Kyuhyun mengangguk, menahan perasaannya untuk menjaga perasaan Donghae, tapi mau tak mau Donghae melihat sorot bahagia yang menyala-nyala di mata Kyuhyun.

Tiba-tiba dia merasa tenang, lelaki ini sungguh mencintai Sungmin, putusnya dalam hati, mungkin lebih dalam dari cintanya sendiri kepada Sungmin...

"Kibum tadi sore menghubungiku, memberitahu kondisi Sungmin, dan entah kenapa aku tahu. Aku tahu bahkan sebelum mereka melakukan test, aku tahu begitu saja."

"Dan karena itu kau kecelakaan, kau dalam perjalanan menemui Sungmin?"

Kyuhyun tersenyum, tidak berkata-kata, tapi matanya menjelaskan semuanya.

"Lelaki bodoh." gumam Donghae getir. Dan Kyuhyun tertawa mendengarnya.

"Memang," gumamnya dalam tawa, lalu mengulurkan tangannya kepada Donghae,

"Terimakasih atas kebaikan hatimu."

Donghae menyambut jabatannya dengan hangat.

"Aku melakukannya demi Sungmin, bukan demi kamu, jadi ingat saja, kapanpun kau berani-beraninya membuat Sungmin tidak bahagia, kau akan mendapati dirimu berhadapan denganku."

Kyuhyun tersenyum mempererat jabatan tangannya,

"Aku berjanji kau tidak akan pernah berhadapan denganku."

-KyuMin-

"Ketika Sungmin membuka matanya, dia mendapati Donghae duduk di sisi ranjangnya. Menatapnya dalam senyum.

Sungmin langsung sadar bahwa karena kepanikannya tadi dia melupakan keberadaan Donghae. Ya Tuhan! Apa yang dipikirkan Donghae ketika menyaksikan semuanya tadi? Pikiran itu membuatnya panik dan hendak bangkit dari ranjangnya, tapi Donghae menahannya dengan tangannya.

"Tidak apa-apa, tetap berbaring." gumamnya lembut.

Sungmin menurut membaringkan tubuhnya, tetapi menatap Donghae dengan kepanikan mendalam.

"Hae aku..."

"Sudah kubilang tidak apa-apa, aku sudah tahu semuanya Minnie, dan aku mengerti."

Kata-kata itu membuat wajah Sungmin pucat pasi,

"Tahu apa? mereka mengatakan apa padamu?" bisiknya lemah.

"Semuanya, tentang dirimu dan Kyuhyun, dan perasaanmu kepadanya."

"Aku tidak punya perasaan apa-apa kepada..."

"Sttttt," Donghae menghentikan kata-kata Sungmin, "Tidak perlu membohongi dirimu sendiri lagi Sungmin, aku sudah tahu semuanya, kau begitu menyayangiku sehingga mau berkorban untukku, tubuhmu kau korbankan," Donghae menghela nafasnya pedih, "Dan sekarang, bahkan jiwa dan kebahagiaanmu mau kau korbankan juga untukku?"

Mata Sungmin mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak merasa mengorbankan apapun Hae, aku mencintaimu, aku ingin menjagamu, aku..."

Dengan lembut Donghae meraih tangan Sungmin dan menggenggamnya.

"Ya aku yakin, kau sangat mencintaiku, aku percaya itu," dengan lembut Donghae menoleh ke arah pintu, "Dia ada di luar, menunggu waktu untuk menemuimu, aku sudah berbicara dengannya dan yakin bahwa cintanya padamu begitu besar, bahkan mungkin lebih besar dari cintaku padamu." desah Donghae getir.

"Jangan berkata seperti itu." air mata mulai menetes di pipi Sungmin, dan Donghae mengapusnya dengan lembut.

"Itu kenyataannya, dia begitu mencintaimu sehingga mau mengambil resiko apapun agar kau bahagia, dan dia rela dibenci olehmu agar kau bahagia," Donghae tersenyum lembut, "Terus terang aku mengaguminya dan aku merasa tenang kalau dia yang menjagamu."

"Jangan berkata seperti itu." Sungmin mulai merasa dirinya seperti kaset yang rusak, mengulang-ulang kalimat yang sama.

