Your My Destiny! Chapter 3/?
Author : Teleportbabies
Genre : Romance, Fluffy, Drama
Rating : T
Cast : Girl!Oh SeHun Boy!Kim Jongin Boy!Park Chanyeol Girl!Byun Baekhyun Girl!LuHan and another cast
Author note : This story is mine. Don't like Don't read.
.
.
.
.
.
.
Author POV
Seorang yeoja cantik berkulit putih sedang melangkahkan kaki ditrotoar. Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang badmood. Ia ingin menuju ke Seoul Park. Melihat sahabatnya, Chanyeol. Apakah karena Baekhyun? Batin Sehun.
Sehun sekolah setengah hari karena kondisinya. Namun ia begitu saja melupakannya karena terpikir tentang Baekhyun dan Chanyeol. Di pikiran Sehun masih terngiang-ngiang perkataan Taecyeon. Sehun masih belum bisa percaya kalau Baekhyun sakit, dia memang pintar sekali menyembunyikannya. Ia juga penasaran apa yang terjadi pada Chanyeol. Sehun pun mempercepat langkahnya.
"Hey, Kau tau Baekhyun yeojachingunya Chanyeol kan?" Taecyeon mendekat ke arah Sehun. Ia duduk di ranjang UKS, namun diranjang yang berbeda dengan Sehun. Sehun mengangguk.
"Dia punya penyakit gagal ginjal." Taecyeon memelankan suaranya, namun Sehun masih bisa mendengarnya. Sontak Sehun terkejut langsung membelakan matanya dan menaruh tangannya menutupi mulutnya yang menganga.
"Be..Benarkah? Ba..Bagaimana kondisinya?" Sehun tergagap. Biarpun Baekhyun bisa dibilang saingannya, Sehun tidak sejahat itu untuk senang dan tertawa.
Taecyeon menganggukkan kepalanya.
"Sudah parah sepertinya. I..itu sebenarnya aku diberi tahu oleh yeojachinguku Suji yang sekelas dengannnya. Dia cukup dekat dengan Baekhyun. Kau jangan bocorkan pada siapapun ya!" Taecyeon agak ragu sebenarnya memberitahu Sehun. Namun lubuk hatinya ingin saja memberitahu Sehun. Taecyeon juga tidak sangka bisa mengobrol banyak dengan Sehun. Sehun tidak seburuk yang dituturkan teman-temannya.
"La.. Lalu bagaimana dengan Chanyeol? Tadi apa maksudnya kau..kau begini-begini?" Sehun meniru Taecyeon tadi yang menaruh jari telunjuk kanannya di dahi dengan posisi miring.
"Sebenarnya ini hanya pendapatku saja sih. Itu.. Si Chanyeol hm.. Aku bingung harus bilang apa. Dia seperti setres mungkin tidak bisa bersama Baekhyun. Baekhyun kan harus dirawat secara ketat. Kemarin aku dan Suji sudah menjenguknya. Bahkan orang tuanya berusaha mencari donor sampai diiklankan. Itu kata Suji."
"A..Apa maksudmu setres?" Sehun bingung, Taecyeon mengatakannya sungguh tidak jelas.
"Ah sudahlah! Bingung aku mengatakannya! Lebih baik kau lihat saja sana di XO Seoul Park! Aku pergi."
Blam
Oh Sehun POV
"Sehun, kau tau? Setiap harinya, aku dan Baekhyun selalu makan es krim di Seoul Park. Bahkan pemiliknya sudah hafal apa yang akan ku pesan. Hebat kan? Haha."
'Masa iya Chanyeol makan es krim sendirian tetapi merasa bersama Baekhyun? Ah tidak.' Batinku. Aku pun mempercepat langkahku.
Sesampainya disana, aku melihat banyak orang yang mengerubungi sesuatu. Aku penasaran ada apa sebenarnya. Aku pun melangkahkan kakiku kesana.
Begitu banyak orang membuatku terdesak-desak. Aku pun bisa bernafas lega saat lolos dari kerumunan, namun nafasku tercekat lagi melihat orang yang ada didepanku ini.
"Baekhyun! Kimchi!"
Cekrek
"Chanyeol, a...apa yang kau lakukan?" gumamku pelan. Ku pastikan tidak ada yang mendengar. Aku membelakan mataku. Segera kututupi mulutku yang menganga dengan tanganku. Tak sadar air mataku menetes.
Pemandangan didepanku sungguh sangat memprihatinkan. Chanyeol duduk di kursi taman ditemani sebuah boneka beruang lucu. Dia mengambil selca bersama. Dengan tangan kiri memegang androidnya dan tangan kanan merangkul boneka itu. Boneka yang cukup besar memang. Berwarna pink dihiasi pita pink dilehernya. Baju yang dipakai beruang itu bergambar huruf 'B'. 'B' untuk Baekhyun pastinya. Memerankan karakter dua orang –Dirinya sendiri dan Baekhyun- Tertawa sendirian.
Di kerumunan, orang-orang berbisik-bisik, namun aku masih dapat mendengarnya. Mereka bilang Chanyeol gila, setres dan sebagainya.
Tubuhku terasa kaku. Aku bingung apa yang harus aku lakukan.
