Hold My Hand

Hari ini takdir kami berubah..

"Eh, barusan anda bilang apa?!" seru seorang pemuda pirang pada sebuah telepon di tangannya.

"I..itu semua bohong kan!" seorang gadis berambut indigo panjang ikut-ikutan berteriak tak percaya pada apa yang di dengarnya tadi.

"Apa boleh buat, kalau kalian berdua tidak bisa melakukannya, tahu kan apa akibatnya?"

Tertegun kembali mendengar perkataan seseorang di telepon itu.

"Ta..tapi, apa tidak ada cara lain?" tanya keduanya bersamaan.

"Maaf, tapi hanya itu satu-satunya cara, jadi selamat berjuang kalian berdua~"

"Kami akan menunggu kedatanganmu, Sister Hinata~ Ingat apa yang kukatakan tadi, baik satu detik pun kalian berdua tidak boleh melepaskan kedua tangan itu, saat berjalan, makan, tidur, bahkan mandi sekalipun jangan pernah melepaskan tangan." lanjutnya.

"Tu..tunggu dulu!" belum sempat mereka menyelesaikan kata-katanya, sambungan telepon itu segera terputus, dan...

"..."

"He..hei ini semua bohong kan?!" gadis itu mulai panik.

"Ba..bagaimana ini?!" pemuda itu ikut-ikutan panik.

"Kyaa! Masa mudaku!"

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto

Rated T

Genre : Romance, Hurt and Comfort

Pairing : NaruHina as always :D

Warning : Typo, OOC, abal, gaje.

.

ENJOY~


PART 1 : MEET YOU?

Mari kita ulang kembali waktu ketika kedua orang itu belum bertemu

Disini di sebuah desa yang cukup luas bernama Konoha, di desa inilah pertemuan mereka dimulai~

"Hei, anak muda itu yang menjadi Sisters?"

"Wah, dia benar-benar berani!"

"Apa tidak takut?"

"Lebih baik kita jangan berdekatan dengannya,"

"Ya, nanti bisa-bisa penyakit itu tertular pada kita,"

Penyakit?

Suara-suara itu dapat ia dengar dengan jelas, walaupun mereka berbisik-bisik pun tidak berguna, sudah sering ia mendengar kata-kata itu dari desa-desa yang pernah ia kunjungi..jadi..

Tidak apa-apa untuknya,

Seorang gadis berambut indigo panjang bermanik Lavender tengah melihat sebuah rumah yang tidak terlalu besar di depannya, Ia tidak menghiraukan tatapan-tatapan dan kata-kata yang dilontarkan pada dirinya, hanya satu tujuannya..

"Jadi disini," gumamnya kecil, tangannya mulai menggapai sebuah kenop pintu berwarna kecoklatan yang sudah hampir tua.

Pintu itu langsung terbuka dengan perlahan, "Permisi," ujarnya pelan, manik lavendernya menelusuri setiap sudut rumah itu, sampai akhirnya..

"A..apa anda orangnya?" suara wanita membuatnya menoleh ke arah suara itu,

"Ya," jawabnya singkat, Ia melihat seorang wanita tengah memeluk anak perempuannya dengan erat, matanya menyiratkan kecemasan yang amat sangat.

"Kumohon tolong selamatkan suamiku!" seru wanita itu takut.

Sebuah senyuman terbentuk di wajah putih gadis itu, ia mengangguk pelan, "Tenang saja, Aku Hinata Hyuga akan berusaha menyembuhkannya," ujarnya, kalau ada yang bertanya siapa gadis ini dan apa pekerjaannya?

Gampang saja, Ia hanya seseorang yang sangat beruntung dari banyaknya orang di dunia ini, Di dunia ini wabah penyakit yang sangat berbahaya menyerang setiap desa, sebuah penyakit yang tidak dapat di hindari, penyakit yang membuat semua orang ketakutan karena bersifat menular dengan cepat. Dan nama penyakit itu adalah..

Toroi,

Toroi bisa dibilang penyakit 'Kematian' karena sejak dulu belum ada sedikit pun yang bisa menghindari wabah itu. Obat dari penyakit itu pun belum ditemukan, tapi beberapa tahun belakang ini beberapa peneliti mulai bisa menemukan cara untuk membuat penyakit Toroi disembuhkan sementara. Mereka menemukan obat yang ternyata bisa membuat penyakit itu tunduk, sebuah obat yang ternanam sangat langka, dan hanya ada didalam..

Tubuh seseorang yang terpilih..

Itulah pekerjaan Hinata sekarang, bahkan orang-orang sepertinya memiliki julukan yang sangat terkenal. Ia di panggil 'Sister'

"Baiklah, aku akan mulai mengobatinya." Ucap gadis itu.

