Main Cast : Lee Sungmin

Cho Kyuhyun

Author : Cho Ocean

Rate : T

Chapter : 1/2

Genre : Romance,Hurt

Disclaimer : Semua Cast milik Tuhan dan Orang cerita ini MURNI milik author .

Warning : GS buat para uke kece,yang gak suka silakan di CLOSE aja..Gomawo.

.

.

Happy reading...Enjoy it...Syalalalalalaa,,,

.

.

.

My First Love

Sungmin POV

Cinta, satu kata penuh makna.

Cinta suatu perasaan yang membuat hati kita menjadi hangat, nyaman, dan juga tentram. Cinta bukan sekedar kata namun juga rasa. Cinta suatu perasaan ingin dimiliki, ingin dianggap dan juga diakui oleh seseorang yang menjadi tujuan perasaan kita. Cinta tak perlu banyak ungkapan yang harus dilontarkan, cukup pahami maka akan mudah dimengerti.

Ini kisahku, beberapa tahun silam. Cinta pertamaku, yang begitu manis sekaligus menyakitkan. Suatu rasa yang kusebut cinta, entahlah apa orang lain menyebut itu cinta atau sekedar rasa yang semu jika diucapkan anak berusia 15 tahun.

10 Tahun lalu, kisahku dimulai. Tak pernah muncul dibenakku akan mengalami cinta pertama yang begitu rumit. Sekali lagi, aku hanya anak berumur 15 tahun saat itu. Seseorang yang membuatku jatuh cinta sekaligus merasakan sakitnya karena cinta, aku akan memulai menceritakannya.

Flashback

Hari ini aku pulang kerumah lebih cepat dari biasanya. Eomma memintaku pulang cepat, biasanya aku pulang menjelang sore. Aku banyak menghabiskan waktu ditaman atau perpustakaan kota. Eomma bekerja sampai larut malam sehingga aku selalu sendiri dirumah, kupikir mungkin lebih baik aku menghabiskan waktu di tempat lain selain dirumah diam seorang diri menunggu Eomma pulang. Sudah 3 tahun ini Eomma bekerja, dulu saat Appa masih ada Eomma hanyalah ibu rumah tangga biasa. Namun setelah Appa meninggal karena kecelakaan 3 tahun silam Eomma menggantikan peran Appa untuk bekerja menghidupi keperluan kami. Tidak, kami tidak hidup dalam kesusahan namun saat itu usiaku baru menginjak 12 tahun, masih terlalu panjang untuk sampai lulus dari Universitas. Tabungan Appa semasa hidupnya tentu hanya cukup untukku sekolah sampai jenjang SMA. Eomma tak ingin aku hanya sebatas lulus SMA, dia ingin aku sampai menjadi sarjana. Aku anak satu-satunya, meskipun aku yeoja tapi Eomma ingin aku menjadi sarjana karena itu juga yang menjadi cita-cita Appa.

Setiap hari aku selalu belajar agar mendapatkan nilai bagus, aku semakin giat belajar saat aku SMA. Appa ingin aku menjadi dokter, maka untuk mengabulkan cita-cita Appa, aku harus belajar lebih giat dari sebelumnya. Aku sangat menyayangi dan mencintai Appa, aku tak akan pernah mau mengecewakannnya meskipun kini dia telah tiada.

Aku memasuki rumah, saat aku sampai diruang keluarga kulihat Eomma sedang duduk disana. Langsung saja kuhampiri Eomma dan kupeluk tubuhnya dari belakang.

" Ada apa memintaku pulang cepat? " Tanyaku masih sambil memeluk Eomma, kulirik Eomma tersenyum padaku kemudian menarik tanganku dan mengarahkan agar aku duduk disampingnya.

" Sungmin-ah Eomma ingin mengatakan suatu hal yang penting padamu " Aku menatap Eomma sambil tersenyum.

" Katakanlah Eomma " Eomma menggenggam erat kedua tanganku, kuperhatikan ada sedikit keraguan saat Eomma ingin mengutarakan maksudnya padaku. Aku mengelus kedua tangan Eomma lembut, mencoba menenangkan. Eomma tampak menghela nafas sejenak.

" Min, Eomma berencana menikah lagi " Ucap Eomma dengan lirih, aku menegang kaku. Jujur hal seperti ini tak pernah terlintas dalam benakku. Eomma menikah lagi, dan itu artinya aku akan mendapatkan Appa baru. Sungguh aku tak pernah berfikir sedikitpun akan mencari pengganti sosok Appa yang menurutku tak akan pernah tergantikan dengan siapapun.

" Atas dasar apa Eomma ingin menikah lagi? Eomma sudah melupakan Appa? " Tanyaku dengan dinginnya, kulihat Eomma menatapku sendu kemudian menggeleng lirih.

" Eomma tak pernah melupakan Appamu, dia akan selalu ada dihati Eomma, hanya saja Eomma merasa nyaman dengan orang itu. Awalnya Eomma menolak namun kelamaan orang itu menunjukan keseriusannya pada Eomma. Dan dia melamar Eomma kemarin, maka dari itu Eomma memberitahumu sekarang " Aku melepaskan genggaman tanganku pada Eomma, aku membuang wajahku kearah lain, sungguh aku kecewa mendengar penuturan Eomma. Dalam waktu 3 tahun secepat itukah dia melupakan Appa, melupakan segalanya hanya karena seseorang yang mengatakan bahwa dia serius dengan Eomma?

" Lalu Eomma menjawab apa? "

" Eomma mengatakan kalau Eomma akan menyetujuinya jika kau setuju " Aku menatap Eomma kembali, kuliat manik matanya. Terlihat keinginan yang besar dimatanya, Apa Eomma benar-benar menginginkan orang itu?

" Eomma menginginkan orang itu? Apa tebakanku benar? " Eomma hanya menjawab dengan anggukan kepala.

" Artinya Eomma mencintainya? " Meskipun sedikit ragu tapi akhirnya Eomma menganggukan kepalanya. Aku berdecih lalu bangkit dari dudukku.

" Itu artinya kau sudah melupakan Appa, kau mencintai orang lain artinya kau sudah menghapus Appa dari dalam hatimu, kau sudah bisa hidup tanpanya artinya kau tak menganggapnya penting lagi. " Aku menghentikan sejenak ucapanku kemudian menatap Eomma yang sudah siap untuk menitikan air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

" Tapi maaf, aku tak akan pernah menggantikan posisi Appaku dengan orang lain " Setelah itu aku pergi meninggalkan Eomma dan berjalan menuju kamarku, sempat kudengar isak tangis Eomma. Entahlah, biasanya aku pantang membuat Eomma bersedih namun kali ini aku begitu marah dan kecewa sehingga aku tak menghiraukan isak tangis Eomma. Aku berjalan menuju meja belajar disamping ranjangku. Disana ada figura, fotoku, Appa dan Eomma 4 tahun lalu saat aku berusia 11 Tahun. Kami sangat bahagia dulu, aku tersenyum melihat foto itu.

" Hei Lee Dong Gun Shii, janjiku padamu akan terus aku pegang, Aku tak akan pernah menggantikan posisimu sebagai Appaku dengan orang lain, tak akan pernah hiks " Air mata ini lolos dengan sendirinya, semua perasaan campur aduk menjadi satu didalam hatiku, ada perasaan tak terima, kecewa, marah, takut dan kalut semuanya menjadi satu kesatuan yang membuat dadaku sesak. Aku tak pernah menginginkan ini terjadi, sungguh aku tak ingin.

.

.

.

