I Think I Love You!
By: 0312_luLuEXOticS
Cast: Luhan, Kim Jongin, Do Kyungsoo, and others
Pair: KaiLu/KaiHan
Genre: Romance(?)
Rate: T
Lenght: 3 of 3
Note: Semua cast di sini, Liyya cuma pinjem namanya aja. Cerita ASLI milik Liyya. Kalau ada kesamaan dengan cerita lain, itu murni hanya sebuah kebetulan.
Warning: Romance gagal, cerita abal-abal, ide cerita pasaran -_- typo(s) dimana-mana, feel ngawang(?) alias gak dapet *trus ngapa masih ditulis n di-post -_-* #Liyyanyengir XD
.
.
HAPPY READING^^
.
.
~O.O~
Kriiiiiiiiiiiiinnnnngggggg
Luhan menggeliat malas di atas kasurnya saat suara nyaring dari atas nakas itu menyeruak masuk ke dalam gendang telinganya. Mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm yang masih terus berdering, perlahan Luhan membuka kedua matanya yang terasa amat berat. Namja bermata 'rusa' itu pun beranjak dari kasurnya menuju cermin yang tergantung di dinding. Menatap pantulan bayangannya di dalam sana.
Menyedihkan
Satu-satunya kata yang hinggap di dalam pikirannya begitu melihat sosok di balik cermin tersebut. Kepalanya terasa sedikit pusing dan badannya sedikit hangat. Mungkin sedikit demam karena kehujanan kemarin. Untung saja saat dia tiba di rumah, Kyungsoo masih belum pulang. Kalau tidak, dia benar-benar harus mendengarkan 1001 pertanyaan dan omelan Kyungsoo karena tingkahnya itu.
Mengabaikan sakit di kepalanya, Luhan kemudian keluar dari kamarnya menuju kamar mandi. Berjalan perlahan agar tidak menarik perhatian Kyungsoo yang tengah menyiapkan sarapan. Dia harus memperbaiki penampilannya sebelum melihat Kyungsoo, atau Dongsaengnya itu akan berfikir yang tidak-tidak.
Usai mandi, Luhan kembali ke kamarnya dan segera mengganti bajunya dengan seragam sekolah. Merapikan penampilannya yang terlihat menyedihkan di depan cermin dan menutup lingkaran hitam di bawah matanya dengan sedikit make-up. Saat orang tuanya meninggalkannya dulu, Luhan memang sering melakukan itu, agar tidak ada yang tahu kalau dia sering menangis saat malam. Agar Kyungsoo dan keluarganya tidak harus menambah satu beban lagi untuk mengkhawatirkannya. Tapi seiring berjalannya waktu, Luhan tidak pernah menangis dan menyentuh make-up nya lagi. Sampai hari ini.
"Luhan Hyung! Kau sudah bangun?" suara Kyungsoo terdengar dari balik pintu kamar Luhan. Tanpa membuang waktu lagi, Luhan segera meraih tas sekolahnya dan membuka pintu kamarnya.
"Loh? Luhan Hyung sudah mandi?" tanya Kyungsoo bingung. "Tapi, mengapa aku tidak melihatmu tadi?"
Luhan hanya tersenyum sebagai jawaban, karena dia tidak tahu harus berkata apa, dan menarik tangan Kyungsoo menuju dapur. "Kajja kita makan. Aku lapar sekali!" ucapnya begitu tiba di sana.
Dia kembali tersenyum saat Kyungsoo mengangguk pelan. Tidak menyadari tatapan aneh Kyungsoo dengan satu alis terangkat yang ditujukan padanya. 'Sepertinya Luhan Hyung baik-baik saja,' pikir Kyungsoo saat melihat sikap Luhan.
"Errmmm, Hyung!" panggil Kyungsoo. Luhan hanya menjawabnya dengan gumaman pelan tanpa mengalihkan perhatiannya dari piring di depannya. "Jongin bilang, hari ini dia ingin berangkat bersama," ucap Kyungsoo. "Tapi tentu saja kalau Hyung tidak keberatan."
Luhan sontak menghentikan suapannya. Sebuah nama yang keluar dari bibir Kyungsoo berhasil membekukan seluruh sarafnya untuk sesaat. Kepalanya kembali terasa pening hanya dengan membayangkan bagaimana perjalanan mereka menuju sekolah hari ini. Tapi tentu saja itu hanya berlangsung sebentar. Karena detik berikutnya, Luhan sudah berhasil mengganti ekspresi wajahnya dengan sebuah senyuman manis.
"Aniyo. Mengapa aku harus keberatan?" ucap Luhan dengan senyum manisnya. "Aku rasa, berangkat bersama akan lebih,,, menyenangkan?" Ada keraguan di balik kalimat itu dan Luhan tahu kalau Kyungsoo juga bisa merasakannya. Yang dia tidak tahu adalah arti sebuah senyuman di wajah Kyungsoo saat itu.
"Tentu saja," ucap Kyungsoo masih dengan senyuman aneh -menurut Luhan- nya. "Pasti akan lebih menyenangkan!"
Luhan mengangguk setuju. "Pasti!" jawabnya pelan dengan nada sarkastik. Dan Luhan bersumpah kalau dia melihat sebuah smirk tercetak di wajah manis Kyungsoo.
Ting tong
Bagaikan sebuah isyarat atas persetujuan Luhan, seseorang -lebih tepatnya Jongin- membunyikan bel rumah mereka. Dan tiba-tiba saja, Luhan menyesali apa yang diucapkan beberapa saat yang lalu. Ini pasti akan menjadi perjalanan yang sangat panjang, pikirnya.
Dan Luhan benar. Sangat benar. Mungkin hanya Luhan yang merasakannya, tapi perjalanan menuju sekolah hari ini memang terasa lebih panjang dari sebelum-sebelumnya. Lebih membosankan. Lebih melelahkan. Lebih membuat pusing di kepalanya dari pada demam kecilnya. Dan membuat dada kirinya kembali berdenyut.
Untuk pertama kalinya Luhan berfikir, mungkin berbaring di kamar seharian lebih baik dari pada berangkat ke sekolah. Meskipun dia harus melewati indahnya sekolah hari itu, asal tidak berada di tengah-tengah Jongin dan Kyungsoo yang sedang berjalan di depannya sambil sesekali bercanda. Seolah Luhan tidak ada di sana bersama mereka.
~O.O~
"Jadi, modal auxiliaries merupakan kata kerja bantu yang digunakan untuk..."
Luhan menatap Park Sonsaeng-nim dengan tatapan kosongnya. Bahkan pelajaran favoritnya pun terasa tidak menarik saat ini. 'Semua ini karena Kim Jongin!' rutuknya dalam hati.
Luhan mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo yang duduk di sebelahnya. Dia terlihat sangat antusias dengan pelajaran ini. Mungkin hanya perasaannya saja, tapi akhir-akhir ini Kyungsoo terlihat lebih ceria dan bersemangat untuk sekolah. Keadaan mereka seolah berbalik. Padahal, biasanya Kyungsoo suka mengeluh padanya kalau dia malas berangkat ke sekolah dan Luhanlah yang akan memberinya semangat.
Mungkin karena Jongin? Well, mereka bilang, cinta bisa membuatmu melakukan hal-hal yang bahkan tidak kau sukai, kan?
"Tuan Luhan! Apa anda berfikir kalau kelas saya adalah tempat untuk melamun?" Teguran dari Park Seonsaeng-nim akhirnya menarik Luhan ke alam sadarnya. Dia langsung menunduk malu saat seluruh pasang mata yang ada di dalam kelas tertuju padanya dan mengucapkan kata 'maaf' pada sang guru. Menurut patuh saat guru favoritnya itu menyuruhnya mengarjakan soal yang tertulis di papan. Untungnya, dia sudah menguasai materi hari ini.
"Hyung!" tegur Kyungsoo saat park Seonsaeng-nim telah keluar dari kelas mereka begitu bel istirahat berbunyi. "Hmmm?" gumam Luhan sambil membereskan bukunya.
"Apa Hyung ada masalah? Mengapa Hyung melamun?" tanya Kyungsoo. Luhan mengerutkan keningnya. Nada dalam pertanyaan itu, bukan nada yang biasanya Kyungsoo gunakan saat dia mengkhawatirkan Luhan. Nada itu lebih terdengar seperti sebuah rasa penasaran. Sama sekali tidak ada kekhawatiran di sana.
"Aniyo! Aku tidak ada masalah. Hanya sedikit bosan saja," jawab Luhan asal. Mengabaikan prasangka yang sempat terbesit. Itu pasti hanya perasaannya saja.
"Jeongmal?" tanya Kyungsoo tak percaya. "Tapi, jawabanmu justru membuktikan kalau memang ada apa-apa, Hyung!" ucapnya dan memicingkan matanya curiga. "Luhan Hyung yang aku kenal, tidak akan pernah menggabungkan kata bosan dengan sekolah dalam satu kalimat yang sama."
"Tapi aku memang tidak menyebutkan dua kata itu dalam satu kalimat. Aku hanya menyebutkan kata 'bosan' saja," elak Luhan kemudian beranjak untuk keluar dari kelas.
"Tch!" Kyungsoo berdecih pelan. "Tapi secara tidak langsung begitu, Hyung!" ucapnya tak mau kalah. "Wae? Kau ada masalah? Kau terlihat seperti seseorang yang sedang patah hati, Hyung!"
Jlebb
Luhan menghentikan langkahnya. Ucapan Kyungsoo, tepat menancap di ulu hatinya. Luhan lalu membalikkan badannya untuk menyangkal apa yang Kyungsoo katakan. Tapi belum sempat dia bersuara, Kyungsoo sudah berjalan ke arahnya dan mengatakan sesuatu yang lebih menusuk lagi.
