.My BOY.

Author: Park Ona

Cast: ChanBaek, slight KrisTao, HunHan, Kaisoo, and more.

Genre: Romance, Comedy

Rating: M

Length: Chaptered

Summary: Byun Baekhyun, mahasiswi Sungkyunkwan tingkat akhir, menolak dijodohkan karena ingin bebas. Hidupnya berantakan dan urakan menjadi pelampiasannya di tengah rasa kesepian. Tak ada seorang pun namja yang mampu menaklukkan hatinya. Kecuali 'orang itu'. Mampukah Baekhyun mengatasi permasalahannya?

Warning: Genderswitch, OOC, typo, tidak sesuai EYD.

.

.

Don't like Don't read

.

Give me review please

.

Be Good Readers, NO PLAGIAT

.

Happy Reading

.

.

Kaki mungil itu dihentakkannya, baju kemejanya digelung hingga batas siku, rambut panjangnya di ikat ekor kuda asal, tas punggung tersampir di bahu mungilnya. Ia berjalan tergesa memasuki rumah paduan semi Korea dan Eropa di depannya.

BRAKK

"Hahahaha…"

"Eomma, ada a_ eh, ada tamu." gadis itu membungkuk hormat setelah membuka pintu berukuran 3 meter dengan kasar. Ia harus bersikap baik saat ini. Didepannya sudah ada kedua orang tuanya dengan sepasang suami istri yang dikenal.

"Ah, baru saja dibicarakan. Mari masuk sayang." Yeoja 40 tahunan yang duduk paling ujung mendekati pintu melambaikan sebelah tangannya. Mengajak anak perempuannya bergabung dengan mereka.

Gadis itu menurut. Ia mengambil posisi di sebelah ayahnya yang masih memakai jas lengkap dengan dasinya.

"Baekhyun, ini teman appa dan eomma. Kim ahjussi dan ahjumma. Mereka pemilik Kim Company, perusahaan textile yang terkenal itu."

Baekhyun berdiri dan memberi salam. "Joneun Wu Baekhyun imnida."

Suami-istri itu tersenyum. "Dia memang sangat cantik."

"Baekhyun, kami kemari membicarakan sesuatu. Ini mengenai perjodohanmu."

.

.

"Tidak mau! Sampai kapan pun aku tidak akan setuju!"

"Baekhyun, ini semua sudah diatur. Kau akan menikah dengan salah satu anak dari keluarga Kim. Ini untuk menjaga kelangsungan bisnis keluarga kita." Yeoja paruh baya itu menghentikan gerakan tangannya.

"Eomma, bukankah ada Sehun? Dia bisa mengambil alih perusahaan. Lagipula aku tak terlalu mengerti bisnis."

"Untuk itulah kau dinikahkan dengan salah satu dari mereka. Calonmu itu lulusan Amerika dan sudah berhasil mengembangkan perusahaannya sampai ke Cina. Dia yang akan memimpin perusahaan nantinya. Bukankah dulu kalian dekat dan kau selalu merengek ingin bermain di rumah mereka saat libur?"

"Itu dulu. Toh aku sudah lupa dengan mereka." Baekhyun meminum jusnya.

"Baekhyun!" Yeoja itu menggenggam erat sendok dan garpunya. Berdebat dengan anak pertamanya ini selalu membuat emosinya naik.

"Sampai kapanpun aku tidak mau. Ini bukan jamannya perjodohan eomma. Menikah dengan orang yang sudah terlupaka itu menyedihkan eomma. Cih. Aku mau mencari sendiri pendamping hidupku nanti, bukan sekarang. Kuliah saja belum lulus." Baekhyun memundurkan kursinya dan mengambil tas punggungnya. "Aku selesai. Aku akan tinggal di apartemen. Skripsiku harus selesai minggu ini. Dah appa, dah eomma" Ia berjalan meninggalkan orang tuanya yang masih berkutat di meja makan sambil melompat kecil. Membuat sang appa dan beberapa maid di sana tersenyum.

"Yak! Wu Baekhyun, tunggu! Wu Baekhyun!"

.

.

Beep Beep Beep Beep

Tek

Beep Beep Beep Beep

Tek

Beep Beep Beep

BRAKK

Drrtt Drttt Drrtt Drtt

"Haih, apa lagi sihh… Hm?"

