Setengah Hati

Disclaimer : J. K. Rowling

Dia disana. Sedang berdiri sendirian. Sepertinya menunggu seseorang. Benar saja, tidak lama kemudian seorang gadis manis berambut merah menghampirinya. Memberi kecupan singkat dibibir dan kemudian berjalan bergandengan dengan wajah bahagia.

Sakit. Hatiku terasa sakit melihat pemandangan itu. Aku bahagia melihat wajahnya yang penuh dengan senyuman, senyuman yang begitu tulus dan penuh rasa sayang. Tapi jika sadar kalau itu senyum yang dia berikan untuk wanita itu aku hanya dapat meringis. Ingin rasanya senyuman itu ditujukan kepadaku.

Setelah dia menyelamatkanku dan juga kedua orang tuaku, rasa ini mulai muncul. Aku mulai mencari tahu kabarnya setelah perang besar terjadi. Tidak susah mengingat dia pahlawan dunia ini. Dimana-mana orang menyebut namanya, menceritakan kisah heroiknya, menggosipkan kehidupan percintaannya. Ya, dia seorang pahlawan yang sangat dicintai siapapun. Bahkan banyak fans club-nya yang berdiri. Rasanya aku ingin bergabung. Meskipun aku tahu itu akan sangat memalukan.

Kadang ingin menegurnya ketika aku tak sengaja melihatnya dijalan. Tapi, berfikir dia mungkin tidak berharap bertemu denganku aku jadi mengurungkan niat itu. Sudah cukup bagiku jika bisa melihatnya secara tak sengaja. Mensyukuri kejadian yang kuanggap takdir.

Aku berusaha sekuat tenaga agar bisa bekerja ditempat yang dekat dengannya. Sekarang kami satu kantor. Tempat kami bekerja berada dilantai yang sama. Nyaris setiap pagi aku selalu menunggunya. Aku tahu pukul berapa dia akan datang. Aku tahu dia akan menyapa setiap orang yang ditemui dijalan menuju ruangannya. Aku tahu dia akan ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum memasuki ruangannya. Aku tahu dia akan istirahat siang pukul berapa, dengan siapa dan dimana. Aku tahu semua kebiasaan-kebiasaan kecilnya. Seperti mengelap sendok dan garpu sebelum memakainya, mencium aroma makanannya sebelum dimakan, dan menutup mata ketika dia sedang minum.

Tapi, hanya aku yang tahu semua tentang dia. Dia tidak tahu apapun tentang aku. Atau bahkan dia tidak menganggapku ada. Mungkin dia hanya menganggap aku adalah salah satu dari banyak orang yang selalu memperhatikannya. Salah satu dari banyak orang yang berharap dapat dekat dengannya. Salah satu dari banyak orang yang patah hati ketika tahu dia telah bertunangan.

Ya, dia telah bertunangan. Seminggu yang lalu dengan seorang gadis berambut merah dari keluarga Weasley. Ginerva Weasley. Anak terakhir dan perempuan satu-satunya keluarga Weasley. Adik dari sahabat karibnya sejak masa sekolah. Orang yang memang telah menjadi kekasihnya sejak tahun keenam sekolah.

Rasanya duniaku kehilangan warna mendengar kabar pertunangan itu. Otakku secara langsung menolak menerima kenyataan dengan menganggap itu hanyalah sebuah gosip dari banyak gosip tentangnya. Tapi, begitu dia sendiri yang memberikan undangan pertunangan padaku aku kalah. Otakku kalah, hatiku hancur. Kenyataan telah diantarkan sendiri olehnya. Otakku sudah tak dapat membuat alasan lagi. Dia telah bertunangan. Harry Potter, sang pahlawan dunia sihir, telah bertunangan dengan Ginerva Weasley. Meninggalkan seorang Draco Malfoy, lelaki yang mencintainya sendirian. Dengan penuh rasa cinta yang tulus untuknya.

F i n.