Disclaimer: Not own anything.
Kurebahkan tubuhku di rerumputan ini, dengan gerakan kecil aku mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tubuhku. Ah.. betapa enaknya, pikirku ketika aku berada ditempat kesukaanku ini. Mendengarkan suara kicauan Burung yang terkadang terbang di angkasa. Kuusap rerumputan disekitarku.
Kurasakan kehalusan dan kekasaran alami yang bersentuhan dengantubuhku aku melupakan apa rasanya menghirup Udara segar ini. Terkadang aku menghabiskan waktu dengan hanya menatap awan-awan yag berbentuk dilangit dengan pandangan Jauh. Terkadang aku bertanya kepada diriku sendiri tentang sesuatu yang tidak berguna. Aku hanya menarik nafasku dan mengeluarkannya dengan pelan, Mataku dengan lembut mulai tertutup mengikuti
perasaanku. Aku merasa terhisap kedalam putaran yang tiada dasar.
Ke dalam ingatan yang selama ini kupendam jauh dilubuk hatiku hingga pada saat ini. Menit berganti ke jam, matahari mulai mengikuti waktu, cahaya sinarnya mulai hilang diujung mataku. Namun aku tidak peduli akan hal itu.
Sendirian...
Aku senang menikmati kesepian yang telah menemaniku sejak lahir ini. Aku senang mendengar kehampaan udara yang menjadi musik untuk telingaku. Kutarik kembali nafasku ini dengan pelan, Kucoba menekan kembali ingatan yang menyakitkan yang mulai berenang menuju kepermukaan pikiranku.
Aku tidak bodoh...
Aku tidak bodoh untuk tidak mengerti tatapan benci yang orang-orang berikan kepadaku. Aku tidak bodoh untuk tidak mengerti kata-kata kasar yang dilontarkan diwajahku. Dan aku tidak bodoh untuk tidak mengerti mengapa orang Dewasa menjauhkan anak-anak mereka ketika aku lewat. Mereka
takut..
Aku bukan tidak peduli. Aku bukan tidak mempunyai hati. Aku hanya kuat. Kuat menghadapi apa yang mereka berikan kepadaku. Karena bagiku...hal sepele macam itu tidak akan menjadi hambatan bagiku. Orang tua? Ayah? Ibu?... apa itu?. Aku tidak pernah tau bagaimana rasanya memiliki itu. Apakah aku memang punya? apa mereka masih hidup? dan apa mereka menyayangiku?.. jika iya mengapa mereka meninggalkan aku?. jika tidak.. kurasa yang
orang-orang katakan kepadaku benar. Suatu waktu setelah pulang dari akedemi Ninja aku bertanya kepada Hokage Jii-san.
Dan apa yang dia katakan?
"maaf Naruto-kun, aku tidak tahu siapa orang tuamu.."
Dan aku hanya menerimanya begitu saja, ada keraguan yang mengganjal didalam hatiku ketika melihat Jii-san. Namun aku tidak berani bertanya lebih jauh. Meskipun aku tahu dia menganggapku sebagai cucunya sendiri, namun aku tidak berani untuk bertingkah tidak sopan dihadapan Pemimpin Desa ini. Aku
tahu dimana garis jejakku. Dan akhirnya aku mendiamkan hal itu...
Aku tidak berani meminta lebih kepada Kakek yang telah merawatku, melindungiku dari orang-orang yang bermaksud jahat kepadaku. Yang telah memberikanku rasa bebas yang sempit ini. Jika dia tidak memberikanku hal itu, mungkin.. "aku akan menjadi semacam senjata Desa..."
Dan untuk itulah aku berterimakasih kepadanya..Sangat berterimakasih akan apa yang telah dia berikan. Dan suatu saat aku akan membalas kebaikannya, yaitu ikut melindungi desa ini, seperti apa yang dia lakukan kepadaku. Meskipun kata-kata itu pahit dilidahku, namun aku tidak akan pernah mengingkari
janji yang akan kubuat.
"karena itu jalan hidupku.."
