Hold My Hand

.

.

.

.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Rated T

Genre : Romance, Adventure~

Pairing : NaruHina as always :D

Warning : Typo, OOC, abal, gaje.

.

ENJOY~

PART 4 : Sakura


Hinata Pov :

Waktu berlalu dengan cepat, sampai tak kusangka hari ini kembali menjadi hari yang baru bagiku,

Sinar matahari yang datang perlahan menyusup masuk melewati celah jendela membuat sinar itu mengenai wajahku, "Ugh," erangan kecil mulai terdengar dari bibirku, badanku yang terasa kaku segera kurenggangkan,

'Ini dimana?' batinku masih belum tersadar dari kantuk sepenuhnya. Sampai akhirnya,

"..."

"Ah! Be..benar juga, ini kamar Naruto. Aku di perbolehkan menginap di sini.." gumamku tanpa sadar, seraya menggaruk-garuk kecil pipiku kikuk. Manikku segera menelusuri seluruh isi ruangan ini, dan entah kenapa aku sedikit kaget melihatnya. Bukan seperti yang kubayangkan sebelumnya, kamar seorang pemuda dengan banyak gambar gadis-gadis cantik. Melainkan...

"Ramen..." bisikku kembali, ya hampir seluruh isi ruangan ini adalah poster-poster berbagai jenis ramen, membuat sebulir keringat menjatuhi pelipisku.

'Hobi yang aneh..' pandanganku masih tertuju pada seluruh ruangan, sampai tiba-tiba aku teringat kembali. Manikku segera melirik ke arah tangan, dan dapat kulihat baik tangan Naruto maupun tanganku kini terikat oleh sebuah pita, ide dari Kushina-san. Karena tangan ini tidak boleh terlepas jadi kami berdua harus mengikat tangan kami agar sewaktu-waktu tidak terlepas.

"..." aku kembali terdiam.

'Ngomong-ngomong ini pertama kalinya aku tidur bersama seorang pemuda, tapi tetap saja gugup walau sudah di batasi tirai..' batinku kecil, seraya melirik kembali tirai berwarna putih di sampingku. Yap, satu lagi rencana Kushina-san,

'Sebelum sampai ke markas besar, aku harus berpegangan tangan seperti ini terus, se..se..setiap hari...' wajahku perlahan-lahan mulai memanas membayangkan hari-hari kami selanjutnya akan bagaimana?! Rasa malu kembali menjalari diriku, tentu saja kan!

'Ti..tidak bisa, aku jadi malu..ta..tapi ini adalah tugas yang harus kuselesaikan..' batinku kembali, berusaha menutupi wajah yang sudah memanas ini dengan kedua tanganku.

Hinata Pov End

Tok!

Suara ketukan kecil terdengar samar-samar di jendela dekat Hinata, gadis indigo yang tengah menutupi wajahnya itu segera tersadar dan menoleh perlahan ke arah kaca di sampingnya. Manik Lavendernya segera melihat siapa yang mengetuk kaca jendela itu,

"..."

"Ah, ada orang di depan toko," gumamnya begitu melihat seorang gadis berambut merah muda kini tengah berdiri di depan toko sambil memakan sebuah ceri di tangannya, gadis itu terlihat cantik di matanya tapi juga terlihat sedikit tomboi. Siapa dia?

"Ng?" gadis itu tiba-tiba saja menoleh ke arahnya, membuat Hinata terkejut dan hanya bisa membeku begitu gadis merah muda itu melihat dirinya. Keduanya terpaku selama beberapa detik, sampai..

Smirk, sebuah seringaian terlihat jelas di wajah gadis itu, Hinata kembali terbingung-bingung begitu melihatnya berbalik dan pergi dari sana, "Ke..kenapa dengannya?"

Pikirannya masih terpaku dengan kejadian tadi, 'Apa dia kenalan Naruto? Cantik sekali..'

'Ja..jangan itu pacarnya! Ah, jadi aku sudah berbuat tidak sopan ya?!' pikiran gadis itu mulai panik, 'Seharusnya tadi aku tidak mengintip!'

"Oh, kau sudah bangun? Boleh kubuka tirainya?" suara Naruto langsung saja mengagetkan Hinata, gadis itu segera menghilangkan isi pikirannya tadi cepat-cepat.