"CHANYEOL!" Dengan sekencang yang ku bisa aku berteriak. Betapa terkejutnya aku dia sama sekali tidak bergeming. Air mataku mulai membasahi pipi sampai pundakku. Aku bisa merasakan pundakku basah. Aku serasa ingin mati melihatnya begitu.
Kerumunan mulai mereda. Tak lama kemudian, ada seorang anak kecil menghampiri Chanyeol dan duduk disebelahnya. Lancang sekali. Dia memotret Chanyeol.
Cekrek
"Aaaaa ada orang gila! Haha." Anak itu tampak bahagia sekali bisa memotret Chanyeol.
Sungguh lancang! Segera aku menyeret paksa anak itu menjauhi Chanyeol. Chanyeol tak bergeming sama sekali. Aku terheran.
Sudah jauh dari kerumunan, aku melepaskan anak itu. Ia meringis pelan. Dia memegang pergelangan tangannya yang mungkin sakit akibat ku tarik tadi.
"Noona! Sakit tau! Noona tidak ada selera humor! Dia kan lucu orang gila!" Anak itu tertawa lepas sambil melihat foto Chanyeol yang ia ambil tadi.
"Jangan sembarangan bicara!" Ku tarik paksa ponsel yang ada ditangannya dan ku angkat tinggi-tinggi. Dia tidak bisa mengapainya karena dia masih kecil dan pendek. Segera ku hapus foto Chanyeol.
"Pulang." Jawabku ketus.
"I..Iya noona." Bocah itu pun melesat pergi dari hadapanku.
Saat aku membalikkan tubuhku, betapa terkejutnya aku melihat sudah tidak ada kerumunan lagi disana. Chanyeol pun tidak ada. Ku tengok kanan-kiri tidak membuahkan hasil. Bodohnya aku menarik anak itu sampai jauh.
Aku pun terduduk di kursi yang Chanyeol duduki tadi. Sendirian. Air mataku menetes lagi. Segera kututupi wajahku dengan tanganku.
'Apa yang terjadi denganmu Chanyeol? Kenapa kau begitu?' Batinku.
Kim Jongin POV
Beberapa hari dirumah sakit membuatku penat. Ingin rasanya aku bertemu teman-temanku. Namun apa daya, aku harus menjaga Lulu di rumah sakit makanya aku belum sekolah lagi. Setiap melihatnya, aku merasa dia mirip seseorang. Namun aku tidak tau mirip siapa. Aku lupa.
Ku kendarai mobil kesayanganku ini dengan kecepatan sedang. Setelah kejadian aku menabrak bocah itu, kehati-hatianku meningkat. Seumur hidupku baru itu aku menabrak seseorang. Bodohnya aku memang saat itu malah mementingkan mobil ini daripada keselamatan dijalan raya.
Ku lirik layar jam di mobilku. Menunjukkan pukul 11.00. Cuaca hari ini siang dan cukup terik. Namun entah kenapa banyak orang yang pergi ke Seoul Park. Memang disana banyak aneka jajanan. Paling hanya es krim yang tepat untuk cuaca saat ini.
'Es krim ya? Tak salah kalau aku membelikannya untuk Lulu.' Batinku.
Aku memarkirkan mobilku didekat pintu masuk. Ya memang di Seoul Park parkir mobil itu dimana saja asal tidak menganggu lalu lalang kendaraan.
Ku tutup pintu mobilku dan mengantongkan kunci mobil disakuku. Betapa terkejutnya aku ada mobil Rumah Sakit Jiwa di sebrang mobilku.
'Apa ada orang gila disini? Bahaya sekali.' Batinku.
Kulihat ada seorang pemuda yang ditarik paksa oleh petugas RSJ. Wajahnya tidak asing. Sepertinya aku sering melihatnya. Namun aku lupa dimana. Ayolah Kim Jongin kenapa kau menjadi pelupa begini?
Aku agak merinding melihatnya. Dia berteriak-teriak tidak jelas. Entah apa yang ia teriakan.
"Lepas! Lepas! Aku tidak gila! Aaaa Baekhyun jatuh! Aaaaaa!"
Pemuda itu dibawa masuk oleh petugas RSJ ke dalam mobil. Sebelumnya ia mengambil boneka beruang yang jatuh dan segera memeluknya. Tak lama mobil itu sudah tidak ada lagi ditempatnya.
"Aissh! Kenapa aku malah memerhatikannya?" Aku mengacak asal rambutku. Aku tidak tau apa yang ada dipikiranku hingga aku malah memerhatikan sesuatu yang tidak penting. Orang gila haha.
Ku langkahkan kakiku ke dalam Seoul Park. Seoul Park itu seperti festifal-festival, banyak jajanan, permainan, air mancur dan lain-lain.
Ke tengok ke segala arah. Entah kenapa semua kios ramai. Aku keheranan padahal ini siang hari. Aku segera menuju ke kios es krim untuk mengantri es krim.
Pandanganku teralih sebentar karena aku melihat seorang yeoja cantik sedang duduk dengan tatapan kosong di kursi taman sendirian. Aku tersenyum. Tak biasanya aku memuji seorang yeoja. Yeoja berambut blonde yang duduk itu memang cantik. Aku tidak tau apa yang sedang dia pikirkan hingga pandangannya kosong begitu. Mungkin nanti aku bisa menemaninya? Mengajaknya kencan?
'Yak Jongin tumben sekali kau berpikiran gitu!' Pikirku.