"Aku harus mengatakannya." gumam Donghae sedikit geli dengan kata-kata Sungmin. Yah, dia ternyata bisa bahagia juga menyadari bahwa pada akhirnya dia akan memberikan kebahagiaan pada Sungmin, kebebasan yang akan di berikan pada Sungmin akan membawa perempuan yang dicintainya itu kepada kebahagiaan, dan Donghae merasakan kebahagiaan tersendiri ketika dia pada akhirnya merelakan Sungmin. Semua patah hati dan kesakitannya akan sepadan dengan senyum dan kebahagiaan Sungmin pada akhirnya. "Tapi sebelumnya aku harus bertanya kepadamu, Minnie, apakah kau mencintai Kyuhyun?"

Pertanyaan yang diungkapkan secara langsung tanpa diduga itu membuat Sungmin tertegun.

"Hae... aku..."

"Tanyakan kepada hatimu Sungmin," bisik Donghae lembut, mendorong Sungmin agar mau jujur kepada dirinya sendiri, "Aku yakin kau sudah menyadarinya, kau hanya perlu mengakuinya kepadaku."

Di luar, Kyuhyun yang menunggu sambil bersandar di tembok dekat pintu masuk mendengar semuanya, jantungnya berdetak keras, penuh antisipasi, ikut menanti jawaban Sungmin.

Kumohon katakan Ya, bisik Kyuhyun dalam hati, menjeritkan permohonannya dalam diam, kumohon katakan Ya , kau mencintaiku Min.

Di dalam ruangan Sungmin tertegun, menatap Donghae, menatap ketulusan yang ada di sana. Tidak apa-apakah kalau dia mengakuinya? Tidak apa-apakah kalau Donghae akhirnya mendengarnya?

Sungmin menarik napas dalam dalam, menahankan debar jantungnya, lalu menghembuskannya pelan-pelan.

"Ya Hae…," gumamnya lembut setengah berbisik, "Ya, aku mencintai Kyuhyun, aku sangat mencintainya." air mata menetes lagi di pipinya.

Donghae mengusap air mata itu dengan lembut, sedikit melirik ke pintu, menyadari kehadiran Kyuhyun di sana. Kau dengar itu Kyuhyun? Gumamnya dalam hati, Permataku ini mencintaimu, dia sangat berharga dan dia mencintaimu, kau harus menjaganya baik-baik, jangan pernah menyakitinya...

Di luar Kyuhyun memejamkan matanya mendengar pengakuan Sungmin itu, dia dipenuhi kelegaan yang luar biasa. Sungmin hampir tidak pernah mengungkapkan perasaan padanya, Kyuhyun harus selalu mengukur-ukur, menebak-nebak dari mata dan tindakan Sungmin. Dan mendengar sendiri kalimat itu dari bibir Sungmin, diucapkan dengan penuh keyakinan, mau tak mau membuat tubuhnya dibanjiri aliran kebahagiaan.

"Dia pasti akan menjagamu Minnie, kau tidak usah mencemaskan aku lagi, aku sudah tidak perlu dijaga."

"Tapi, Donghae..."

Donghae tersenyum dan menggelengkan kepalanya,

"Dokter Kibum mengajakku ke jerman. Disana dia punya kenalan spesialis tulang dan saraf yang sangat ahli, yang bisa menyembuhkanku lebih cepat, dan kupikir aku akan mengambil kesempatan itu."

Sungmin membelalakkan matanya, pucat pasi.

"Hae... Kau akan pergi?"

Donghae menganggukkan kepalanya.

"Aku akan mengejar kebahagiaanku, aku akan menyembuhkan diri dan memulai karirku, masih ada harapan dan aku tidak akan menyerah. Kau sudah memberiku contoh dengan berjuang untukku tanpa putus asa padahal kemungkinan aku terbangun dari koma sangat kecil, jadi sekarang aku akan berusaha berjuang."

Sungmin tertegun, kehabisan kata-kata mendengar kalimat Donghae. Dia hanya punya satu hal untuk diungkapkan, kata maaf, maaf karena aku mencintai orang lain, maaf karena aku mengkhianati cintamu, maaf karena aku membiarkan hatiku dimiliki orang lain.

Ketika dia akan membuka mulutnya untuk meminta maaf, Donghae mencegahnya dengan menaruh jemarinya di bibir Sungmin.