Dari mulutku keluar tawa halus yang kosong. Teringat kembali akan pelajaran yang berada di Akedemi pada pagi tadi. Iruka-sensei mengatakannya dengan jelas dan penuh kebanggan, mengenai Frasa yang dicamkan kepada Ninja Konoha... "Tekad Api" suatu kepercayaan yang telah ada sejak Desa Konoha
terbentuk. Sesuatu yang harus dimiliki semua Ninja Konoha. Setian Ninja Konoha harus mencintai, mempercayai, menghargai dan berjuang demi Desa seperti yang dilakukan Generasi sebelumnya.
Dan kata jiji "Tekad Api lah yang memberikan Konoha kekuatan untuk melewati semua rintangan, membangun kekuatan mental dan Fisik karakter setiap Ninja dam juga sebagai Harapan dan mimpi yang diberikan oleh genarasi sebelumnya untuk generasi selanjutnya."
Namun meskipun murid selain aku mengerti dengan Ungkapan itu, Namun bagiku.. itu hanya Omong Kosong besar belaka... Kekuatan tidak datang dari suatu kepercayaan. Kekuatan datang dari dalam diri kita sendiri. Kekuatan tercipta karena ada keinginan intuk mengejar sesuatu yang lebih besar. tidak ada
hubungannya dengan suatu kepercayaan. Itulah alasannku... dan karena itu aku membuat kepercayaan sendiri. Kepercayaan yang mungkin membuatku dapat bertahan di Dunia yang kejam ini. dan juga mungkin membuatku semakin terprosok dipusaran tanpa dasar ini.
"Aku mempercayai diriku sendiri, Aku tidak akan pernah mempercayai orang lain."
"Kekuatan berasal dari kemauan bukan dari bantuan."
"Orang lain hanya-lah sebagai alat bantuan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar."
"Jangan pernah menunjukkan kekuatan aslimu kepada seseorang, pamer? itu adalah sesuatu yang bodoh. Sesuatu yang bukan ditunjukan oleh Ninja sesungguhnya."
Dan dengan itu, Naruto membuka matanya kembali, mata birunya kemudian melihat kelangit yang sudah malam, dan dengan langkah percaya diri, Naruto berjalan menuruni bukit tersebut menuju Ke apartemen yang berada di distrik merah. mengacuhkan tatapan yang diberikan orang yang berpapasan dengannya.
Keesokan paginya
Suara Alarm jam yang diset itu membangunkan seorang Anak dengan rambut kuning liar. Dengan mengeluarkan keluhan kecil, Naruto bangun dari ranjang kusutnya dan tanpa lupa membersihkannya. Setelah itu Naruto kemudian menuju kekamar Mandi, untuk bersiap-siap untuk pergi ke Akedemi. Keluar dari
kamar mandi, Anak itu kemudian kembali menuju kamarnya dan bergegas berganti pakaian. Baju kaos hitam polos lengan pendek dan celana kain hijau sepanjang lututnya.
Setelah itu Naruto keluar dari kamarnya menuju dapurnya. Menyalakan api untuk memasak air, Naruto kemudian mengambil Ramen Cup dari lemarinya. Meskipun Ramen merupakan makanan kesukaannya, Namun Naruto tahu memakan itu akan menghambat pertumbuhan tubuhnya. Bukan maksud hati ingin selalu makan Ramen. Naruto juga ingin makan makanan yang sehat. Namun... semua itu mustahil. Menunggu Ramen milikknya masak, Naruto kemudian membuka kulkas usangnnya dan mengambil Sebuah Susu kotak dari lemari kulkas yang kosong. tanpa memperdullikan bahwa susu yang
dipeganngya hampir kaduluarsa, Naruto membuka penutup susu tersebut dan meminumnya.
Syukuri apa yang ada, itulah mantra yang diucapkan Naruto ketika makan dengan bahan seadannya setiap hari. Selesai sarapan pagi, Naruto kemudian keluar dari Apartemennya dan tanpa menguncinya. Karena hal itu tidak akan berguna, apa yang akan mau dicuri dari apartemen kumuh itu? lagipula...
tidak ada orang yang mau datang ketempat itu...
