Summary: Kehidupan cinta Megumi dan Kei tidak berjalan sesuai dengan yang mereka rencanakan, Yahiro yang terus menolak cinta Megumi, dan Hikari yang berselingkuh. Mungkin ini sudah waktunya bagi mereka untuk berhenti dan mencari cinta di tempat yang lain.

Disclaimer: Not mine. Translated from SleepingFish's story.

A/N: Tulisan Megumidi papan sketsa = 'Megumi'


Chapter 1. Talking and Fighting

~o~

"Hhuuuuuuuh..." Sebuah napas panjang dan lelah terlepas dari bibir gadis berambut coklat, yang sedang duduk di bangku panjang dan kuno di sebuah taman. Angin meniupi rambut panjang bergelombang gadis muda itu, saat dia melihat papan sketsa yang mana diberikan oleh pria yang dicintanya. Megumi hanya duduk di sana sambil berpikir tentang berapa banyak upaya yang gagal untuk membuat Yahiro jatuh cinta padanya dan berapa banyak penolakan yang telah diaterima, termasuk hari ini. 'Apakah ini benar-benar cinta.' pikiran mulai memenuhi kepalanya.

Hari itu, hanya beberapa jam yang lalu dari sekarang, Megumi sekali lagi berusaha untuk membuat Yahiro jatuh cinta padanya. Dan, sama seperti waktu yang lainnya, dia ditolak. Tapi...entah bagaimana saat ini... hal itu lebih menyakitkan daripada yang sebelumnya.

'Mengapa cinta itu menyakitkan?' Dia bertanya-tanya menggenggaman papansketsanya dengan erat. Dia mendesah lagi.

"Megumi-chan?" Sebuah suara memanggilnya, mengejutkan gadis itu, dan dengan cepat menoleh dan menemukan sosok yang tidak asing baginya...

'K-Kei!?'dia dengan cepat menulis, terkejut melihat temannya. 'Apa yang kamu lakukan di sini?'

"Aku bisa menanyakan hal yang sama padamu." Kei tersenyum dan berjalan ke arah bangku dan duduk di samping Megumi. "Jadi, mengapa kau di sini? Kamu biasanya tidak pergi keluar sendirian tanpa Jun atau Ryuu."

Bahu Megumi perlahan-lahan merosot saat dia mengembuskan napas, sambil menunduk penuh kecewa. 'Itu...rumit'

Kei melihat saat dia perlahan-lahan menurunkan papan sketsanya dan menatap jauh, dengan tatapan sedih di matanya. "Begitu rupanya... Yahiro menolakmu lagi."

Kata-kata Kei menembus jantung Megumi. 'Bagaimana kau tahu?' Kata-kata tersebut berguncang bersamaan dengan papan sketsa saat dia mengangkatnya.

"Yah, kurasakau bisa mengatakan..."Kei menatap ke depan dan bersandar pada sandaran bangku."Itu tertulis di wajahmu." Dia menyilangkan kakinya dan melipat lengannya. "Well,pertama-tama, ini sangat jarang bahwa kau pergi ke luar tanpa Jun atau Ryuu, yang berarti bahwa kau sedang kencan, yang kemungkinan besar dengan Yahiro. Kedua, kau di sini sendirian, yang berarti kau juga meninggalkannya atau dia meninggalkanmu, tapi aku ragu kau yang pergi karena Yahiro akan mengejarmu dan dia akan berada di sini sekarang, tapi dia tidak ada. Dan yang ketiga, tampang kesepian dan kecewa di wajahmu, mengatakan bahwa kencannya tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan atau harus ditolak." Kei berbalik dan menatap Megumi. "Itulah bagaimana aku tahu."

Mata Megumi berkedut mendengar kata-katanya. 'Yah, aku tidak berpikir bisa dengan mudah dibaca.' Dia menulis dalam sebuah humph. 'Tapi, kau benar tentang kencan itu. Kencannya tidak berjalan sesuai rencanaku dan aku ditolak… lagi' Megumi tidak terlalu bangga untuk menulis kata-kata itu.

"Jangan sedih Megumi. Yahiro bukan tipe orang yang menunjukkan emosinya yang sebenarnya, terutama pada orang-orang yang dia cintai dan peduli," kata Kei.

Mereka terdiam selama beberapa detik. 'Oh! Kaubelum menjawab pertanyaanku,' kata Megumi, untuk memecah keheningan. Kei tampakkebingungan. 'Mengapa kau ada di sini?'