Entah kenapa addictku dengan mobil mulai agak berkurang karena sekarang aku sering ke luar rumah. Biasanya aku ke luar rumah hanya untuk balapan.
Sudahlah aku tidak mau memikirkan yang aneh-aneh. Ada yang menjadi tanggung jawabku sekarang, seorang anak kecil yang malang. Yang bodohnya aku tabrak dan mengalami amnesia. Keluarganya pasti sangat khawatir. Itu yang sangat penting untuk dipikirkan.
"Es krim apa?"
"Hmmm cokelat 2, dan vanila 1."
"Silahkan."
"Terima kasih."
Aku tersenyum menteng es krim yang ku beli. Namun seketika wajahku berubah muram melihat yeoja cantik itu sudah tidak duduk lagi dikursi taman. Es krim vanilla ini kubelikan untuknya. Katanya es krim vanilla dapat menenangkan pikiran.
Aku menghelakan nafas kasar. Hari semakin terik. Aku segera menuju mobilku. Ku letakkan es krim yang kubeli dijok sebelahku. Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang. Kim Jongin yang sekarang adalah orang yang sangat berhati-hati.
Oh Sehun POV
Deg
"Aghh.." Aku meremas perutku kasar. Rasanya sakit sekali. Maagku benar-benar kambuh. Aku harus segera ke rumah sakit. Keringatku mulai menetes dari pelipis.
Aku tak tahan lagi hingga akhirnya aku memilih naik taksi daripada harus naik bus. Di dalam taksi yang berhawa dingin membuatku sedikit tenang dan rasa perih berkurang.
Aku telah sampai di XO Seoul Hospital. Perih diperutku menghilang. Sakit maag memang rasa sakitnya kambuhan. Tidak ada salahnya kalau aku ke dokter dan meminta obat. Supaya aku bisa tenang.
Ngomong-ngomong rumah sakit, aku teringat Appaku. Kemana dia? Aku lupa terakhir kali bertemu. Ummaku juga. Aku merindukannya.
Aku mendecak kesal melihat Xo Seoul Hospital yang baru di renovasi. Di pintu masuk ada tangga yang cukup tinggi. Perlahan-lahan aku menaiki tangga.
Hawa dingin rumah sakit mulai menyapaku. Namun tidak suka hawa dingin disini. Baunya juga. Rumah sakit tempatnya orang sakit. Mana ada yang suka ke sini. Aku juga begitu.
"Cepat! Ayo kita cepat!"
"Cepat! Cepat!"
Sepertinya ada yang sedang dalam kondisi gawat. Dokter dan beberapa suster terlihat panik menuju lift. Ku doakan pasien agar selamat. Aku tersenyum dan segera menuju ruang administrasi.
"Ck apa-apaan sistem baru rumah sakit ini. Harus ambil nomor antri, menunggu lalu ambil nomor antri dokter, menunggu lalu baru antri yang sesungguhnya. Hhhh..." Gumamku diakhiri lenguhan.
Untungnya tak lama aku sudah mendapatkan nomor antri dokter. 59. Aku segera menuju ruang tunggu Dokter tersebut. Dokter Yunho specialis penyakit dalam.
Ting
Setelah beberapa lama, akhirnya giliranku masuk. Ternyata ya memang penyakit maagku kambuh. Aku harus menahan diri untuk tidak makan makanan yang terlalu pedas.
Setelah ini harus mengantri obat lagi dilantai 2. Lama-lama aku lemas karena belum makan. Kulangkahkan kaki menuju lift dan sampailah dilantai 2. Udara yang dingin membuatku ingin buang air kecil, aku pun memutuskan udah ke toilet terlebih dahulu.
Kim Jongin POV
"Annyeong Lulu."
Begitu masuk kamar Lulu, aku langsung dengan semangat menyapanya. Kemarin aku sudah sangat setres memikirkannya. Aku bahkan terbengong sendirian memikirkan apa yang harus aku lakukan. Sampai aku tidak keluar kamar, tidak mandi, tidak makan dan tidak sekolah. Namun Umma menyadarkanku.
"Jangan berlaku bodoh seperti ini. Rawat dia Jongin-ah. Nanti kau bantu dia untuk mengembalikan ingatannya. Jangan terus berpikiran ini terjadi karenamu. Nanti orang tuanya pasti mencarinya. Mianhae Umma tidak bisa menemanimu."
Agak iri juga sebenarnya dengan Umma temanku yang lain yang ummanya selalu berada dirumah. Tidak seperti Ummaku yang seorang wanita karir. Aku harus bangga juga sih sebenarnya. Umma bekerja untuk kepentinganku juga kan?
Sebagai orang yang bertanggung jawab, aku mengurus anak yang kutabrak. Wajahnya imut seperti rusa kecil. Dia juga lucu dan menggemaskan. Aku belum bisa berbicara banyak padanya karena kondisinya. Namun ia setuju kalau ia kupanggil Lulu.
"Annyeong Jo... Hm?"
Aigoo. Imut sekali anak ini. Ia lupa namaku. Huft. Namun Lulu begitu menggemaskan saat berkata 'Hmm' dan memiringkan kepalanya. Aku dari dulu ingin sekali punya adik. Apa ini jawaban dari Tuhan? Tapi aku juga memikirkan keluarganya, kasihan pasti.