Dengan kedua tangan yang berada dikantung celanannya, Naruto berjalan menuju Akedemi. Bagaikan sudah terbiasa, Naruto mengcuhkan tatapan kasar dan ucapan halus dari penduduk Konoha. Mata Naruto terfokus sejenak, langkahnya berhenti ketika dia sudah sampai ketujuannya. Akedemi, atau sekolah Ninja. AkedemiKonoha. Tidak hanya berguna sebagai tempat belajar bagi Ninja, Namun juga merupakan salah satu bagian bangunannya
merupakan Kantor Hokage.
"Naruto! kau tau ini sudah jam berapa?"
"Ee... jam masuknya sekolah?" Jawab Naruto itu dengan menggaruk kepalanya dan juga senyuma lebar.
"Kau terlambat tau!" Geram sang Guru dengan asap yang keluar dari kedua telinganya.
"Sudah-sudah.. hal ini bukan sesuatu yang dipermasalahkan. Namun aku harap kau tidak mengulanginya lagi ya.." Ucap seseorang pria dengan rambut putih dari belakang Iruka. mata Naruto langsung mengarah kepada orang yang baru berkata tersebut. Naruto yang sering melihat ekspresi orang, langsung mengerti wajah Mizuki. Wajah pembohong.. Meskipun tidak dapat merasakannya, Naruto dapat melihat bahwa Mizuki tidak bermaksud sama dengan kata-kata yang baru diucapnnya.
Ya.. Naruto tidak mengerti apa maksud Mizuki, jika pria itu benar-benar ingin menunjukkan maksud alaminya kenapa harus menutupinya, jika ingin mengatakan kebenciannya kenapa harus sembunyi sembunyi? "terserah apa katamu.." Ujar Naruto dengan datar sambil menatap wajah tersenyum Mizuki.
"Naruto! kau seharusnya lebih sopan dengan Gurumu! Mizuki-san sudah membelamu! dan kau malah bertingkah seperti itu." Balas Iruka dengan Iruka tidak tahu tentang masalah Naruto dengan Mizuki. Padahal Mizuki adalah orang yang baik kepada semua orang. Namun ketika dengan Naruto, entah kenapa Naruto langsung bersikap Aneh.
"Sudahlah.. ambil tempat dudukmu. Hari ini kita akan belajar mengenai cara melempar Shuriken yang benar." seketika itu, Kelas menjadi gaduh karena gembira pelajaran hari ini. Hal itu tentu saja tidak asing dikalangan murid Ninja, Pelajaran Teori yang diberikan Iruka membosonkan. Dan praktek
merupakan satu-satunya alasan mengapa para murid tidak memilih menghabiskan waktunya tidur dirumah.
"Tapi setelah kita belajar mengenai teorinya terlebih dahulu..."
"Owwwwwhhh..."
Melempar Shuriken merupakan salah satu hal yang harus dikuasai Ninja pada masa mudanya. Dari akedemi semua calon Ninja diajarkan basis semua aspek Ninja. Mulai dari cara membuka jalur Chakra, strategis dan perangkap, dasar segel tangan, dasar Taijutsu seperti Taijutsu Akedemi, Ninjutsu dasar seperti Henge dan Kawarimi. Namun yang menjadi kekurangan Akedemi tersebut adalah Genjutsu. Di Akedemi Genjutsu tidak pernah diajarkan, namun hanya diajarkan mengenai teorinya dan cara melepas genjutsu dengan mengeluarkan gelombang Chakra dari seluruh tubuh. Para murid dengan sabar menunggu giliran mereka, terlihat beberapa Anak yang terlihat bosan dengan praktek tersebut.
Mungkin dikarenakan karena sudah mempelajari hal itu?
Uchiha Sasuke, seorang Anak dengan rambut Hitam lurus dengan gaya rambut bokong bebek. Dikatakan sebagai Anak berbakat oleh beberapa Instruktur Ninja. Saat ini sedang dikerumuni oleh para Fan-girls nya. Tentu saja selain memiliki wajah yang tampan, namun sikapnya berkebalikan dari wajahnya. Namun..