"I..iya,"

Sret, tirai segera terbuka, menampakkan wajah Naruto, "Uwoo!" pemuda itu berseru tiba-tiba,

"A..ada apa?"

"Se...selamat pagi.." sapanya kikuk, membuat Hinata bertambah bingung. Ada yang salah dengannya hari ini?

"Se..selamat pagi."

Wajah Naruto masih menampakkan raut terkejut, "I..itu.."

"I..iya?"

"Rambutmu kenapa?" tanyanya cepat,

Langsung saja Hinata terkejut begitu mendengar pertanyaan Naruto, tangannya segera menyentuh rambut indigonya dan,

"Kyaa! Ma..maaf, Ra..rambutku selalu seperti ini ketika habis bangun tidur!" pekiknya menahan malu, seraya merapikan rambutnya segera, ternyata beberapa rambutnya kini tengah naik dan sedikit berantakan.

"Oh~ kukira itu memang model rambutmu~"

"Bu..bukan!"

.

.

.

"Na..Naruto.."

"Ya?"

"Tadi ada yang datang ke toko lho," ujar gadis itu, kini Hinata tengah mengganti pakaiannya, tentu saja masih menggenggam tangan Naruto dan tirainya di tutup kembali. Caranya sebenarnya gampang, ketika memakai lengan baju ia hanya perlu mengganti pegangan tangannya pada pemuda pirang ini,

"Siapa?"

"A..anu, gadis yang cantik sekali, rambutnya merah muda," jelasnya.

"Aa, itu pasti Sakura-chan~" jawab Naruto cepat,

"Sakura? Kenalanmu?" tanyanya kembali,

"Teman sejak kecil, orangnya agak aneh tapi baik kok." Jelasnya singkat. Hinata sedikit sweatdrop mendengarnya, aneh? Maksudnya?

"Ah, apa dia ada perlu?"

"Eh?" Naruto segera memikirkan perkataan Hinata, matanya menyipit sekilas, 'Jangan-jangan dia..' batin pemuda pirang itu cepat.

Sret, tirai kembali terbuka, Hinata kini sudah mengenakan kembali pakaian pemberian Kaasan Naruto padanya, Ia merasa sangat nyaman menggunakan pakaian itu~

"Sudah selesai." Ujarnya kecil. Bibir Hinata sedikit terbuka ketika melihat pipi Naruto sekarang, sebuah memar berwarna merah tercetak manis di pipinya.

"I..itu, wajahmu kenapa?" tanyanya cepat,

"E...sebenarnya.." sebelum Naruto sempat menyelesaikan jawabannya,

"Oh! Kalian berdua sudah bangun?!" suara keras Kushina mengagetkan kedua remaja itu.

"Se..selamat pagi, Kushina-san.."

Wanita cantik itu tersenyum kecil, "Kalian berdua tidur nyenyak kan kemarin? Karena ini sudah pagi dan sarapan sudah siap, lebih baik segera turun, kita sarapan bersama~" ujarnya kembali.

Hinata mengangguk paham dan segera bangkit dari posisi duduknya, sebelum, "Oh, lalu Naruto-kun~ tanda merah di pipimu itu apa~" goda sang Kaasan tiba-tiba, mengeluarkan seringaian jahilnya. Sontak saja membuat Naruto gelagapan dan berkeringat dingin.

"E..ehh ini! Ja..jangan salah paham dulu Kaasan!" elaknya cepat, menggerakan kedua tangannya kencang-kencang.

"Hum~ Hum, baiklah kalau begitu~" terlihat raut kecewa di wajah Kushina,

"A..apa-apaan raut wajah Kaasan tadi!" dan tanpa mendengarkan teriakan kencang putranya, Kushina berbalik menatap Hinata.

"Aa~ kelihatannya ada telepon untukmu Hinata-chan, nanti setelah selesai sarapan kau di suruh menghubungi kantor pemerintah." Ucapnya.

"Da..dari siapa?"

Pandangan Kushina terlihat memikirkan sekilas, lalu "Katanya dari markas besar Sister~" jawabnya langsung.

"..."

...

Glek.

'Gawat!' wajah Hinata berubah pucat seketika.

OOOOOOOOOOooooooooOOOOOOOOO

"Sister Hinata!"

