One True (OT) Four (4): Artist Edition
Disc: Masashi Kishimoto
Pairing: ItaSasuKyuuNaru
Warn: 4some, OOC, miss typo, AU, dan masih banyak lagi
Cerita ini bukan untuk dikomersilkan atau bermaksud menghina pengarang aslinya
Happy reading!
Chapter 1: Prologue
Cahaya pagi jam sembilanan masuk menerangi sebuah mobil limosine berisikan satu orang pemuda berambut pirang yang ditemani seorang sopir. Pemuda itu duduk dengan menopangkan sebelah kakinya a la angka empat dengan ekspresi gugup. Dia memakai kemeja putih polos lengan panjang yang digulungkan hingga sikut, dan celana hitam panjang, ditambah lagi sepatu pantofel berwarna hitam. Kedua tangannya sibuk memegang tas yang tersimpan di atas paha. Wajahnya menatap jendela selagi di luar sana terlihat ratusan orang didominasi oleh cewek. Orang-orang itu berjajar dan berteriak sambil mengangkat-angkat karton, ketika para polisi memberi batas mereka agar tidak meganggu para pemudi jalanan.
Di sisi lain, sopir mulai membelokan stir, dan memasukan mobil menuju sebuah gerbang besar yang menjulang tinggi. Gerbang itu adalah garis pemisah para fans dengan orang-orang elite di dalam gerbang. Horikoshi Gakuen, Pemuda yang disopiri itu membaca nama tulisan sekolah barunya. Dia ingat, teman-temannya yang berada di Amerika sana mengatakan jika Horikoshi Gakuen adalalah sekolah elite yang berada di Negeri Sakura, dan karena orang-orang di dalamnya kebanyakan adalah para artis, maka sekolah itu dikenal sebagai sekolah khusus untuk para public entertainmet.
Tidak sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam Horikoshi Gakuen, selain biaya sekolah yang mahal, artis-artis atau orang-orang biasa yang masuk ke dalam sekolah itu harus pintar dan bisa mengerjakan tes masuk sekolah. Terkadang sebagian anak-anak di dalam sekolah itu tidaklah berbicara memakai bahasa ibu negara mereka, melainkan memakai bahasa asing dikarenakan orang-orang asing seperti anak dari Kedutaan Besar Negara lain pun bersekolah di tempat itu.
"Naruto-sama…"
Pemuda berambut pirang yang sedari tadi melamun tersadar. Sebuah tangan mempersilahkan dirinya untuk keluar dari mobil.
"Thank's," sahut cowok yang tampaknya sedang tidak senang itu, menurunkan kakinya keluar dari mobil dan menatap sekeliling, menghirup udara sekolah barunya. Hanya perkara mudah bagi Naruto untuk menyimpan ekspresi gugupnya.
Teriakan para fans di luar gerbang sekolah semakin menggila, sampai-sampai orang-orang yang di dalam gedung sekolah bagian depan terusik ketenangannya dan berbondong-bodong keluar gedung untuk melihat sumber keributan itu. Bagaimana tidak ribut, jika orang yang selama ini bisa dilihat di dalam televisi hadir di sekitar mereka? Yup! Naruto adalah artis yang sedang naik daun dari Negeri Paman Sam. Kemampuannya sebagai seorang public entertainment sudah diakui artis-artis sekaligus sutradara Hollywood, dan bukan hanya kemampua acting-nya untuk film layar lebar saja yang patut diacungkan jempol, Naruto pun pandai menyanyi, dan berbakat dalam bidang memainkan alat musik. Pemuda ini memang multitalenta, bahkan prestasi akademisnya cukup untuk membuat Kepala Sekolah Horikoshi berdecak kagum.
"Ano…. kamu Naruto, kan?" tanya cewek yang tiba-tiba ngehampirin Naruto. Rambutnya panjang, dengan mata lavender. Ia gugup sewaktu wajahnya merona merah, "A—ano…," gadis itu makin gugup sewaktu Naruto memandangnya dingin. Padahal Naruto sebenarnya sedikit takut jika ada orang yang ingin berkenalan dengannya, tapi dia menyembunyikannya dengan tingkah dingin.