"Aku? Hanya keluar untuk mencari udara segar. Lalu aku melihatmu di sini dan berpikir untuk mampir dan mengobrol."Jawab Kei sambil tersenyum.

Megumi melihat senyum Kei. 'Eh? Ada sesuatu yang salah dengan cara Kei tersenyum sekarang... entah bagaimana... aku merasakan sesuatu yang berbeda... kesepian?... tidak…depresi ... tidak! jangan...' Megumi memikirkan hal itu untuk beberapa saat. 'Ah...' Dia menundukkan kepalanya dan menutup matanya. Dan bisikan yang sangat lembut meninggalkan bibirnya. "Terluka."

"Eh?" Kei dengan cepat berbalik menatapnya. "Apa kau mendengar sesuatu?"

Megumi melompat karena terkejut. 'Aku tidak mendengar apa-apa!' 'Wow Kei memiliki pendengaran yang benar-benar tajam. Tapi... pasti ada sedikit luka dalam senyumanitu, tapi apa yang menyakitinya?' pikir Megumi saat dia melihat Kei memandangi matahari yang terbenam.

"Sudah larut malam," katanya beralih ke arah Megumi, yang lamunannya tiba-tiba berhenti saat Kei berbicara. "Bagaimana kalau kita pergi?" katanya sambil bangkit berdiri.

'Ya,' Megumi menjawab dengan cepat dan segera berdiri juga.

"Nah, sampai jumpa. Kuharap kita bisa lebih sering berkomunikasi," kata Kei.

'Yah! Sampai nanti,' balas megumi. Mereka berdua berjalan ke arah yang berlawanan satu sama lain.

~o~

Megumi berbaring di tempat tidur memikirkan kejadian-kejadian yang terjadi hari ini sambil menggosok-gosok sisi papan sketsa yang Yahiro berikan padanya saat 'kencan pertama' mereka, yang sebenarnya hanyalah sebuah upaya untuk membantu hubungan Akira dan Tadashi yang tetap tak tersentuh, dengan mengeluarkan Yahiro dari hubungan mereka. Ketahuilah bahwa saat dia berpikir tentang hal itu, kencan itu benar-benar gagal. Bukan saja Megumi gagal untuk membuat Yahiro mengatakan bahwa dia bersenang-senang, tapi seluruh ide itu benar-benar tidak berguna, karena Yahiro sama sekali tidak akan mengganggu hubungan Akira dan Tadashi.

'Pria yang malang. Pasti sangat menyakitkan melihat gadis yang dicintainya direbut oleh pria lain.Meskipun begitu, Yahiro sangat mencintai Akira-chan sehingga dia tidak akan menghancurkan hubungan mereka.' Megumi mendesah sambil memikirkan hal itu. Dia duduk dan menarik kakinya merapat ke dadanya dan memeluk kakinya. 'Itu benar. Yahiro mencintai Akira, bukan aku.' Dia mendesah lagi 'Itu sangat sakit...' Dia mengencangkan pegangan pada kakinya, membawa kakinya lebih dekat ke dadanya.

'Kurasa inilah yang dirasakan Yahiro pada Akira. Hal itu membuatku iri padanya. Pasti begitu sulit untuk menampung semua emosi yang dirasakan. Benar-benar frustrasi dan menyakitkan.' Pikir Megumi sambil menatap langit malam yang tak bintang melalui jendela kamarnya. Dengan pelan menutup matanya dan meletakan kepalanya di lututnya.

*'Yahiro bukan tipe orang yangmenunjukkan emosinyayang sebenarnya, terutama padaorang-orang yang dia cintai dan peduli.'* Megumi membuka matanya dengan cepat ketika mengingat kata-kata Kei sebelumnya.

'Tapi, bahkan dengan pikiran itu... Apakah dia mencintaiku dan hanya tidak menunjukkan hal itu atau apakah dia hanya menganggapkusebagai teman yang berharga? Aku benar-benar tidak tahu. Mungkin aku tidak harus bersedih, seperti yang Kei katakan.' Pikir Megumi.