"Hahahahaha, aku hanya bercanda, Hyung. Aku tahu, Luhan Hyung tidak mungkin sedang patah hati. Kau bahkan tidak mempunyai seseorang yang kau suka. Jadi, mengapa patah hati? Seseorang yang seharusnya patah hati tidak berada di sini, tapi di tempat lain. Iya kan, Hyung?" ucap Kyungsoo. Sedikit merasa bersalah karena harus mengucapkan kata-kata yang pasti sangat menyakitkan bagi Hyungnya itu.
Luhan menggigit bibir bawahnya. Dia bersumpah kalau dia bisa mendengar suara hatinya yang retak karena ucapan Kyungsoo. Mengapa Kyungsoo berkata seperti itu padanya? Apa Kyungsoo masih marah padanya? Tapi, Kyungsoo mengatakan hal itu dengan senyuman di bibirnya. Luhan ingin mengatakan sesuatu. Meng-iya-kan ucapan menyakitkan itu. Menyangkal. Bertanya apa maksud Kyungsoo. Apapun. Namun lagi-lagi seseorang mendahuluinya. Dan Luhan bisa merasakan kepalanya yang semakin berdenyut saat mendengar suara itu.
"Kyungsoo Hyung!" Luhan memang berdiri membelakangi pintu kelas, jadi dia tidak tahu kalau Jongin sudah berada di sana. Entah sejak kapan.
"Jongin-ah!" Kyungsoo melambaikan tangannya dan berjalan menghampiri Jongin. Luhan juga membalikkan badannya dan menatap keduanya. "Kita makan di taman belakang saja, ne! Aku membuatkan bekal untuk kita bertiga. Jadi, tidak perlu membelinya di kantin," ucap Kyungsoo girang sambil meraih tangan Luhan dan menggandengnya.
Kyungsoo terlihat sangat bahagia. Dan melihat adik tersayangnya bahagia seperti itu, bagaimana dia bisa begitu egois dan bersedih? Bagaimana dia bisa tidak tersenyum padanya? Bagaimana dia bisa untuk tidak ikut bahagia? Bagaimana dia bisa menangis?
"Errrmmm," Luhan menghentikan langkahnya. Membuat Jongin dan Kyungsoo juga ikut berhenti. "Ada apa, Hyung?" tanya Kyungsoo. "Sepertinya aku melupakan ponselku di dalam kelas. Kalian ke sana duluan saja," ucapnya.
"Apa perlu ku temani? Jongin bisa menunggu di sini sebentar. Iya kan?" Jongin menganggukkan kepalanya. "Aniyo. Kalian duluan saja, nanti aku akan menyusul, ne!" ucap Luhan cepat kemudian segera berlari kembali ke kelasnya.
Sudah cukup kejadian tadi pagi membuat kepalanya berdenyut. Sudah cukup ucapan Kyungsoo tadi membuat hatinya berdenyut. Dia tidak perlu untuk menambahnya lagi dengan menyaksikan adegan mesra Jongin dan Kyungsoo di depan matanya. Jika itu di kantin, Luhan masih bisa melihat ke sembarang arah. Berpura-pura menyapa temannya yang kebetulan melewati mejanya. Berbasa-basi mengajak mereka untuk duduk bersama. Tapi jika di taman belakang? Luhan belum siap untuk menjadi obat nyamuk di sana.
Dan pada kenyataannya, Luhan memang tidak bisa. Dia tidak bisa untuk berpura-pura bahagia. Dia tidak bisa untuk tidak bersikap egois dan merasa sedih di atas kebahagiaan Dongsaengnya itu. Dia tidak bisa terus memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dia tidak bisa untuk tidak menangis. Setidaknya, untuk sekarang. Luhan tahu, nanti dia pasti akan terbiasa dengan ini semua. Tapi untuk saat ini, yang bisa dilakukannya hanyalah menghindar. Sampai dia benar-benar bisa menghapus nama Jongin yang seenaknya saja tertulis di dalam hatinya.
~O.O~
To: Nae Dongsaeng^^
Kyungsoo-ya. Mianhae, Hyung tidak bisa ikut makan bersama kalian,,
Sepertinya Hyung tidak enak badan.
Send
Luhan mengirim pesan singkat itu dan berjalan menuju halte Bus yang ada di dekat sekolah. Dia tidak berbohong. Badannya memang terasa tidak enak. Kepalanya, tubuhnya, hatinya. Semuanya sakit. Seharusnya dia mengikuti kata hatinya untuk berbaring seharian di kamarnya tadi pagi. Berada di sekolah, hanya membuat semuanya semakin kacau.
Drrrtt ddrrttt
From: Nae Dongsaeng^^
Kau sakit, Hyung? Lalu sekarang kau dimana?
.
To: Nae Dongsaeng^^
Hanya sedikit pusing. Tidak perlu mengkhawatirkanku. Hyung akan istirahat di rumah :)
Begitu tiba di rumah mereka, Luhan segera mengganti bajunya dengan piyama kesayangannya dan berbaring di atas kasur. Tiba-tiba merasa sangat lelah. Dan sebelum dia menyadarinya, matanya sudah terpejam sempurna.
Luhan akui, dia ingin sekali memperjuangkan Jongin. membuat namja itu kembali menyukainya seperti dulu. Tapi dia tidak bisa. Karena itu adalah dongsaengnya. Karena itu adalah Kyungsoo nya. Jika saja itu namja atau yeoja lain, Luhan pasti tidak akan ragu untuk mengambil langkahnya.
Tapi Kyungsoo?
Di saat dirinya kesepian, Kyungsoo lah yang ada di sana untuk menemaninya. Di saat dirinya sedang terpuruk, Kyungsoo lah yang selalu memberinya kebahagiaan. Lalu bagaimana dia bisa berfikir untuk mengambil kebahagiaan Kyungsoo?
Siangnya, Luhan terbangun dengan kompres di atas keningnya. Kepalanya juga terasa lebih ringan sekarang. Sepertinya Kyungsoo sudah pulang, pikirnya. Luhan beranjak dari kamarnya untuk mencari Kyungsoo. Suara gaduh di dapur menutun langkahnya ke sana. Namun dia langsung terpaku saat melihat siapa yang menyebabkan kegaduhan itu.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Luhan menarik perhatian namja yang tengah memasak sesuatu di depannya itu. Namja itu, Jongin, membalikkan badannya dan tersenyum canggung ke arah Luhan.
"Mengapa kau bangun dari tempat tidurmu, Hyung? Bukannya kau sedang sakit?" tanya Jongin khawatir. Luhan berjalan pelan ke arah meja makan dan duduk di sana. "Aniyo. Aku sudah lebih baik, sekarang," ucapnya. "Kau beluk menjawab pertanyaanku,,, Kai. Apa yang sedang kau lakukan di sini? Dimana Kyungsoo?" tanya Luhan.
"Errrmmm," Jongin terlihat salah tingkah. Entah mengapa. "Errrmm, aku sedang membuatkan bubur, Hyung," jawabnya. "Bubur?" Jongin menganggukkan kepalanya. "Untukmu," lanjutnya.
Tiba-tiba saja pipi Luhan menghangat. "Sebenarnya Kyungsoo Hyung yang memasaknya tadi. Tapi, tiba-tiba saja dia ada urusan penting dan memintaku untuk membuatkannya," jelas Jongin.
'Oh!' Luhan mengangguk paham dan menundukkan kepalanya. Tentu saja karena Kyungsoo. Memangnya mengapa Jongin mau membuatkan bubur untuk Luhan? Untuk orang yang sama sekali tidak perduli padanya? Orang yang selalu mengabaikannya. Orang yang telah menolaknya. Orang yang telah menyakiti hatinya.
"Maaf!"
Jongin mengedipkan matanya bingung. Sedikit terkejut dengan ucapan tiba-tiba Luhan. "Ne?"
"Aku minta maaf untuk sikap ku kemarin-kemarin. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu," sesal Luhan. "Kau tidak perlu meminta maaf, Hyung. Akulah yang mengganggumu. Jadi, seharusnya aku yang meminta maaf," jawab Jongin. Luhan mengangkat kepalanya untuk menatap Jongin yang tersenyum padanya. Mulutnya terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu.
'Aku tidak akan merasa terganggu lagi, jadi tidak bisa kah kau kembali menyukaiku dan mengusikku seperti dulu?'
Namun pada akhirnya, dia hanya bisa kembali menundukkan kepalanya dan mengangguk pelan. "Kalau begitu aku kembali ke kamar saja." Luhan berdiri dari tempat duduknya. "Buburnya,,, Aku akan memakannya nanti kalau Kyungsoo sudah pulang. Tidak apa-apa, kan?" tanya nya. Dia ingin segera meninggalkan tempat itu. Berada di ruangan yang sama dengan Jongin membuat dadanya sesak. Dia ingin segera kembali bergelut dengan kasurnya. Menumpahkan semua apa yang dirasakannya di sana.
"Eum," Jongin menganggukkan kepalanya. "Nanti aku akan memberitahukan pada Kyungsoo Hyung," ucapnya. Luhan tersenyum tipis sebagai jawaban kemudian membalikkan badannya untuk kembali ke kamarnya. Namun panggilan Jongin membuat Luhan kembali menghadapnya.
"Errmmm,,, Kau benar-benar tidak apa-apa? Tidak ada yang sakit? Kepalamu tidak pusing?" tanya Jongin bertubi-tubi. Luhan menggigit bibir bawahnya pelan. Menyembunyikan senyuman yang terbentuk di bibirnya karena pertanyaan Jongin. Di balik rasa nyeri yang masih melekat di hatinya, ada sedikit kehangatan yang terasa saat mendengar nada khawatir di dalam suara Jongin.