"Ya, begitulah," jawab Naruto, cuek banget. Dia ngejaga jarak dari cewek itu. Para bodyguard yang diutus sementara untuk menjaga Naruto di sekolah langsung menghampiri Naruto, mengajak Naruto untuk mengikuti mereka.
Dari arah yang bersebrangan dengan Naruto, seorang cewek berambut pirang—panjang, ditambah diiket satu lari ke arah gadis gugupan itu. Kayaknya sih cewek yang lagi lari itu temannya gadis yang sempat nanya Naruto, soalnya kedua cewek itu langsung sibuk cekikikan sambil bisik-bisik, sewaktu mereka berdua berhadap-hadapan. Padahal Naruto masih ada di dekat mereka, tapi mereka yakin sekali jika Naruto yang sedang membelakangi mereka dan mendengarkan intruksi bodyguard tidak akan sadar jika sedang digosipkan.
"Tadi kamu ngobrol sama dia?" napas cewek berambut pirang itu masih ngos-ngosan, nggak pakai jeda tuh cewek kayaknya nggak sabar ngedengerin gosip dari sahabatnya.
Naruto ngedengus.
Dasar cewek, kalau sudah urusan seperti ini memang paling cepat tanggap!
"Hu-um," cewek yang ditanya manggut-manggut, "—dia memang dingin seperti yang digosipkan!" cewek itu tiba-tiba memekik girang—kontras banget sewaktu dia ngomong sama Naruto, tapi cewek itu langsung ngontol diri karena takut kedengeran sama orang yang lagi digosipin, "malah bisa jadi sama dinginnya kayak dua pangeran sekolah kita," cewek itu mikir sebentar. "—dan itu berarti…," cewek itu nyengir lebar.
Temannya gelengin kepala. Dia nggak mau nerusin pembicaraan ini karena ujung-ujungnya pasti berakhir dengan hobby sahabat kentalnya yang suka ngumpulin hal-hal berbau yaoi, "Maksud kamu Itachi dan Sasuke?" balas cewek rambut pirang meluruskan pembicaraan supaya jelas. "—soalnya kalau pangeran yang satu lagi sih nggak mungkin," cewek itu ngedengus, "Ah, ayolah! Berhenti membuat mereka bertiga seperti pangeran, soalnya kita sesama artis buat apa ngomong orang-orang itu seperti pangeran?"
"Jika begitu kita bilang saja Naruto bisa jadi uke mereka, khikhikhi."
Pembicaraan itu semakin memanas, sampai-sampai Naruto yakin sebentar lagi tuh dua cewek bakal bikin gosip nggak-nggak tentang dirinya.
Naruto milih buat jalan saja daripada dianggap penguping. Dia nggak mau dianggap penggosip sekaligus penguping pembicaraan orang pada hari pertamanya berinteraksi dengan orang-orang di sekolah barunya, apalagi yang dia dengerin itu pembicaraan di antara dua cewek. Kalau ketahuan dia nguping bisa malu banget, dan nama baiknya sebagai artis 'bersih' bisa tercoreng.
Sebenarnya sikap Naruto yang dingin bukan bawaan dari lahir. Tapi, itu memang sengaja dilakuin Naruto karena keanehan di dalam otaknya. Pemuda yang menyandang marga Namikaze ini sulit untuk menghafal wajah atau nama seseorang, bahkan Naruto bisa berkenalan dengan seseorang, lalu beberapa detik kemudian dia lupa dengan nama, wajah, bahkan status orang itu. Penyakit ini diderita Naruto semenjak SD, dan karena penyakit yang bernama prosopagnosia Naruto sering terkena masalah dengan orang-orang di sekitarnya, atau orang-orang sering nganggap dia sombong karena nggak pernah nyapa untuk kedua kalinya. Jadinya, daripada dianggap sombong—sewaktu Naruto udah berniat berteman dengan seseorang, Naruto memutuskan untuk tidak berteman sama siapapun. Dia lebih milih dianggap jahat dari awal, walaupun akhir-akhir ini dia dapat gelar cowok ter-cool dari Negeri Sakura dari para penggemarnya di Amerika sana.