'Hal itu mengingatkanku, tadi... Kei datang. Kami mulai berbicara (baik dia berbicara dan aku menulis) kami duduk di sana selama beberapa saat, kemudian...' Megumi tiba-tiba teringat. 'Lalu dia tersenyum penuh dengan kesedihan dan sakit hati... Tapi, mengapa? Aku benar-benar tidak bisa mengatakannya. Apakah dia punya masalah di rumah atau sesuatu. Tidak, itu tampaknya tidak benar...atau mungkin juga iya. Masalah dengan Hikari... Tidak, itu tidak akan pernah terjadi...benarkan?' Megumi melepas kakinya dan duduk di samping tempat tidur. Dia berpikir sejenak. 'Sekarang saat aku berpikir tentang hal itu, aku tidak benar-benar tahu apa pun tentang lebih bahwa dia adalah putra sulung dari keluarga Takishima, teman masa kecil Yahiro, Akiradan Hikari, dia dan Hikari adalah saingan dan bahwa dia saat ini sedang berkencan dengan Hikari. Tapi itu semua aku tahu. Kami hampir tidak pernah memiliki percakapan di antara kami berdua. Itu mungkin karena kamiselalu bersama dengan teman-teman yang lain atau orang lain. Aku benar-benar harus belajar tentang teman-temanku lagi. Tapi tampaknya Kei sudah mengetahui begitu banyak tentang diriku, untuk bisa mengetahui bagaimana hariku, dengan cara seperti yang kulihat.' Matanya berkedut saat memikirkan hal-hal itu.

Setelah pikirannya mulai tenang Megumi menatap ke luar jendela lagi. 'Tapi, kira-kira apa yang mengganggunya.'

~o~

Megumi duduk di kursi tempat seperti biasanya yang dia tempati di rumah kaca, menyeruput teh panas dan makan beberapa biskuit, yang baru saja dibuat Akira. Ini adalah hari biasa di rumah kaca. Tadashi memakan sebagian besar cemilan Akira, yang membuat Akira marah dan menyerangnya, tapi semua orang tahu bahwa mereka saling mencintai. Ryuu sedang bermain dengan hewan lagi dan Jun hanya menonton drama Ryuu. Satu-satunya yang hilang adalah Kei dan Hikari. Untuk beberapa alasan keduanya tidak dapat ditemukan di mana pun. Nah karena mereka pasti sedang berkencan, itu bukan masalah yang besar.

Tiba-tiba, Kei membuka pintu dengan keras dan berjalan masuk dengan penuh amarah. Aura gelap dan berat mengikutinya saat dia berjalan menuju kursinya. Semua orang menghentikan kegiatan mereka dan menatap Kei saat dia duduk di kursinya dan dengan marah membuka laptopnya, dan Hikari yang sama sekali tidak terlihat.

"Oi, Kei. Dimana Hikari-chan?" tanya Akira, mendorong Tadashi menjauh dari kue-kue yang tersisa di atas meja. Kei melemparkan tatapan maut pada Akira, dan dengan marah menutup matanya.

"Mana kutahu," Kei menjawab dengan jengkel. Dia mulai mengetik sesuatu di laptop, menekan setiap tombol dengan kekuatan ekstra.

"Kei! Kau-" Akira hendak protes tapi terpotong oleh ledakan besar yang datang dari pintu depan. Di sana berdiri Hikari yang tampak marah dan jengkel, masuk, seperti Kei, aura gelap dan berat mengelilinginya.

"OI! Takishima!" teriak Hikari saat dia menarik kerah baju Kei dan memaksanya untuk menatapnya. "DASAR BRENGSEK! BAGAIMANA BISA KAU MENINGGALKANKU DI SANA SEPERTI ITU!"

Kei melepaskankan dirinya dari cengkeraman Hikari. "Itu semua salahmu! Aku tidak tahu mengapa kau menyalahkanku!" nada marah dan kesal terdengar saat dia berbicara.

"APA MAKSUDMU ITU BUKAN SALAHMU!? KAULAH YANG PERGI!" teriak Hikari.

Kei meninju meja di depannya. "SALAHKU!? APAKAH KAU BERCANDA!? SIAPA SAJA YANG ADA DI SANA BISA TAHU, KALAU ITU SALAHMU!" tukasnya.

Teman-teman mereka menatap dengan kaget saat 'pasangan' itu berteriak satu sama lain. Bahkan Akira sampai kehilangan kata-kata.

'Apa yang terjadi dengan Hikari dan Kei?' Megumi bertanya-tanya saat mereka berdua terus bertengkar. 'Kupikir mereka berada dalam hubungan yang sehat? Kurasa bahkan hubungan mereka pun tidak bisa menghindari yang namanya pertengkaran.' Megumi mengamati saat pertengkaran itu menjadi semakin agresif dari menit ke menit. 'Tapi entah mengapa, ini tidak terlihat seperti pertengkaran 'aku suka yang ini dan kau suka yang itu', pertengkaran yang normal yang yang biasanya dialami oleh hampir setiap pasangan.'