"Yak Wu Baekhyun! Jam berapa ini? Kau belum bangun?"

"Aku masih ngantuk eomma. Aku baru tidur 2 jam lalu."

"Hhh… cepat bangun dan bersiap. Bukankah hari ini kau harus bertemu dosenmu?"

"5 menit lagi."

"Yak, Wu Baekhyun! Jangan tidur lagi!"

"Apa sih eomma?! Aku benar-benar butuh tidur!"

"Eomma hanya ingin membangunkanmu sayang." Suara eomma Baekhyun melembut.

"Hm…"

"Baekhyun"

"Ne?"

"Eomma akan membatalkan pernikahanmu."

Baekhyun tersentak. Ia mengangkat kepalanya dari atas meja. "Jinjja?"

"Ne. Dengan satu syarat."

"Haish, eomma memang pelit. Selalu begitu."

"Kau mau atau tidak? Eomma harus menahan akibatnya jika sampai pernikahanmu batal. Kau tahu?"

"Ne, ne. eomma buat telingaku berdengung. Apa syaratnya?"

"Kau harus membawa namjachingumu ke rumah besok."

"WHAT!"

"Jangan berteriak! Suaramu itu cempreng"

"Apa tidak ada syarat lain eomma?"

"Kenapa? Kau tak bisa? Setahu eomma anak kesayangan eomma ini tidak memiliki namjachingu. Bukan begitu? Khekhekhekk"

Glek

"Eomma tunggu besok jam 7 malam di rumah. Dia harus lulus seleksi appa dan eomma. Jika kau tidak datang, pernikahan akan dilanjutkan. Suka atau tidak suka. Sampai jumpa, nikmati harimu sayang."

Tuut

Baekhyun menatap smartphonenya horor. "Apa sih maumu eomma? Kenapa main paksa segala. Huahhh…. Dimana aku mencari namjachingu instan?"

Wu Baekhyun, merupakan anak pertama dari keluarga terpandang. Appanya seorang pengusaha terkenal Wu Yi Fan dan sang eomma pemilik butik KriZi yang sedang tenar, Wu ZiTao. Baekhyun hidup terpisah dari kedua orangtua dan adiknya sejak umur 18 tahun. Ia tinggal di apartemen premium seorang diri. Diumurnya yang ke 22 tahun ini, yeoja bertubuh mungil ini tidak memiliki namjachingu. Bagi gadis penggila eyeliner ini, kehadiran seorang namja dalam hidupnya hanya akan mengganggu dunianya. Baekhyun lebih senang berkutat dengan gambar sketchbook karena ia kuliah di jurusan arsitektur. Ia biasa tampil dengan rambut panjangnya yang di ikat ekor kuda asal, baju kemeja besar dan skinny jeans yang terkadang robek di bagian lutut, sepatunya dominan sneakers, dan tak lupa hampir selalu terlibat perkelahian di kampus. Baekhyun berkelahi bukan untuk tawuran, melainkan membela temannya yang kebanyakan yeoja lemah yang menjadi bahan bullying.

Baekhyun sangat membenci dress. Bisa dihitung dalam setahun berapa kali ia memakai baju wanita tersebut. Wajahnya yang putih dan bersih hampir tak pernah tersentuh make up. Kecuali eye liner yang hampir selalu menghiasi mata sipitnya. Ia terbiasa dengan dunia ini sejak remaja. Sebagai pelampiasan kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan.

Eomma Baekhyun, sangat khawatir pada perkembangan anak perempuan mereka. Di usianya yang sudah beranjak dewasa, tak pernah sekalipun ia berjalan dengan namja, kecuali adiknya, Wu Sehun, atau sang appa. ZiTao takut Baekhyun tak akan menikah karena sifatnya yang cuek dan berantak. Ia tahu kenapa Baekhyun yang dulunya manis dan imut berubah. Baekhyun hanya kekurangan kasih sayang orangtuanya. Oleh karena itu ia menjodohkan anaknya dengan salah satu anak dari keluarga Kim. Mereka sangat dekat dengan gadis manisnya sejak kecil dan berpisah ketika remaja saat keluarga Kim pindah ke Jepang. Eommanya berharap dengan adanya seorang yang bisa menjaga gadis kecilnya, ia akan berubah. Tapi sepertinya Baekhyun membenci hal ini.