Beberapa hari ini aku tak banyak bicara dengan Eomma, hanya seperlunya saja. Aku tau Eomma selalu menatapku sendu saat aku menghindarinya, tapi aku benar-benar mengacuhkannya saat ini. Belakangan ini aku selalu menghabiskan waktu ditaman yang sering aku kunjungi dengan Appa dan Eomma dulu, entahlah namun rasanya nyaman saat berada ditempat yang penuh kenangan dengan orang yang aku cintai.

Hari ini hari libur, aku hanya menghabiskan waktu didalam kamar. Membaca buku seperti biasanya, aku tak punya teman maka dari itu aku tak pernah pergi keluar hanya untuk sekedar jalan-jalan kecuali jika Eomma mengajakku keluar. Entahlah jika sendiri maka rasanya tentram, aku tak ingin direpotkan dengan memiliki teman dan mengerti perasaan mereka. Aku pun tak butuh dimengerti oleh orang lain, aku cukup mengerti diriku sendiri dan kurasa itu cukup. Jika aku butuh teman bicara, aku hanya perlu mengunjungi makam Appa maka setelah bicara dengannya seluruh bebanku hilang.

TOK TOK TOK

" Min, bisa buka pintunya? " Aku mendengar itu, namun aku malas menyahut. Aku kembali membaca tanpa menghiraukan panggilan Eomma.

" Eomma mohon, kita tak bisa seperti ini terus " Aku menghela nafas berat kemudian aku menutup buku yang sejak tadi aku baca dan menaruhnya diatas meja. Aku berjalan menuju pintu kamarku dan membukannya. Kulihat sosok Eomma memandangku sendu.

" Bisa kita bicara? " Aku memandang Eomma datar, hatiku masih marah, dan aku ingin menunjukan itu pada Eomma.

" Bicaralah " ucapku sambil melipat kedua tangan didada lalu menyenderkan tubuhku di dinding.

" Tidak disini, ada seseorang yang juga ingin bicara padamu " Ucapan Eomma membuatku terkejut.

" Apa maksudmu? Kau membawanya kemari? " Aku langsung mengerti dan tahu siapa orang yang Eomma maksud.

" Ne, Eomma mohon " Pinta Eomma dengan lirihnya. Tanpa banyak bicara aku langsung bergegas berjalan kerah ruang tamu, Eomma mengikutiku dari belakang. Kuhentikan langkahku saat melihat sosok itu, Namja yang berbalut kemeja baby blue digulung sebatas siku dan juga celana jeans duduk di sofa ruang tamu rumahku.

" Jadi kau orangnya? " Namja itu melihat kearahku saat mendengar suaraku, dia bangkit dan memamerkan senyum lesung pipinya. Oke kuakui dia namja yang tampan dan manly, lalu? Itu tak cukup membuatku berubah pikiran.

" Annyeonghaseo Siwon imnida " Aku melipat kedua tanganku didada, dengan angkuh aku berjalan medekat kearahnya dan duduk tepat dihadapannya, Eomma pun duduk disampingku.

" Kau ingin menikah dengan Eommaku? Dengan Lee Kibum? " Tanyaku dengan dinginnya, dan dia mengangguk mantap.

" Ne, aku ingin menikah dengan Eommamu. Aku mencintainya. Dan aku tahu kau tak menyetujuinya. " Aku menyunggingkan senyuman tipis.

" Bagus jika kau tahu aku tak setuju, lalu? Untuk apa kau kesini? Tidakkah membuang waktumu yang berharga? " Tanyaku dengan sinisnya, kurasakan Eomma menggenggam erat tanganku.

" Jangan begini Min " Aku tak mengiraukan bisikan Eomma itu. Kulihat Siwon tersenyum padaku.

" Ne, aku tahu kau tidak menyetujuinya namun aku tak akan menyerah. Aku kemari ingin menegaskan, aku sungguh tak bermaksud merebut Eommamu dari mendiang Appamu, dan aku juga tak berniat menggantikan posisi Appamu. Disini aku hanya ingin membahagiakan Eommamu karena aku mencintainya " Aku menatapnya tajam.

" Tapi pada kenyataannya kau telah merebutnya dari Appaku! " teriakku marah, dia sedikit terkejut namun dengan cepat menetralkan rasa terkejutnya. Itu terpancar dari ekspresinya.

" Aku tak merebutnya, Appamu telah tiada, tak bisakah kau merelakan aku menikah dengan Eommamu? Tak kasihankah kau padanya jika dia menghabiskan sisa hidupnya seorang diri dan bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhanmu? Dia setiap hari bekerja keras agar kau bisa terus melanjukan sekolahmu hingga kau lulus kuliah, tapi tak bisakah kau tak berpikir egois dan sedikit memikirkan perasaan Eommamu " Aku mengeram marah.

" Jangan sok tahu dengan perasaan Eommaku " Kulihat Siwon tersenyum sinis padaku.

" Kau mengaku anaknya tapi bahkan kau tak mengerti apa yang diinginkan ibumu, tak bisa memahami perasaanya? Dia masih berusia 35 tahun, masih terlalu panjang untuk menghabiskan sisa hidupnya seorang diri " Aku mengepalakan kedua tanganku erat, Eomma tahu kemarahanku sudah mencapai puncak.

" Wonnie, kumohon jangan memperkeruh suasana, kau berjanji akan membujuknya baik-baik, jangan membuatnya marah " Pinta Eomma dengan lirih, aku mendelik kearah Eomma.

" Seharusnya kau tak perlu membawanya kemari jika tak ingin aku marah seperti ini! " teriakku pada Eomma lalu berlari kekamarku.

BRAK

Aku sengaja membanting pintu kamarku, aku berjalan gontai kearah meja belajarku, kuambil figura itu. Aku tak bisa menahannya lagi, aku menangis, aku benar-benar tak bisa melakukan apapun lagi selain menangis. Aku ingin Appa, kupeluk figura itu erat sambil terus menangis.

" Appa, Eottokhe? Aku tak ingin dia menjadi Appaku, aku tak ingin hiks Appa "

.

.

.

Sudah satu minggu aku tak bicara dengan Eomma, aku masih marah. Eomma selalu mencoba mengajakku bicara namun aku acuhkan, aku benar-benar tak menyahutinya. Aku tak pernah lagi pergi keperpustakaan. Pikiranku yang kacau tak bisa membuatku berkonsentrasi untuk belajar. Aku hanya duduk termenung ditaman ini.

SRET

Aku sedikit terkejut saat seseorang menyodorkan kalengan orange jus dihadapanku, aku mendongak melihat orang itu. Namja rambut ikal cokelat dengan pakaian formal, aku mengerutkan keningku saat namja itu masih saja menyodorkan minuman itu padaku.

" Ambilah " Ucapnya sambil tersenyum.

" Aku tak menerima apapun dari orang asing " Ucapku dingin sambil membuang arah pandangku kedepan, tak lagi melihatnya.

" Baiklah aku tak memaksa, tapi bolehkah aku duduk disini? " Aku hanya mengangguk tanpa menatapnya, dia menjatuhkan dirinya duduk disampingku.

" Apa yang kau lakukan seorang diri disini? Kau belum pulang kerumah? Seharusnya kau pulang dulu dan mengganti seragammu jika ingin main keluar " Aku tak menghiraukannya, hanya memandang kedepan. Dia mengulurkan tangannya padaku.

" Aku Cho Kyuhyun " Dengan malas aku membalas jabatan tangannya.

" lee Sungmin " Jawabku seadanya, kulirik dia tengah tersenyum sambil menyeruput minuman kaleng yang dibawanya.

" Apa orang tuamu tak mencarimu? " Dia mulai mengintrogasiku rupanya, aku tak terbiasa bicara panjang lebar dengan orang asing. Ingat aku tak memiliki teman, bicara dengan murid disekolahku saja jarang apalagi bicara dengan orang asing.