Melamunkan keanehan di dalam otaknya, tidak kerasa pemuda Namikaze sudah tiba di depan sebuah gedung yang bentuknya unik. Berbeda dari gedung tempatnya dilahirkan yang biasanya hanya berbentuk kubus dan balok, arsitektur gedung sekolah ini men-desain gedung menjadi sebuah bentuk gitar raksasa yang diberdirikan atau sebuah botol raksasa, oh ada juga yang bentuknya abstrak tapi keren banget kalau diperhatiin. Bagus dan menakjubkan untuk Naruto, dan dia yakin apabila manusia-manusia tidak berkepentingan di sekolah ini boleh masuk, maka mereka akan sibuk mengambil foto untuk diunggah dalam jejaring sosial.
"Silahkan masuk!" pengawal yang mengantar Naruto mempersilahkan Naruto membuka salah satu pintu di dalam gedung itu.
Ruangan yang dimasuki Naruto benar-benar sibuk, dan semuanya adalah pengajar di sekolah ini. Tapi, aktivitas di dalam ruangan itu berhenti sewaktu Naruto membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan itu. Melihat wajah Naruto beberapa guru cewek yang ada di tempat itu memekik girang, tetapi sebagian lagi ada yang menatap Naruto kagum. Beda sama kaum Adam, mau punya status sebagai pengajar pun mereka tetap memiliki sorot mata iri ketika melihat perawakan Naruto yang sempurna, nggak ada cacad sedikitpun.
"Oh, Naruto, selamat datang di sekolah kami," guru yang memakai masker flu dan berambut silver menghampiri Naruto, "—perkenalkan. Aku guru wali kelasmu," katanya, Naruto menganggukan kepalanya. Berdoa saja pada Tuhan di atas sana jika dia dapat mengingat wajah wali kelasnya. "Jangan sungkan-sungkan untuk bertanya padaku, mari kita ke kelas!" guru itu mengajak Naruto langsung ke kelasnya.
"Ha-ah, beruntung sekali Kakashi-sensei ini," salah satu guru cewek mendesah tidak senang. Orang yang diiriin cuman senyum sampai kedua matanya menyipit. Guru itu masih menatap Naruto dengan kagum, walaupun yang ditatap mulai risih.
"Mohon bimbingannya," Naruto menundukan tubuhnya, memberi hormat pada setiap guru yang memperhatikannya. Dia berada di Negeri Jepang dan harus mengikuti tata krama orang Jepang, begitu kata ibunya. Kalau di Amerika sana sih saling berjabat tangan sudah termasuk sangat sopan, tetapi kalau di Dataran Timur, adat-istiadat dari status seseorang masih diperhatikan.
"Sudahlah, kelas sudah dimulai! Ayo, ikut aku!"
Kakashi keluar dari kelas, dan Naruto cepat-cepat mengikuti pria itu.
.
.
.
Sepanjang perjalanan menuju kelas dihabiskan oleh perbincangan mengenai mata pelajaran di sekolah ini. Rupanya bukan hanya pelajaran umum seperti matematika, bahasa, IPA, dan IPS saja yang akan diberikan oleh para pengajar, melainkan pelajaran tentang keartisan. Ternyata, memang sekolah ini dikhususkan untuk para artis, sebab sepanjang perjalanan Naruto melihat gaya-gaya anak sekolah ini tidak seperti sekolah biasa. Walau mereka memakai seragam, tetapi aksesoris yang digunakan mereka adalah barang-barang bermerek semua dan hanya memiliki jumlah terbatas di dunia ini. Barang-barang itu selain bermerek sangat stylish.