"Jangan meminta maaf, aku tahu kau akan meminta maaf," Donghae tersenyum simpul, "Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak pernah berniat mengkhianatiku, bahkan kau malah berniat mengorbankan hati dan perasaanmu demi aku. Seharusnya aku yang berterimakasih padamu."

Dengan lembut Donghae melepaskan cincin emas pertunangan di tangannya, dan meletakkannya dalam genggaman Sungmin.

"Aku melepaskanmu, Minnie, tunanganku yang berharga. Terimakasih untuk cinta yang pernah kita bagi bersama. Terimakasih untuk semua perjuangan yang telah kau korbankan untukku, Terimakasih karena pernah mencintaiku," dengan lembut Donghae mengecup jemari Sungmin yang terpaku, "sekarang kau bebas, kejarlah kebahagiaanmu sendiri."

Air mata mengalir deras makin tak terbendung di mata Sungmin. Hatinya penuh sesak, campur aduk antara penyesalan dan kelegaan luar biasa, akhirnya dengan pelan Sungmin duduk lalu memeluk Donghae erat-erat. Berbagi tangis bersamanya.

"Terimakasih Hae, aku mencintaimu." isak Sungmin pelan.

"Aku juga mencintaimu." suara Donghae bergetar oleh air mata yang mulai datang.

-KyuMin-

Semua berlangsung begitu cepat, dokter dan perawat serta Kibum hilir mudik di ruangan itu untuk memeriksa keadaannya. Sungmin merasa sudah baikan, hanya sedikit mual dan demamnya sudah turun, tapi entah kenapa Kibum bersikeras agar dia tetap di rawat inap di rumah sakit ini. Sebenarnya dia sakit apa? Sungmin mulai bertanya-tanya.

Donghae sudah berpamitan tadi, diantar oleh dokter Kibum, mengatakan akan mempersiapkan kepergian mereka ke Jerman, kemungkinan dua minggu lagi.

Dan saat Sungmin sendirian, pikirannya melayang. Dimana Kyuhyun? Apakah dia di rawat di rumah sakit ini? Bagaimana kondisinya? Kenapa Kyuhyun tidak menemuinya? Pemikiran-pemikiran itu membuatnya terlelap lagi.

Ketika bangun hari sudah sore, suasana kamar tampak remang-remang karena lagi-lagi hujan turun di luar membuat langit kelihatan gelap, Sungmin menatap hujan di jendela dan mendesah.

"Sudah enakan?" suara itu terdengar lembut dan tiba-tiba sehingga Sungmin terlonjak kaget, dia menoleh dan mendapati Kyuhyun duduk di ranjang, di sampingnya. Lelaki itu begitu diam, Sungmin mengernyit, pantas dia tidak menyadari kehadirannya.

"Maaf aku mengagetkanmu," Kyuhyun tersenyum samar, lalu menyentuh dahi Sungmin, "sudah tidak panas lagi. Syukurlah. Kau masih memuntahkan makananmu?"

Sungmin menggelengkan kepalanya, masih belum mampu berkata-kata.

"Aku... Aku sudah bisa menelan sup panas dari rumah sakit tadi." Kyuhyun mengangguk dan tersenyum.

"Aku sudah berbicara dengan Donghae, Min," Kyuhyun segera berseru ketika melihat Sungmin akan menyela kata-katanya, "apapun yang akan kau katakan, aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku sudah mendapat kesempatan ini jadi tidak akan kusia-siakan, kau tidak akan dan tidak boleh menolakku atau melepaskan diri dariku." suara Kyuhyun tegas dan penuh ancaman, matanya menyala-nyala.

Dalam hati Sungmin merasa geli, ini Kyuhyunnya yang biasa. Tidak berubah meski mencintainya, tetap saja arogan dan terbiasa mengungkapkan keinginannya dengan mengancam. Tapi bagaimanapun juga ini Kyuhyun yang sama yang dicintainya.

"Ya Kyuhyun." jawabnya dalam senyum.

Jawaban sederhana itu membuat Kyuhyun yang begitu tegang karena antisipasi penolakan yang mungkin dilakukan Sungmin, terpana.

"Apa?" Kyuhyun bertanya seperti orang bodoh.

Sungmin tersenyum lembut, otomatis tangannya bergerak menyentuh dahi Kyuhyun yang berkerut bingung, mengelusnya lembut, menghilangkan kerut yang ada di sana.