Baekhyun mengacak rambutnya kasar. Ia berdiri dan berjalan ke kamar mandi.

"Appo.." Baekhyun mengangkat kakinya. Ia melihat lantai dibawahnya. Terdapat pecahan jam weker yang tadi dibantingnya. Baekhyun menghela nafas. Ia berjinjit mengambil sapu dan tempat sampah. Membersihkan pecahan itu dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri dan membersihkan kakinya yang sudah bermandikan darah.

.

.

.

.

SRAK

Koran pembungkus tubuh itu terbang entah kemana. Tubuh itu bergeliat tak nyaman, kursi panjangnya berderit. Hawa dingin menyapa kulit mulusnya mengingat ini baru jam 5 pagi dan ini di bawah kolong jembatan. Tak ada apapun disini, hanya beberapa orang yang berbaring menemaninya. Mereka sama sepertinya, lusuh dan berantakan. Beristirahat sejenak dari hingar bingar kota, mempersiapkan diri menyambut datangnya hari esok.

Namja itu mendudukkan tubuhnya. Punggungnya sakit karena tertekuk terlalu lama. Dibawahnya seorang namja berbaju necis tidur dengan posisi duduk.

"Ck, anak ini. Kusuruh pulang malah ngotot." Namja itu berdiri dan meninggalkan tempat itu. Ia berjalan tak tentu arah mengikuti kemana pun kaki melangkah.

"Hyung, kenapa kau meninggalkanku?," pemuda berpakaian necis itu sedikit berteriak sambil menstabilkan nafasnya yang memburu. Ia baru saja berlari mengejar orang yang seakan tak peduli keberadaannya.

"Pulanglah, kau tak cocok hidup begini". Namja itu terus berjalan tanpa menghiraukan si necis.

"Berhentilah bermain hyung. Aku lelah mengikutimu terus. Kembalilah."

"Aku akan kembali jika aku lelah. Sayangnya aku belum lelah. Sampaikan salamku pada tuan dan nyonya Kim. Aku sangat menyayangi mereka." Ia melambaikan tangan lalu belok di persimpangan.

Namja itu berkacak pinggang. "Kapan kau akan menemui yeoja itu jika kerjamu bermain-main saja. Dasar aneh. Pantas mereka bilang kau beda."

.

.

.

Baekhyun melambung dan menangkap benda persegi miliknya. Ini pukul 8 pagi, bukan waktu yang tepat untuk menghubungi 'orang itu'. Tapi ia harus melakukannya karena ia sangat membutuhkan bantuannya. Orang itu sangat pandai dalam urusan seperti ini. Bahkan sudah memiliki banyak koneksi dan koleksi yang tak terhitung jumlahnya. Sangat sepadan dengan wajah tampan nan datar miliknya.

Wajah stoic pucat memenuhi layar benda persegi itu. Berulang kali ia membuang nafas untuk memilih. Akhirnya, setelah 2 jam menimang ia menggeser layar dan menunggu jawaban disana.

"Yeo..boseyo?"

"Kau masih tidur?"

"N-ne. Adahh apa sshh"

Baekhyun mengernyitkan dahi. Suara namdongsaengnya terdengar mendesah. "Kau bercinta?"

"Sedikit. Mmmhh, biarkan aku menerima telpon dulu!"

Benarkan. Ini yang kumaksud untuk tidak menghubunginya di jam 8 pagi. Karena pada jam segini, ia akan menikmati sarapan paginya.

"Ada apa noona?"

"Aku butuh bantuanmu."

"Kenapa tak pulang? Kita bisa bicara dirumah."

"Semua ruangan di pasang CCTV. Aku tak mau didengar appa dan eomma."

"Tidak dikamarku. Ada masalah?"

Baekhyun tampak berpikir. "Aku butuh namja sewaan."

Orang itu terdiam. Lalu tertawa keras. "Kau pikir kami barang?"

"Bukankah kau melakukan hal yang sama? Sudahlah. Aku hanya membutuhkannya sebentar. Mungkin seminggu atau sebulan. Pokoknya setelah eomma membatalkan pernikahanku. Setelah itu terserah mu."