(Pertengkaran berlangsung)

'Mereka sudah bertengkar selama berjam-jam!' teriak Megumi pada dirinya sendiri. Matanya berkedut saat dia terus menonton dan mendengarkan Hikari dan Kei berdebat.

Pertengkaran Kei dan Hikari menjadi begitu panas dan bahwa mereka bahkan sampai bertengkar di luar rumah kaca dan mulai melempar kursi-kursi yang ada. Ryuu dan Jun, keduanya menonton dengan takjub, sedangkan Akira dan Tadashi berusaha untuk menghentikan mereka agar tidak menghancurkan semua perabotan rumah kaca.

Ini benar-benar kekacauan. Kursi terbang, orang-orang berteriak, ekspresi bingung dan aura-aura gelap. Ini adalah tornado kegilaan. Bagian yang lebih buruk adalah tidak ada orang lain, selain Hikari dan Kei, yang tahu apa yang mereka ributkan. Mereka terus berteriak satu sama lain mengatakan "Itu salahmu!" atau "Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu sendiri!" Teman-teman yang lain hanya berfokus untuk berusaha agar tidak terkena perabotan-perabotan yang melayang, yang digunakan pasangan itu sebagai senjata.

Megumi sudah tidak bisa menahannya lagi. Pertanyaan terus menumpuk di kepalanya. 'Apa yang mereka ributkan?' diikuti dengan 'Mengapa mereka seperti ini?' kemudian 'Bertanggung jawab untuk apa!?' kemudian 'Kenapa mereka menggunakan perabotan sebagai senjata!?' dan yang pertanyaan paling terkenal 'MEREKA INI APA!? Tidak ada manusia normal yang dapat bertahan empat jam bertengkar sambil melempar kursi!' Semakin dia memikirkan hal itu, semakin banyak pertanyaan yang terkumpul. Jadi tumpukan pertanyaan itu akan tidak pernah berakhir dan sudah cukup jelas bahwa semua orang berpikiran yang sama.

Matanya berkedut lagi. Dia menurunkan kepalanya dan tangannya mengepal ke dalam kepalan. Jun melihat tindakannya ini.

"Megumi-chan?"tanya Jun.

Tiba-tiba, Megumi berlari ke tengah lapangan besar yang penuh dengan rumput, di antara Kei dan Hikari yang sedang berteriak pada mereka.

"Megumi-chan! Tunggu! Itu berbahaya!" Ryuu berteriak padanya, tapi Megumi mengabaikannya.

Dia tiba-tiba berhenti, berdiri di antara pasangan itu, yang akan melemparkan sepasang kursi satu sama lain, tapi tiba-tiba berhenti akibat kemunculan teman mereka. Megumi mengambil napas dalam-dalam dan... "BERHENTI!" dia berteriak sekeras yang dia bisa, yang menyakitisepuluh kali lipat sakitnya dari yang sebagaimana mestinya. Teriakannya yang begitu keras membuat mereka semua terlempar dan jatuh.

Beberapa detik telah berlalu dan semua orang mulai sadar. Kei adalah yang pertama mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan mata Megumi yang terengah-engah dan tampak marah. Sebuah ekspresi terkejut melintasi wajah Kei. Megumi dengan cepat berbalik dan menatap Hikari, yang juga kaget.

"Apa yang salah dengan kalian berdua!? Kalian sudah bertengkar empat jam tanpa berhenti! Selain itu, tak ada satupun dari kami yang tahu apa masalah kalian!"teriak Megumi. Semua orang menatapnya dengan kaget. "Apa yang membuat kalian bertengkar seperti ini!? Jika kalian terus bertengkar seperti ini, maka kalian tidak akan memiliki hubungan yang bahagia! Sekarang, kalian beritahu kami apa masalah kalian atau diskusikan itu berdua dengan cara yang beradab!" dia menyatakan dengan marah, menatap ke arah Kei kemudian Hikari. "Apa sudah jelas!" itu kata-kata terakhirnya sebelum keheningan memenuhi tempat itu.

Mereka semua berdiri dan menatap Megumi dengan kaget. Mata Megumi tertuju pada kei, penuh dengan amarah.

"Megumi-chan..."kata Kei dengan lembut. Mata Megumi menerawang, mengejutkan Kei. Dan dengan cepat melihat ke tempat lain. Kei menarik napas dalam-dalam dan menatap Hikari, yang berada di sisi Megumi. "Kau benar. Itu salahku. Maafkan aku Hikari." Dia meminta maaf.