"Kenapa sejak kemarin kau tidak menghubungi kami!" suara teriakan wanita bernama Tsunade membuat Hinata meneguk ludahnya cepat, sebulir keringat membasahi keningnya.

'Aku lupa melapor..' batinnya,

"Kau tahu seberapa cemasnya kami dengan keadaanmu!" seru Tsunade kembali, Hinata makin tertunduk.

Tangannya segera mengambil ganggang telepon di hadapannya, "Ma..maaf Mother Tsunade, karena banyak hal yang terjadi, aku jadi sedikit lupa.." jawab Hinata gugup.

Terdengar helaan napas panjang di seberang sana, "Dasar!"

"Lalu apa kalian baik-baik saja sekarang?" tanya wanita itu kembali.

"Iya, baik-baik saja."

"Naruto juga?"

"Iya,"

"Begitu, kalau terjadi hal-hal seperti ini lagi, kau harus segera melaporkannya." Tegas Tsunade,

"Baik."

"..."

"Sekarang ceritakan apa yang terjadi kemarin."

Dan dengan cepat Hinata menjelaskan kejadian apa yang menimpa mereka kemarin,

...

Setelah mendengar cerita panjang dari Hinata,

"Begitu.."

"Kalian tidak beruntung karena tiba-tiba di serang oleh mereka, hebat juga bisa selamat, mungkin di hari-hari berikutnya kalian akan bertemu dengan mereka kembali, berhati-hatilah." Ucap wanita itu, membuat kedua remaja itu saling berpandangan.

"La..lalu apa yang harus kami lakukan Mother?" tanya Hinata segera.

"..."

"Hm, kau benar, untuk sementara lebih baik kau tinggal di kota itu beberapa hari."

"Ke..kenapa?!"

"Kami mengadakan rapat darurat setelah mendengar teleponmu kemarin, dan kami memutuskan untuk mengirimkan 'Valzen' ke kotamu." Jelas Tsunade kembali.

Seketika mata Hinata terbelalak lebar, "Be..benarkah?!" serunya tak percaya. Membuat Naruto bingung,

"O..oi tunggu dulu!" serunya tak kalah keras,

"Aku tidak mengerti, apa itu 'Valzen'?" tanyanya lagi.

Gadis indigo itu sweatdrop sesaat, "Maaf aku lupa,"

Hinata berdeham pelan, "Valzen itu adalah unit petarung, secara garis besar ada dua jenis Sister, Sister yang merawat toroi seperti aku ini disebut 'Mail Sister' lalu yang satunya 'Military Sister' sebagai penjaga atau melawan Akatsuki, sister petarung."

"Diantara sister petarung tersebut ada yang memiliki kemampuan lebih yaitu pasukan Valzen" jelasnya,

"Kemampuan mereka sebanding dengan pasukan elit nomor satu kerajaan," lanjut Tsunade.

Naruto sedikit kaget mendengarnya, ternyata ada orang sehebat itu di dunia ini, "Ooo, kelihatannya mereka bisa diandalkan." Ujarnya.

"Benar!" pandangan Hinata beralih kembali ke arah ganggang telepon di tangannya,

"Kalau begitu Mother, kami tinggal menunggu Valzen di sini, lalu bersama-sama kembali ke markas besar."

"Begitulah, tapi butuh waktu sekitar seminggu untuk sampai di sana, tapi kalau bersama-sama bisa lebih aman."

Hinata tersenyum kecil memandang Naruto, "Kelihatannya semua akan baik-baik saja, begitu kan~" ujarnya senang.

"Iya,"

"Ga..gara-gara kemarin sedikit cemas, tapi kalau ada Valzen pasti kita bisa ke sana secepatnya~" ujar gadis itu lagi.

"Oh, aku hampir lupa. Mengenai Valzen, ada dua anak lagi yang ikut bersamamu nanti."

"Eh?"

"Kiba Inuzuka, serta Shino Aburame ikut sebagai Military."

"Ehh! Ki..Kiba dan Shino!"

Naruto mengernyitkan alisnya bingung, "Teman?"

Hinata menggeleng pelan, "Sahabatku, sejak aku masuk ke dalam organisasi ini,"

"Oo begitu, mungkin bisa bertemu disini,"

"Iya!"