"Jongin oppa." Aku menirukan suaraku seperti anak kecil. Lucu sepertinya hingga membuatnya tertawa kecil.
"Bagaimana kondisimu?"
Aku duduk disebelah ranjangnya. Dia menganggukan kepalanya mengartikan bahwa dia dalam kondisi baik. Aku senang melihatnya.
"Ku bawakan es krim untukmu Lu."
Wajahnya berubah menjadi berseri. Ia tersenyum lebar. Aku bisa menyimpulkan bahwa ia suka es krim. Ia langsung menyambar es krim vanilla yang ku taruh dimeja.
Agak tidak rela juga karena es krim yang vanilla itu kan untuk yeoja cantik tadi. Biarkan lah, lagi lupa aku mungkin tidak bertemu lagi dengannya.
"Annyeong." Dokter Leeteuk menghampiriku dan Lulu. Sepertinya ia ingin memeriksa kondisi Lulu. Ugh! Panggilan alam tiba-tiba datang.
"Lu, aku mau ke toilet dulu ya." Lulu pun mengangguk. Aku tersenyum pada Dokter Leeteuk dan melesatkan kakiku menuju toilet.
"Hahhh... Akhirnya." Lega sekali saat mengeluarkannya.
Oh Sehun POV
"Hahhh.. Akhirnya." Lega sekali saat mengeluarkannya. Aku melamakan diriku di toilet. Pasti lama sekali mengantri obatnya. Aku menatap diriku dicermin toilet. Aku tersenyum senang.
'Aku lumayan cantik juga sebenarnya. Wajahku memang putih pucat, namun kulit putih pucat tidak selalu seperti orang sakit kan?'
Aku menaruh kedua tanganku dipipiku dan kembali melihat cermin. Aku memang agak tidak percaya diri dengan warna kulitku. Ya mau bagaimana lagi. Ini turun dari Appaku.
Kembali keluar toilet, kembali lagi mencium aroma rumah sakit. Ugh. Aroma yang paling tidak kusukai. Sepertinya aku harus segara ke antrian obat.
Langkah kakiku terhenti seketika. Pandangan mataku terus terarah pada sosok yang terlihat berlari ke arahku ini. Sosok itu pun lewat begitu saja dihadapanku.
"Bae.. Baekhyun."
Aku tergagap dan membelalakan mataku. Tidak salah lagi! Itu kan Baekhyun! Aku berlari mengejarnya.
"Hiks.. Hikss.. Baekhyun! Baekhyun!"
"Hikss... Hikss.."
Aku terbengong melihatnya. Sosok yang kukira Baekhyun menangis mengumamkan nama Baekhyun. Apakah dia kembar dengan Baekhyun? Beberapa orang juga menangis.
Aku membelakan mataku seketika. Segera aku menutup mulutku dengan kedua mataku. Ku rasakan air mataku deras. Pipiku basah. Tubuhku melemas. Tidak sanggup melihat apa yang ada dihadapanku ini. Ditambah seorang wanita berumur yang meneriakan nama Baekhyun membuatku makin lemas karena perkataannya.
"Baekhyun! Jangan tinggalkan Umma! Jangan pergi! Jangan! Biar Umma saja yang pergi! Hiks... Aaaaa Baekhyuuuuuunn! Hikss..."
Tubuh Baekhyun terbaring diranjang dengan kondisi tidak bernafas keluar dari salah satu ruangan di rumah sakit ini. Kain putih sedada kini ditarik seorang Suster hingga menutupi seluruh wajahnya.
Aku menangis tersedu-sedu. Keluarga Baekhyun pun mengerubungi ranjang tersebut dan mengikuti Suster yang membawa Baekhyun. Aku juga ingin mengikutinya.
Deg
"Agh!" Teriakku.
'Jangan kambuh sekarang. Ku mohon.' Batinku. Keringat mulai mengucur dari pelipisku. Perih di perutku menjadi-jadi. Aku semakin menekan perutku yang rasanya perih sekali.
Orang-orang itu sepertinya sudah jauh. Oh tidak, Pandanganku mulai kabur. Kurasakan juga tubuhku oleng.
Bodoh. Kenapa begini saat disekitar sini tidak ada orang. Tubuhku lemas seperti tidak punya tulang. Namun aku bisa melihat ada sosok namja yang menghampiriku. Ku harap ia menolongku.
Buuuuk
Kim Jongin POV
Aku jadi ingin makan es krim itu. Aku harus cepat agar aku tidak makan es krim yang cair nantinya.
Tap tap tap tap
"Yak! Aish! Kenapa berlari dirumah sakit eoh?" ucapku pelan. Seorang yeoja berlari lewat dihadapanku. Aku tidak tau pikiran orang itu. Bagaimana bisa berlari dirumah sakit. Rumah sakit itu tempat orang sakit. Harus hening. Aku menghelakan nafas kasar.
'Ya mungkin sedang terburu-buru.' Batinku.
"Eh tunggu... Sepertinya aku pernah melihat orang itu. Agh tapi aku lupa! Aish Kim jongin kenapa kau jadi pikun begini?" aku mengacak rambutku pelan. Aku bingung kenapa aku pelupa.
Tap tap tap
Tak lama ada seorang yeoja lagi berlari lewat dihadapanku. Aku membelakan mataku. Kali ini aku ingat! Itu yeoja yang aku lihat duduk ditaman tadi.