" Hei, tak menjawab pertanyaan orang lain dan mengacuhkannya adalah tindakan yang tidak baik " Ucapnya sok menasehati.

" Aku tak boleh bicara dengan orang asing " Namja bernama Kyuhyun itu tertawa renyah mendengarkan ucapanku.

" Aishh Jinjja, kau ini menggemaskan sekali. Sepertinya kau anak yang penurut ne? Jika Bumonimu mengatakan " Jangan bicara dengan orang asing " kau menurutinya. Ini benar-benar lucu, hei tak kau lihatkah sekelilingmu? Disini ramai, jika aku berbuat macam-macam maka kau tinggal teriak saja. Aku memang orang asing, namun aku hanya ingin mengajakmu bicara dari pada diam saja " Aku menatap kearahnya, dia mematapku juga sambil tersenyum.

" Aku tak suka bicara " Seketika senyumannya memudar.

" Tak suka bicara? Hmm biar kutebak, kau tak memiliki teman ne? " Aku lagi-lagi tak menjawabnya.

" Padahal berteman itu mengasikan, kau bisa berbagi cerita dengan mereka, jika kau ada masalah maka ada yang akan membantumu, jika bicara saja kau tak suka bagaimana kau memiliki teman? Kau terlihat masih muda, sayang sekali jika masa mudamu tak memiliki teman "

" Aku hanya butuh Appa, bukan teman " Dia menepuk pudakku, kutolehkan kepalaku kearahnya.

" Apa Appamu sudah tak ada? " Aku mengangguk lemah.

" Aku mengerti jika kehilangan seorang Appa itu sangat menyakitkan. Tapi jangan sampai kau menutup diri dari lingkunganmu, hidupmu bukan berpusat hanya pada Appa atau Eommamu, tapi kau juga harus bisa bersosialisasi dengan orang lain. Tidakkah membosankan jika hanya diam? Sebenarnya aku memperhatikanmu sejak tadi, kau hanya diam dan menghela nafas. Kau pasti sedang ada masalah, jika kau memiliki teman maka kau tak akan segundah itu dengan masalahmu, setidaknya temanmu bisa membantumu menemukan jalan keluarnya "

" Aku hanya tak ingin repot memahami perasaan orang lain, lebih baik begini saja " Kudengar dia terkekeh, sedikit menyebalkan jika melihatnya terkekeh seperti mengejekku.

" Kenpa tertawa? " tanyaku dengan nada tak suka.

" Kau itu lucu, kau tak suka bicara, tak mau memiliki teman karena tak ingin repot memahami perasaan orang lain, bukankah itu lucu? " Aku menggeleng keras.

" Tak ada yang lucu! " Ucapku kesal.

" Baiklah aku minta maaf, tapi saranku, setidaknya pilihlah satu teman untukmu berbagi " Kurasakan tangannya menepuk kepalaku. Hangat, itu kesan pertamaku saat tangannya mendarat diatas kepalaku.

" Dan aku bersedia menjadi teman pertamamu " Ucapnya sambil tersenyum. Aku memandangnya dalam.

" Baiklah " jawaban Singkatku mampu membuatnya tersenyum lebar, tak ada salahnya mencoba berteman dengan orang lain kan?

.

.

.

Memiliki teman tak seburuk yang aku kira, hampir satu minggu ini aku selalu menghabiskan waktu ditaman bersama Kyuhyun. Baru kutahu ternyata dia namja berusia 32 Tahun, hanya berjarak 3 Tahun dari Eommaku. Dia bercerita tentang banyak hal, lebih sering berbagi pengalaman masa mudanya. Sebenarnya dia belum tua namun tetap saja lebih tua 17 tahun dariku, aku memanggilnya Kyu Ajusshi, dia sempat kesal namun aku tetap memanggilnya seperti itu.

Hubunganku dengan Eomma tak banyak berubah malah semakin memburuk, aku belum pernah menceritakan tentang diriku pada Kyu Ajusshi. Aku lebih banyak mendengar dari pada bicara.

" Minnie-ah ceritakan tentang dirimu, aku sudah kehabisan bahan untuk bercerita " Kyu Ajhussi memanggilku Minnie, katanya wajahku imut sehingga dia juga memberikan nama panggilan yang imut untukku. Aku tak banyak protes, cukup menerimanya saja.

" Hidupku membosankan untuk diceritakan " Kulihat dia berdecak kesal mendengar jawabanku.

" Tak apa, aku ingin mendengarnya. " Sepertinya Kyu Ajhussi ngotot sekali ingin aku bercerita, hmm well sepertinya tak ada salahnya aku bercerita padanya. Soal Eomma dan namja itu, meskipun aku tak bicara pada Eomma tapi aku tahu Eomma masih berhubungan dengan namja itu. Belum ada penyelesaian masalah sampai saat ini.

" Kau tahu kan Ajhussi kalau Appaku sudah tiada? " Ucapku sedih.

" Ne, lalu? " Aku menghela nafas berat.

" Aku sangat mencintai dan menyayangi Appaku, aku tak pernah mau menggantikannya dengan siapapun. Namun beberapa waktu lalu Eomma mengatakan ingin menikah lagi " Aku tersenyum kecut mengingatnya.

" Dan kau menolaknya? " Tebak Kyu Ajusshi, aku mengangguk sebagai jawaban.

" Karena tak ingin calon suami Eommamu menggantikan posisi Appamu? "

" Ne, aku tak ingin siapapun menempati posisi Appaku, sejak awal itu milik Appa dan selamanya akan terus begitu "

" Tidakah itu terdengar egois? Berapa umur Eommamu? "

" 35 Tahun "

" Aigoo, masih cukup muda untuk menikah lagi. Kau mau mendengar saran dariku? Yah mungkin kau tak setuju dengan saranku ini, karena tak menguntungkanmu, tapi setidaknya jika kau mengikutinya maka kupastikan kebahagiaan Eommamu akan selalu kau lihat sepanjang hidupmu " Aku mengerutkan keningku tak memahami ucapannya.

" Begini, aku mengerti jika kau tak ingin siapapun menggantikan posisi Appamu, aku juga mengerti jika kau marah karena Eommamu dengan mudahnya menggantikan posisi Appamu dengan orang lain. Tapi tidakkah kau berfikir, jika kau dewasa nanti, kau akan menikah dan ibumu, kau tak memikirkannya? Jika kau melarangnya menikah lagi maka dia akan menghabiskan masa tuanya seorang diri, tidakah itu menyedihkan? Sementara kau hidup bahagia dengan suami dan anak-anakmu " Aku berfikir sejenak memahami ucapannya.

" Tapi dia menghianati Appa dan dia tak perlu khawatir, ketika aku menikah maka aku akan membawanya bersamaku "

" Dari mana kau sebut menghianati? Jika Appamu masih hidup dan Eommamu menikah lagi baru disebut menghianati, aku yakin sebenarnya tak mudah bagi ibumu mengambil keputusan ini. Dan jika kau berniat mengajakmu hidup bersama didalam rumah tanggamu dan suamimu kelak, dia pasti akan menolaknya. Dia tak akan mau. " Aku berdecih mendengar penjelasannya.

" Jangan sok tahu " Ucapku sinis, dia mengacak-acak rambutku gemas.

" Aku memang tahu, dan kau tak boleh hanya berfikir dari sudut pandangmu saja. Aku yakin jika Appamu mencintai Eommamu tentu dia ingin melihat Eommamu bahagia. Setidaknya jika kau tak bisa menerima namja itu sebagai Appamu paling tidak anggaplah dia sebagai Ajhussimu, pikirkanlah perasaan Eommamu, biarkanlah dia bahagia " Mataku berkaca-kaca, aku sungguh tak bisa menerimanya, tak adakah yang mengerti aku.