Naruto menggaruk pipinya yang tak gatal, "Tapi hebat sekali ya, demi aku sampai-sampai kalian mengerahkan pasukan sehebat itu." ujarnya kikuk,

"..."

"Dalam sejarah Toroi belum pernah ada yang mampu menahan penyakit itu, kau sudah lupa?"

"Eh?"

"Bagi kami dan dunia kau adalah cikal bakal penyelamat dunia, mungkin saja hal itu bisa berubah namun bagi kami kau adalah harapan yang tidak dapat di gantikan oleh siapapun, betapa berharganya dirimu saat ini. Jangan kau lupakan." Jelas wanita itu pelan. Naruto hanya bisa terdiam mendengarnya, benarkah ia seberharga itu?

.

.

.

.

"Penyelamat dunia ya?" ujar Naruto, mata Saphirenya kini memandang langit biru di atasnya, salah satu tangannya ia lipatkan ke belakang, Hinata yang melihat itu hanya tersenyum paham dan mengangguk kecil. Seusai menyelesaikan telepon dari Tsunade keduanya segera sarapan dan tak lama kemudian, mereka berjalan-jalan keluar mencari udara segar.

"Padahal kemarin aku masih rakyat biasa, kita benar-benar tak pernah tahu apa yang akan terjadi besok~" lanjutnya kembali.

"A..aku juga tak pernah mengalami kejadian heboh seperti ini," ucapnya.

Gadis indigo itu tersenyum, Ia tahu hal ini berat bagi Naruto, "Apa tanggung jawabnya terlalu berat?" tanyanya pelan, Naruto yang mendengar itu segera menatap wajah Hinata, melihat pancaran sedih di sana.

"Tidak masalah, aku tidak akan melarikan diri. Ini sudah kuputuskan~" ujarnya seraya mengeluarkan cengiran rubahnya.

"Tapi.."

Hinata menatap ragu sang pemuda pirang, "A..apa?"

"Kalau setelah kita sampai di sana, mereka tidak akan meneliti tubuhku sampai mati kan? Kalau begitu sih gampang~" candanya, membuat wajah seolah-olah ketakutan sampai akhirnya tersenyum lebar.

Gadis indigo itu tersentak, sudut bibirnya segera tertarik, sampai akhirnya ia terkikik geli, "Hihihi, Tidak tahu lho~"

"O..oi.."

"Hihihi~" kedua remaja itu saling tertawa, sampai-sampai sepertinya mereka tidak sadar kalau..

Plok, sebuah tepukan membuat Naruto tersentak dan segera menoleh waspada ke belakang,

"Maaf, aku mau tanya jalan, kalau jalan lurus apa aku bisa ke lapangan terdekat di sini?" seorang pria berjas putih tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka, dan bertanya arah jalan. Naruto mendesah lega ketika melihat sepertinya pria itu tidak berbahaya,

"Ke arah bangunan itu?" tanya pria itu lagi seraya menunjuk kearah sebuah gedung putih di depan mereka, membuat pandangan Hinata serta Naruto teralihkan sepenuhnya ke arah sana.

"Ah, betul, dengan jalan itu pasti bisa sampai." Jelas Hinata,

"Lalu yang di pojok kiri itu?"

"Eh, yang mana?"

"Kelihatan kok yang kecil itu." ucap sang pria kembali, Naruto merasa ada gelagat aneh dari orang di belakangnya ini, ekor matanya segera melirik ke arah pria itu, sampai..

Matanya terbelalak lebar begitu melihat orang itu menggeggam sebuah pisau tajam dan sudah siap untuk melukai mereka berdua, secepat kilat tangan tannya segera menarik Hinata menjauh dari sana.

Crash! Sang pria mengarahkan pisaunya hendak menusuk kedua remaja di depannya, tapi sayangnya tak berhasil.

Buak, suara debuman keras terdengar ketika tubuh Naruto yang melindungi Hinata terjatuh di tanah, "Ugh!" pemuda pirang itu mengerang sakit,

"Sakit!" serunya kecil, mendapatkan serangan tiba-tiba itu membuat bahunya yang berbentur tanah tergores cukup dalam.

"..."