"Jadi, kelas pertama kebetulan adalah kelas khusus keartisan," Kakashi atau guru wali kelas Naruto mengingatkan Naruto, "jadi kau bisa sekelas dengan senior karena di kelas itu ada beberapa senior yang mengambil mata pelajaran ini pada tingkat akhir mereka."
Naruto nganggukin kepalanya, mengerti.
Oh, iya!
Selain cara mengajar di sekolah ini yang berbeda, sistem pengambilan mata pelajarannya pun berbeda. Seperti kuliahan, anak-anak di sekolah ini menggunakan sistem SKS. Mereka tidak menggunakan paket seperti disekolahan lainnya, mereka bebas mengambil mata kuliah yang disediakan di sekolah, dan pada saat anak-anak sudah memasuki akhir masa sekolah, SKS mereka harus terpenuhi jumlah dan nilainya. Jika tidak, maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah itu secara tidak hormat atau anak-anak kuliahan sering menyebutnya drop out in the last.
Kakashi membukakan pintu untuk Naruto, "silahkan!" katanya, Naruto masuk mengikuti Kakashi.
Suara bising terdengar di segala penjuru kelas. Memang dasarnya artis, anak-anak di dalam kelas itu sibuk berdrama, bernyanyi, bahkan ada yang mencoba untuk beropera. Naruto menatap satu-persatu di antara mereka, tapi tidak ada satupun orang yang dia ingat. Rasanya, orang-orang ini pastinya adalah orang yang sering muncul di televisi, tetapi karena penyakit di otak Naruto, pemuda itu tidak dapat mengingat satupun dari mereka. Bagi Naruto, wajah mereka semuanya sama, nggak ada pengecualian. Naruto mendesah, mudah-mudahan aja ini semua tidak menjadi masalah.
"Tutup novel porn-nya, kancingkan baju kalian, duduk yang rapih, Kiba, suruh siapa kau membawa hewan ke sekolah?!" Kakashi menegur setiap muridnya yang berpenampilan tidak wajar, seluruh murid berhamburan ke bangku mereka, "perhatikan baik-baik, kita kedatangan anak baru di tengah-tengah semester ini," Kakashi menjelaskan, anjing yang dibawa Kiba megonggong. "Berhenti mendumel, cepat bereskan bukumu, Sasori!" seru Kakashi pada Pemuda berambut merah yang lagi sibuk baca komik.
"Sssttt, diam Akamaru," Kiba menenangkan anjingnya yang memberontak ingin dilepas. Naruto tampak risih dengan kemunculan anjing itu.
"Dia kenapa sih selalu marah-marah?" Sasori masih saja mendumel.
"Sasori, aku mendengarmu!" teriak Kakashi. Sasori mendengus.
"Silahkan Naruto, perkenalkan dirimu!" Kakashi mempersilahkan Naruto untuk bicara.
Naruto mengucapkan kata makasih sebelum berbicara, "Perkenalkan, Namaku Naruto," Naruto mulai memperkenalkan diri. "Aku berasal dari Amerika, mohon kerja samanya," akhirnya kata-kata yang dirangkai ibunya untuk berbicara di depan banyak orang telah terucap dengan sempurna. Malah buat Naruto kata-kata itu terlalu sederhana, tapi sudahlah, Naruto tidak suka yang bertele-tele.
Di luar kelas ini Naruto sangat dieluk-elukan, tetapi ketika berbicara di depan kelas ini, semua orang tampak tidak antusias. Mereka hanya menatap Naruto datar, seperti Naruto adalah orang biasa. Tetapi, tenang saja, hal seperti ini tidak membuat Naruto kecewa. Naruto malah senang jika tidak ada orang yang mempedulikannya soalnya dia tidak perlu mengingat orang itu. Lagi pula dia memiliki alergi dengan kotor, jadi interaksi dengan orang terkadang membuat dirinya menderita.