" Aku tak bisa hiks aku tak ingin Eomma menikah lagi sungguh hiks "

GREP

Kyu Akhussi merengkuhku kedalam pelukannya, ini pertama kalinya aku dipeluk oleh namja yang bukan Appaku. Hangat, selalu hangat jika berada didekatnya. Aku menumpahkan seluruh air mataku, selalu sesak jika memikirkan masalah ini. Appa, seandainya kau masih hidup, tentu semuanya tak akan seperti ini.

.

.

.

Malam ini Eomma megajak Siwon makan bersama, aku hanya diam saja sejak tadi. Belum menikah saja dia sudah menduduki kursi yang biasa Appa gunakan saat makan bersama.

" Min ... "

" Jika Eomma ingin bicara soal pernikahan, tak usah dibahas lagi. Menikahlah jika kau ingin, menolakpun tak ada gunanya karena kau dan dia akan terus berusaha membujukku bukan? Aku tak akan menghalangi lagi, tapi perlu kalian tahu selamanya Siwon Shii bukan Appaku, dan aku tak akan pernah mengganti margaku dengan margamu. Lakukan hal yang kau suka dan jangan mengusikku, jangan memindahkan satu barang milik Appaku, jangan tempati tempat milik Appaku termasuk kursi yang sedang kau tempati sekarang, jika setelah menikah ingin tinggal disini maka kalian tak boleh menempati kamar Appa, pindahlah kekamar tamu, jangan memasang foto kalian disini, rumah ini hanya boleh terisi barang-barang dari Appaku. Jika kalian keberatan maka pergilah dari rumah ini, jalani hidup pernikahaan yang sesuai dengan keinginan kalian. Aku permisi " Aku bangkit dari duduk tanpa menyelesaikan makan malamku dan juga tanpa memberi kesempatan mereka bicara. Aku ingin bergegas kekamar namun aku menghentikan langkahku sejenak tanpa menoleh kebelakang.

" Dan jangan harap aku akan menghadiri upacara pernikahan kalian " Setelah itu aku benar-benar meninggalkan mereka yang terdiam seribu bahasa.

BLAM

Kuhempaskan tubuhku diatas ranjang, aku melirik figura disamping ranjangku. Aku tersenyum kecut. Tak menyangka aku bisa mengambil keputusan seperti tadi. Tapi itulah yang bisa aku lakukan, jika Eomma tak bisa mempertahankan posisi Appa dirumah ini maka aku yang akan berusaha mempertahankannya. Aku tahu ini tak akan mudah, namun aku akan terus berusaha. Hanya Appa, hanya dia tak akan ada yang lainnya. Akan kujamin itu semua. Aku memejamkan kedua mataku, aku harus segera tidur agar esok hari segera datang. Aku ingin bertemu Kyu Ajhussi, hanya dia yang kupercaya saat ini dan hanya dia yang selalu membuatku nyaman mengungkapkan seluruh isi hatiku.

.

.

.

" Jadi kau sudah menyetujui pernikahan Eommamu? " Aku mengangguk sambil menyeruput minuman ditanganku.

" Keputusanmu sudah tepat, biarkan dia bahagia " Aku menoleh kearahnya, menatap dalam matanya. Kulihat dia sedikit bingung saat aku menatapnya intens.

" Ada apa? " Aku tak menjawab, aku menghadap kearah depan kembali kemudian menyandarkan kepalaku dibahunya. Tubuhnya sedikit berjingkit, yah ini pertama kalinya aku seperti ini padanya. Biasanya aku tak begini, entahlah aku hanya butuh bersandar, pikiranku begitu lelah.

" Ajusshi, kau tahu semenjak Eomma memutuskan akan menikah dengan namja itu, aku merasa tak memiliki siapapun didunia ini. Kami sudah tak sepemikiran lagi, sudut hatiku terasa hampa kau tahu? Aku pulang kerumah, bertemu Eomma namun tak bicara padanya. Hanya saat bertemu denganmulah aku merasa hangat. " Aku mendongakan kepalaku menatapnya yang juga menatapku, aku tersenyum dan dia membalas senyumanku.

" Gomawo, kehadiranmu sangat penting bagiku. Pertemanan yang kau tawarkan membuatku merasa hangat " Kurasakan Kyu Ajhussi mengelus kepalaku.

CUP

Dia mengecup keningku, hatiku bergetar saat merasakan bibirnya menempel dikeningku. Dia tersenyum kepadaku kemudian memelukku erat. Jika orang lain yang melakukannya aku pasti akan marah dan mengamuk. Aku tersenyum, kemajuan yang bagus, jarang aku tersenyum. Dan aku menikmati ini, kuharap ini tak pernah berakhir.

.

.

.

Pernikahan itu sudah terlaksana, sesuai dengan keputusanku waktu itu, aku tak datang diupacara dan pesta pernikahan mereka. Baiknya karena mereka menuruti keinginanku untuk tidak tidur dikamar Appa dan mengusik barang-barang milik Appa. Terutama Siwon, setiap hari dari sudut mataku, aku selalu memperhatikannya, hanya memastikan dia tak berulah dengan seluruh barang milik Appa.

Aku duduk manis sambil menonton berita, kurasakan seseorang duduk disampingku, tanpa menengok kearahnya pun aku tahu kalau Siwon duduk disampingku.

" Kau suka sekali menonton berita " Dia mulai mencoba berinteraksi denganku. Aku mengacuhkannya.

" Biasanya anak seumuranmu menyukai drama atau acara musik " Sekali lagi aku tak menghiraukannya.

" Hmm, hari minggu nanti aku dan Eommamu akan mengunjungi makan Appamu, kau mau ikut dengan kami? " Sungguh, dia pikir dengan membawa Appa dalam pembicaraannya membuatku tertarik untuk menyahutinya? Tentu tidak. Bagiku dia tak pernah terlihat dirumah ini. Bagiku hanya aku dan Eomma yang tinggal disini, jadi jangan harap aku akan melakukan interaksi apapun dengannya.

" Min, besok Eomma dan Siwon akan mengunjungi makam Appa dan setelahnya kita akan mengunjung halmoni dan harabojimu di Busan, kau ikut ne? " Eomma duduk diantara Aku dan Siwon.

" Tidak " Jawabku singkat, kurasakan Eomma menghembuskan nafas putus asanya.

" Ayolah chagi, kau tak merindukan Appa? Tak merindukan Halmoni dan harabojimu hmm? "

" Jangan memaksaku jika aku mengatakan tidak, sudah aku katakan jangan pernah mengusikku, jika Eomma tidak ingin aku pergi dari rumah ini " Ancamku pada Eomma, kurasakan Siwon mengeram menahan amarah. Aku tak peduli.

" Hentikan sikapmu itu! Aku berusaha mengikuti kemauanmu dengan tidak menyentuh apapun milik Appamu, tak apa kau mengacuhkanku tapi hormatilah Eommamu! " Aku berdecih kemudian berdiri dan melipat kedua tanganku didada sambil menatap tajam kearah mereka. Eomma menunduk tak berani menatapku.

" Kau bilang tak menyentuh apapun milik Appaku? Lalu siapa yang kau sentuh setiap malam? Bahkan kau telah menyentuh seseorang yang berharga untuk Appaku! " Aku berteriak marah, Siwon bungkam tak menyahuti amarahku.

