Disclaimer : Naruto sepenuhnya milik Masashi Kishimoto. Cerita ini sepenuhnya milik saya.

Pairing : NaruHina

Genre : Romance

Rate : M

Warning : Typo, OOC, Gaje dan entah mungkin penyakit semacamnya yang ga bisa menjauh dari saya -_-

Sadistic Finance Manager ©_SheWonGirl_

Langit pagi Kota Konoha begitu mendung. Beberapa kali terdengar guntur yang menyambar dan kilat menghiasi langit yang semakin menghitam. Belum terjadi hujan. Gadis yang terlihat begitu manis itu mencoba keluar dari kerumunan orang yang berdesakan, mencoba keluar dari kereta api di peron nomor 5. Genap sepuluh menit sudah ia berusaha keluar dari kerumunan. Ia yang sudah tidak sabar langsung mengambil tas tangan yang ada di lengannya, ia menjinjingnya. Sedang tangan kirinya sibuk memasukkan novel roman yang ia bawa. Di dalam kereta tadi dia hanya mampu membaca 10 halaman dari 568 jumlahnya. Dengan sibuknya ia mengobrak-abrik isi tas merahnya yang bergambar bunga sakura, ia mencari train card pass yang sudah tentu ia butuhkan saat berada di entrance gate di depannya. Sedikit kepayahan ia, tetapi beberapa detik kemudian gadis itu menemukan train card pass miliknya berada diantara bedak dan lipgloss. Gadis itu sebisanya berusaha cepat dan keluar begitu saja dari stasiun hingga tak menyadari ia telah melakukan kesalahan.

Tepat saat gadis itu menuruni tangga yang ke enam, hujan deras tiba-tiba mengguyur. Ah, dia harus cepat atau tidak ia akan terlambat. Gadis itu berlari-lari kecil dibawah guyuran hujan. Sedikit kesusahan karena ia menggunakan high heels hitam mengkilap bertali yang menempel di kakinya, juga ia takut jika air yang sudah menggenang di aspal mencriprat ke kaki dan rok mini warna merah mudanya yang bermodel pias 6. Ingatlah, yang berlarian bukan dirinya saja.

Tak hilang akal, gadis itu berlari-lari disepajang emperan toko agar sedikit terhindar dari air hujan, ya walau blouse merah muda berlengan ¾ nya tak begitu terselamatkan dari guyuran tapi toh ia tak akan terlalu basah.

Gadis itu berhenti sebentar saat mengetahui fakta bahwa ponselnya berdering, tanda sambung ditelepon masuknya. Bergerak cepat - gadis bersurai indigo dengan potongan rambut ¾ punggung dan poni yang menjutai hingga atas alis wajah porselen miliknya - ia mengambil ponsel flip warna ungu dari tas sakura kepunyaannya lalu menjawabnya.

"Ya, Ino, aku sedang buru-buru kesana," ucapnya mendahului peneleponnya.

"Cepatlah atau ia akan mengamuk," jawab yang dipanggil gadis itu dengan sebutan Ino.

"Oke," jawabnya singkat lalu gadis itu memutus hubungan dan memasukkan hp flip yang berbandul boneka kucing kecil kedalam tasnya.

Gadis itu berlari lagi, tapi kemalangan sedikit menimpa dirinya. Saat ia berlari, kaki kirinya sedikit tidak seimbang sehingga dirinya terjatuh dan menyebabkan heels sepatunya patah. Gadis itu menyernyit menahan emosi. Mini skirt yang ia lindungi, blouse pink yang ia cintai dan tas bermotif sakura yang ia miliki semuanya kotor. KUSOOOOO! Musim panas yang menyebalkan.

Gadis indigo itu berhasil masuk di lobby perusahaan tempatnya bekerja setelah jam menunjukkan pukul 08.10 dan ia sudah puas berlari ria. Sudah begitu lenggang suasana di beberapa tempat karena para karyawan sudah memulai pekerjaan harian mereka. Gadis itu salah satu staff di divisi keuangan bagian penggarapan pajak.