Naruto tidak berani mengatakan hal itu di depan wajah Uchiha itu, karena dirinya tahu bahwa itu hanya akan membawa masalah kepada dirinya sendiri, dan juga perhatian dari Fans-Girls Sasuke yang terkadang sedikit... ekstrim. Naruto betul-betul tidak mau menghadapi itu. Lebih baik menutup mulutnya daripada menghina rambut kesayangan pemuja Sasuke. Naruto menunggu gilirannya dengan menutup mata, terkadang ia mendengar nama yang cukup ia kenal. Layaknya para penerus Klan penting yang berada di Konoha. Tidak perlu ditanyakan mereka dijamin jauh lebih terlatih daripada apa yang diajarkan oleh Instruktur di Akedemi. Sasuke dengan 9/10, Skor yang jauh lebih baik daripada siapapun. Namun dari wajah Uchiha itu, Naruto tahu bahwa Sasuke tidak puas dengan hasilnya, meskipun suara sorakan dari pemujanya.
Nara Shikamaru, dengan gaya malas yang membuat Naruto menggelengkan kepala melemparkan Kunai-Kunai.
"Shikamaru! 6 dari 10." Guru Iruka terlihat jengkel terbukit dengan kedutan yang berada di dahinya, "Shikamaru, bisakah kau serius lebih dikit? Ini bukan main-main!"
Naruto tahu, Iruka tahu, bahwa ini bukanlah kemampuan asli Shikamaru, tapi keturuan Nara itu tidak goyah dengan pendiriannya.
"Ini terlalu merepotkan."
Dan Guru Iruka hanya bisa menepuk wajahnya. Naruto hanya terkekeh kecil sebelum melupakan panggilan yang lain, hingga pada akhirnya namanya disebut oleh Iruka.
"Uzumaki Naruto."
Naruto bisa merasakan tatapan dan juga bisikan, ia bisa merasakan telinganya menjadi panas merah mendengar ucapan yang dilontarkan teman sekelasnya, tapi... ia tidak peduli, dengan wajah tersenyum Naruto berjalan menuju tengah lapangan. "Naruto jangan kacaukan ini, aku tidak ingin melihat nilaimu semakin merosot."
Naruto bisa merasakan ketulusan dari pria dengan bekas luka sayatan di wajah itu, dan memberikan senyuman lebar. "Lihat saja, Iruka-sensei!"
Naruto memegan set kunai yang berada di tangannya, dan bisa merasakan bahwa Kunai tersebut cacad, senjata yang seharusnya tidak digunakan karena akurasinya menurun drastis. Naruto hanya mendengus dengan pemikiran yang sudah mengetahui siapa yang melakukan itu.
Naruto melemparkan set kunai tersebut.
"5 dari 10..." Iruka menatap Naruto dan tersenyum, "Cukup bagus Naruto, jika kau berlatih lebih keras lagi aku yakin kau akan berhasil. Nilaimu sudah cukup."
Kau benar-benar tidak tahu Iruka-sensei. Tapi Naruto tidak mengatakannya, dan kembali ke kursi tempat ia berada.
"Kenapa kau tidak mengatakannya?"
Naruto menatap laki-laki yang saat ini wajahnya bersentuhan dengan meja seperti tertidur. Rambutnya yang diikat, seperti menunjukkan kepala nanas jika dilihat dari jauh.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud..."
"Kunai itu, aku tahu itu kunai cacat." Shikamaru menjawab dengan singkat.
Naruto hanya tersenyum. "Seperti yang kau katakan... itu terlalu merepotkan, jika aku menggunakan set yang asli, aku yakin Sasuke akan merasa iri dan hal itu akan membuat masalah baru. Aku tidak ingin mencoba ego seorang Uchiha."
"...Pembohong."
chapter 1 yang missing, meskipun lebih pendek dari yang seharusnya tapi ini lebih baik daripada tidak ada. Terimakasih untuk guest dengan nickname sorbanz. Sekarang tinggal mencari chapter 2.