"Gwaenchanna," ucapnya. "Aku tidak apa-apa." Luhan kembali tersenyum dan meninggalkan dapur menuju kamarnya. Sama sekali tidak melihat senyuman lebar yang merekah di wajah tampan Jongin saat itu.
~O.O~
Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian hari itu. Perlahan, Luhan mulai bisa membiasakan diri berada di tengah-tengah Jongin dan Kyungsoo. Tentu saja hatinya masih berdenyut sakit. Tapi dia berhasil melaluinya. Dan hari ini, adalah hari terbaik dalam minggu ini, menurut Luhan.
Hari Minggu.
Hari tidak ada sekolah. Berarti hari dimana dia tidak harus terjebak di antara KaiSoo. Hari dimana dia bisa merilekskan pikirannya. Hari dimana dia bisa mengistirahatkan hatinya.
Luhan berjalan pelan menyusuri jalan setapak menuju rumahnya. Dia baru saja kembali dari kedai Bubble Tea favoritnya. Setelah seminggu dengan perasaan stress, segelas Bubble Tea sedikit banyak menenangkannya.
Begitu tiba di rumahnya, Luhan langsung disambut dengan sepasang sepatu yang bukan miliknya ataupun Kyungsoo. Wajahnya langsung berubah kecut saat menduga-duga pemilik sepatu.
'Apa di dalam ada Jongin?'
Untuk sesaat, Luhan menimang-nimang untuk masuk atau kembali ke kedai Bubble Tea saja. Tapi setelah memperhatikan bentuk dan ukuran sepatu di depannya, dia memutuskan untuk masuk saja. Jongin tidak mungkin memakai sepatu sekecil itu, pikirnya. Ukurannya bahkan sedikit lebih kecil dari ukuran sepatunya. Mungkin satu angka di bawahnya?
Luhan membuka pintu depan perlahan. Tidak ingin mengganggu Kyungsoo dan siapapun tamunya itu. Dia berencana untuk langsung berjalan menuju kamarnya. Namun suara aneh yang berasal dari dapur menarik perhatiannya. Dan Luhan pun mengubah haluannya menuju dapur.
What. The. Hell.
Mata Luhan terbelalak sempurna melihat 'kissing scene' yang berlangsung secara 'live' di depannya. Secepat kilat, dia menyembunyikan tubuh mungilnya di balik dinding agar tidak menarik perhatian dari kedua insan yang tengah berciuman di dapur mereka. Sebenarnya hanya berciuman biasa. Tapi,,,
Kyungsoo dan Suho?
Luhan menggerakkan kakinya menjauh dari dapur. Sebaiknya dia tidak berada di rumah sekarang. Mungkin Kyungsoo mengira kalau Luhan akan keluar lama, makanya dia berani membawa Suho ke rumah mereka. Dia tidak ingin Kyungsoo tahu kalau dia melihat semuanya. 1001 pertanyaan tercipta di dalam benaknya.
Mengapa Kyungsoo bersama dengan Suho? Apa mereka baikan sekarang? Lalu bagaimana dengan Jongin? Bukankah Kyungsoo sekarang bersama Jongin? Apa itu berarti Kyungsoo berselingkuh? Dia menjalin hubungan dengan 2 namja sekaligus?
Tidak tidak. Luhan menggelengkan kepalanya. Dongsaengnya bukan orang seperti itu. Dia sangat mengenal Kyungsoo. Tidak mungkin Kyungsoo melakukan hal-hal seperti itu. Pasti ada alasan. Lagipula, itu bukan urusannya kan? Itu urusan Kyungsoo dan kedua namja itu.
Luhan terdiam lama di depan pintu rumahnya. Memikirkan apa yang baru saja disaksikannya. Juga memikirkan kemana dia harus pergi sekarang. Kembali ke kedai Bubble Tea? Tapi dia sudah sangat kenyang. Ke taman? Hhhhh. Dia tidak mau duduk sendirian di sana. Tidak ada teman mengobrol. Seperti seorang bocah yang tersesat. Seperti seseorang yang sedang patah hati dan ingin sendiri. Well, walaupun alasan yang terakhir ada benarnya. Tapi tetap saja.
Hhhhhhh. Luhan mendesah pelan dan kembali menggerakkan kakinya, entah kemana. Wajahnya tetunduk. Tidak menyadari seseorang yang berdiri di depannya.
"Luhan Hyung?" seru orang tersebut. Luhan mendongakkan kepalanya dan menatap namja itu horror. Matanya terbelalak sempurna.
Glekk
Luhan menelan ludahnya dengan perasaan berat. "Jongin?" ucapnya terkejut. Dia bahkan tidak menyadari kalau baru saja dia memanggil Jongin dengan nama aslinya. "A-apa yang kau lakukan di sini?" tanya nya terbata.
"Aku ingin menemui Kyungsoo Hyung. Apa dia ada di dalam?" Luhan kembali menelan ludahnya berat. 'Tentu saja dia ada. Seseorang yang lainnya juga ada,' pikirnya.
"Errrmmm, Ky-Kyungsoo sedang tidak ada di rumah. Dia pergi pagi-pagi sekali. Apa dia tidak menghubungimu?" jawab Luhan berbohong. Dia sendiri tidak tahu mengapa dia harus berbohong. Untuk Kyungsoo kah? Agar Dongsaengnya itu tidak terlibat masalah? Untuk Jongin kah? Karena dia tahu bagaimana sakitnya ketika melihat seseorang yang kau suka bersama orang lain.
Jongin mengerutkan alisnya. "Hmmmm, mungkin dia lupa," jawabnya kemudian. "Lalu, kau sendiri mau kemana, Hyung? Kau juga mau keluar?"
"Eh? Aku,, aku hanya ingin membeli Bubble Tea," jawabnya. Jongin mengangguk paham. "Kalau begitu, apa aku boleh menunggu Kyungsoo Hyung di dalam rumah?" tanya Jongin.
"MWO?" teriak Luhan. "Ah, maksudku. Kyungsoo bilang, sepertinya dia akan pulang sore. Jadi, sebaiknya kau kembali nanti saja. Aku akan menyuruhnya menghubungimu jika dia sudah kembali," ucap Luhan cepat. Tidak ingin Jongin curiga.
"Gaeurae? Baiklah. Kalau begitu, aku akan kembali nanti saja. Anyyeong, Hyung!" ucap Jongin tersenyum dan bersiap untuk pergi sebelum panggilan Luhan menghentikannya.
"Errrmmmm," Luhan menatap Jongin yang juga menatapnya. Menunggu apa yang akan Luhan katakan selanjutnya. Sebuah senyuman kemudian tersungging di bibirnya saat mendengar apa yang ingin dikatakan Luhan padanya.
Luhan menggigit bibir bawahnya. Dia sendiri tidak tahu darimana dia mendapat keberanian untuk mengatakannya. Dia juga tidak tahu mengapa dia mengatakannya. Kata-kata itu seolah mengalir dengan sendirinya dari bibir Luhan.
"Kau,, mau menemaniku membeli Bubble Tea?"
Yang Luhan tahu kemudian, jantungnya bergemuruh senang saat Jongin tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
~O.O~
Sepulang dari acara membeli Bubble Tea bersama Jongin tadi, perasaannya semakin kacau. Satu sisi, dia merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Jongin dan mengenal namja itu sedikit lebih dekat. Tapi di sisi lain, Luhan merasa sangat bersalah. Seolah dirinya telah mengkhianati Kyungsoo. Luhan merasa, seolah telah mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Dan perasaan-perasaan itu membuatnya tidak enak untuk berhadapan dengan Kyungsoo. Bahkan saat makan malam dan sarapan tadi pun, Luhan hanya diam saja. Sama sekali tidak berani menatap adiknya itu. Hanya sesekali begumam atau menjawab pertanyaan Kyungsoo. Di samping itu, dia juga merasa tidak enak pada Kyungsoo setelah apa yang dilihatnya hari itu. Dia ingin bertanya pada Kyungsoo. Tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
Hari ini, Luhan kembali melamun di dalam kelas. Untungnya, hari ini bukan pelajaran Park Seonsaeng-nim. Sampai saat ini, ada satu hal yang terus mengganggu pikirannya. Satu pertanyaan. Tentang apa yang dilihatnya pagi tadi. Tentang Kyungsoo dan Suho.
Sebenarnya, bagaimana hubungan Kyungsoo, Suho, dan juga Jongin?
Namun setelah dipikirkan lagi, Luhan merasa tidak berhak untuk bertanya. Dia tidak seharusnya mencampuri urusan orang lain, kan?
Hanya saja, Luhan merasa kesal pada Kyungsoo. Dia benar-benar tidak habis pikir. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan itu di hari kemarin dan terlihat biasa-biasa saja keesokan harinya saat bertemu dengan Jongin? Apa dia tidak merasa bersalah sama sekali karena telah mempermainkan perasaan Jongin? Kyungsoo bahkan masih bisa tersenyum tanpa dosa saat Jongin menghampirinya dan mengajaknya ke kantin. Bagaimana dia masih bisa bercanda dan tertawa lepas seperti itu di depan Jongin? Tidakkah dia merasa bersalah karena telah menduakannya?
Luhan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Hhhhhh. Lagi-lagi dia berfikir yang tidak-tidak tentang adiknya itu. Tidak hanya berani menyukai kekasih adikmu sendiri, kau juga berfikiran buruk tentang dia, Luhan! Kau benar-benar Hyung yang tidak termaafkan!
"Hyung! kau tidak apa-apa?" tanya Jongin saat melihat Luhan menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Apa kepalamu sakit?"
Luhan mengalihkan perhatiannya pada Jongin. Hatinya berdesir aneh hanya karena mendengar nada bicara Jongin padanya. Kim Jongin! setelah apa yang terjadi di antara mereka, setelah apa yang Luhan lakukan padanya, mengapa dia masih bisa berbicara dengan nada seperti itu padanya? Tidak tahukah kalau ucapannya itu telah membangun sebuah harapan kosong di dalam hati Luhan?