" Dan jangan pernah menghasilkan keturunan dari hubungan nista kalian! Dengar Eomma, aku akan pastikan tak akan pernah mau menemui Eomma lagi jika sampai Eomma mengandung anak haram dari namja ini! " Aku berlari meninggalkan rumah, mendnegar Eomma berteriak memanggilku, aku tak peduli. Aku butuh Kyu Ajhussi, aku menyetop taksi yang melintas. Setelah aku duduk didalam taksi aku mendial nomor Kyu Ajhussi.

" Yeoboseo "

" Ajhussi, kumohon temui aku ditaman sekarang hiks "

PIP

Aku langsung mematikan telepon tanpa menunggu jawaban dari Kyu Ajhussi, aku menangis sejadi-jadinya.

.

.

.

" Minnie-ah, ada apa? "

BRUK

Aku langsung menghambur memeluk Kyu Ajhussi begitu melihatnya sampai ditaman. Aku terus menangis. Kyu Ajhussi membalas pelukanku. Mendekapku erat sambil mengelus lembut punggungku.

Setelah aku merasa tenang, Kyu Ajhussi menggiringku agar duduk dibangku taman, aku tak melepaskan pelukanku pada tubuhnya. Tanganku masih melingkar erat dipinggangnya.

" Ada apa hmm? "

" Aku benci tinggal dirumah itu, aku benci melihat Siwon, aku marah pada Eomma, sudah kubilang jangan mengusikku tapi Siwon terus saja mengajakku bicara. Dan lagi dia mencoba menarik perhatianku dengan menggunakan Appa sebagai bahan pembicaraannya. Aku marah. Ditambah dia mengatakan tak pernah menyentuh barang milik Appa, tapi dia menyentuh Eomma. Aku benar-benar dalam puncak amarahku, aku menyentak Eomma dan mengancamnya tak akan pernah mau bertemu dengannya jika dia memiliki anak dengan Siwon. " Kurasakan Kyu Ajhussi menghela nafas kemudian melepaskan tautan tubuh kami, kedua tangannya bertengger dikedua pundakku, dia menatapku dalam. Aku tahu pasti dia tak setuju lagi dengan pemikiranku.

" Siwon mengajakmu bicara pasti karena ingin mencoba berteman denganmu, tak ada salahnya menambah satu teman bukan? " Aku menggeleng keras.

" Dia pasti bermaksud mengambil hatiku agar menerimanya, aku tak bodoh untuk mengerti itu! " Kyu Ajhussi mengelus keningku yang mengerut.

" Hilangkan pikiran negatifmu itu, jangan terpaku dengan pemikiranmu yang belum tentu benar dan ingat kau bahkan menyakiti hati Eommamu lagi, kau mau jadi anak durhaka? " Aku menggeleng keras, Kyu Ajhussi menangkupkan kedua telapak tangannya yang besar dikedua pipiku. Aku suka perlakuannya ini.

" Aku hanya menyuarakan keinginanku saja " ucapku membela diri.

" Tapi kau tak bisa memaksakan keinginanmu begitu saja, perlu dipikirkan dulu baru diutarakan. Eommamu pasti sedang menangis, dan kau harus minta maaf padanya "

" Tidak, jika aku minta maaf padanya maka aku akan kalah dan Siwon akan merasa menang dan akan semakin meremehkanku! Aku tak akan menyerah " Kyu Ajhussi lagi-lagi menghembuskan nafasnya.

" Kau ini benar-benar anak yang sulit diberitahu, tindakanmu justru memperkeruh suasana, hubunganmu dengan Eommamu akan benar-benar hancur jika kau terus bersikap seperti ini " Aku memukul pelan bahu Kyu Ajhussi.

" Kenapa memukulku? Aku benarkan? " Aku melipat kedua tanganku didada dan membuang mukaku tak ingin menatapnya.

" Wae? Kau sedang merajuk Eoh? " Tanyanya sambil menggodaku.

" Aigooo, kemajuan yang pesat, setelah menjadi anak yang tak banyak bicara, sekarang kau sudah pintar menyuarakan isi hatimu bahkan bisa merajuk begini, sungguh menggemaskan sekali " Kyu Ajhussi mengacak-acak rambutku. Aku tak menolaknya, aku justru menyukai perlakuannya itu.

" Hei " Kyu Ajhussi menarik daguku lembut agar menatap kearahnya.

DEG

Entahlah perasaan apa ini, namun semakin hari aku semakin sering merasakan jantungku berdetak lebih cepat jika bersamanya. Setiap perlakuannya membuatku hangat, aku nyaman saat dia ada disampingku. Mungkin aku menyukainya. Atau cinta? Entahlah.

" Kenapa merajuk eoh? "

" karena kau tak pernah membelaku! Kau selalu membela Eomma dan Siwon, tak pernah mencoba berpikir dari sudut pandangku! " Kyu Ajhussi terkekeh mendengar penuturanku.

" Hei, aku melakukan itu agar kau tak tersesat dalam pemikiranmu, kau masih berusia 15 tahun, kau masih selalu ingin didengar tanpa mau mendengar dan aku tak mau membuatmu tersesat dalam pemikiran yang aku tahu itu salah. " Aku memandangnya bingung. Sungguh aku tak mengerti ucapannya.

" Kau tak mengerti ucapanku? " Aku mengangguk.

" Begini, anak seusiamu biasanya lebih senang untuk berdebat, mengeritik orang lain, kalian akan cenderung melontarkan isi hati kalian tanpa memikirkan kesopanan ucapan kalian apalagi memikirkan apakah pemikiran kalian itu benar ataupun tidak, kalian juga cenderung mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, dan lagi-lagi kesimpulan yang kalian ambil belum tentu benar. Dan aku bisa pastikan saat ini kau pasti tidak akan mendengarkan ucapan dari Eommamu dan juga Siwon, bagimu saat ini mereka adalah ancaman untukmu, karena aku tahu kau tak mungkin mendengarkan mereka maka aku bertugas untuk mengarahkan pemikiranmu itu kearah yang tepat. " Aku paham maksud ucapan Kyu Ajhussi, dia bermaksud baik padaku.

" Tapi aku membutuhkan seseorang yang ada dipihakku, yang mengerti aku " ucapku lirih.

" Aku mengerti dirimu, tapi aku tak mau kau tenggelam dalam pemikiranmu yang egois dan penuh dengan kecurigaan seperti ini, Hei kau masih berusia 15 tahun, tidakkah kau menginginkan hidup seperti teman-temanmu yang lain? Tak perlu memusingkan hal yang sebenarnya bukan masalah besar, kau hanya perlu menerima Siwon sebagai Suami Eommamu jika kau tak ingin menerimanya sebagai Appa tirimu, itu tak apa. Mencobalah berteman dengannya, kuyakin pasti akan lebih menyenangkan, bahkan bisa saja setelah kau dekat dengan Siwon kau malah akan melupakanku " Kyu Ajhussi mempoutkan bibirnya seperti anak kecil. Aku tak percaya dia melakukan ini. Kekanakan dan hmm menggemaskan tentu saja. Aku terkekeh.

" Aku tak mungkin melupakanmu, bagaimana aku bisa melupakan seseorang yang selalu kupikirkan setiap saat " Ups, aku membekap mulutku dengan kedua tanganku, astaga kenapa aku bisa mengucapkan hal itu. Semua mengalir begitu saja tanpa kusadari, aku melirik kearahnya yang terlihat terperangah dengan pengakuanku tadi. Namun kini dia tersenyum padaku.

" kau menyukaiku eoh? " Godanya padaku, aku masih diam membekap mulutku. Aku masih malu bicara padanya.

" Tak apa jika tak mau mengakui, aku mengerti kalau kau malu " Kyu Ajhussi masih saja terkekeh, menyebalkan sungguh. Aku melepaskan dekapan tanganku dimulutku. Aku membenarkan posisi duduku menghadap depan.