Hinata berjalan mendekati seorang pria yang terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya yang pucat, berkeringat, dan menunjukkan kesakitan yang luar biasa. Gadis itu menghela napas sejenak, lalu..

Sret, tangan putihnya segera memegang lengan pria itu, Hinata memejamkan mata lavendernya, dan dalam semenit..

"..."

"Sudah selesai." Ujarnya singkat,

Wanita yang mendengar itu, baru saja ia ingin memulai berdoa. Tapi ternyata Hinata sudah selesai menyelesaikan pekerjaannya, tentu saja dia kaget.

"E..eh sudah selesai?" tanya kembali.

Hinata mengangguk kecil, Ia segera bangkit dan hendak berjalan mendekati wanita dan anak perempuan itu, sampai..

"Be..berarti Tousan sudah sembuh?" anak perempuan itu ikut bertanya padanya.

"Iya,"

"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata bisa semudah itu," ujar wanita itu senang, tanpa menyadari anaknya yang berlari menuju ke tempat Tousannya.

"Ya begitulah~"

"Tousan!" suara anak perempuan itu tiba-tiba menggema di telinga Hinata, Ia dengan cepat berbalik kembali.

"JANGAN!" Serunya kencang, anak perempuan itu tersentak dan menghentikan langkahnya, matanya menatap wajah Hinata takut..

"Ke..kenapa? bukannya Tousan sudah sembuh?" tanyanya bingung, air mata mulai menggenang di matanya.

Hinata menghela napas kembali, ia mendekati gadis kecil itu. "Maaf, kami hanya bertugas untuk menghentikan penyakit itu sementara, Kau tahu kan penyakit itu menular melewati apa?" tanya Hinata, gadis kecil itu mengangguk.

"Le..lewat sentuhan.." jawabnya.

"Ya, kalau kau bersentuhan kulit dengan penderita penyakit itu akan sangat mudah menular padamu." Jelasnya.

Isak kecil mulai terdengar dari bibir anak itu, "Ja..jadi aku tidak bisa lagi menyentuh Tousan, hiks, hiks.."

Hinata menggeleng pelan, "Kau tetap bisa menyentuh Tousanmu, tapi hanya bisa melalui perantara."

"Ta..tapi kenapa Nee-san bisa menyentuh Tousan? Apa tidak apa-apa?"

Mata lavendernya meredup sekilas, Hinata segera bangkit kembali dari posisinya, "Itu cara penyembuhan Sister, infeksi dari Toroi itu menyebarkan racun-racun, dan lama kelamaan akan semakin menumpuk, menyebabkan penderitanya menjadi kejang-kejang sampai akhirnya meninggal."

Wanita yang mendengar itu tertegu.

"Tapi ada orang yang kebal dengan penyakit itu, dan itulah kami 'Sister' kami di tugaskan untuk menyalurkan racun-racun dari penderita pada tubuh kami."

"Ta..tapi apa tidak apa-apa bagimu?"

"..." Hinata terdiam, sampai seulas senyum tipis terlihat di wajahnya.

"Tidak apa-apa, lagi pula tubuh ini lama kelamaan tidak akan tahan juga, dan pada akhirnya kami akan mati." Jawabnya singkat, tanpa menghiraukan tatapan iba dari wanita tadi Hinata berjalan keluar dari rumah itu.

...

Begitu ia berjalan keluar, sudah di pastikan..

"Ja..jangan dekati dia.."

"Berbahaya.."

"Kasihan sekali.." bisikan-bisikan itu terdengar lagi di telinganya, semua penduduk disana seolah-olah menghindari dan memberikannya jalan. Ia sudah terbiasa dengan hal ini.

"Saatnya aku pergi." Gumam Hinata kecil, langkah kakinya perlahan-lahan meninggalkan tempat itu.

.

.

.

.

Kini mata lavendernya menatap langit-langit cerah di atas sana, Ia kembali membayangkan kapan dirinya ini akan pergi. Pergi meninggalkan dunia tanpa ada yang mengenalinya.

"Oi, Ayo kesini!" suara teriakan cempreng terdengar di telinga Hinata, membuat gadis itu menoleh cepat.

"Wah~" Ia melihat seorang pemuda berambut pirang tengah di kejar-kejar oleh segerombolan anak kecil, dan hebatnya lagi. Bagaikan mempunyai sayap, Ia bisa melompati sebuah tembok di matanya dengan gampang. Membuat Hinata makin takjub.

"Naruto Nii-chan jangan lari-lari terus!" seru anak kecil berambut terikat keatas.

"Iya, kami jadi tidak bisa menangkapmu!" seorang gadis keci berambut orange ikut berteriak kesal.