"Secepat itukah? Kau tak ingin bermain-main dulu?" terdengar suara desahan diseberang sana.

"Aku hanya butuh untuk mendiamkan eomma."

"Baiklah jika itu maumu. Jam 10 malam jemput aku. Jangan lupa siapkan uangmu. Kita akan bermain barter"

"Albino pelit!"

"Itu barangmu noona, kau harus membelinya sendiri. Arrghhh… Kemari kau yeoja nakal! Mmpphhtt"

"Cih, kalian menjijikkan."

Tuutt

Baekhyun melempar benda itu. "Arrghhh… untung aku terlahir duluan." Baekhyun merinding mengingat suara tadi. Ia akui namdongsaengnya sangat tampan dan populer di kampus. Terkadang ia risih dengan teman sekelasnya yang selalu meminta nomor handphone namdongsaeng kesayangannya. Mereka bahkan rela dimadu hanya untuk merasakan pelukan seorang Wu Sehun yang terkenal sebagai Prince of player.

Wajah tampan, tubuh tinggi, kulit putih, tatapan datar, semua didapat dari gen sang appa yang sangat rupawan. Termasuk julukan God sex yang melekat karena appa mereka sendiri seorang father of God Sex, yang mampu membuat sang eomma tak bisa bangun selama seminggu. Bahkan beberapa kali Baekhyun dan Sehun menyaksikan adegan bercinta keduanya secara live.

Baekhyun menghidupkan mobilnya. Berjalan perlahan meninggalkan parkiran taman. Pandangannya berhenti pada seorang namja yang duduk membaca koran di bawah pohon. Curly hair nya bewarna cokelat caramel, bajunya lusuh dan celana yang robek dibagian lutut, pipinya berisi dan hidung mancung. Ia terdiam sesaat.

"Tampan."

Namja itu mendongak. Menggidikkan bahu dan kembali fokus pada lembaran di tangannya.

Baekhyun menampakkan wajahnya sedikit demi sedikit dari kaca jendela. Takut ketahuan jika ia mengintai namja itu. Tapi yang dicari sudah menghilang. "Eh, kemana dia?" Baekhyun turun dan mencari-cari si curly hair tadi. Namun nihil. Ia kembali ke mobil dan melajukan kendaraannya.

"Menarik."

.

.

.

Lompatan terakhir membuat pemuda berkulit putih pucat mendarat sempurna tepat di depan mobil BMW Mini Silver.

"Aku belum mau mati muda Sehun."

Namja itu membuka pintu depan dan duduk di samping pengemudi. "Kalau tak begini, kau tak akan mendapatkan barangmu noona. Appa sedang lembur, jadi aku harus memanjat. Ayo jalan. Kita bisa menikmati makan malam sebelum kesana. Masih ada 45 menit sebelum pukul 11." Wajah itu menampilkan senyum menawannya hingga kedua matanya segaris.

Baekhyun memutar mata malas dan menjalankan mobilnya.

Baekhyun memasang wajah datarnya. "Jadi ini yang kau maksud dengan barter?"

"Yak, siapa selanjutnya? Mr. Lau dengan harga 40 juta dolar miliknya. Ada yang lebih tinggi lagi?" suara namja paruh baya di depan panggung mengalun di antara lautan manusia dengan asap rokok dan kilat nafsu.

"Aku benci pelelangan." Baekhyun menyeruput bubble teanya. Sebelah tangannya bergerak kekanan kiri menghambur asap rokok yang melintas di depannya.

"Hahaha, tenang saja noona. Kau bisa mengembalikan barangmu jika tak terpakai kemari. Dan kau akan mendapat fee jika barang itu terjual lagi. Tak kan ada ruginya selama itu urusan bisnis."

"Sayangnya aku tak punya otak licik sepertimu Wu Sehun."

Sehun hanya tertawa sementara Baekhyun terbatuk karena asap itu lolos ke paru-parunya.

"Ini namja terakhir malam ini. Kami mendapatkannya tadi pagi. Silahkan keluar."

Semua orang menatap panggung dengan pandangan waswas. Seorang namja berbadan bak model berjalan ke tengah panggung. Wajah tampannya menatap lautan manusia bercampur polusi asap. Ia mengacak penglihatannya dan menemukan suatu titik yang membuatnya tersenyum hangat. Seorang gadis dengan bibir yang menempel di sedotan bubble tea dan kemeja kebesarannya.