" Ajhussi " Panggilku padanya.

" Hmm " Jawab Kyu Ajhussi dengan gumaman.

" Jika aku menyukaimu, bagaimana denganmu? " Hening, kulirik Kyu Ajhussi dari ekor mataku. Dia tampak berfikir.

" Yakin dengan perasaanmu? Aku terlalu tua untukmu " Mendengar itu aku terkekeh.

" Yah kau memang tua " Ejekku, dia berdecak kesal.

" Kau ini " Aku terus tersenyum memandangnya.

" jadi bagaimana? " Tanyaku lagi.

" Apa? " Ishh menyebalkan, aku bertanya dan dia juga ikut bertanya.

" Bagaimana jika aku menyukaimu? " Tanyaku sedikit merengek. Hanya dengannya aku bisa seperti ini.

" Apa tak ada anak seusiamu yang membuatmu menyukai mereka? " Aku menggeleng lemah.

" Tak ada, aku tak menyukai satupun diantara mereka, mereka hanyalah anak manja yang bergantung pada orang tua. Aku membutuhkan seseorang sepertimu, yang membuatku nyaman dan hangat. Aku selalu menyukai jika berada didekatmu, kau bisa jadi sosok ayah, kakak, dan juga paman untukku, dan aku ingin melihat sosok lain dalam dirimu "

" Sosok lain? Maksudmu? " Aku menangkupkan kedua tangan mungilku dikedua pipinya. Aku berdebar. Sungguh.

" Aku ingin merasakan sosok seorang namja yang mencintai yeoja, aku ingin merasakan perasaan saling mencintai dan dicintai. Aku memang tak mengrti apa itu cinta dan bagaimana itu cinta namun dihatiku ini, entahlah bagaimana aku dapat mendeskripsikannya. Tapi yang kutahu itu bisa dikatakan cinta, begitulah kata buku yang pernah aku baca " Terangku panjang lebar, Kyu ajhussi meledakan tawanya. Menyebalkan, bukankah ucapanku barusan seharusnya menyentuh perasaannya? Ada apa dengannya? Malah tertawa seperti itu.

" Kau ini hahaha, kenapa kau begitu lucu? Bagaimana bisa kau menyatakan cinta dengan cara seperti itu? Aigoo kau memang anak berusia 15 tahun, pikiranmu benar-benar yaah hahaha " Kyu Ajhussi kembali tertawa. Aku kesal. Aku bangkit dari duduku, kulihat dia menghentikan tawanya.

" Kau menyebalkan! Jika kau tak menyukaiku cukup jawab tidak saja, jangan mentertawakanku seperti itu! " Aku pergi meninggalkan Kyu Ajhussi begitu saja. Aku benar-benar kesal. Aku hanya butuh jawaban, bukannya ditertawakan seperti tadi.

GREP

Aku memutar tubuhku saat merasakan cengkraman dipergelangan tanganku. Kyu Ajhussi menahan kepergianku, apa di drama ada adegan seperti ini? Jika iya sungguh hal menyenangkan saat kau merajuk lalu namja yang kau sukai meresponmu.

" Merajuk lagi eoh? Mianhae, jangan marah seperti ini, ayo kembali duduk " Kyu Ajhussi menarikku agar kembali duduk dibangku taman. Aku tersenyum senang. Tentu saja Kyu Ajhussi tak melihatnya.

" Baiklah, jadi kau menyukaiku? " Tanyanya setelah membawaku duduk kembali dibangku taman, aku mengangguk mantap.

" Lalu kau ingin aku menjadi namjachingumu? " Aku tampak berpikir sejenak.

" Apa kau mau menjadi namjachinguku? " Kyu Ajhussi tampak menghela nafas beratnya.

" Kau tahu ini tak akan mudah, ingat aku namja dewasa dan kau anak-anak, umurmu belum cukup dikatakan dewasa. Perasaanmu padaku hanya perasaan sekejap, suatu saat nanti saat kau dewasa maka kau akan menemukan orang yang tepat. Jika kita berpacaran sekarang, bagaiman kita menjalani hubungan ini? Cara seperti apa yang akan kita lakukan, mengikuti cara orang dewasa atau anak-anak sepertimu? "

" Aku remaja, aku bukan anak-anak lagi " Koreksiku, agak menyebalkan jika selalu dianggap anak-anak saat usiamu sudah menginjak 15 tahun.

" Bagaimana cara orang dewasa menjalani hubungan? " tanyaku penasaran, sungguh aku tak tahu. Bahkan aku pun tidak tahu bagaimana anak seusiaku menjalani hubungan.

" Hubungan orang dewasa dengan remaja berbeda, orang dewasa tak ada batasan karena sudah dianggap bisa menentukan baik buruk apa yang bisa dilakukan. Kalau remaja sepertimu masih butuh pengawasan dari orang tua, banyak hal yang tak boleh kalian lakukan karena kalian dianggap belum bisa menentukan baik dan buruknya apa yang akan kalian lakukan "

" Berikan aku contoh bagaimana orang dewasa berhubungan? "

" Tidak, aku tidak mau meracuni otak polosmu dengan suatu hal yang belum boleh kau ketahui " Kyu Ajhussi menolak keras menjawab pertanyaanku.

" Apa itu artinya hubungan orang dewasa bukan hubungan yang baik? Kalian orang dewasa selalu menjalankan hubungan kalian dengan hal-hal tidak baik? " Oke saat ini aku memang butuh penjelasan agar aku mengerti. Terkadang pemikiran orang dewasa terasa begitu rumit dan sulit dimengerti, seperti halnya pelajaran matematika. Jika aku tak benar-benar memahami maka aku tak akan mengerti bagaimana mengerjakannya. Jadi sekarang aku akan coba memahami bagaimana cara Kyu Ajhussi berpikir. Terutama dalam menjalani suatu hubungan, aku akan mencari rumusnya agar aku bisa memahaminya.

" Bukan begitu, aishhh bagaimana menerangkannya padamu yah, hmm " Kyu Ajhussi terlihat cukup frustasi.

" Hanya perlu menjelaskan Ajhussi "

" Oke begini, dengarkan aku, aku akan memberikan contoh simpelnya, kau tau berciuman? " Aku mengangguk.

" ya, aku mengerti, biasa dilakukan orang dewasa dengan pasangannya, aku melihatnya di TV "

" Oke, jadi begini, kau tahu kan remaja seusiamu terkadang berpacaran saja dilarang, berpegangan tanganpun begitu, apalagi berciuman, sedangkan orang dewasa akan melakukan hal seperti itu dengan pasangannya bahkan lebih "

" Termasuk seks, begitu? " Kulihat Kyu Ajhussi membulatkan matanya mendengar ucapan frontalku.

" Darimana kau mengetahui hal itu? Siapa yang mengajarimu? " Tanyanya dengan nada menuntut.

" Aku ingin menjadi seorang dokter, banyak buku kedokteran yang pernah aku baca saat diperpustakaan kota, tentu aku mengetahui hal itu. " Dia bernafas lega, mungkin merasa tenang karena kecurigaannya terhadapku tak terbukti.

" Yah itu salah satunya, dan tentu kau juga tahu tak mungkin anak seusiamu melakukan seks, oleh karena itu sebaiknya kita tetap seperti ini saja " Jawabannya membuatku kecewa, jadi dia tak mau menjadi namjachinguku? Aku kecewa.

" Baiklah jika kau tak mau menjadi namjachinguku, aku ingin pulang sekarang " Aku langsung berdiri namun lagi-lagi Kyu Ajhussi menahan pegelangan tanganku.