Sedangkan yang di teriaki hanya bisa mengeluarkan cengiran di wajahnya.

"Senangnya kalau bisa seperti itu~" desah Hinata iri, gadis itu kembali mengalihkan perhatiannya dan melanjutkan perjalanan menuju tempat selanjutnya..

...

Beberapa menit kemudian ia sampai di sebuah tempat yang tidak begitu ramai, Hinata terus melangkahkan kakinya, sebelum...

"..."

Deg, jantungnya tiba-tiba terasa sakit, Hinata langsung menjatuhkan seluruh tubuhnya. Badannya perlahan-lahan mulai mengejang, keringat dingin mengucur deras di keningnya.

"Ke..kenapa secepat ini?!" serunya tertahan..

Tangannya tak berhenti memegang dadanya yang terasa sakit, ia berusaha bangkit, tapi percuma..

"Ku..mo..hon..aku..tidak ingin pergi..secepat..ini.." ujarnya terputus-putus, air mata mulai menggenang pelupuk matanya.

"To..long.."

Matanya perlahan terasa kabur, Hinata takut!

"Hei!"

Sebuah suara samar-samar terdengar di telinganya, dengan kesadarannya yang hampir nol persen. Ia melihat..

"I..itu kan.."

"Kau tidak apa-apa?!" pemuda pirang yang baru saja ia lihat tadi, pemuda yang sempat membuatnya iri.

"Kau.." gumam Hinata kecil.

Tangan kekar pemuda itu langsung menggenggam erat tangannya, "Bertahanlah!" serunya kencang.

"Percuma aku..." begitu sentuhan tangan pemuda itu mengenainya, tubuhnya seolah-olah terasa ringan.

Tunggu dulu apa yang ia pikir tadi..

Ringan?

"Eh?" matanya yang tadi sempat kabur, perlahan kembali normal. Badanya yang terasa lemas, kini sudah bisa digerakan kembali! Lho?

"Kenapa kau tiba-tiba ambruk seperti itu?" tangan pemuda itu menarik Hinata agar bisa berdiri,

"I..iya, aku baik-baik saja..." mata Hinata tak sengaja melihat tangan pemuda itu yang kini tengah memegangnya,

Plak! Dengan cepat ia melepaskan pegangan tangannya.

"Kyaa! Jangan sentuh!" seru Hinata panik.

"Hei, kau kenapa?" pemuda itu memandangnya dengan bingung.

"Ta..tadi kau menyentuhku, bisa-bisa.." belum sempat Hinata menyelesaikan perkataannya,

Deg, "Argh!" jantungnya kembali terasa sakit, ia lagi-lagi jatuh tersungkur.

'Ke..kenapa tadi sesaat aku merasa sembuh, dan sekarang penyakit ini datang kembali..' batinnya takut.

Pemuda pirang di depannya itu tentu saja tidak tinggal diam, tangannya kembali menarik tangan Hinata.

"Kau ini kenapa?" tanyanya.

"Eh?" lagi-lagi kekuatannya kembali pulih, tubuhnya terasa ringan. Mata lavendernya menatap pemuda yang ternyata bermanik biru Saphire.

"..." Hinata masih memikirkan kejadian yang dialaminya tadi, sampai..

'Jangan-jangan dia...'

'Orang-orang yang kita cari selama bertahun-tahun!' batinnya tak percaya.

'Satu-satunya orang yang tak terpengaruh terhadap Toroi!'

Tangan Hinata langsung menggenggam pemuda itu, matanya menatap lekat padanya.

"Kumohon ikut aku sebentar!" pintanya.

"..."

"Eh?"

.

.

.

.

Hinata POV :

Dan seperti inilah sekarang,

Pemuda berambut pirang ini bernama Naruto Namikaze, dialah salah satu orang yang tidak terpengaruh pada penyakit mematikan ini.

"Tolong sambungkan pada Mother Tsunade." Ujarku pada sebuah telepon.

"Tolong kodenya.."

"Hinata Hyuga."

"Baik tunggu sebentar," terdengar nada tunggu dari seberang sana.

...

"Se..sekali lagi terima kasih Naruto, kau sudah mau menerima permintaanku ini." ucapku pada pemuda pirang ini.

Naruto tersenyum lebar melihatku, "Tidak apa-apa kok, lagipula aku tidak keberatan!" serunya. Hal itu membuatku sedikit lega.

...

"Halo, Hinata." akhirnya orang yang ditunggu-tunggu menjawab juga.

"Halo, Mother."

"Apa yang ingin kau sampaikan padaku?"

"Akhirnya aku menemukan orang yang kita cari selama ini!" seruku senang.

"..." panggilan itu terdiam beberapa saat, lalu..