"Aniyo. Aku tidak apa-apa," jawab Luhan. "Kyungsoo ya. Aku kembali ke kelas dulu, ne. Sepertinya aku tidak begitu lapar," ucapnya kemudian berlalu sebelum Kyungsoo sempat menjawab apa-apa.
Sama seperti sebelumnya, kali ini pun, dia hanya bisa berlari. Menghindar dari keduanya. Dengan perasaan tidak menentu seperti ini, dia tidak bisa berkumpul bersama mereka. Hanya akan menambah luka di hatinya. Lebih baik dia menyendiri dulu. Dia perlu untuk menjernihkan pikirannya. Menetralkan perasaannya. Dan ini, adalah tempat terbaik yang terlintas di dalam pikirannya saat ini.
Atap sekolah
Dulu, Luhan sering bertanya sendiri saat melihat drama-drama favoritnya. Mengapa murid-murid itu sepertinya suka sekali berada di atap sekolah? Karena pada saat pertama kalinya Luhan menginjakkan kaki di tempat ini, dia tidak merasakan apa-apa. Perpustakaan bahkan jauh lebih menyenangkan dari tempat ini.
Tapi sekarang dia paham. Dia mengerti. Berada di atap sekolah, sendirian, dengan perasaan yang seperti ini. Ada kelegaan tersendiri di sana. Berada di tempat yang cukup tinggi. Jauh dari orang-orang. Seolah berada di dunia lain. Seolah tempat ini dibuat khusus untuknya. Dia bahkan bisa melakukan apapun yang dia mau di sini. Berteriak sekali pun, Luhan yakin tidak akan ada yang mendengarnya.
Dan perasaan itu kembali. Rasa nyeri di dada kirinya saat Jongin mengabaikannya. Saat Jongin meninggalkannya sendirian. Saat Kyungsoo bersikap acuh padanya. Saat Jongin menomor satukan Kyungsoo dihadapannya. Perasaan tidak diinginkan. Saat dia harus melihat keakraban Kyungsoo dan Jongin. Saat memikirkan hubungannya dan Kyungsoo yang sepertinya mulai merenggang. Saat dia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini.
Dan tanpa Luhan sadari, air mata itu kembali menghiasi wajah manisnya. Tapi kali ini Luhan tidak lagi menahannya. Hanya menunduk dalam. Menyandarkan punggungnya pada pagar pembatas. Menekuk lututnya dan menenggelamkan kepala di atasnya. Setelah apa yang harus dilaluinya selama beberapa hari ini, dia merasa sangat lelah. Meskipun Luhan tahu pasti kalau ini tidak sebanding dengan apa yang dilalui Jongin selama setahun ini. Kali ini saja, Luhan ingin melepaskan semuanya. Mungkin ini akan menjadi yang terakhir kalinya dia menangis. Aniyo! Bukan mungkin. Tapi Luhan berjanji pada dirinya sendiri. Ini adalah air mata terakhirnya untuk Jongin.
Grebb
Luhan merasakan sebuah pelukan hangat melingkari tubuhnya. Dia tidak mengenali pelukan ini. Dia juga tidak familiar dengan harum tubuh ini. Tapi untuk suatu alasan, sepertinya dia tahu siapa yang sedang memeluknya. Luhan ingin menolak pelukan ini, tapi hatinya melarang. Mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan yang dia punya untuk merasakan pelukan hangat ini.
"Sejak kapan kelasmu berpindah ke atap sekolah, Hyung?"
Luhan semakin terisak. Di saat dia ingin menjernihkan pikiran dan hatinya, mengapa lagi-lagi Jongin harus datang dengan kehangatannya? Jika seperti ini, bagaimana Luhan bisa melupakan namja yang telah memporak-porandakan hatinya dengan sukses ini?
"Mengapa kau menangis, Hyung?" tanya Jongin setelah tangisan Luhan mulai reda.
"Maaf!" Luhan bergerak melepaskan pelukan Jongin dan menghapus sisa-sisa air matanya. Wajahnya pasti sangat jelek sekarang, karena itu dia tidak berani menatap Jongin. Hanya menunduk. "Aku merindukan Baba dan Mama. Itu saja," bohong Luhan.
"Benarkah? Tidak ada alasan lain?" tanya Jongin tak percaya. "Aku tahu kalau kita tidak begitu dekat, Hyung. Tapi jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, kau bisa menceritakannya padaku. Aku pasti akan mendengarkannya, Hyung,"
Luhan tersenyum dalam hatinya. Menceritakan semuanya pada Jongin? Seandainya saja dia bisa. Jongin bahkan tidak tahu kalau Luhan menjadi seperti ini karena dirinya.
"Wae?"
Jongin mengerutkan keningnya bingung. "Mengapa kau bersikap seperti ini padaku? Mengapa kau tidak marah? Bukankah aku sudah menyakiti hatimu. Mengapa kau masih bisa bersikap baik padaku? Bukankah sekarang kau sudah bersama dengan Kyungsoo? Lalu mengapa kau berada di sini? Berhentilah bersikap baik padaku jika kau tidak bersungguh-sungguh, Kim Jongin!" ucap Luhan frustasi. Mengapa Jongin harus bersikap baik padanya di saat-saat seperti ini?
"Hyung? Mengapa kau jadi marah padaku?" Jongin menatap Luhan, bingung dengan emosi yang meluap tiba-tiba itu.
Hhhh. Luhan menghela nafasnya. "Mianhae," ucapnya kemudian. Dan detik berikutnya, suasana menjadi hening.
"Kau tahu, Hyung? Selama setahun aku 'mengenalmu', baru kali ini aku melihatmu bolos pelajaran," ucap Jongin memecah keheningan. "Aku kira, kau tidak akan pernah melewatkan waktu-watu berhargamu di sekolah."
Luhan tersenyum tipis. 'Memangnya kau pikir karena siapa aku menjadi seperti ini,' batin Luhan.
"Eh? Memangnya karena siapa, Hyung?" tanya Jongin penasaran. Dan Luhan baru menyadari kalau dia mengatakan apa yang dipikirkannya dengan suara, bukan di dalam hati.
"Kau,, menyukai seseorang, Hyung?" ujar Jongin tak percaya. "Woaaaahhh! Nuguya? Apa aku mengenalnya?"
Luhan menatap Jongin tak suka. Jongin bertanya seolah tanpa beban. Padahal baru beberapa waktu yang lalu dia masih mengumbar kata cinta padanya. Benarkah semua itu hanya masa lalu sekarang? Tidak adakah harapan baginya walau hanya sedikit?
"Ayolah Hyung, ceritakan padaku. Bukankah kita berteman sekarang? Aku pasti akan membantumu, Hyung!"
"Kau tidak akan bisa membantuku, Kai-ah. Tidak ada yang bisa," ucap Luhan. "Waeyo?"
Karena aku telah menyakiti hatinya. Karena aku telah membuang kesempatan yang ku punya. Karena aku telah menyia-nyiakan perasaannya. "Karena sudah ada seseorang di sampingnya," jawab Luhan.
"Hmmm, jadi dia sudah memiliki kekasih?" tanya Jongin. "Sepertinya begitu," jawab Luhan. Jongin mengerutkan keningnya. "Sepertinya?" tanya nya lagi.
Luhan menatap Jongin sesaat sebelum menjawabnya. "Entahlah. Mereka terlihat sangat dekat, dan aku tidak cukup berani untuk bertanya."
"Aigoooo. Hyung! Jangan putus asa begitu. Kau sendiri belum yakin, kan? Setiap orang memiliki alasan yang berbeda untuk menjadi dekat. Dan itu tidak harus cinta," ujar Jongin memberi semangat.
Luhan tidak menjawab lagi. Dia tidak tahu harus berkata apa.
"Lalu, kau sendiri bagaimana?" tanya Luhan kemudian mengalihkan pembicaraan. "Aku?" Luhan mengangguk. "Eum. Kau dan Kyungsoo. Apa kau benar-benar menyukai Kyungsoo?" ucapnya memperjelas pertanyaan sebelumnya.
"Mengapa—"
"Jangan berfikiran yang macam-macam. Aku,, hanya tidak ingin Kyungsoo terluka. Itu saja!" Luhan segera memotong pertanyaan Jongin dengan jawaban palsunya. Dan entah itu hanya permainan matanya saja atau bukan, Luhan yakin sekali, untuk beberapa detik, ada raut kekecewaan yang tersirat di wajah Jongin. Tapi mengapa? Tapi kemudian, ekspresi Jongin kembali seperti biasanya.
"Hmmmmm," Jongin terlihat memikirkan jawabannya. "Kyungsoo Hyung? Aku rasa aku menyukainya." Luhan membuang mukanya ke sembarang arah agar Jongin tidak melihat wajah terlukanya. Bagi luhan, jawaban simpel itu sudah cukup membuktikan kalau Jongin dan Kyungsoo memang memiliki hubungan Khusus.
"Dia orang yang sangat baik dan penuh perhatian. Dia juga sangat pengertian. Kalau bersamanya, aku merasa—"
"Sebaiknya aku kembali ke kelas sekarang." Luhan, kembali memotong kalimat Jongin, segera berdiri dan bersiap untuk beranjak dari sana. Tidak ingin mendengar lebih banyak lagi. "Kyungsoo pasti akan memarahiku jika aku melewatkan satu pelajaran lagi. Kai juga, kembalilah ke kelas," ucapnya sebelum melangkahkan kakinya.