"Seorang namja yang tak kami ketahui namanya. Ia tampan dan tinggi. Bisa kalian jadikan budak atau pemuas nafsu. Ada yang berminat? Kita mulai dari harga 30 juta dolar."

Rata-rata pengunjung yang sebagian besar berisi namja bertubuh bongsor dan kepala plontos itu mengacungkan tangan. Berbagai harga ditawarkan. 32, 35, 40, 50, 51, 56, 60 juta dolar, dan seterusnya.

"Apa kau tertarik noona?" Sehun menoleh kesamping. Yang dimaksud hanya mematung. "Hhh… 70 juta dolar." Sehun mengacungkan tangannya. Semua orang melihat ke arahnya. Ia kembali memasang wajah datar.

"Hei, pabo! Kenapa kau tawar semahal itu?" Baekhyun baru tersadar dari lamunannya.

"Aku yakin tabunganmu lebih dari 200 juta noona, tak ada salahnya kan sedikit bersedekah." Sehun mengerlingkan matanya. Baekhyun mendengus kesal.

"70 juta dollar. Ada lagi?"

"74 juta." Seorang pria gemuk dengan wajah aneh senyum-senyum ketika mengangkat tangannya. Ia memandang namja yang ada di atas panggung dengan penuh nafsu.

"Ada lagi?"

Hanya terdengar bisik-bisik di area penonton. Tak ada yang berani menawar lebih tinggi.

"Baiklah, tuan Yang menawar 74 juta dolar. dalam hitungan ketiga namja ini menjadi milik tuan Yang. 1, 2, …"

"75 juta" Baekhyun mengacungkan telunjuknya. Semua orang menoleh kearahnya. Seorang yeoja berani menawar namja itu dengan harga fantastis. Ini langka. Namja itu tersenyum padanya. Baekhyun hanya menatapnya datar.

"Sudah kuduga kau pasti tertarik." Sehun melipat tangan didada.

"A—aku bilang 75 juta."

"Baiklah agasshi. 75 juta dollar. Dalam hitungan ketiga akan menjadi milik anda. 1, 2, 3,"

Tokk tokk tokkk

.

.

Baekhyun menghempaskan tubuhnya ke sofa di ruang tamu. Ia memijat pilipisnya. "Jangan sampai eomma menemukan buku tabunganku. Hehh, aku harus berdiet selama 5 tahun!" ia membuang nafas kasar mengingat apa yang baru saja dilakukannya. Memberikan uang tabungannya 75 juta dolar untuk membayar seorang namja yang tak dikenalnya membuatnya terserang vertigo mendadak. Ia tak terbiasa menghabiskan uang dalam jumlah besar apalagi sebesar itu dalam satu malam. Setelah ini ia harus siap melembur di kafe milik Kyungsoo, sahabatnya, dan mencari pekerjaan sampingan lainnya untuk membayar tagihan kartu kredit serta mengembalikan uang itu.

"Agasshi, anda baik-baik saja?"

Baekhyun mengangkat kepalanya. Ia memandang namja yang masih berdiri di hadapannya. "Apakah kau yang berbicara tadi?"

Namja itu mengangguk.

"Oh, God. Wajahmu manis dan tampan, tapi suaramu seperti ahjussi 40an. Lengkap sudah." Baekhyun kembali menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ia menutupi matanya dengan telapak tangannya. "Kau tidurlah di kamar tamu. Di samping kamarku. Didalam lemari ada baju Sehun yang tertinggal. Pakailah untuk sementara waktu."

SREK SREK

Namja itu membungkuk memunguti kertas yang berserakan di depan Baekhyun.

"Tak usah dibersihkan. Besok saja kuurus. Kau tidurlah." Baekhyun berdiri dan mendongak. Namja itu sangat tinggi darinya. "Pukul 8 kau harus bangun dan bersiap. Aku benci keterlambatan. Arrachi?"

"Baik agasshi."

"Satu lagi. panggil saja Baekhyun saja. Kau bukan pelayanku."

"Baiklah Baekhyun."