" Kau marah? "

" Aku hanya kecewa, dari tadi kita bicara berputar-putar dan pada akhirnya kau menolakku, seharusnya sejak awal langsung saja menolakku, aku cukup mengerti jika kau menolakku karena tak menyukaiku. Aku tak apa " Kyu Ajhussi berdiri dan menggenggam erat kedua tanganku.

" Bukan aku tak menyukaimu, kau manis dan cantik untuk anak seusiamu, tapi akan sulit jika kita bersama " Aku hanya diam, mataku mulai berkaca-kaca.

" Hei, jangan menangis " Kyu Ajhussi mencoba menghapus air mataku yang baru saja menetes.

" Oke baiklah, sekarang kita akan memulainya, kau yeojachinguku mulai saat ini, jadi jangan bersedih lagi oke? " Aku menggeleng lemah.

" Tak usah memaksakan diri Ajhussi, aku hanya merasa sedih, besok mungkin sudah kembali baik " Kyu Ajhussi tersenyum dan membawaku kedalam pelukannya.

" Tidak, kita akan tetap berpacaran, mungkin aku yang akan mengikuti gaya berpacaran anak seusiamu, eotthe? Kau setuju? " Pada akhirnya aku pun mengangguk.

" Cha, ayo kita pulang, sudah terlalu malam, Eommamu pasti cemas mencarimu " Kyu Ajhussi menggandeng tanganku erat membuatku tersenyum malu.

.

.

.

Hari terus berlalu, hubunganku dengan Kyu Ajhussi semakin dekat, kami sering menghabiskan waktu untuk pergi berkencan diakhir pekan. Kini hubungan kami genap berusia 1 bulan, banyak yang telah kami lewati satu bulan ini. Aku bahagia. Hubunganku dengan Eomma sedikit membaik, kami jarang bertengkar, Siwon sendiri tak berani mengusikku kembali sejak malam itu dan aku bahagia karenanya. Hidupku terasa lebih ringan, terkadang aku juga mengajak Kyu Ajhussi kemakam Appa.

" Hei, jika kau hanya tersenyum seperti itu terus nanti ice cream ditanganmu mencair " Aku tersadar, sejak tadi aku hanya diam tersenyum memikirkan hubunganku dengan Kyu Ahjussi. Aku mulai memakan ice cream ditanganku.

" Apa yang kau pikirkan? Mengapa kau tersenyum seperti tadi " Aku menolehkan kepalaku kearahnya kemudian tersenyum.

" Aku memikirkanmu Ahjussi " Dia menyentil keningku membuatku meringis.

" Appooo " Rengekku.

" Jangan berbohong padaku, katakan yang jujur. Aku sejak td duduk disampingmu, jawab yang jujur palli " Aku mendengus sebal.

" Aku memang memikirkanmu, memikirkan hubungan kita, aku tersenyum karena bahagia kita bisa bersama, aku merasa hangat dan tenang bersamamu, setidaknya hidupku tak sekacau kemarin " Kyu Ajhussi hanya diam, entahlah benar atau tidak tapi kulihat tatapannya begitu sendu, ada apa dengannya.

" Ajhussi, wae? " dia menggeleng dan mencoba tersenyum padaku, tapi bisa kulihat senyumnya begitu dipaksakan, ada apa denganmu ajhussi? Kenapa rasa khawatir ini menyelimuti hatiku sekarang?

" Aigoo, cara makanmu berantakan sekali " Kyu Ajhussi menyeka sesuatu disudut bibirku, kurasa itu ice cream yang tadi aku makan. Aku malu sekali, namun ada rasa bahagia disaat yang bersamaan. Aku menunduk, mungkin semburat merah mulai muncul di wajahku.

" Minnie-ah, minggu depan sepertinya kita tak bisa bertemu " dengan cepat aku menengok kearahnya.

" Wae? "

" Aku harus pergi dengan keluargaku, aku jarang memiliki waktu untuk mereka " Ah iya, aku hampir saja lupa, tentu saja Kyu Ajhussi juga memiliki keluarga, aku tak bisa memonopolinya seorang diri, mengingat selama ini Kyu Ajhussi selalu menghabiskan waktu liburnya bersamaku.

" Baiklah, tak apa "

" Gomawo sudah mengerti "

" Ajhussi "

" Hmm? " Aku terdiam sejenak, apa aku harus mengatakannya? Aku malu tapi aku ingin mengatakannya, ishhh bagaimana ini.

" Ada apa? Katakanlah " desaknya, sesekali aku mencuri pandang kearahnya, aku meremas kedua tanganku. Ragu apa aku harus mengutarakannya atau tidak.

" Hmm, boleh tidak aku meminta sesuatu? " Kulihat dia tampak bingung.

" kau mau minta apa? " kenapa aku tegang seperti ini? Aishhh, pabboya Lee Sungmin, seharusnya aku tak usah mengatakannya.

" Kenapa diam saja? Apa yang kau minta? Nanti akan aku belikan " Aku memandangnya ragu-ragu, kugigit bibir bawahku untuk menghilangkan sedikit kegugupanku.

" A.. Apa kau mau ber.. berciuman denganku? " Ucapku terbata-bata, tercetak jelas ekspresi terkejut diwajah tampannya. Aisshhh kurasa aku benar-benar pabbo, aahh aku menyesal seketika, eotthe? Aku maluu sungguh.

" Kenapa kau tiba-tiba meminta itu? " Tanya Kyu Ajhussi dengan nada dingin. Apa aku salah meminta itu dengan namjachingu sendiri? Kenapa dia terlihat begitu tidak suka dengan permintaanku?

" Apa aku salah memintanya pada namjachinguku? "

" Tak seharusnya kau meminta itu, kau masih terlalu kecil untuk meminta hal seperti itu " Ujarnya marah, aku mendelik tak suka, jika dia tak menginginkan cukup katakan tidak, kenapa harus sampai marah seperti itu?

" Jangan selalu menganggapku anak-anak, aku sudah remaja! Salahkah aku ingin merasakan namanya ciuman pertama? Di drama romantis bukankah itu hal yang wajar? Hanya berciuman " Kyu Ajhussi tampak berdiri dan berdecak pinggang, kulihat dia benar-benar diselimuti emosi.

" Berhenti menonton drama seperti itu! Jangan racuni otak polosmu dengan hal-hal seperti itu! " Teriaknya marah padaku, mataku mulai berkaca-kaca, ini pertama kalinya dia menyentakku. Kami saling diam, aku bingung apa berciuman adalah hal dosa dan tindakan tidak baik? Kenapa dia marah sampai seperti itunya?

SRET

Dia menarikku kedalam pelukannya, aku tak bisa menahan air mataku lagi, sekarang aku menangis dalam pelukannya. Dia menggumankan kata maaf ditelingaku. Aku hanya diam tak menjawab namun tetap menangis.

" Uljima, jebal " Bisiknya.

" Aku ingin pulang " Ucapku dengan nada parau, aku melepaskan diri dari pelukannya.

" Mianhae tadi aku menyentakmu ne? Aku hanya tak ingin pikiranmu yang polos ini menjadi teracuni oleh hal-hal yang tak sepantasnya ada dalam pemikiranmu " Jelasnya padaku, aku hanya mengangguk mengerti.

" Baiklah kajja kita pulang " Kyu Ajhussi menggandeng erat tanganku, meskipun kecewa dan sedih tapi aku memang selalu nyaman bersamanya.

.

.

.

Hari ini aku menghabiskan akhir pekan ditoko buku, membeli beberapa buku dan sepertinya setelah ini aku akan pergi makan siang di cafe. Biasanya ada Kyu Ajhussi yang menemaniku tapi seperti katanya minggu lalu kalau akhir pekan ini kami tak bisa bertemu.