Sreek
Dia menjatuhkan kertas. Saat aku melihat kearahnya, dia sudah berlari jauh. Segera ku pungut kertas yang ia jatuhkan. Ternyata kertas penebusan obat. Ini penting sekali kan?
Aku merutuki ucapanku tadi. Aku pun berlari mengejar yeoja itu. Malangnya aku, aku dihadapkan oleh seorang satpam bertubuh tegap yang melotot ke arahku. Seolah mengatakan harap-tenang. Aku mendecak kesal. Aku pun berjalan biasa.
Tak lama banyak orang yang sedang mengerumuni ranjang yang didorong lewat dihadapanku. Mereka semua menangis tersedu-sedu. Sepertinya baru saja ditinggal oleh seseorang yang terbaring. Namun aku tidak melihat yeoja berambut blonde tadi.
Makin kesini makin sepi, aku pun berlari-lari kecil. Ku tengok kesana kemari mencari yeoja tadi. Pandanganku pun terarah pada seorang yeoja yang sedang berjalan lemah.
Agak jauh memang, aku mempercepat lariku. Dia terus memegang perutnya. Sepertinya dia sedang kesakitan. Dia mulai keseimbangannya, kulihat tubuhnya oleng dan-
Buuuuuuuk
Segera ku tangkap tubuhnya ke pelukanku. Ku letakkan tanganku di pipinya. Kurasakan tubuhnya panas. Aku menepuk pipinya pelan.
"Hey! Bangun! Bangun!"
Yeoja itu pingsan. Aku pun menggendongnya ala bridal style. Saat menggendongnya ku rasakan tubuhnya ringan sekali. Apa dia kurang makan? Aku khawatir sekali.
..
"Nggghh... Mmhh.." Yeoja itu mulai bangun sepertinya. Ia menggeliatkan tubuhnya tak nyaman.
"Kau sudah sadar?" aku mendekatkan wajahku ke arahnya. Aku melihat satu per satu detail wajahnya, sangat sempurna. Lama kelamaan aku mendekatkan wajahku ke arahnya menjadikan wajah kami berdua cukup dekat. Tak lama ia membuka matanya. Sorot mata kami bertemu. Ia membelakan matanya saat melihatku. Aku terkejut dan menjauhkan wajahku.
Deg deg
'Apa-apaan jantungku ini hah?' rutukku kepada jantungku. Jantungku berdebar lebih kencang ketika sorot mata kami bertemu.
"Ngg..Ma..Maaf aku tidak bermaksud." Aku menggarukkan belakang kepalaku yang sebenarnya tidak gatal. Aku memang sangat tidak sopan tadi. Aku takut dia salah menilaiku. Sepertinya aku jatuh cinta padanya. Jatuh cinta pada pandangan pertama.
Dia tidak menjawabku, dia hanya menganggukan kepalanya. Kalau begini ia seperti Lulu, dan hmm wajahnya juga lumayan mirip. Ngomong-ngomong Lulu, ohiya aku sampai lupa. Ia mencariku tidak ya?
Yeoja itu ingin bangkit dari ranjang. Aku berusaha menahannya. Namun ia terlanjur sudah duduk. Tak lama ia pun menangis. Ia segera menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ini membuatku kelabakan. Aku pun menghampirinya.
"Ke...Kenapa kau menangis eoh?"
Yeoja itu menggeleng-gelengkan kepala masih sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia masih menangis. Aku tidak tau apa yang membuatnya menangis.
Sudah beberapa lama dia masih juga menangis dan dia tidak menanggapiku, aku memutuskan untuk pergi.
"Obatmu sudah aku tebus. Kata dokter kau tidak boleh makan makanan pedas. Istirahatlah. Aku pergi."
Saat aku ingin pergi, ada sebuah tangan yang menahanku. Itu tangan yeoja cantik itu. Ia segera mengelap air mata yang masih ada diwajahnya.
"Go..Gomawo ne." Ia berterimakasih padaku. Yeoja itu tersenyum tipis namun aku masih dapat melihatnya. Cantik sekali. Aku tersenyum dan pergi dari ruangan itu.
Oh Sehun POV
"Nggghh... Mmhh.."
'Aku ada dimana yaampun. Tubuhku serasa lemas sekali.' Batinku.
"Kau sudah sadar?" Aku menerjap-nerjapkan mataku. Aku belum sepenuhnya sadar. Lalu ada suara namja yang menyadarkanku. Aku membuka penuh mataku. Sontak aku langsung membelakan mataku melihat wajah namja itu tak lebih dari 5cm dari wajahku. Namja itu juga kaget kan menjauhkan wajahnya.
Deg Deg
'Apa-apaan namja itu membuat jantungku deg-degan begini.' Batinku.
"Ngg..Ma..Maaf aku tidak bermaksud." Namja itu membuka mulutnya. Dia menggaruk belakang kepalanya yang mungkin tidak gatal. Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Aku bangkit dari posisi tidurku menjadi duduk diranjang. Setelah beberapa saat aku ingat mengapa aku begini. Aku langsung ingat Baekhyun. Tuhan tolong ini mimpi saja!
"Hiksss..Hiks..." Tangisku pecah membayangkan wajah Baekhyun tadi. Yang pucat pasi dan tidak bernafas. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku dan menangis.