Pria berjas itu menatap datar kedua orang di depanya, "Aku terkejut, kupikir kalian lengah, tapi ternyata hebat juga~" ucapnya menunjukkan seringai jahatnya.

Naruto mendelik menatap pria itu, "Jangan-jangan kau!"

Pisau di tangan pria itu bergerak cepat, seringai jahat semakin terlihat di wajahnya, "Hh~ Kau benar, temanku kemarin membuat kalian berdua repot ya, maaf tidak ada sambutan~"

'Akatsuki!' batin Naruto serta Hinata bersamaan.

"Kalian hebat juga sudah bisa mengalahkannya, aku sudah dengar. Dia terlalu bersenang-senang saat berburu, tapi karena itu dia tidak cocok denganku~"

Napas Hinata terengah-engah, 'Ke..kenapa tadi kami lengah, kupikir Akatsuki tidak akan muncul lagi di kota ini, ternyata mereka berkelompok!' batinnya kaget.

Sedangkan Naruto, keringat kembali menjalari keningnya, 'Bagaimana ini, dia bukan lawan yang bisa dikalahkan begitu saja. Sebaiknya untuk kali ini kita lari saja.' Batin pemuda itu.

"Ng, Aku dengar dari temanku, tapi aneh juga," pandangan pria itu teralih ke arah Hinata, matanya menatap tajam gadis itu,

"Kamu Sister kan? tapi kenapa bisa menggenggam tangan pemuda itu?" tanyanya, membuat Hinata tersentak.

'Gawat!'

"Untuk penyembuhan Toroi? Bukan.. sulit di pikirkan untuk penyembuhan tak butuh waktu selama itu, kemarin kalian juga lari sambil bergandengan tangan bukan?" pertanyaan anggota Akatsuki itu semakin memojokkan posisi Hinata.

'Gawat, kalau sampai mereka tahu mengenai tubuh Naruto.'

'Itu analisa atau cuma untuk mengalihkan konsentrasi kami?' batin gadis itu tanpa henti.

Genggaman tangan Naruto semakin mengerat, pemuda itu menatap Hinata sekilas, "Sebaiknya kita lari sekarang." bisiknya, tapi sayangnya perkataan kedua remaja itu seperti terdengar.

"Khu, Khu, Khu, kemarin juga sama, pura-pura melarikan diri kemudian menyerang, mengatur strategi dulu, begitu?"

"Cih, Ayo Hinata!" seru Naruto, menarik Hinata agar berlari menjauh dari pembunuh itu!

Tapi belum sempat mereka berlari...

Crang! Jleb! Cling!

Dua puluh pisau langsung menancap di tembok, dan sukses menghalangi jalan keduanya,

"Hoaa! Apa!" tatapan sengit segera Naruto lancarkan pada pembunuh itu,

"Terlalu mudah, kau pikir bisa lari dari kami terus? Aku berbeda dengan yang kemarin~" tangan pria itu kembali mencari pisau di balik jubahnya, tatapan dan seringaian jahat masih terpampang jelas di wajahnya. "Kalau ingin lari setidaknya perlihatkan sedikit usaha, dengan begitu aku akan terhibur~" ucapnya sarkatis.

Naruto semakin mendecih kesal, "Sial! Kalian ini sebenarnya kenapa sih?!" serunya, mengambil aba-aba untuk melindungi Hinata.

"Tidak ada~"

Pandangan pemuda pirang itu langsung teralihkan begitu melihat puluhan pisau yang tertancap di sampingnya, sampai..

'...'

Dia menemukan ide!

"Hinata, tanganmu jangan sampai terlepas." Bisiknya cepat, membuat Hinata bingung.

"Eh?"

"Aku tidak tahu ini berhasil atau tidak?!" tangan tannya segera membuka kantong besar yang terpasang di celananya, mengambil sesuatu dari sana, dan..

Sret, Sret, Sret, Ia mengambil semua pisau di sampingnya, menyatukan benda-benda itu menjadi satu dengan keahlian tangannya, sampai tak semenit..

"..."

"Jadi!" di tangan pemuda itu sekarang pisau yan tadi masih menancap manis di tembok sekarang bergabung membentuk ukuran seperti sebuah pedang panjang. Hinata terbelalak melihatnya, begitu juga dengan anggota Akatsuki itu.