Setelah membeli beberapa buku, perutku terasa sangat lapar sekali, aku pun memutuskan memasuki Cafe yang tak jauh dari toko buku. Aku mengedarkan pandanganku mencari meja kosong, namun aku langsung menyipitkan kedua mataku saat menangkap sosok yang aku kenal. Kyu Ajhussi, apa yang dilakukannya sendiri di cafe ini? Bukankah dia akan menghabiskan akhir pekan dengan keluarganya? Aku pun tanpa berpikir lagi langsung menghampiri Kyu Ajhussi, saat langkahku hampir dekat kearahnya tiba-tiba kulihat anak kecil menghampiri Kyu Ajhussi dan memeluknya. Aku tersenyum, keponaknnya lucu sekali.

" Appaaaa " Senyumku memudar, Appa? Apa maksudnya ini? Belum keterkejutanku hilang, tiba-tiba seorang yeoja cantik memeluk Kyu Ajhussi dan memberikan kecupan singkat dibibirnya.

" Maaf menunggumu lama yeobo, tadi yoogeun keasikan bermain di Mall " Lututku melemas, namun sebisa mungkin aku melanjutkan langkahku menghampiri Kyu Ajhussi yang sepertinya tak menyadari kehadiranku.

" K.. Kyu Ajhussi " Panggilku dengan suara bergetar, Kyu Ajhussi tampak terkejut melihatku ada dihadapannya, aku memandang yeoja itu, anak kecil itu dan Kyu Ajhussi bergantian. Aku mengeratkan cengkramanku diplastik buku yang kubeli tadi. Sesak rasanya, aku sulit bernafas.

" Minnie " Panggil Kyu ajhussi dengan lirih

" Jadi ini keluarga yang kau maksud? Istri dan juga anak? " Kurasa sebentar lagi mataku akan menitikan air mata. Kyu ajhussi bungkam, aku tersenyum miris.

" Aku mengerti, aku paham, terima kasih untuk semuanya. Aku permisi, maaf mengganggu waktu kalian " Tanpa berpikir panjang aku berlari dengan kencang meninggalkan cafe itu, tak kupedulikan teriakan Kyu Ajhussi dibelakangku. Aku mengerti sekarang, kenapa dulu dia sulit menerima cintaku, mengapa dia terlihat marah saat aku ingin meminta ciuman darinya, dan kenapa dia selalu memperlakukan aku layaknya anak-anak, aku mengerti, dan ini menyakitkan.

" Hiks " Aku terus berlari sambil menangis, aku hanya ingin cepat sampai rumah, aku tak peduli lagi dengan semuanya. Biar orang-orang menatapku aneh, aku terlanjur sakit. Aku kecewa, aku marah, dan aku merasa benar-benar dipermainkan, kata orang jatuh cinta menyenangkan, kata orang merasakan cinta adalah anugerah yang patut disyukuri. Dan aku berani bersumpah, cinta tak semanis dan sesimple yang orang katakan. Cinta ini benar-benar menyakitkan. Aku terus saja berlari, aku lelah namun aku tak mau berhenti.

Setelah satu jam aku berlari dan berjalan menuju rumah, aku memasuki gerbang rumahku, kulihat mobil Kyu Ajhussi ada dihalaman rumahku. Apa yang dilakukannya? Mengejarku sampai kemari, apa dia ada didalam rumah? Itu artinya dia menemui Eomma dan Siwon? Dengan langkah gontai aku melangkah menuju pintu rumahku, baru kubuka sedikit pintu rumahku, namun saat mendnegar percakapan dari dalam aku menghentikan niatku untuk masuk, aku mendnegarkan dengan baik percakapan itu.

" MWO? Bagaimana bisa kau berpacaran dengan Sungmin Kyu? Apa kau sudah gila? " Kudengar Eomma berteriak pada Kyuhyun.

" Mianhae Noona, aku hanya tak ingin membuatnya semakin kecewa dan tak mempercayaiku, jika itu terjadi maka akan semakin sulit dia untuk dijangkau " Aku tak mengerti ucapan Kyu Ajhussi.

" Tapi tak mesti berpacaran, dan sekarang kau malah menyakitinya kan? Aku hanya memintamu mendekati Sungmin untuk teman berbagi cerita, agar dia tak merasa sendiri " Aku membulatkan mataku mendengar penjelasan Siwon, apa ini maksudnya? Jadi ini sudah direncanakan?

" Apa Jihee tahu kau berpacaran dengan Sungmin? " Tanya Eommaku.

" Anni, Jihee hanya tahu aku membantu rencana kalian agar Sungmin menjadi anak yang ceria dan tak lagi menyendiri, tapi kejadian tadi aku benar-benar tak menyangkanya " Oke, aku mengerti sekarang, aku paham situasinya. Dengan kasar kubuka pintu rumahku.

BRAK

Aku melotot tajam dan mereka semua terkejut melihatku, entah bagaimana rupaku yang pasti pipi ini sudah banjir oleh air mata. Sesak sungguh menyesakan. Jika hanya sakit karena cinta aku mungkin akan sembuh, tapi ini? Bahkan Ibuku dia ada dibalik permainan ini? Aku tak percaya ini.

" Jadi kalian semua bersekongkol mempermainkan aku? Hmm? " Tanyaku dengan nada bergetar.

" Bu.. Bukan begitu chagi, Eomma mohon dengarkan penjelasan Eomma " Eomma berusaha mendekat kearahku namun aku memundurkan langkahku.

" Jangan dekati aku " Ucapku dengan dinginnya, Eomma tampak menangis dan aku tak perduli. Aku sudah diujung amarahku.

" KENAPA KALIAN TEGA MELAKUKAN INI PADAKU HAH? APA SALAHKU? KALIAN INGIN MEMBALAS DENDAM KARENA AKU MENOLAK PERNIKAHAN KALIAN SEHINGGA DENGAN KEJAMNYA KALIAN BERBUAT SEPERTI INI PADAKU? DAN KAU KIBUM SHII, AKU TAK MENYANGKA, AKU ANAKMU DAN KAU TEGA MEMPERLAKUKAN INI PADAKU? KAU SIWON SHII, SEJAK AWAL AKU TAHU KAU BUKAN ORANG YANG AKAN MEMBAWA KEBAIKAN DALAM HIDUPKU! KAU BRENGSEK! DAN KAU KYUHYUN SHII, AKU TAK TAHU APA SALAHKU SEHINGGA DENGAN KEJAMNYA MEMPERMAINKAN AKU! MEMBOHONGIKU! AKU SANGAT PERCAYA PADAMU NAMUN KAU TERNYATA SAMA SAJA SEPERTI MEREKA! KALIAN SEMUA, AKU SUNGGUH MEMBENCI KALIAN! AKU BENCIIII ! " Aku mengambil guci yang dekat dengan tempat aku berdiri dan bagusnya itu guci kesayangan Eomma, benda yang paling dijaga agar tak rusak, kuambil guci itu dan kulempar dengan kencang sehingga membentur dinding dekat tempat Siwon berdiri.

PRAAAAAAAAANG

Setelah itu aku melangkah pergi keluar dari rumah ini, aku tak perduli dengan semuanya, aku hanya butuh pergi.

" Apa hikss aku ingin bertemu Appa hikss "

TBC

Aku comeback, Bawa ff baru, cma twoshoot siihh, bagaimana? Mau lanjut ke chap 2 atau mau berhenti sampai disini aja? Oia yang minta sequel MLF aku dari kemarin mencoba mengetik sequelnya tapi buntu gitu dan malah akhirnya bwt ff ini deeeh. Huhu

Oke deh tolong reviewnya yaaah Gomawoooo.