Air mata itu tiba-tiba kembali mendesak ingin keluar. Dan dia tidak mungkin menangis di depan Jongin. Luhan bisa mendengar suara langkah kaki Jongin yang bergerak mengikutinya. Tapi dia memutuskan untuk mengabaikannya.
Jongin mengikuti Luhan untuk pergi dari atap sekolah dengan perasaan bingung akan sikap Luhan yang tiba-tiba berubah. Dia tidak mengatakan apapun, hanya berjalan pelan di belakang namja mungil itu. Namun kemudian, saat mereka hampir mencapai pintu masuk, tiba-tiba saja Luhan berhenti. Membuat Jongin hampir menabraknya.
"Jika kau begitu menyukai Kyungsoo, lalu mengapa kau terus-terusan mengejarku saat itu?" tanya Luhan tiba-tiba dan membalikkan badannya. "Apa itu berarti kau tidak benar-benar menyukaiku saat itu? Kau tidak benar-benar serius dan hanya mempermainkanku saja?" Luhan menatap tajam ke arah Jongin yang juga menatapnya. "Hyung—"
"Ah! Aku tahu!" potong Luhan cepat. "Kau hanya berpura-pura menyukaiku sebagai alasan untuk terus menggangguku agar kau bisa menarik perhatian Kyungsoo. Iya kan?" ucapnya kemudian. "Aku tahu itu. Seharusnya aku memang tidak mempercayaimu. Seharusnya aku tidak perlu meragukan perasaanku sendiri. Seharusnya aku tidak membiarkan pertahananku lengah!"
"Hyung! Jadi itu alasanmu selalu menolakku selama ini? Karena kau tidak percaya padau?"
"Lalu? Aku harus percaya?" Luhan balik bertanya. "Mengapa aku harus percaya? Bagaimana aku bisa percaya? Semua kata-kata cinta itu. Kau selalu menriakkan kata-kata itu dimana-mana. Kau bahkan mengucapkannya seolah tidak ada yang spesial di dalamnya. Seolah itu adalah hal yang biasa-biasa saja dengan intonasi yang bahkan terdengar seperti sebuah gurauan belaka! Bagaimana aku bisa percaya kalau apa yang kau rasakan padaku itu tulus dan bukan hanya sebuah perasaan sesaat? Bahkan hanya beberapa hari setelah terakhir kalinya kau mengucapkan kata itu, aku melihatmu tertawa bahagia bersama Kyungsoo! Bagaimana aku bisa percaya? Saat rasa percaya itu mulai tumbuh kau malah meninggalkanku!"
"Mwo? Aku meninggalkanmu?" ucap Jongin tak setuju. "Hyung! Kalau kau sudah melupakannya, kau lah yang memintaku untuk menjauhimu dan berhenti mengganggumu!"
"Gaeurae! Aku memang memintamu untuk melakukan itu semua. Tapi mengapa kau melakukannya? Bukankah sebelum-sebelumnya pun aku sering memintamu untuk menjauhiku, dan kau tidak pernah mendengarkannya. Lalu, apa yang begitu berbeda hingga kau menurutinya kali ini? Apa yang berbeda hingga kau dengan mudahnya mengatakan 'iya' pada permintaanku saat itu?"
"Tidak ada yang berbeda Hyung. Aku hanya melakukan apa yang kau pinta. Apa yang bisa membuatmu bahagia," jawab Jongin.
"Jika begitu, bukankah seharusnya kau melakukannya sejak pertama kalinya aku memintamu? Lalu mengapa baru sekarang?" Jongin tidak menjawab.
"Geurae! Kau bilang untuk kebahagiaanku, kan?" Luhan menatap tegas pada Jongin yang masih terdiam. Dia tahu kalau saat ini dirinya terdengar begitu egois. Tapi bagaimanapun dia berusaha untuk menahan diri untuk tidak mengatakannya, kalimat itu tetap terucap begitu saja.
"Lalu, jika aku memintamu untuk kembali... Apa kau juga akan melakukannya?" tanya Luhan dengan hati berdegup kencang. Terbesit sedikit rasa bersalah saat wajah Kyungsoo terlintas di benaknya. Tapi, bukankah Kyungsoo masih memiliki Suho? Jadi, seharusnya tidak apa-apa, kan? Kali ini saja, dia hanya ingin memastikannya.
"Apa maksudmu, Hyung?"
"Aku... Aku rasa, aku mencintaimu, Kim Jongin!" Luhan menggigit bibir bawahnya pelan sebelum menjawab dengan pandangan lurus pada lantai di depannya. Tidak berani menatap Jongin kali ini. "Aku tahu, aku tidak punya pembelaan untuk apa yang telah aku lakukan di masa lalu. Satu-satunya alasan yang aku punya hanyalah kebodohanku. Aku terlalu bodoh hingga baru menyadarinya saat kau sudah tidak ada di depanku lagi. Dan aku menyesal. Aku juga terlalu egois, karena meskipun kau sudah bahagia bersama dengan Kyungsoo, aku masih mengatakan ini padamu. Tapi aku mencintaimu!" ucap Luhan pelan.
"Karena itu... Karena itu,,,, tidak bisa kah kau kembali menjadi Kim Jongin yang selalu menggangguku seperti dulu sebelum aku memintamu untuk mejauhiku? Tidak bisa kah kau kembali mencintaiku seperti waktu itu? Jongin-ah?"
Hening
Bahkan sampai beberapa waktu kemudian, Jongin masih tidak bersuara. Membuat Luhan gelisah. Entah kenapa, sepertinya dia tahu apa yang akan diucapkan Jongin. Dan itu membuat hati Luhan semakin terasa berat.
"Kau, mencintaiku, Hyung?" tanya Jongin pada akhirnya. Luhan sendiri masih belum berani menatap Jongin. Hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Tapi Hyung,"
'Tidak tidak. Jangan ucapkan itu!' Luhan merasakan bulir-bulir air mata yang semakin mendesak ingin keluar.
"Mengapa aku harus melakukan itu?"
Tes
Satu air mata berhasil lolos dari mata indahnya. Dan Luhan semakin menundukkan kepalanya.
"Mengapa aku harus kembali mencintaimu seperti waktu itu, Hyung?"
Tes
Tes
Tes
Jika saja hati itu berbentuk seperti gelas, maka saat ini hatinya pasti sudah pecah berkeping-keping karena pertanyaan itu. Luhan semakin tertunduk dalam. Jantungnya berdetak sakit. Telinganya berdengung kencang. Kepalanya terasa pening.
Sebuah penolakan.
Sekarang Luhan benar-benar mengerti mengapa di dalam drama favoritnya, sang aktor terlihat begitu menyedihkan saat ditolak oleh pemeran wanitanya. Ternyata, ini memang sangat menyakitkan. Lebih sakit dari pada saat Jongin mengabaikannya. Lebih sakit dari pada saat Kyungsoo menyindirnya.
"Hyung! Aku—"
"Arrasseo!" Luhan cepat-cepat memotong kalimat Jongin. tidak ingin mendengar kalimat yang lebih menyakitkan. "Aku mengerti,, Kai. Jika kau bertanya mengapa, aku juga tidak punya alasan. Aku tidak memiliki jawaban atas pertanyaanmu. Setelah apa yang aku lakukan, aku tahu kalau aku tidak berhak meminta hal itu!" Luhan menekan suaranya sebisa mungkin agar Jongin tidak tahu kalau dia sedang menangis. Meskipun Luhan tahu kalau itu percuma.
"Aku,,, Karena itu, sebaiknya lupakan saja. Lupakan kalau aku pernah mengatakan ini padamu. Maaf!" ucapnya kemudian sebelum menghilang dari hadapan namja yang baru saja menolaknya itu.
Luhan terus berlari sekuat yang ia bisa. Sejauh yang ia mampu. Jauh dari Jongin. Jauh dari Kyungsoo. Setelah apa yang baru saja dikatakannya pada Jongin, Luhan tidak yakin kalau dia siap menemui Kyungsoo. Perasaan bersalah itu sangatlah besar. Dia hampir saja merebut kekasih adiknya sendiri.
Mungkin ini karma nya. Karma pada Jongin karena telah menyakiti dan menyia-nyiakan Jongin. Karma karena telah menjadi sangat bodoh dan egois. Karma pada Kyungsoo, karena telah menjadi serakah. Karena bukannya membalas semua hutang jasanya pada Kyungsoo dan keluarganya, Luhan justru berusaha mengambil kebahagiaan Kyungsoo. Padahal Kyungsoo selalu membahagiakannya.
Luhan tiba di rumahnya dengan nafas terengah-engah dan langsung menjatuhkan tubuh kurusnya di atas sofa ruang tamu. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan lemas. Bahkan untuk berjalan ke kamarnya pun, Luhan merasa tidak kuat lagi. Luhan membenamkan kepalanya di bantalan sofa. Dia tidak lagi menangis. Hanya merasa lelah. Hatinya terasa begitu sakit. Dia bahkan tidak tahu mana yang lebih menyakitkan. Penolakan Jongin atau perasaan bersalahnya pada Kyungsoo.
"Hyung! Wae gaeurae?" Luhan membuka matanya saat merasakan tangan Kyungsoo yang mengusap rambutnya. Melihat wajah Kyungsoo yang sarat akan sayang, air mata Luhan kembali membasahi wajahnya. Dan tanpa berfikir lagi, Luhan segera bangun dan memeluk Kyungsoo seerat mungkin dan menangis di pelukannya.
"Hyung! mengapa Hyung menangis? Mengapa Hyung tiba-tiba pulang? Apa Hyung ada masalah? Ceritakanlah padaku, Hyung."