"Kalian hanya diam saja?" Kakashi menegur anak-anak di depannya ketika semuanya hanya diam, tidak merespon Naruto, "apakah tidak ada yang bertanya atau memberi masukan untuk Naruto?" Kakashi memang tidak membantu ketakutan Naruto akan paranoidnya dengan orang baru. "Ayo, dong!" Kakashi melihat satu-persatu anak-anak di kelasnya.
Suasana hening.
Trinit… Trinittt.. Trinitttt…
Suara hape mengintruksi Kakashi.
"Tunggu sebentar, bapak menerima telepon dulu!" Kakashi pergi keluar, meninggalkan Naruto.
Kakashi menutup pintu, dan Naruto fokus kembali pada calon teman-teman barunya. Mereka ini… benar-benar mencerminkan tingkah seorang artis, ya? Lihat saja, mereka bergaya sangat cool dan anggun, walaupun pakaian yang dikenakan mereka terlalu 'waw' untuk ukuran seorang pelajar. Tetapi, apa boleh kata… seorang artis memang harus terlihat baik dimanapun mereka berada. Naruto tersenyum tipis. Ia bahagia karena telah menemukan tempat damai. Ya, dia tersenyum lebar sampai terdengar teriakan yang memekakan telinga.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA, NARUTOOOOOOOOOOO!" terdengar teriakan yang mengerikan dan membuat Naruto menutup kupingnya. Naruto sweatdrop, di saat cewek-cewek yang daritadi tenang mulai berbicara dan berteriak-teriak fans girling. Oh, tentu hal itu membuat Naruto freakin out—takut. "Ha-ah, aku sudah menahan daritadi untuk tidak berteriak!" kata salah satu orang di dalam kelas itu, sambil loncat-loncat nggak jelas memeluk temannya. Ini bermasalah ketika orang itu cowok yang agak… melambai. "Jika ketahuan kita adalah fans Namikaze-sama, maka kelas inipun akan ada bodyguardnya," yang lain menimpali, "Dengan ini aman, bukan?" Naruto menelan ludahnya.
Awalnya sih masuk di sekolah ini baik-baik saja sampai beberapa detik lalu. Semua terlihat tenang, dan tidak aneh. Tetapi, Naruto berubah pikiran tentang baiknya sekolah ini sewaktu orang-orang di depannya mulai jalan ke arah dirinya. Di otak Naruto mereka seperti zombie yang siap-siap memakan otaknya. Waduh, Naruto melangkah mundur, ketakutan, tapi orang itu terus maju. Wajah orang-orang yang mayoritas cewek itu benar-benar 'bermuka pingin' ketika melihat Naruto. Pemuda Namikaze yang nggak tahu apa-apa tentang mengerikannya fans di daerah timur melihat ke kiri dan ke kanan untuk mencari jalan keluar, tapi terlambat karena tidak ada satupun jalan keluar.
"Aku! Aku! Namaku Tenten!" teriak salah salah satu anak cewek yang akan menyerang naruto.
"Oh, perkenalkan aku adalah Mayuri!" cewek yang lain memperkenalkan dirinya, nggak mau kalah. Naruto menatap horror cewek itu. "Jangan lupakan nama kami!" kata cewek itu, dengan nada mengancam.
A—astaga bagaimana ini?
Tidak mungkin Naruto akan mengingat mereka secara satu-persatu. Mereka semua begitu mengucapkan nama langsung menghilang begitu nama itu sampai di otak Naruto, menghilang beserta struktur wajah mereka. Tapi, walau cewek-cewek yang mengepung mereka tidak menyentuh Naruto, hal ini membuat Naruto ketakutan. Apa kata mereka jika Naruto seorang artis terkenal ternyata memiliki keanehan seperti ini? Padahal agency-nya melarang Naruto untuk menceritakan tentang masalah otaknya karena untuk kebaikan Naruto di dunia hiburan. Pamor Naruto sebagai artis sempurna bisa rusak jika ketahuan memiliki penyakit seperti ini.
Saking takutnya, Naruto nggak sadar kalau orang-orang yang mengepungnya semakin dekat, dan semakin kencang teriaknya.
.
.
