRISTAO PLEASE TUNJUKKAN DIRI KALIAN, AYO KITA BERSATU KTS! Makasih banyak banyak banyaaakkk yang sudah berusaha mengingatkan hingga cerita ini tamat. Semoga tidak mengecewakan. Semoga tidak membuat kesan yang tidak baik.
CONNECTED adalah salah satu cerita saya yang lumayan dicerewetin sama reader dan paling semangat saya buatnya. Cerita ini bakal ninggalin kenangan di hati saya. Sumpah, bakal kangen nulis CONNECTED! Bakal kangen ditagihin dimana- mana tentang cerita ini. Bakal kangen dicerewetin di PM sama reader reader yang peduli sama cerita ini. Makasih, makasih. Kalian sumpah ngebuat saya semangat nulis dan bahagia. Kalian yang komen dan favorite ngebuat saya merasa cerita saya dihargai.
Udah panjang perpisahan buat CONNECTED, sampai jumpa dicerita – cerita berikutnya yah!
*please let me know, kalian masih mau aku ngepost di ffn apa ga yah. Kalau masih, kasih saya saran karena saya lbh bnyak di wattpad skrg. Makasih.
SEE YA!
BARBIE HUANG.