"Ke...Kenapa kau menangis eoh?" Namja itu berucap lagi. Sungguh dia ini mengangguku! Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.
Entah sudah berapa lama aku menangis. Aku benci ini bukan hanya mimpi.
"Obatmu sudah aku tebus. Kata dokter kau tidak boleh makan makanan pedas. Istirahatlah. Aku pergi."
Apa? Namja itu masih disini? Aku harus berterimakasih, bagaimana pun juga dia yang membawa ku ke sini. Dia juga telah menebus obatku. Jika aku dalam kondisi mood, aku pasti akan membalas kebaikannya.
Ku tahan lengan dengan tangan kananku. Aku mengelap air mata yang masih ada di wajahku dengan tangan kiriku.
"Go..Gomawo ne." Aku berterimakasih sambil memperlihatkan senyum tipis. Dia balas dengan senyuman dan langsung pergi.
Entah kenapa melihat senyumnya yang manis aku jadi deg-degan. Ku letakkan tanganku didadaku. Jantungku berdebar kencang.
'Ck apa yang kau pikirkan Sehun!'
Author POV
Ceklek
Seorang yeoja berumur sedang mengelus pelan rambut seorang bocah imut yang sedang terbaring diranjang. Namja yang baru masuk ke ruangan itu tersenyum melihatnya.
"Umma..."
Namja itu –Jongin- tersenyum. Ia menghampiri Ummanya dan memeluknya. Lalu pandangannya beralih pada seorang bocah imut yang terbaring diranjang.
"Lulu sudah tidur eoh?"
"Iya, Jongin-ah Umma mau bertanya."
"Ada apa Umma?" Jongin memposisikan dirinya duduk disebelah Ummanya.
"Tadi Umma sudah berbicara lumayan banyak pada Lulu. Apa itu nama dia eoh?"
"Hah? Itu nama pemberianku. Kenapa memang?"
"Benarkah? Sepertinya ia terlihat nyaman dengan nama Lulu. Dia tidak merasa asing."
"Bagus kalau begitu." Jongin tersenyum.
"Tapi Umma merasa ada yang aneh saja."
Jongin menatap Ummanya aneh.
"Lupakan. Jongin-ah, Umma sudah memikirkan ini dengan Appamu."
"Apa itu?"
"Bagaimana kalau kita angkat Lulu jadi adikmu. Dia tinggal di rumah kita. Dia amnesia dan kita susah juga menemukan keluarganya. Lagi pula dia juga bisa menemanimu kan? Kau setuju?"
"Tentu Umma!" Sontak Jongin memeluk Ummanya. Ia sangat senang. Sekarang dia mempunyai seseorang yang menemaninya di rumah.
Kim Jongin POV
Aku berkali-kali mengubah posisi tidurku. Entah apa yang membuatku tidak bisa tidur. Besok aku harus kembali bersekolah lagi. Sekarang aku sudah kelas 3 SMA seharusnya belajar dengan rajin.
Aku menghelakan nafas kasar. Aku kembali mencari posisi nyaman untuk tidur. Tiba-tiba aku teringat yeoja cantik tadi. Aku segera menutupi wajahku dengan guling.
Entah kenapa mengingat wajahku yang dekat sekali dengan wajahnya membuatku blushing. Ah bodoh! Aku lupa tidak menanyakan namanya. Dasar bodoh Kim Jongin.
Hari tidak sepenuhnya sial. Aku senang Lulu sekarang tinggal dirumahku. Lalu sekarang Ummaku juga berhenti dari pekerjaannya. Katanya ingin mengurus Lulu. Ya baguslah aku jadi tidak perlu terlalu memikirkan Lulu.
"Keluarga Lulu, Lulu baik disini."
..
Oh Sehun POV
Cuaca pagi ini cerah namun tidak dengan hati dan pikiranku. Hati dan pikiranku sungguh kacau. Tuhan tidak adil. Mengapa kesedihan terjadi bertubi-tubi dihidupku?
Aku masih belum bergerak dari tempat tidurku. Aku memilih untuk tidak sekolah. Aku sedang kacau sekarang.
Ponselku terus berdering. Pasti ingin mengabarkan berita duka yang tidak ingin aku tahui. Ku lirik sekilas layar di androidku. Aku membelakan mataku tak percaya.
Baekhyun meninggal. Chanyeol keluar dari sekolah dan singgah di Rumah Sakit Jiwa. Aku menangis sekarang. Air mataku mengalir dengan derasnya.
Aku menutup wajahku dengan guling dan menangis sekeras-kerasnya.
"Hikss...Hikss..Ummaaaaaa! Appaaaaaa! Hikss..."
Aku benci. Benci. Benci. Saat begini aku bingung ingin melampiaskan pada siapa. Tidak ada orang-orang disekelilingku. Semuanya pergi.
Umma tidak tau berada dimana. Appa sudah beberapa bulan ini tidak pernah mengunjungiku lagi. Entah kemana dia. Apa mungkin dia menikah lagi hah? Aku benci. Benci mengapa aku dilahirkan dikeluarga yang seperti ini?
Luhan entah dia dimana sekarang. Dia mungkin sudah sangat membenciku makanya ia tidak pulang.