Di bangku pojok terbelakang, Pemuda bermata onyx dan berambut hitam sedang berkumpul. Sasuke dan Itachi. Dua pemuda Uchiha yang disebut-sebut sebagai kedua orang pangeran sekolah. Bukan hanya nilai-nilai mereka saja yang sempurna, tetapi kemampuan mereka dalam menghibur orang yang membuat mereka berada di tempat ini. Itachi adalah anak tahun ketiga yang baru mengambil mata pelajaran ini. Berbeda dengan Sasuke yang dingin, dan tidak mau gaul, Itachi terkenal dengan keramahannya dan sifat baik hatinya, walau orang-orang yang mengenalnya secara baik pasti bilang dia itu seperti ular karena sifat manipulatifnya dan egoisnya.
"He-eh, sepertinya idolamu sedang dalam keadaan bahaya?" Itachi senyum evil. Dia melihat kertas-kertas yang bergambar Naruto, dan disimpan secara baik-baik di bawah meja oleh Sasuke agar tidak ada satupun orang mengetahui jika Sasuke Uchiha pun salah satu fans berat Naruto, "Bagaimana jika first kiss-nya diambil oleh orang lain, Sasuke?" Pemuda Uchiha makin manas-manasin, "lihat loh~ fans-nya liar begitu."
Sasuke Uchiha (tahun pertama).
Putra bungsu Fugaku Uchiha memang paling misterius di antara teman-temannya. Dia nggak suka gaul, dan punya kelebihan bisa berbicara tidak lebih dari tiga kata. Kerjaannya cuman main game atau baca manga. Setelah pulang kerja, artis-artis lainnya akan berkumpul atau berbincang-bincang dengan sesama rekan kerjanya, Sasuke lebih memilih masuk ke dalam mobil dan men-searching kehidupan artis favorite-nya atau mecari manga-manga yang update di hari itu. Tidak ada yang tahu, kecuali kakaknya (orang yang pernah masuk ke dalam kamar Sasuke diam-diam), jika pemuda Uchiha satu ini sangat nge-fans pada Naruto. Sasuke memiliki foto-foto Naruto dan segala hal yang berbau Naruto. Hal itu dia simpan di salah satu tempat tersembunyi di dalam kamarnya agar tidak ada satupun orang yang tahu. Bahkan Sasuke pun menjadi member vvip bagi fans Naruto. Itachi tahu tempat persembunyian barang-barang 'tabu' Sasuke karena dia suka ngacak-ngacak kamar adiknya kalau adiknya nggak ada di rumah. Maklum, anak kelas tiga banyak liburnya karena SKS yang diambil sudahlah dikit.
"Wahhh, fans-nya semakin brutal, ba—
BRAK!
Sasuke menggebrak meja, tapi kagetnya bukan dia saja kok yang menggebrak, melainkan ada seorang pemuda berambut merah yang juga ikut marah ketika Naruto dikepung. Jarak Sasuke dengan pemuda itu jauh, tapi sejajar. Pemuda berambut merah itu dekat pintu paling belakang, sedangkan Sasuke dekat jendela di sudut lainnya.
"KALIAN BISA DIAM, TIDAK?!" Sasuke dan pemuda itu berteriak bersamaan. Mereka berdua saling bertatapan, "KAU!" teriaknya—nyaris eneg karena mereka bicaranya samaan. "KENAPA IKUT NGOMONG?!" kedua wajah Sasuke dan pemuda itu nyiratin ketidaksudian.
Oh yeah, pemuda yang sejak tadi disebut-sebut berambut merah adalah Kyuubi Kurama. Sejak awal masuk sekolah dia sudah dicap sebagai musuh dua Uchiha. Setiap mereka ketemu, pasti Uchiha dan Kyuubi akan bertengkar, entah bertengkar dengan Itachi atau Sasuke. Ketiga pemuda itu bahkan pernah saling baku-hantam di acara reality show. Itachi yang memang agak aneh, asal pukul saja, nggak jelas mukul Sasuke atau Kyuubi waktu kejadian itu. Untung saja acara itu belum dimulai, sehingga wajah babak-belur mereka bisa ditutup oleh make up. Tapi tetap saja, gosip hubungan Sasuke, Itachi, dan Kyuubi yang tidak berjalan baik sudah dikenal oleh semua orang.