Gadis itu segera menuju lift dan menekan angka 4, lantai dimana dirinya bekerja. Sedikit cacat – berjinjit – saat gadis itu berjalan ke ruangannya. Sudah barang tentu ia akan kena labrak oleh managernya yang super perfect karena dirinya terlambat masuk. Gadis itu langsung masuk begitu saja kedalam ruangan tanpa mengetuk pintu kemudian ia membuka suara, "Selamat pagi semuanya," ucapnya keras.

Beberapa pasang mata milik teman sejawatnya langsung menuju ke arahnya -bahkan manajernya-. Gadis itu menyunggingkan senyum manis, blouse pinknya terbuka dua kancing secara tidak sengaja dan menampakan buntalan yang tertutup oleh bra, kakinya ia posisikan secara vertikal agar menutupi heels cacatnya. Rambut indigonya sedikit lepek karena air hujan, bedak yang ia poleskan diwajah tirusnya sudah luntur tetapi itu tak masalah karena ia memiliki kulit seputih porselen, tidak ada masalah dengan bibirnya, lipgloss yang ia pakaikan tidak memudar. Beberapa titik air mengalir dari leher jenjangnya menuju dadanya dan hal itu membuat gadis indigo terlihat sedikit ...

'Sexy,' pikir Ino, teman si gadis indigo.

Gadis itu berjalan kearah meja milik manajernya. Tepat saat ia berada di depan meja manajernya, ia menunduk dalam. Takut jika harus menatap manajer berambut kuning nan jabrik itu.

"Maaf atas keterlambatanku manajer," ucapnya sungkan.

"Beri aku alasan kenapa kau datang terlambat?" tanyanya angkuh.

"Karena hujan, tadi aku ..."

"Bagus! Alasanmu karena hujan? Kau pikir temanmu yang lain juga tidak kehujanan, huh? Lagipula jika kau tidak terlalu idiot, seharusnya kau mampir ke swalayan dan membeli payung bukannya berlarian di emperan toko seperti monyet," ucapnya kesal di tempat duduk.

Gadis itu menatap polos ke arah manajernya lalu bertanya, "Apa manajer tadi di belakangku? Lalu apa kau membeli payung terlebih dahulu?"

"Ya," jawabnya singkat.

"Kenapa tidak menawariku agar sepayung denganmu?" tanyanya ragu.

"Kenapa aku harus menawarimu? Memangnya kau siapaku?" tanyanya sengit.

Gadis itu memajukan bibirnya, sedikit kecewa, "Manajer, kau amnesia? Aku kan bawahanmu."

Hanya selang beberapa detik sebelum sang manajer kuning membuka suara, teman gadis itu – Ino – menarik gadis indigo dan membawanya kearah pintu dan mengeluarkannya dari ruangan dan menyuruh gadis itu menunggu disana. Setelah itu gadis bernama Ino menghadap manajernya.

"Kenapa kau menyuruhnya keluar, Yamanaka," ucap pria kuning itu.

Gadis yang dipanggil Yamanaka itu hanya meringis dan berjalan mendekat ke tempat duduk manajer, "Tidak sopan jika aku mengatakannya dengan keras," ucapnya.

"Jadi kau ingin membisikannya padaku?" tanyanya, ia menaikkan alis sebelah matanya.

"Tentu saja, manajer," ucap gadis itu tersenyum menang.

Sadistic Finance Manager©_SheWonGirl_

Gadis indigo yang sudah berada di luar ruang kerjanya itu sedang berdiri bersandar di dinding yang bercat hijau muda. Tadi dirinya sudah dibisiki Ino agar dia menunggu dulu di luar, Ino lah yang akan menghadapi si manajer kuning, Uzumaki Naruto. Gadis itu berkedip beberapa kali menyadari hujan di luar sana sudah reda. Ia dapat melihat keluar karena di depannya terdapat dua buah jendela kaca yang setiap buahnya berukuran 1x1 meter. Gadis itu berjalan mendekat, masih dengan dengan high heels cacatnya. Ia membuka pengunci jendela lalu menarik slotnya. Angin yang tidak terlalu kencang menerpa wajah dan tubuh penuhnya.

Entah ide darimana dengan semangatnya gadis itu menaikkan rok bagian depannya, 'Dengan begini rok ku akan mudah mengering,' pikirnya, ia tersenyum penuh antusias.