"Aku ada dikamar. Jika butuh sesuatu ketuk saja. oia, siapa namamu?" Baekhyun berdiri di depan kamarnya siap membuka kenop pintu.

"Chanyeol."

"Chanyeol, kau akan memulai tugasmu besok. Jaljayo"

.

.

.

"Hoi Chanyeol. Cepatt. Ini sudah jam 7.50" Baekhyun memakai sneakersnya dengan tergesa. Ia baru tertidur pukul 3 dan terbangun pukul 6, lalu keluar untuk mengantar koran pagi dan kembali pukul 7. Sarapan pagi berupa membuat sandwich isi telur keju terbungkus rapi di tasnya. Ia bisa memakannya dimobil.

"Maaf Baekhyun. Tapi sepertinya celana ini kependekan dan_ Baekhyun? Baekhyun?" Chanyeol melambaikan tangannya di depan Baekhyun yang tak berkutik di depannya.

"A..ahh? a—apa? Kependekan? Berapa tinggimu?"

"188 cm."

Baekhyun tampak berpikir sejenak. "Tak apa. Ayo cepat jalan. Aku harus merubahmu. Peraturannya akan kujelaskan dimobil, dan kau harus mengikutinya" Baekhyun menarik tangan Chanyeol dan membawanya menuju basement. Ia harus bergegas jika tak ingin semuanya terlambat.

.

.

.

Baekhyun membuka pintu geser didepannya. Beberapa yeoja berpakaian stylish membungkuk dan memberinya salam. Ia hanya tersenyum dan sedikit berlari memasuki sebuah ruangan dengan tangannya yang masih menarik si tinggi.

"Annyeong, apa kau sibuk eonnie?"

"Annyeong, ada yang_ Baekhyun? Ada yang bisa kubantu sayang?" yeoja berpipi tembam menghentikan kegiatannya dan berdiri memeluk Baekhyun. Tubuhnya hampir sama dengan Baekhyun hanya saja lebih berisi.

"Aku mau minta tolong. Tolong ubah orang ini sekarang. Mulai dari rambut hingga pakaiannya. Masukkan semua tagihannya ke bonku. Nanti aku bayar setelah pulang dari kampus. Aku kembali sebelum jam satu. Dan pastikan semuanya sudah selesai eonnie."

Yeoja itu hanya tersenyum mendengar ocehan pelanggan setianya yang berbicara lancar tanpa tarikan nafas. "Akan kubantu. Jadi_"

"Ini orangnya. Namanya Chanyeol. Dia temanku. Aku serahkan pada eonnie. Lakukan semuanya sesuai keinginan eonnie."

Yeoja itu menatap Chanyeol lamat-lamat. Chanyeol membuang pandangannya pura-pura memperhatikan sekelilingnya dengan menggumamkan sesuatu. "Baiklah sayang. Akan ku rubah dia. Dress mu sudah jadi. Kau mau melihatnya?"

"Nanti saja eonnie. Sekalian. Aku harus ke kampus sekarang." Baekhyun melihat jam tangannya. "Ooh, aku terlambat. Ahh, ini dia." Baekhyun membuka tas selempangnya tergesa-gesa. "Sarapan pagi. Maaf hanya sandwich. Aku harus pergi. Dah eonnie, dah Chanyeol."

BLAM

Chanyeol memandang kotak bekal yang baru diterimanya beberapa detik lalu. Sandwich isi telur dan keju, serta potongan strawberry.

"Well, apa kabar sachonku tersayang. Senang bertemu denganmu." Mereka berpelukan sejenak dan duduk di sofa yang ada di dekat jendela.

"Kabar baik, Minseokkie noona."

"Katakan padaku sejak kapan kau mengenal si kecil?"

"Semalam." Chanyeol menggigit sandwich dengan khidmat. "Mashita. Meskipun sedikit berantakan."

Minseok menggelengkan kepala dan kembali duduk di meja kerjanya. "Apa dia mengenalmu?"

"Tidak. Aku dibelinya di pasar gelap. Tak kusangka dia berani ke sana. Dia menguras tabungannya sendiri dan membeliku hanya demi membatalkan pernikahannya. Lucu bukan?"

"Jadi sekarang dia majikanmu?"

"Yep." Chanyeol memakan suapan terakhir.