"Benarkah? Kau menemukannya?!" seru suara disana tak kalah senangnya.

"Iya!"

"Kalau begitu cepatlah pergi ke Markas, kita akan melihat anak itu. Mungkin dia bisa menyelamatkan dunia dari penyakit mematikan ini!"

"Baik! Syukurlah aku bisa lega sekarang~"

Hinata POV end.

"Tunggu sebentar." Suara Naruto tiba-tiba mengagetkan Hinata

"Apa maksudmu tadi?" tanyanya.

"Kamu Naruto kan?"

"Ya,"

"Seperti yang pernah kau dengar Toroi adalah salah satu penyakit mematikan yang belum ada obatnya sampai saat ini, efek yang dirasakan Toroi adalah kejang-kejang di seluruh tubuh, keringat dingin, dan efek itu merupakan hidup dari Sister," jelas suara di seberang sana.

"Aku cukup terkejut mendengar Hinata akhirnya menemukanmu juga, dan mungkin saja dengan kekuatanmu ini kita bisa menyelamatkan dunia."

Dapat Hinata lihat wajah Naruto yang terkaget-kaget begitu mendengar kata Dunia,

"Hah! Dunia!"

"Ka..kalau kau keberatan tidak apa-apa kok," Hinata merasa tidak enak dengan Naruto.

"Kalau aku sih tidak apa-apa~" jawab Naruto enteng, Hinata terkejut mendengar perkataan pemuda pirang itu..

"Tapi ada yang kupikirkan sejak tadi,"

Pandangan Hinata dan Naruto langsung teralihkan begitu mendengarkan suara itu,

"A..apa itu Mother?" tanya Hinata.

"Hinata, kau tidak mengalami efek itu lagi kan begitu menyentuh tangan Naruto,"

Hinata mengangguk pelan, "Iya,"

"Dan ketika kau melepas tangan Naruto, tiba-tiba penyakit itu datang lagi?"

"Be..benar.."

"Jadi benar dugaanku."

"Dugaan apa?" Naruto ikut penasaran.

"Kalau kau tidak ingin menghilang dari dunia ini, terutama kau Hinata.."

Keringat dingin perlahan mengucur dari kening Hinata, ia merasa Mother Tsunade ingin mengatakan sesuatu yang sangat amat menyeramkan baginya.

"Mulai sekarang.."

"Apa pun yang terjadi jangan lepaskan pegangan tangan kalian."

Perkataan Tsunade sontak membuat keduanya berteriak kaget! "HAA!"

"Saat kalian berjalan, makan, tidur, bahkan mandi sekali pun tidak boleh melepaskan penggangan tangan kalian."

"..." keduanya masih terdiam mencerna kata-kata wanita yang disebut Mother itu sampai akhirnya..

"Apa?!"

Jadi sepertinya yang anda baca di atas, kita kembali lagi~

"Eh, barusan anda bilang apa?!" seru seorang pemuda pirang pada sebuah telepon di tangannya.

"I..itu semua bohong kan!" seorang gadis berambut indigo panjang ikut-ikutan berteriak tak percaya pada apa yang di dengarnya tadi.

"Apa boleh buat, kalau kalian berdua tidak bisa melakukannya, tahu kan apa akibatnya?"

Tertegun kembali mendengar perkataan seseorang di telepon itu.

"Ta..tapi, apa tidak ada cara lain?" tanya keduanya bersamaan.

"Maaf, tapi hanya itu satu-satunya cara, jadi selamat berjuang kalian berdua~"

"Kami akan menunggu kedatanganmu, Sister Hinata~ Ingat apa yang kukatakan tadi, baik satu detik pun kalian berdua tidak boleh melepaskan kedua tangan itu, saat berjalan, makan, tidur, bahkan mandi sekalipun jangan pernah melepaskan tangan." lanjutnya.

"Tu..tunggu dulu!" belum sempat mereka menyelesaikan kata-katanya, sambungan telepon itu segera terputus, dan...

"..."

"He..hei ini semua bohong kan?!" gadis itu mulai panik.

"Ba..bagaimana ini?!" pemuda itu ikut-ikutan panik.

"Kyaa! Masa mudaku!"

Bersambung..

Hikaru kembali dengan membawakan sebuah cerita baru, dan cerita ini Hikaru khususkan terinspirasi dari komik kakak Hikaru yang Hikaru lupa namanya, pokoknya ceritanya itu seru banget dan bikin Hikaru pingin buat versi Narutonya, dengan pair NaruHina. Jadi untuk kalian yang tahu komiknya apa, kasi tahu lagi ya? Hehe :D

.

.

.

Jangan lupa ya meninggalkan jejak berupa RIVIEW ya

Sampai jumpa di part selanjutnya! :D