Sedangkan pada saat itu juga si manajer kuning keluar dari ruangan. Ia memperhatikan gadis itu terlebih dahulu. Begitu parah menurut kaca pengamatannya yang ia mulai dari tubuh bagian bawah gadis itu hingga ke atas, dari high heels patah, betis yang tak bersih, rok yang basah dan sedikit kotor – dan parahnya gadis itu membuka bagian depan – lalu blouse pink yang transparan karena air hujan hingga menampakkan bra putih yang berhias strawberry merah – hijau, tidak salah jika Ino mengusirnya keluar terlebih dahulu.

"Celana dalammu tidak sexy, Hyuga-san," ucapnya seraya mendekat.

Gadis yang dipanggil Hyuga itu tersentak dan buru – buru melepaskan roknya lalu berbalik menghadap si rambut kuning. Gadis itu menatapnya sebentar – mempertemukan lavendernya dengan biru tosca manajernya untuk sepersekian detik – lalu meluruskan mini skirtnya.

"Aku hanya ingin ..."

"Ingin apa? Mengeringkan rokmu tapi memperlihatkan celana dalam yang bahkan anak sd tak lagi memakainya?" tanyanya datar.

Gadis itu hanya tersenyum kecut menanggapi komentar manajer kuningnya itu, tak tahu harus menjawab apa karena perkataan si manajer mungkin benar adanya.

Hening. Tak ada suara lagi, yang ada hanyalah angin sepoi yang masuk lewat jendela kaca yang dibuka oleh Hyuga tadi. Detik berikutnya yang ada hanyalah helaan nafas dari sang manajer.

"Gomenasai," lirih Hinata, "Lain kali aku akan ..."

"Hinata-chan," panggil suara dari arah pintu. Ino sudah berjalan dari arah sana dan menuju ke tempat mereka. Ia menjinjing sebuah shopping bag berwarna hitam. Kedua orang berbeda jenis itu menatap Ino. Ino menyerahkan shopping bag pada Hinata dan gadis itu menerimanya.

"Didalamnya ada blazer tertutup, kau bisa mengganti blouse mu dengan itu, kau tahu Hinata-chan pakaianmu terlalu memprovokasi," ucap Ino, ia mengerling pada Hinata.

"Kenapa tidak bilang dari tadi Ino?" tanya Hinata, kemudian hal pertama yang ia lakukan adalah menyilangkan tangannya di depan dada.

Sedang sang manajer sudah beranjak, berjalan dari tempatnya dan dengan segera Ino membuka suara, "Huh, anda sudah ingin kembali, manajer?"

"Aku tidak ingin menghabiskan waktuku untuh chit chat, segeralah bekerja," ucapnya tanpa ekspresi lalu berbalik, berjalan dan menghilang di balik pintu.

Gadis berdada cukup besar itu – Ino – tertawa, "Bukankah dia itu eccentric*?" tanya Ino.

Gadis indigo itu hanya bisa mengangguk – angguk, "Mungkin Ino-chan."

"Cepatlah ganti bajumu Hinata-chan," ucap Ino, ia menyungging senyuman.

"Oke, terima kasih atas pinjaman blazernya," ucapnya, gadis Hyuga itu buru – buru berjalan ke arah kamar mandi.

"Hah, dia melupakan yang satu ini," ucap Ino, ia menutup jendela kaca dan menguncinya.

Sadistic Finance Manager ©_SheWonGirl_

Beberapa jam sudah berlalu sejak acara keterlambatan si gadis Hyuga. Ia memakai blazer hitam pinjaman dari Ino yang tentu saja sedikit kebesaran untuk ukuran gadis Hyuga, sedang blouse kotornya ia serahkan pada Ino dan gadis itu berjanji pada Hinata jika blouse pink miliknya akan bersih dan rapi nanti sore. Katanya dia sudah menitipkannya pada seseorang agar di laundrykan. Sedang untuk high heels hitamnya – yang gadis Hyuga bilang bahwa mereka pemberian nii-san nya saat ulang tahun kemarin – diakali oleh gadis Hyuga itu dengan mengelemnya kembali, sehingga mau tidak mau gadis itu berjalan tanpa alas kaki diruang kerjanya dan ya, heels itu ia letakkan dibawah meja.