Kim Jongin POV
Ceklek
"Lulu, kau sedang apa?" Aku memasuki ruangan yang sekarang adalah kamar tidur Lulu. Bocah imut yang ku tabrak beberapa hari yang lalu. Dia sedang serius menatap layar laptopnya. Layar laptopnya yang Umma berikan agar Lulu tidak kesepian.
Aku duduk dipinggir ranjangnya. Menatap wajahnya yang polos ketika ia tersenyum. Aku kembali mengingat perkataan Umma tadi,
"Jongin-ah, ada yang perlu Umma bicarakan?"
"Wae?" Aku yang sedang ingin siap-siap sekolah pun terganggu karena Umma menarik paksa lenganku hingga ke dapur. Aku hanya pasrah saja.
"Jongin-ah kau tidak usah sekolah dulu."
"Mwo? Yak Umma! Aku sudah kelas 12! Aku-"
"Ssst!" Umma memotong pembicaraanku hingga ku bingung.
"Umma hanya ingin mengutarakan apa yang ada dipikiran Umma."
"Katakan lah Ummaku Kim Ryeowook yang cantik."
"Menurut Umma, Lulu pura-pura amnesia!"
Aku hening seketika. "Apa?"
"Iya, dia terlihat berpura-pura. Ya begitulah. Umma tidak mengerti apa tujuan sebenarnya."
Aku hanya hening dan menggigit bibirku. Memang sih Lulu seperti orang yang sedang tidak amnesia.
"Nnggg coba kau terus perhatikan dia. Wajahnya sih tidak tampak seperti itu. Sangat polos dan menggemaskan. Ah sudahlah kau jaga dia dirumah tidak usah sekolah! Umma ada urusan!"
"Jongin Oppa! Kenapa bengong eoh? Sini." Lulu mengajakku bermain games dilaptopnya. Aku tersenyum dan duduk disampingnya. Kita pun tertawa bersama.
"Kalau seandainya benar Lulu pura-pura, apa tujuannya?" Batinku.
...
Drrt
'Umma calling'
"Waeyeo Umma?"
"Jongin-ah, kau beli kue black forest yang biasa kita beli itu ya. Kau tau kan? Teman Appamu baru saja mempunyai anak. Hihi."
"Kenapa tidak Umma saja eoh? Aku malas."
"Tidak ada alasan. Nanti malam kita pergi ke rumah sakit. Lulu sedang apa?"
"Tidur."
"Oh. Umma sedang arisan tau."
"..."
"Diam berarti kau mau. Daah Jongin sayang."
Aku mendecak kesal. Umma gemar sekali menyuruhku ini itu. Ku ambil kunci mobilku. Ku lajukan mobilku dengan kecepatan sedang.
Oh Sehun POV
Setelah mandi berjam-jam untuk mengurangi setres, aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan. Ku tatap bayangan diriku dicermin dan tersenyum.
Di sepanjang jalan, kulihat semuanya bergandengan tangan, bermesraan, tertawa dan sebagainya. Ku lirik sebelah kanan dan kiriku. Tidak ada siapa-siapa. Aku iri.
Ctaar
Petir tiba-tiba menggelegar dan hujan pun turun. Aku lari tanpa arah tujuan. Namun ku lihat ada sebuah toko kue yang beratap tak jauh dari tempatku sekarang. Ku percepat langkah kakiku kesana.
"Huuh. Kenapa tiba-tiba hujan?" Untungnya aku berhasil berlari cepat kesini walau basah sedikit.
Pandanganku terhenti melihat black forest yang terpajang cantik di lemari kaca toko kue itu. Sepertinya enak. Aku melangkahkan kakiku untuk mengantri.
"Aku ingin kue black forest yang ujung sana."
"Silahkan."
"Ini uangnya. Terimakasih." Aku tersenyum senang. Tidak sabar untuk mencicipi kue black forest ini yang kelihatannya enak sekali.
"Hahh.. Hhhh.. Kue black forestnya 1" Ku tengok ke belakang ada seorang namja yang tengah-engah. Sepertinya habis berlari. Mungkin untuk menghindari hujan. Ia terlihat ngos-ngosan. Kedua tangannya ditumpukan di kedua kakinya. Aku terkejut saat melihat wajahnya saat ia menegakkan tubuhnya. Namja yang menolongku kemarin.
"Maaf kue black forestnya sudah dibeli nona disana."
Ia segera menengok ke arahku. Sorot mata kami bertemu. Aku yakin pikiran kita sama.
"Mohon jangan menghalangi antrian." Sahut seorang yeoja di kasir.
"Maaf." Jawab singkat namja itu.
Entah bagaimana ceritanya, sekarang kami berdua sekarang duduk berhadapan di salah satu meja yang disediakan di toko kue itu. Sejak tadi kami berdua belum ada yang memulai pembicaraan. Aku memutuskan untuk memulainya.
"Aku-"
"Aku-"
Kami berdua bicara bersamaan. Kami berdua pun tertawa kecil.
"Aku berterima kasih atas kemarin ngg..."
"Kim Jongin."
"Jongin-ssi."
"Tidak perlu seformal itu, panggil saja Jongin. Ngg kau?"
"Aku Oh Sehun. Panggil saja aku Sehun."
"Sebagai ucapan terima kasih, kuenya untukmu saja Jongin." Ku geser kotak kue itu ke arahnya, namun Jongin Jongin menggesernya lagi ke arahku.