Cemberut marah di wajah Megumi perlahan-lahan berubah menjadi senyum samar. Dia kemudian berbalik menghadap Hikari dan cukup terkejut wajah Hikari yang marah berubah menjadi cemberut. "Hikari-chan?"

"Aku… Aku memaafkanmu, Kei." Cemberut di wajah Hikari tidak menghilang. Segera setelah dia mengatakan itu, dia berbalik dan meninggalkan mereka, yang menyebabkan Kei mengejarnya.

"Apa yang baru saja terjadi?"tanya Tadashi.

~o~

Sudah berhari-hari sejak insiden itu dan Megumi belum melihat Kei atau Hikari sejak saat itu. Megumi semakin khawatir, begitu pula teman-teman yang lain.

Dia berbaring di tempat tidurnya, sekali lagi. Pertanyaan yang dipikirkannya saat itu masih belum terjawab dan pertanyaan yang baru muncul lagi setiap harinya. Megumi mendesah. 'Apa yang mereka lakukan? Tak satu pun dari kami yang mendengar apapun dari mereka sejak hari itu. Mungkin mencampuri urusan mereka bukanlah ide yang bagus.... Tapi kalau aku tidak melakukannya, mereka akan saling membunuh, dan perabotan kami juga akan hancur semua.' Megumi langsung mengingat ekspresi dan wajah cemberut Hikari itu. 'Ada apa dengan ekspresi itu? Kupikir pasti Hikari akan senang, tapi dia malah berjalan pergi dengan wajah cemberut. Mungkin aku harus mengirim pesan padanya, bertanya apa dia baik-baik saja.'

Megumi meraih ponselnya yang terletak di sisi kanan tempat tidurnya. Sebelum dia bisa mengambilnya, ponselnya berbunyi. Dia cepat-cepat duduk di tempat tidur dan meraih ponselnya. 'Sebuah pesan teks dari Kei?' Dia melihat ponselnya dengan terkejut.

To Megumi,

Hai Megumi, iniKei. Bisakah kau datang ke taman, di mana kita bertemu minggu lalu? Akuperlu mendiskusikan sesuatu denganmu.

From Kei.

Megumi mulai membalas pesannya.

To Kei,

Akutidak keberatan bertemu denganmu. Kapan?

From Megumi.

Dia menunggu balasannya.

To Megumi,

Hari ini. Kuharap kautidak keberatan menemuikudalam 30 menit. Terima kasih Megumi. Oh dan... Jangan beritahuRyuu atau Jun.

From Kei.

Megumi melirik jamnya. '4:00 pm.Aku ingin tahu apa yang ingin dibicarakan Kei.' Dia berdiri dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari. 'Aku harus bersiap-siap.'

~o~

Kei menatap Megumi dengan kaget, saat Megumi bernapas dengan berat, memegang dadanya dan menggenggam erat papan sketsanya. "M-Megumi-chan? Apakah kau baik-baik saja?"

Megumi mendongakkan kepadanya, dengan mulut terbuka dan jarinya, seolah-olah untuk mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar. Kei dengan lembut menepuk punggungnya saat dia mulai bernapas.

Setelah napas Megumi mulai teratur, mereka berdua duduk di bangku. "Apakah kau baik-baik saja? Mengapa kau berlari ke sini? Halte bus hanya beberapa meter dari sini."

'Aku melewatkannya dan halte berikutnya 25 meter dari sini. Jadi aku berlari.' Dia tersenyum lemah. Kei menatap papan sketsanya selama beberapa detik dan mulai tertawa.

'Eh!? Apanya yang lucu?'

"Tidak, hanya saja,"Kei menyeka air mata dari matanya "Kau bisa naik bus lain lagi untuk kembali ke sini." Dia mengeluarkan cekikikan setelah melihat ekspresi kaget di wajah Megumi. "Terima kasih. Aku belum tertawa selama beberapa hari ini."Dia menghela napas lega.

'Mengapa seperti itu?' Megumi bertanya penuh kebingungan. Kei menatapnya untuk satu atau dua detik, lalu mencondongkan badannya ke depan, menempatkan siku pahanya.

"Sebenarnya itu yang ingin kuberbicara denganmu."Kei berbalik dan menatap mata Megumi. "Aku berencana untuk putus dengan Hikari."

'Apa...'