Didalam ruangan tempat ia bekerja – dia, 11 orang staff lainnya plus manajer kuningnya – dibagi beberapa meja berbentuk meja sekat, kecuali meja manajer yang berdiri sendiri. Ruangan itu cukup besar, ada rak-rak dan almari penyimpanan berkas, 5 buah lukisan kecil tapi terlihat apik, ada 1 set sofa yang di bentuk setengah lingkaran dan semuanya menghadap dinding kaca – begitu menyegarkan – karena pemandangan yang disuguhkan adalah gunung Fuji.

Gadis itu sedang berkutat dengan komputer di mejanya, dari meja manajer, meja yang ditempati gadis indigo itu begitu kentara. Beberapa kali gadis itu diperhatikan oleh sang manajer bahkan hal itu di sadari oleh Ino yang duduk di sampingnya – tempat mereka berdekatan – satu dengan yang lainnya.

"Hina, sepertinya feelingku memang benar-benar tepat, manajer kuning itu menyukaimu," ucap Ino.

"Don't be daydreaming, darling," ucapnya lucu. "Pandanganmu sepertinya tertutup oleh permen kapas," cela Hinata. Ia masih berkutat dengan komputer di depannya.

"Kau menyesal nantinya jika tidak mendengarkan ucapanku, jika kau percaya padaku, kau yang seharusnya menyerangnya duluan," ucap Ino yakin.

"Dia galak padaku, Ino. Walau pada yang lainnya juga, tapi tak separah diriku" ucap Hinata, sekarang dirinya menatap ke arah Ino.

"Karena kau istimewa makanya kau diperlakukan berbeda," ucap Ino, ia terkikik geli.

"Berhentilah sekarang juga dan lanjutkan pekerjaan kalian," ucap Naruto yang sudah berada di antara wajah mereka – tak tahu ia muncul dari mana.

Ino segera kembali ke pekerjaannya tanpa komando yang ke dua, sedang Hinata membuang muka. Mungkin mukanya sekarang begitu memerah karena malu. Tak berhenti begitu saja, Naruto mengikuti arah wajah Hinata, sekarang dia berdiri di belakang kursi Hinata dan wajahnya sudah berada di samping kepala Hinata. Hampir saja hidung gadis itu mengenai pipi Naruto.

"Hyuga-san, sebaiknya kau mencari sesuatu untuk mengaitkan blazermu, dari tempatku aku masih bisa melihat bra ichigo (strawberry) mu," ucapnya berbisik di telinga putih Hinata. Napasnya telak masuk di daun telinga gadis itu. Membuat gadis itu memiliki getaran aneh dan geli.

Belum cukup disitu, manajer kuning itu memegang juntaian rambut yang berada di pipi kanan Hinata, lalu membenahinya, ia meletakkannya di belakang telinga gadis itu, "Aku suka rambut barumu," ucapnya lagi. Barulah kemudian ia benar – benar pergi sedang gadis itu menunduk dalam lagi. Tapi setelah itu gadis manis berambut indigo mengekor bayangan pria bersurai kuning, benar sekali, gadis itu memang menyukai si pria kuning.

Pria itu memiliki karunia wajah tampan khas pria Jepang yang sepertinya sudah 'dikutuk' semakin dewasa semakin terlihat ganteng. Mata tosca nya yang indah, hidung mancung, alis tebal. Senyum manis – yang pernah dijumpai oleh Hinata – dan tatapan tajam matanya menjadi nilai plus tersendiri. Tulang rahang wajah yang sempurna dan kulit halus serta mata khas nya, membuat Naruto mampu membuat dirinya lemas hanya dengan tatapannya. Belum lagi bentuk tubuh seksi dan dada bidangnya. Arrggg... gadis itu pengagumnya dan itu membuat dirinya nelangsa.

Sepersekian detik setelah inner selfnya berbicara dan ia membayangkan sesuatu yang tidak seharusnya, gadis itu menepuk-nepuk pipinya dan kegiatan itu tak luput dari jangkauan pandangan si surai kuning bermodel spike.

T B C

*Nyentrik : berperilaku, bergaya eksentrik, aneh, tidak wajar