"Tidak apa untukmu saja. Aku bisa membeli yang lain."
"Oh yasudah." Aku tersenyum manis. Jujur aku ingin sekali memakan kue ini.
Sorot mata kami berdua bertemu. Jantungku deg-degan sekarang. Apa aku jatuh cinta padanya? Yaampun kami berdua baru dua kali bertemu.
Aku dan Jongin pun mengobrol bersama. Jongin orangnya sangat lucu dan membuatku nyaman. Sesekali dia membuatku tertawa. Tidak ku sangka ternyata kami berdua sama-sama kelas 12. Biarpun suasana sangat dingin. Aku merasa hangat bersama Jongin. Tuhan terimakasih telah mengirim Jongin.
Tanpa sadar kue black forest yang akhirnya kuputuskan kami makan bersama sudah habis. Kami berdua pun saling lirik.
"Nggg aku akan mengantarmu pulang. Boleh?" Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum manis. Aku senang sekali. Dia mengantar ku ke mobilnya sambil menggandeng tanganku. Ku rasakan wajahku memanas.
Dia membukakanku pintu mobilnya dan menutupnya. Jongin perhatian orangnya. Tidak lama dia sudah siap melajukan mobilnya. Dari pertama ku lihat mobilnya, sepertinya aku pernah liat. Dan sepertinya aku juga pernah melihat Jongin. Dimana ya? Jongin pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Ngg Jongin, sepertinya kita pernah bertemu ya."
"Kemarin kan di rumah sakit."
"Bukan itu, maksudku sebelumnya."
"Ngg entahlah. Aku tidak tau." Jongin masih berkonsentrasi menyetir. Pandangannya masih lurus ke depan.
Aku menganggukan kepalaku. Beberapa lama, aku pun teringat sesuatu.
"Oh iya! Ngg kau balap mobil?" tanyaku melihat ke arahnya.
Jongin terkejut. Ia melirik sebentar ke arahku dan menganggukkan kepalanya.
"Iya, bagaimana kau tau?"
"Aku.. Aku pernah diajak temanku." Jawabku pelan. Sungguh, mengingat itu mengingatkanku pada Baekhyun dan Chanyeol. Aku kembali sedih.
Jongin tidak menjawab. Ku lihat ke arahnya ia hanya menganggukkan kepalanya sambil memfokuskan pandangannya ke arah depan.
"Sampai." Jongin tersenyum lebar padaku.
Tak sadar, sekarang sudah sampai di apartementku. Aku pun membuka sabuk pengamanku. Namun sial ini sulit sekali. Aku jadi takut dibilang payah. Aku terus menarik-nariknya mencoba membukanya namun tidak berhasil. Aku menghelakan nafas kasar.
"Hhhh." Aku mempoutkan bibirku. Ku lirik Jongin, ia malah tertawa kecil. Ia mendekat ke arahku dan membukakan sabuk pengamanku.
Klik
"Huh keras sekali sih soalnya."
"Biasa saja. Tenagamu saja yang lemah!"
"Apa kau bilang?" aku menggembungkan pipiku.
"Kau harus banyak makan! Lihat! Pipimu tidak ada empuk-empuknya." Kedua tangan Jongin kini berada dipipiku. Ia mencubit-cubit kecil pipiku yang memang tidak berisi. Ku akui akhir-akhir ini aku juga jarang makan.
Aku melepaskan tangan Jongin yang semula dipipiku. Sungguh aku deg-degkan sekarang. Kurasakan jantungku seperti mau copot.
Jongin sepertinya sadar atas ketidaknyamananku. Ia segera keluar mobil dan membukakan pintu mobil untukku.
Ceklek
"Go..Gomawo Jongin." Aku tersenyum semanis mungkin. Ia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Jongin pun kembali ke jok kemudinya.
Setelah di dalam mobil ia langsung membuka kaca mobilnya sehingga kini ia dapat melihatku. Aku tersenyum. Pandangannya pun tak henti-hentinya mengarah padaku.
'Ngg bagaimana mengakhiri pertemuan ini ya?' Batinku. Aku mulai berpikir.
"Ngg Jongin!" Sahutku.
"Iya?"
"Bagaimana kalau kita bertemu lagi?"
"Ngggg... Mungkin kita jodoh! Aku pergi!" Jongin berpikir sebentar lalu menjawabnya lantang.
Bruum
Aku blushing seketika. Jodoh katanya? Hihi. Baru aku ingin menjawabnya mobil Jongin sudah tidak lagi hadapanku. Mobilnya sudah melesat jauh.
Apa mungkin dia malu juga? Kk~
Ku taruh kedua tanganku dipipiku. Ku pastikan pipiku memerah sekarang! Jantungku mulai berdebar-debar. Ditambah lagi aku ingat Jongin pernah menggendongku. Aih! Lancang sekali sih Jongin membuatku bisa jatuh cinta!
Ku buka pintu apartementku dengan rasa bahagia sekali.
TBC
Big thanks : nicerindi, Ayupadma28, DEPO LDH, GLux99, DiraLeeXiOh, Baby Magnae, MidnightPandragon1728, egsuoppa, hunnie13, KaiHunnieEXO, DiraLeeXiOh, YoungChanBiased
Mudah-mudahan masih ada yang ingat ff abal ini ya keke~
Jangan lupa tinggalkan jejak!
REVIEW PLEASE