Luhan menggigit bibir bawahnya cukup keras. Bercerita? Luhan ingin sekali melakukan itu. Menumpahkan semua uneg-uneg di dalam dadanya seperti biasanya. Menceritakan semua yang dia rasakan saat itu. Membagi kesedihannya. Tapi dia tidak bisa. Seandainya itu masalah lain, Luhan pasti akan menceritakannya dengan senang hati. Tapi masalah ini? Bagaimana dia bisa menceritakannya? Bagaimana dia bisa mengatakan kalau dia hampir saja merebut Jongin darinya? Apa yang akan Kyungsoo katakan nantinya?
"Mianhae, Kyungsoo-ya! Maaf. Maaf!"
Dan pada akhirnya, hanya kata 'maaf' lah yang bisa diucapkannya sebagai perwujudan dari apa yang tengah dirasakannya sekarang.
~O.O~
Keesokan harinya, saat Luhan terbangun, semua sudah kembali seperti sedia kala. Seolah Luhan tidak pernah menangis hebat di hari sebelumnya. Kyungsoo juga tidak bertanya apapun lagi dan bersikap seperti biasanya padanya. Namun ada yang sedikit aneh. Karena kali ini, Kyungsoo menjadi lebih hangat padanya. Kyungsoo kembali menjadi Kyungsoo yang dulu sebelum Luhan berkata kalau dia telah meminta Jongin untuk menjauhinya.
Mungkin Kyungsoo mengira kalau Luhan menangis karena dirinya, karena itulah dia bersikap lebih hangat. Tapi itu lebih baik dari pada harus dibombardir oleh 1001 pertanyaan dari Kyungsoo. Setidaknya, satu masalah terselesaikan. Setidaknya, hubungannya dengan Kyungsoo kembali seperti dulu.
Sebenarnya, Luhan ingin sekali untuk membolos sekolah -lagi- hari ini. Dia masih belum siap untuk bertemu dengan Jongin. Tapi Kyungsoo tidak mengizinkannya. Lagi pula, Luhan sudah terlalu sering absent bulan ini. Untungnya, hari ini Jongin tidak berangkat bersama mereka. Luhan tidak tahu mengapa. Mungkin Jongin sendiri juga merasa tidak enak setelah menolaknya kemarin. Tapi Luhan tidak terlalu memikirkannya. Mungkin Tuhan sedang berbaik hati padanya.
Meskipun begitu, Luhan mulai merasa sedikit aneh saat Jongin juga tidak menyambut Kyungsoo di gerbang sekolah. Saat bel istirahat berbunyi, Jongin juga tidak berdiri di depan kelas mereka. Bahkan sampai kelas mereka bubar, tidak ada tanda-tanda Jongin sama sekali.
'Kemana Jongin? Apa dia sengaja menghindariku?' pikir Luhan.
Kyungsoo juga aneh. Biasanya, jika Luhan menawarkan diri untuk menunggunya sampai kegiatan di Klub Musik selesai, Kyungsoo pasti akan melarangnya. Tapi hari ini, justru Kyungsoo sendiri yang memintanya. Dan meskipun Luhan ingin sekali menolaknya, karena yang paling diinginkannya saat ini adalah istirahat di kamarnya dengan sekotak es krim favoritnya, Luhan tetap menunggu Kyungsoo. Untungnya dia tidak harus menunggu di luar.
Saat kegiatan Kyungsoo selesai, sekolah mereka sudah sangat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang mengikuti ekstrakulikuler yang masih bertahan di sana. Ketika mereka sudah berada di pintu keluar gedung ekstrakulikuler, samar-samar Luhan mendengar suara musik yang sangat familiar di telinganya, yang sepertinya berasal dari pengeras suara yang sengaja dipasang di luar gedung.
'Second Confession'
Dan di sana, namja yang sedari tadi memenuhi pikirannya berdiri di depan gedung. Tersenyum tampan saat melihat Kyungsoo, mungkin, dan mulai menggerakkan badannya mengikuti irama lagu. Harus Luhan akui, Jongin terlihat sangat keren saat sedang menari seperti itu. Sepertinya, kata 'malu' memang tidak ada di dalam kamus Jongin. Dia bahkan tidak menghiraukan beberapa pasang mata yang saat ini sedang menontonnya.
Saat 'rap' part sedang dinyanyikan, Jongin menghentikan gerakan tarinya dan melai berjalan ke arah mereka, dengan sebuah boneka beruang yang sangat besar di tangannya.
Apa Jongin mau menembak seseorang?
Luhan menoleh pada Kyungsoo yang sedang tersenyum lebar sambil terus melihat ke arah Jongin. 'Tentu saja!' pikirnya. 'Untuk siapa lagi Jongin melakukan itu kalau bukan untuk seseorang yang sangat disukainya!' Luhan ingin sekali pergi dari sana, namun tangan Kyungsoo menggenggam erat pergelangan tangannya. Seolah sengaja menahannya untuk tetap di sana.
Luhan mengerutkan keiningnya saat melihat boneka di tangan Jongin. 'Boneka beruang? Apa Jongin tidak tahu kalau Kyungsoo tidak menyukai boneka beruang? Apalagi sebesar itu!' Luhan kembali membatin. Terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, dia bahkan melupakan kenyataan bahwa sebenarnya dirinyalah yang menyukai boneka beruang. Dan tanpa disadarinya, Jongin sudah berdiri tepat di hadapannya sekarang.
Tunggu tunggu! Di hadapannya? Apa Jongin salah melihat? Karena seingatnya, Jongin pernah berkata kalau dirinya dan Kyungsoo hampir mirip. Meskipun Luhan sama sekali tidak menemukan dimana letak kemiripan mereka.
Luhan menolehkan pandangannya pada Kyungsoo dengan tatapan bingung. Dan saat dia hanya menerima sebuah senyuman sebagai balasan atas kebingungannya, Luhan kemudian menatap Jongin.
"Lulu Hyung! Aku mencintaimu!"
Jantung Luhan terasa berhenti sejenak saat mendengar panggilan dan kalimat itu. Sudah berapa lama semenjak terakhir kalinya dia mendengar kalimat seperti itu keluar dari bibir seorang Kim Jongin?
"Sepertinya, saat itu aku mendekatimu dengan cara yang salah, Hyung. Sampai-sampai kau tidak bisa mempercayaiku yang terkesan main-main dan hanya bercanda. Seharusnya aku mengajakmu berkenalan dengan cara yang lebih normal," ucap jongin. "Tapi itu lah aku, Hyung. Selain dengan cara seperti itu, aku tidak tahu bisa memikirkan cara lain untuk menarik perhatianmu. Bodohnya aku, yang justru membuatmu merasa tidak nyaman."
"Karena itu, hari ini aku ingin memulai semuanya dari awal, Hyung. Aku ingin mencoba untuk menyatakan perasaanku lagi, Hyung. Dan aku harap, caraku kali ini terlihat lebih normal dan bisa membuatmu percaya padaku kalau aku benar-benar mencintaimu. Bukan hanya main-main. Bukan hanya perasaan sementara! Dan aku juga berharap, kali ini jawabanmu akan berbeda." ucap Jongin lagi.
Luhan masih mengerutkan keningnya antara bingung dan tidak percaya. Bukankah kemarin namja ini baru saja menolaknya? Lalu bagaimana dia bisa berubah pikiran secepat itu? Dan yang lebih penting lagi, bagaimana dia bisa mengatakan itu di depan Kyungsoo? Apa dia sama sekali tidak memikirkan perasaan Kyungsoo?
"T-tapi kemarin kau bilang—"
"Aku memang berkata kalau aku tidak bisa kembali menjadi Jongin yang dulu, Hyung! Karena Jongin yang dulu hanya bisa membuatmu terganggu. Aku ingin menjadi Jongin yang selalu membuatmu tersenyum." Jongin memotong pertanyaan Luhan. "Aku juga tidak bisa mencintaimu seperti dulu. Karena setiap hari, cinta yang aku miliki untukmu semakin bertambah. Dan jika aku harus mencintaimu seperti dulu, berarti aku harus mengurangi kadar cintaku, kan? Mana mungkin aku melakukan hal itu, Hyung!"
Blusssshhhh
Luhan tidak bisa mencegah aliran darah yang tiba-tiba naik menuju pipi kenyalnya itu. Dia ingin menjawab 'iya', tapi sesuatu masih mengganggu pikirannya.
"Lalu, Kyungsoo?"
"Hyung!" Kali ini, Kyungsoo yang angkat bicara. "Apa kau benar-benar berfikir kalau aku akan meninggalkan Suho Hyung untuknya?" ucapnya dengan mengerutkan hidungnya dan menunjuk ke arah Jongin yang hanya bisa memutar bola matanya.
"Kyungsoo-ya? Apa maksudmu? Bukankah kalian pacaran. Mengapa kau berkata seperti itu? A-apa kalian sedang mempermainkanku? Kalian merasa kasihan padaku, kan? Makanya kalian melakukan ini! Iya kan?"
"Hyung! Kapan aku pernah berkata kalau aku dan Jongin berpacaran? Karena seingatku, aku tidak pernah mengatakannya. Lalu, mengapa kau menyimpulkan seperti itu?"
"Tapi kalian sangat dekat! Kalian bahkan selalu bersama. Lalu—"
"Hyung!"
Luhan menghentikan seluruh rangkaian ucapannya saat Jongin memanggilnya dengan nada yang menghangatkan hatinya. Tapi dia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.
"Hyung! Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Cinta bukanlah satu-satunya alasan untuk 2 orang menjadi dekat," ucap Jongin. "Tapi kalian—"
"Aku tahu kau pasti bingung sekarang. Tapi Hyung, bisakah aku menjelaskan itu nanti, hmmm? Kita selesaikan urusan kita dulu, ne?" Luhan tidak menjawab. Sepertinya masih terlalu bingung. Hanya memandang Jongin tak berkedip. Membuat Jongin benar-benar ingin memeluknya seerat mungkin.