"Ya Kyu, aku tidak akan melepaskan diri darimu."

Kyuhyun seolah kesulitan mencerna jawaban sederhana Sungmin, tetapi ketika dia bisa memahaminya, seketika itu juga Kyuhyun merengkuh Sungmin, memeluknya erat-erat.

"Demi Tuhan... Aku sepertinya masih butuh berkali-kali diyakinkan olehmu," bisiknya serak di rambut Sungmin, "Kau selalu membuatku bertanya-tanya, dengan mata lebarmu yang selalu tersenyum, dengan kelembutanmu, kau selalu membuatku bertanya-tanya apakah kau mencintaiku."

Sungmin membalas pelukan Kyuhyun dengan lembut.

"Aku mencintaimu."

"Katakan lagi," Kyuhyun mengerang, memejamkan matanya, mengetatkan pelukannya, "aku butuh diyakinkan."

"Aku mencintaimu Kyuhyun." ulang Sungmin patuh.

Kyuhyun melepaskan pelukannya lalu mengusap rambut Sungmin lembut, kemudian meraih tangannya, mengernyit ketika melihat Sungmin masih memakai cincin dari Donghae, bersebelahan dengan cincin darinya.

Dengan lembut disentuhnya tangan Sungmin, disentuhnya cincin Donghae disana.

"Boleh aku melepaskannya?"

Kyuhyun tetap akan melepaskannya meskipun Sungmin menggeleng, Sungmin tahu itu. Tapi Sungmin menghargai Kyuhyun yang menyempatkan diri bertanya kepadanya.

Dengan lembut ia mengangguk.

Hati-hati Kyuhyun melepaskan cincin pertunangan Sungmin dengan Donghae, lalu meletakkannya di meja. Setelah itu dikecupnya jemari Sungmin yang memakai cincin pemberiannya.

"Aku ingin kau menikah denganku, segera."

Sekali lagi Sungmin tersenyum, lamaran khas ala Kyuhyun. Bukannya bertanya 'maukah kau menikah denganku?' lelaki ini malah menyatakan keinginannya dengan arogansi yang tak terbantahkan. Tiba-tiba Sungmin mengerutkan keningnya mencerna kalimat Kyuhyun.

"Kenapa harus segera?"

Dan entah kenapa pertanyaannya itu membuat pipi Kyuhyun memerah. Sungmin jadi bertanya-tanya apa yang salah dengan pertanyaannya.

"Kau... Eh, mungkin kau tidak menyadari perubahan tubuhmu..." Kyuhyun tampak kesulitan menyusun kata-kata. Tapi pada akhirnya dia melemparkan kebenaran itu, "Kau... Sedang mengandung anakku"

Kata-kata itu membuat Sungmin ternganga, itu adalah kebenaran yang sama sekali tidak disangka-sangkanya. Kyuhyun sangat hati-hati kalau bercinta dengannya. Bahkan dalam kondisi berhasratpun dia selalu ingat untuk memakai pelindung, jadi Sungmin tak mungkin hamil. Karena itulah meskipun tubuh Sungmin menunjukkan gejala seperti perempuan hamil, tidak datang bulan, mual, kram di perut dan sebagainya, tidak pernah sedikitpun terlintas di benaknya kalau dia sedang mengandung.

Kemudian kesadaran itu melintas di benaknya, Sungmin tidak mungkin mengandung, kecuali kalau Kyuhyun menginginkannya, Sungmin tidak mungkin mengandung, kecuali kalau Kyuhyun sengaja...

"Kau selalu menggunakan pelindung," gumam Sungmin menatap Kyuhyun dengan waspada,

"Malam itu kau tidak memakainya?."

Pipi Kyuhyun agak memerah tapi dia menatap mata Sungmin tanpa penyesalan.

"Aku memang sengaja, semua yang terjadi malam itu memang sudah kurencanakan," dengan angkuh Kyuhyun mengangkat dagunya, "aku ingin kau memilihku."

Pipi Sungmin memucat sedikit marah.

"Kau berencana menjebakku dengan kehamilan?"

Kyuhyun menggenggam tangan Sungmin erat-erat memejamkan matanya penuh kepedihan.