"Eee.. Itu!"

Dan dengan aba-aba, Naruto berlari menerjang pria berjas di depannya, "Uwooo!"

'Menggunakan pisauku untuk membuat senjata?! Siapa pemuda ini?!"

"Ugh!" pria itu langsung menghindar, saat Naruto semakin mendekatkan senjatanya ke arah pembunuh itu, tapi...

"Rasakan ini!"

Dengan satu kali tebasan, "Oraa!"

Trang! Suara dentingan kecil terdengar, tu..tunggu dulu dentingan kecil?

"?!"

"..."

"Lho?" Naruto menatap kikuk serangannya tadi, kenapa pembunuh itu tidak terluka?

"..."

'Gawat! Sepertinya rencanaku tidak berhasil!' batinnya kesal,

Anggota Akatsuki itu segera menyeringai kejam, "Ho~ rencanamu gagal nak," dan dengan cepat kakinya segera menendang tubuh Naruto.

Buaghh!

Pemuda pirang itu terjengkal jatuh ke tanah, "Uagh!"

"Ternyata cuma itu kemampuanmu~"

"Naruto!"

Deg, jantung Hinata terasa berat, tangan Naruto tidak ia genggam lagi. Tubuhnya terasa sakit!

"Ugh!" gadis itu menunduk menahan sakit di dadanya.

"Pertama kau yang akan kubunuh Sister~" ucap pria itu kini sudah mengacungkan pisaunya dan bersiap menusuk Hinata,

"Ugh, Naru..."

"Tunggu!" Naruto mencoba membangkitkan tubuhnya, tapi entah kenapa terasa sakit sekali!

"Selamat tinggal~"

Air mata mengucur pelan di pelupuk Hinata, sekarang nyawanya akan hilang di sini, "Kami-sama.."

Sebelum pria itu sempat menusuk Hinata..

"Shanaroo!"

Sebuah suara mengagetkannya, sampai,

Buaghh!

Kepalan tangan yang sangat kuat tiba-tiba saja menghampirinya, memukul wajah pembunuh itu sekuat tenaga, "Ghu!"

Brak, Brak! Ia terlempar jauh, "Arghh!"

Manik Indigo Hinata kembali terbelalak lebar, bagai tidak bisa berkata apa-apa, "Oi, Oi Naruto kelihatannya kau senang sekali!" seorang gadis yang sempat ia lihat tadi pagi, gadis berambut merah muda, sekarang sudah berdiri di hadapannya. Tangannya terkepal kuat, dan gadis itu dengan cepat memakai sarung tangan berwarna hitam miliknya kembali,

"Te..teman Naruto.."

Senyum lebar terlihat di wajah cantiknya, "Kalau ada waktu seperti ini,"

"Hoo, Nice Timing Sakura-chan!"

"Ugh, Siapa dia!"

Gadis merah muda itu makin memperlihatkan senyumannya, "Seharusnya kau mengajakku, Naruto~"

Bersambung...

Huaa, Maaf untuk keterlambatan updatenya, karena banyak tugas sekolah jadi waktu Hikaru buat cerita ini berkurang, TOT Nah teman kecil Naruto tidak lain adalah Sakura, hehe, nanti akan ada tiga character lagi yang muncul, jadi di tunggu ya :DTerima kasih buat yang sudah meriview cerita ini. Hikaru jadi semakin semangat! :D

Dan sekali lagi Hikaru katakan kalau fic ini adalah terinspirasI dari sebuah komik yang Hikaru masih nggak tahu namanya, :D

Terima kasih buat :

ypratama17, ShinRanXNaruHina, Nervous, Soputan, Guest, Blue-senpai, Akira no Rinnegan, bohdong palacio, Black market, uzumakimahendra4, Kyuubi no Baka, Trio Riuricky, mangetsuNaru, kirei-neko,Mangekyooo JumawanBluez, bala-san dewa, Suffix-chan, Karizta-chan, hanazonorin444, uchiha kagami and all silent readers.

Makasih banyak atas riviewnya, Hikaru jadi semakin semangat ngelanjutin cerita ini! :D

.

.

.

Jangan lupa ya meninggalkan jejak berupa RIVIEW ya

Sampai jumpa di part selanjutnya! :D