"Aku mencintaimu, Hyung! Tidak pernah sekalipun aku berhenti mencintaimu dan berpindah hati. Aku hanya mencintaimu, Hyung!" Jongin meraih satu tangan Luhan untuk digenggamnya. "Karena itu, Lulu Hyung! Mulai saat ini, jadilah namjachinguku!"
Kalimat itu bukanlah sebuah pertanyaan apalagi permintaan. Siapapun yang mendengarnya pasti akan menganggap seperti itu. Kalimat Jongin kali ini, lebih terdengar seperti sebuah perintah. Penuh dengan ketegasan. Penuh dengan penekanan. Dan tidak ada kesan main-main seperti sebelum-sebelumnya. Dan kalau sudah begini, apa yang bisa Luhan lakukan? Dia memang masih bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi jika Kyungsoo berkata kalau dia dan Jongin tidak ada hubungan apa-apa, berarti tidak masalah kan kalau Luhan menerima pernyataan Jongin kali ini?
Luhan menggigit bibir bawahnya sebelum mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya. Dia baru menyadari kalau dirinya sedang menjadi tontonan banyak orang saat mendengar beberapa yeoja berteriak saat Luhan menganggukkan kepalanya. Dia bahkan bisa merasakan Kyungsoo yang sedang menjerit tertahan di sampingnya. Membuatnya merona hebat dan refleks menangkup kedua pipinya yang terasa hangat.
Saat Jongin tidak berkata apa-apa setelahnya, Luhan mendongak dan langsung mendapatkan senyuman mendebarkan dari namja di depannya itu. Membuat hatinya berdetak sangat kencang tapi juga menyenangkan. Bukan detakan nyeri seperti sebelumnya.
"Errmmm, karena aku sudah menerimamu... Apa boneka itu menjadi milikku sekarang?" tanya Luhan menutupi rasa canggungnya.
Jongin terkekeh pelan mendengar pertanyaan Luhan. "Jadi kau menerimaku karena boneka ini, Hyung? Kau hanya menyukai bonekanya? Tidak menyukai orang yang memberikannya?" godanya.
"A-aniyo!" sahut Luhan cepat. Kembali merona saat Jongin tertawa melihatnya yang salah tingkah karena ulahnya sendiri. "Jadi?" tanya Jongin lagi.
"Aku,,," Luhan kembali menunduk. "Aku juga mencintaimu!" ucapnya pelan.
"Eh? Aku tidak mendengarnya, Hyung!" goda Jongin lagi. Masih terkekeh pelan. Luhan mem-pout-kan bibirnya dan membalikkan badannya. "Ya sudah kalau kau tidak mendengarnya! Aku menarik kembali ucapanku barusan!" ucapnya sebal dan bersiap melangkah. Dia sudah seperti kepiting rebus begini, mengapa Jongin malah mentertawakannya!?
Grebb
Jongin menahan langkah Luhan dan memeluknya dari belakang. "Andwaeyo! Setelah setahun menunggu, aku akhirnya bisa mendengar dan mendapatkan 3 kata itu. Dan aku tidak akan membiarkanmu mengambilnya kembali!" ucapnya.
Deg deg deg
Jantung Luhan berdebar kencang saat deru nafas Jongin menerpa lehernya. Tersenyum bahagia, Luhan meraih tangan Jongin yang melingkar di pinggangnya dan merenggangkannya. Agar dia bisa membalikkan badannya tanpa harus melepas pelukan Jongin. "Kalau begitu, mulai hari ini, aku akan membayar setahun itu dan mengucapkannya setiap hari, sebanyak mungkin. Aku mencintaimu, Jongin-ah!" ujar Luhan dengan wajah semerah tomat.
Untuk beberapa saat, mereka hanya terdiam. Saling menatap, masih dengan posisi Luhan yang berada di dalam pelukan Jongin. Sama sekali tidak memikirkan orang-orang di sekitar mereka. Apalagi Kyungsoo yang mulai menatap malas pada dua orang yang sedang dimabuk cinta dan sama sekali tidak bergerak itu.
"Ehem!" Kyungsoo berdehem keras untuk menarik perhatian Jongin dan Luhan. "Aku tahu kalau sekarang kalian sedang bahagia. Yaaa, semacam dunia milik berdua. But, please! Jika kalian lupa, kita masih berada di lingkungan sekolah, dan banyak orang sedang menyaksikan kalian!" ucapnya sarkastik. "Dan lagi, aku bukan tempat penitipan barang tau!" Kyungsoo menunjuk boneka beruang di tangannya.
"Hehehehehe! Mianhae Hyung!" kekeh Jongin kemudian mengambil boneka di tangan Kyungsoo.
"Tck, tck, tck! Indahnya dunia!" ucap Kyungsoo bermaksud menggoda Luhan. "Kau tahu Hyung? Beberapa hari ini aku sudah merelakan waktu kencanku agar kalian bisa bersatu. Jadi, sekarang aku tidak ingin membuang waktu lagi untuk menyaksikan Lovey Dovey kalian di sini! Karena itu, sebaiknya aku pergi sekarang. Suho Hyung juga pasti sudah menungguku di depan gerbang!" ujarnya.
"Oh! Kim Jongin! Karena kemarin Luhan Hyung sudah menangis cukup banyak, hari ini kau harus membuatnya tersenyum sebanyak mungkin! Arrasseo! Jangan membuatnya menangis lagi!"
Luhan membelalakkan matanya pada Kyungsoo yang telah membeberkan aibnya. Tapi Kyungsoo sama sekali tidak menggubrisnya dan malah tersenyum jahil. "Kalau begitu, aku pergi dulu ne, adik ipar!" ucapnya lagi sebelum berlari menuju gerbang sekolah.
Luhan beralih menatap Jongin bingung. "Adik ipar?" tanya nya pada Jongin. Jika Luhan bersama dengan Jongin, bukankah seharusnya Jongin menjadi 'kakak ipar' Kyungsoo? Mengingat kalau Luhan adalah 'Hyung' nya. Lalu, mengapa malah menjadi adik ipar?
Jongin memberikan boneka di tangannya pada Luhan dan kembali memeluknya, lebih erat kali ini. "Aku pasti akan menceritakannya nanti, Hyung! Tapi untuk saat ini, biarkan seperti ini dulu, hmmm?" Luhan tersenyum dan menganggukkan kepalanya, menyamankan posisinya di dada Jongin.
"Kau harus bersiap-siap, Hyung! Karena setelah ini, seberapa sering pun kau merasa terganggu dengan kehadiranku, seberapa kali pun kau memintaku untuk menjauhimu, aku bersumpah kalau tidak akan menurutinya lagi! Tidak akan pernah!" ucap Jongin.
Chu~
Luhan mendongakkan kepalanya dan mencium pipi Jongin sekilas, dengan wajah seperti strawberry siap petik, kemudian kembali menyembunyikan kepalanya di dada Jongin. "Aku juga berjanji. Kau tidak akan pernah lagi mendengar permintaan seperti itu dariku, Jongin-ah!"
"Benarkah?"
"Eum," angguk Luhan. "Kalau begitu, katakan sekali lagi, Hyung! Bukankah kau bilang kalau kau akan membayar setahun penantianku dan mengucapkannya sebanyak mungkin?" pinta Jongin. Luhan menganggukkan kepalanya. Dan meskipun dia tidak bisa melihatnya, Luhan tahu kalau Jongin pasti sedang tersenyum sekarang.
"Aku mencintaimu, Kim Jongin! Aku mencintaimu! Aku mencintaimu! Aku mencintaimu!" ucapnya dan membalas pelukan Jongin dengan satu tangannya.
~O.O~
OMAKE
A few days ago
"Anny— Kai?" ucap pemuda yang berdiri di depan pintu rumahnya terkejut. "H-Hyung?" balas Jongin tak kalah terkejut pula saat melihat tamunya.
"Oh? Chagi-ya! Kau sudah datang? Tunggulah sebentar, ne! Aku akan bersiap-siap!" ucap seseorang dari arah belakang. "Kkamjong-ah! Tolong temani Kyungsoo sebentar ya!"
Jongin menatap Hyungnya yang baru saja menghilang di balik pintu kamarnya kemudian beralih menatap Kyungsoo yang masih terpaku di depan pintu.
'Chagi? D.O Hyung dan Suho Hyung?'
"Jadi Lulu yang selama ini kau bicarakan, yang hari ini memintamu untuk menjauhinya, yang kau setujui permintaannya itu adalah temannya Kyungsoo Chagi?" tanya Suho pada Jongin yang hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Oh My God! Ternyata dunia benar-benar tidak selebar daun kelor!" ucap Suho lebay.
"Hyung! Ini bukan waktunya bercanda! Aku sedang dilanda duka, Hyuuuuung!" protes Jongin tak kalah lebay.
"Errrmmmm, Kai-ah! Apa kau benar-benar berencana untuk menyerah kali ini?" tanya Kyungsoo, mengabaikan sikap lebay bin aneh duo Hyung-Dongsaeng itu.
Kali ini Jongin menggelengkan kepalanya penuh semangat. "Tentu saja tidak, Hyung! Setelah setahun, mana mungkin aku menyerah begitu saja! Meskipun Lulu Hyung tidak mengakuinya, tapi aku bisa merasakan kalau dia mulai tertarik akan pesonaku!"
Kyungsoo menatap Jongin malas. Kali ini saja, dia setuju dengan ucapan Luhan tentang ke-over PeDe-an yang dimiliki Jongin. "Lalu, apa yang akan kau lakukan?" tanya nya lagi.