"Setidaknya kau pulang dulu ke rumah. Ahjussi dan ahjumma mengkhawatirkanmu."

"Aku sudah memberi mereka kabar. Mereka baik-baik saja. masih ada Jongin disana. Aku masih harus mengurus perusahaan dan si kecil."

"Mengurus perusahaan via telpon? Direktur macam apa kau ini?"

Chanyeol tertawa. "Itulah aku."

"Kau, jangan macam-macam dengannya. Dia gadis yang baik."

"Tentu. Oia noona, bolehkah aku tahu siapa dia?"

"Dia anak Wu Yi Fan, pengusaha konstruksi yang terkenal itu. Dia seorang mahasiswi arsitektur di Sungkyunkwan. Prestasinya bagus dan dia sangat lincah. Dia seperti itu karena kekurangan kasih sayang orangtuanya. Padahal dia manis dan imut."

"Kau tahu banyak tentangnya noona."

"Tentu saja. eommanya adalah rekan bisnisku."

Chanyeol mengangguk-angguk. "Aku jadi ingin berlama-lama dengannya."

"Jangan bermain-main dengannya." Minseok mengibaskan tangannya. "Pergilah ke depan, ambil apapun yang kau perlukan. Kau sudah jadi bonekanya sekarang. Bersenang-senanglah."

Chanyeol berdiri dan membuka pintu. "Gomawo Xiuminnie noona."

TBC

.

.

.

.

.

Hello, hello… I'm comeback with new ff. in rate M. huehehehe…

Hanya ingin mencoba hal baru dan ini menarik. :3

Disini ada beberapa hal yang kuubah, hm … ini dia:

Keluarga Wu:

Wu Yi Fan as appa

Wu ZiTao as eomma

Wu Baekhyun as daughter (main cast)

Wu Sehun as son

Keluarga Kim:

Kim Joonmyeon as appa

Kim Yixing as eomma

Kim Chanyeol as First Son

Kim Jongin as Second Son

Kenapa aku taruh di bawah? Nggak pa-pa. lebih enak aja. XD

Aku pengen curhat. Dikit aja kok. Hm… ini mengenai mood ku yg sedikit turun (?) mengenaik ChanBaek. Ini karena langkanya ChanBaek moment. Memang sih mereka masih dekat dan dibeberapa kesempatan juga sering kasih fanservice, tapi itu kuranggg. Kurang banyak, kurang dekat dan kurang intim (?) seperti era MAMA kemarin.

Apalagi waktu aku liat ChanBaek moment di SMTOWN Beijing. Aku sampai teriak-teriak nggak jelas waktu liat mereka kejaran, gandengan tangan, dan main bareng. Akhirnya setelah sekian lama… :D

Tapi waktu ngeliat sebuah fancam aku kembali sadar, mereka manusia biasa dan mereka Normal. They're straight. OKE. END.

Nggak ding, masih lanjut. Hahaha…

Waktu itu Chanyeol manggil Baekhyun dan Baekhyun ngikutin dia. Trus waktu Baekhyun mau nanya 'Kenapa manggil aku?' Chanyeol angkat kepala (Chanyeol tunduk waktu itu) dan mereka hampir ciuman. Trus Baekhyun langsung narik kepalanya jauh-jauh dan senyum aneh gitu (kayak jijik), sedangkan si Chanyeol kaget dan diem.

Jujur kalo ngeliat kedekatan Chanyeol dan Baekhyun selama era WOLF dan GROWL ini kesannya Baekhyun 'sengaja' ngejauhi si Happy Virus tiap kali si tiang listrik mau deketin dia. Pasti yang ChanBaek shipper tau deh dimana aja moment itu keliatan.

Mungkin ini sering dibahas oleh ChanBaek shipper lainnya tapi aku, kamu, kita semua sudah terlanjur cinta dengan ChanBaek dan KAMI merindukan ChanBaek moment (meskipun hanya fanservice). Gini-gini efek fangirls itu berpengaruh besar lho sama idolanya… (sampai muncul sasaeng fans, diihh jangan sampai.)

Yak cukup sekian curahan hati saya yang memakan hampir 1 page ini. Sebelum saya di wanted dan di gebuki readers lebih baik saya pamit. Oke, JANGAN LUPA REVIEW YAA…

XOXO