"Kyuubi, Sasuke?" Itachi tersenyum mencemooh, "kalian kompak banget, deh!" komentar kakak Sasuke, nggak penting. "Sweet~" Itachi bikin kedua orang yang disindirnya ingin muntah di tempat.
"DIAM, KAU ITACHI!" teriak Sasuke dan Kyuubi, bersamaan lagi. "DAN UNTUK KALIAN, KALIAN BERHENTILAH MEGANGGU ANAK BARU ITU!" mereka menatap tajam seluruh cewek yang terus mengepung Naruto, dan cewek-cewek itu tidak bisa mengelak untuk tidak takut jika dua orang disegani di sekolah ini menegur mereka. "Kalian sungguh meganggu," Sasuke dan Kyuubi mendumel.
Keributan terjadi. Baru pertama kali mereka melihat Kyuubi dan Sasuke emosi.
Dapat tatapan takut ditambah aneh membuat wajah Kyuubi dan Sasuke memerah, ini juga pertama kali buat mereka berdua membela seseorang. Melihat tingkah tidak wajar dari kedua orang terkenal tidak pedulian itu membuat Itachi tersenyum simpul. Apalagi Kyuubi dan Sasuke jadi salah tingkah setelah mereka berdua berteriak. Rupanya bukan hanya Itachi saja yang berpikir hal ini adalah hal yang unik, seluruh orang di kelas itu menatap Kyuubi dan Sasuke dengan tatapan curiga.
"Cih!" Kyuubi ngehempasin tubuhnya ke atas bangku. Dia ngelipat kedua tangannya di depan dada. Kedua kakinya di angkat ke atas meja.
"He-eh, menarik~" gumam Itachi, apalagi adiknya tampak sangat malu karena bertingkah Out of Character.
Tingkah Kyuubi dan Sasuke yang aneh membuat Naruto mengangkat sebelah alisnya, "Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka… membelaku terus marah-marah tidak jelas?" gumamnya. Dia punya perasaan jika ketiga orang yang paling mencolok di antara yang lainnya asik untuk diajak berbicara, tapi percuma saja Naruto berbicara dengan mereka toh akhirnya dia tidak akan mengingat apapun, dan akhirnya orang itu akan menganggap dirinya aneh. Ia hanya bisa mengingat wajah kedua orang tuanya di dunia ini. "Percuma saja aku mencari tahu tentang orang-orang yang menarik perhatianku..," harapan Naruto sudah hancur terlebih dahulu sebelum dirinya mencoba karena penyakitnya yang aneh itu.
.
.
Tidak disadari oleh Naruto semakin hari jika sekolah itu akan berubah menjadi neraka.
Pemeran utama yang tidak bisa mengingat wajah orang, ketiga cowok yang mengejar-ngejar Naruto, dan para fans yang terus meneror Naruto. Selain itu, pecinta cowokxcowok yang selalu menjodoh-jodohkan Naruto dengan orang-orang yang disebut oleh mereka 'pangeran sekolah,' sungguh membuat Naruto gila. Naruto yang jago bela diri dan perfectionist dianggap oleh para fujoshi sebagai ultimate uke?! Dia tidak akan menerima itu. Selain kisah percintaan pun cerita ini akan membahas stress-nya Naruto yang memulai debutnya menjadi artis papan atas di Negeri Timur, dan kegilaan semakin bertambah sewaktu Naruto digosipkan telah melakukan 3some dengan cowok-cowok terkeren di Jepang (?)
TBC….
Ini masih prologue, jadi nggak terlalu banyak lah ya… kenalan dengan tokoh-tokoh utamanya saja dulu.
Thank's for reading. Mind to review?