"Aku memang brengsek dan licik, tapi itu semua kulakukan karena aku hampir gila putus asa ingin memilikimu, aku mencintaimu dan menderita karenanya, aku bersedia minta maaf kalau kau menginginkannya, tapi aku tidak pernah menyesal sudah membuatmu hamil..."

Kata-kata itu, yang diungkapkan dengan sepenuh hati, melelehkan kemarahan Sungmin, dengan lembut diraihnya kepala Kyuhyun dan dipeluknya. Lama mereka berpelukan dalam diam.

"Karena itu kau mencium perutku." gumam Sungmin, teringat keanehan perilaku Kyuhyun saat itu.

"Ya," Kyuhyun tersenyum bangga, "saat itu aku yakin dia sedang terbentuk, aku memerintahkannya supaya tumbuh sehat agar aku bisa memiliki ibunya,"

Kyuhyun mengangkat bahu, "aku konyol sekali ya?."

Sungmin tertawa mendengarnya, sisi santai Kyuhyun yang jarang diperlihatkannya ini juga sudah membuatnya jatuh cinta. Ya, dia benar-benar mencintai lelaki ini, dengan segala arogansinya, dengan segala kekeras kepalaannya, sekaligus dengan segala kasih sayangnya yang Sungmin tahu, melimpah untuknya.

Dengan lembut Sungmin mengelus perutnya, menyadari bahwa buah cinta mereka sedang bertumbuh di perutnya, semakin lama semakin kuat, hingga akhirnya nanti akan terlahir ke dunia.

Mata Kyuhyun mengikuti gerakan Sungmin. Lalu tangannya mengikuti Sungmin, mengusap perutnya lembut.

"Dia kuat dan baik-baik saja di sana." gumam Kyuhyun setengah berbisik.

"Ya." Sungmin berbisik juga.

"Mungkin nanti dia akan mulai menendang-nendang." dahi Kyuhyun berkerut, mengingat isi buku-buku referensi kehamilan yang mulai dibacanya.

Sungmin, mengangguk, tersenyum simpul.

"Pasti, seperti pemain sepak bola."

"Aku lebih suka dia seperti CEO handal." dahi Kyuhyun tetap berkerut.

Sungmin terkekeh.

"Ya, seperti CEO handal," suara Sungmin berubah seperti bisikan, "Seperti ayahnya."

Mereka bertatapan, mata Sungmin berkaca-kaca, mata Kyuhyun berkilauan penuh perasaan.

Diantara tatapan mereka terjalin setiap impian orang tua tentang anaknya di masa depan.

Lalu Kyuhyun mengecup dahi Sungmin.

"Terimakasih sudah hadir di hidupku," bisiknya serak penuh perasaan,

"Terimakasih sudah mengajari aku mencintai dengan begitu dalam, terimakasih sudah menyentuh hatiku yang gelap dan jahat sehingga bisa merasakan indahnya mencintai seseorang, dan yang terpenting terimakasih sudah mau mencintaiku." lalu dia meraih dagu Sungmin dan mengecup bibirnya lembut, kecupan penuh kasih sayang yang dengan segera berubah menjadi panas dan bergairah.

Lama kemudian Kyuhyun baru mengangkat kepalanya, meninggalkan bibir Sungmin yang panas dan basah, matanya berkilat-kilat penuh gairah, tetapi dia menahan diri dan mencoba tersenyum, mengusap rambut Sungmin dengan lembut.

"Nanti, setelah kau sehat," janjinya penuh arti, membuat pipi Sungmin memerah, lalu memeluk Sungmin lagi, "Aku mencintaimu Min, dan aku berjanji akan membuatmu serta anak-anak kita nanti bahagia, kau boleh pegang janjiku itu."

Sungmin tersenyum mendengar tekad kuat dalam suara Kyuhyun.

"Aku tahu Kyu, aku juga mencintaimu."

Mereka tetap berpelukan, dipenuhi perasaan cinta yang hangat. Hanya ada mereka berdua dan kebersamaan mereka, Sungmin dengan Kyuhyunnya yang akhirnya menyerahkan hatinya untuk termiliki satu sama lain. Yang pada akhirnya bisa saling memiliki satu sama lain.

.

.

.

THE END

Akhirnya end.. :D bagaimana all? Senangkah?

Aku masih ada ff lain… tunggu dan tetap review ya readers :D