Dan Jongin kembali menggelengkan kepalanya, dengan tidak semangat kali ini. Rasa percaya diri yang menggebu-gebu sebelumnya lenyap seketika mendengar pertanyaan Kyungsoo. "Entahlah! Aku tidak tahu, Hyung!" ucapnya. "Hmmmm, apa aku culik saja Lulu Hyung? Lalu aku akan membawanya ke pulau tak berpenghuni. Dengan begitu, Lulu Hyung hanya bisa bergantung padaku. Dan kemudian—"
Pletakk
"Oke oke! Stop! Jangan menghayal yang tidak-tidak, Kim Jongin!" Suho segera menghentikan khayalan liar nan aneh Jongin saat melihat Kyungsoo bergidik ngeri di sampingnya. "Itu terlalu ekstrim, pabo! Lagi pula, dimana kau bisa menemukan pulau tak berpenghuni?"
Jongin mengusap kepalanya yang telah berhasil mendapatkan jitakan sayang dari Suho. "Aku kan hanya menghayal saja, Hyung! Mana mungkin aku benar-benar melakukannya!" ucapnya membela diri.
"Lalu bagaimana?" tanya Kyungsoo lagi. "Kita harus melakukan sesuatu. Mungkin Luhan Hyung belum menyadarinya, tapi aku yakin sekali kalau dia menyukaimu, Kai-ah! Kita hanya perlu membuatnya sadar."
Ketiganya terlihat berfikir dengan serius. Hening. Hanya sesekali terdengar teriakan Suho yang memecahkan keheningan dengan ide-ide anehnya.
"AH! Aku punya ide lagi!" teriak Suho tiba-tiba. Merasa yakin dengan ide briliantnya. Jongin dan Kyungsoo menatap Suho penuh harap. Berharap kalau kali ini, bukan ide yang aneh lagi melainkan ide yang bisa mereka gunakan.
"Bagaimana kalau kita membuat Luhan cemburu? Bukankah ada pepatah mengatakan, kau tidak akan benar-benar menyadari kalau sesuatu itu sangat berharga bagimu sampai kau kehilangannya?" ucap Suho dan tersenyum penuh semangat. Senyuman yang semakin lebar saat Kyungsoo menghadiahkan sebuah ciuman di pipinya atas ide bagusnya.
"Tapi, bagaimana caranya? Aku tidak mau kalau harus berdekatan dengan orang lain. Apalagi kalau harus menyia-nyiakan waktu berharga yang aku punya di sekolah bersama dengan orang itu dan melewatkan waktuku untuk menatap Lulu Hyung!" ucap Jongin.
"Hmmmm, kalau begitu, ya mudah saja! Kau harus berdekatan dengan seseorang yang dekat dengan Luhan. Dengan begitu, kau bisa membuatnya cemburu dan tetap bisa menatapnya sepuas hatimu!"
'Seseorang yang dekat dengan Lulu Hyung? Tapi siapa ya?' pikir Jongin. Pandangannya kemudian tertuju pada 'the Perfect Candidate' yang kebetulan sedang duduk di depannya. Jongin kemudian menatap Suho dengan tatapan penuh artinya.
"Wae? Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Suho. Biasanya, jika Jongin sudah menatapnya dengan tatapan itu, berarti Jongin menginginkan sesuatu darinya. Jongin menaikkan satu alisnya, menatap Kyungsoo sebentar dan kembali menatap Suho.
"MWO?!" teriak Suho saat akhirnya mengetahui apa maksud tatapan Jongin padanya. "YAAAKKK! KKAMJONG ITEM JELEK! JANGAN HARAP AKU AKAN MENGIZINKANMU!" ancamnya dan memeluk Kyungsoo posesif. Merasa menyesal karena telah memberikan ide briliantnya pada Jongin.
Tapi Jongin sama sekali tidak takut. Hanya menaik-naikkan alisnya dan memberikan smirk terbaik yang dimilikinya pada Suho sebagai jawaban. Jongin selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dari Hyung nya itu. Dan dia tahu, kali ini pun akan begitu.
'Lulu Hyung! Tunggu saja. Aku pasti akan membuatmu membalas perasaanku!'
~O.O~
THE END
A/N:
Yuhuuuuuuuuuuu ^_^
Maaf banget baru bisa update sekarang :( Banyak kegiatan, (sok) sibuk, dan lain sebagainya. Liyya tahu kalau ff ini feelnya g begitu dapet n rada maksa (padahal maksa banget -_-),, But still,,, ini Chap terakhirnya :D
Oke! No Comment lagi :(
Maaf kalau Ending nya maksa -_-
Minimal, semoga gak jelek-jelek banget yaaa :)
Liyya ucapin BIG THANKS to eonnie, saeng, n chingu sekalian yang sudah berkenan mampir, ngelirik, membaca apalagi yang berkenan nge-review, nge-fav, n nge-follow ff gaje nya Liyya. Jeongmal2, neomu2 gomawo, #deepbow
Balasan Review:
luhansgirlorz: Jangan meweeeekkk :'( Jongin g move on kok, itu Cuma akal bulus aja -_-
Makasih udah ngereview^^
GreifannyGS: Sukurlah kamu suka KaiLu, jadi bisa ikutan baca :D ff KaiLu emang semakin menipis sekarang :( Kalah sama KaiHun :'( Ini udah lanjut ya, moga masih suka :(
Makasih udah ngereview^^
ima. park: Annyeoooong ^_^ Gak sedih koook, Luhan emang harus diberi pelajaran XD #fanssarap -_- Ini KaiLu udah bersatu kan ;)
Makasih udah ngereview^^
Novey: Rusa emang nyesel deeek :( Tokoh Sehun gak mungkin muncul laaah. Ini kan ff KaiLu XD
Makasih udah ngereview^^
ferina. refina: Jongin g berpindah ke lain hati kok deek, tenang aja :D
Makasih udah ngereview^^
ThegorgeouseLu: Cemburu buta tuh si Rusa XD kyaaaa, penciumannya tajam neeehh :D Emang ada konspirasi antara KaiSoo untuk membuat Luhan kapok XD
Makasih udah ngereview^^
Kkamjong sexyy: Heeemmm, betul sekali :D #lemparJongin XD
Makasih udah ngereview^^
luluna99: Gengsi membawa petaka tuh Luhan -_- Ini udah end yaaa, ntardeh kalo ada ide, Eon buatin KrisHan ato ChanLu nya :D
Semangaattt!
Makasih udah ngereview^^
opikyung0113: Liyya juga lebih suka KaiLu kok :D Secara, ada Luhan di sana #plakk -_- KaiLu pasti bersatu dooonk ;) SuDo juga :D Maaf gak bisa bikin dari sisi Kyungsoo :(
Makasih udah ngereview^^
YeWon3407: Alhamdulillah kalo feelnya dapet :D Ternyata pikiran chingu tajem neeeh :D Apa sehati sama KaiSoo mungkin ;)
Makasih udah ngereview^^
ByunnaPark: Nah loh o.O jangan disyukurin Luhannie Chagiku(?) -_- Kasian dianya, udah nyesek, malah disukurin #pelukLuhan #modus XD
ada maksud terselubung ato enggak, udah tau jawabannya kan :D
Makasih udah ngereview^^
Fujoshi203: Jangan nagis deeeek, kan bukan angst :D Mereka berdua g nyebelin kok, itu Cuma usaha atas ide dari Suho nooohh -_-
Makasih udah ngereview^^
Amortentia Chan: You know that feel? Pengalaman neeehhh XD
Makasih udah ngereview^^
Guest: Lulu udah terlanjur nangis, gimana dooonk :( Noooo! Tidak ada HunHan di sini, soalnya kalo ada Sehun, nanti saya yang galau :(
Makasih udah ngereview^^
deerpop: Liyya yakin banget kalo chap ini juga g greget kak :(
Sepertinya Liyya leren(?) aja nulis KaiLu, feelnya g sebagus kalo baca ff mereka :'(
Maaf kalo gak menggigit ya kaaaaakkkk :'(
Nanti Liyya belajar(?) lagi deh :D
Makasih udah ngereview^^
PuuPpyyto: Gomawo udah bilang gak mengecewakan yaaa #peluk :D
Makasih udah ngereview^^
hunhanie: Eiiittss, jangan galau lagi, KaiLu kan udah bersatu :D
Makasih udah ngereview^^
my luu: kyaaaaaaaaaaaaaa Gomawo udah bilangkeren :D #pelukhangat XD
Pancing? Ikan donk XD hehehehehe. Jongin udah berhenti bersandiwara kok :D pasti hepi ending lah :)
Makasih udah ngereview^^
ryanru: Kan orang bilang, benci sama cinta ntu Cuma beda tipis :D
Makasih udah ngereview^^
Oh SamHan: Gomawo udah suka ff abal ini :D Ini udah lanjut, moga masih suka ya :D
Makasih udah ngereview^^
xiaohunnie: potek itu apa deekkk? #authorkolot -_- Kakak juga baru nyadar kalo sekarang jarang ada ff KaiLu deek :(
Makasih udah ngereview^^
Im lulu: Pasti KaiHan dooonk :)
Makasih udah ngereview^^
christineonkey2minkailu22: Luhan emang kena karma, tapi untungnya mereka cepet bersatu kok :D
Makasih udah ngereview^^
luhan's monroe: annyeong deeek :D
Bener tuh, coba kalo langsung diterima, pasti sekarang mereka udah seneng2 tanpa harus nangis2 dulu, n pasti juga chap ini g ada XD hehehehe
Makasih udah ngereview^^
OyaF: Gak mungkin lah Eon pisahin KaiLu n membiarkan Luhan bersedih :D
Makasih udah ngereview^^
fans hunhan: Sekuel 'The One'? kalo ntu kayaknyaharus bersabar lebih lama deeek XD hehehehehehe
Makasih udah ngereview^^
Oke! Liyya gak mau banyak ngemeng. Makasih yang udah nyempetin baca :D Boleh minta pendapatnya, kan?