Author Note:
Halo semuanya!
Maaf ya atas keterlambatan yang seperti biasa ini.. Mohon dimaklumi.. Hehehe
Yak, langsung tanpa basa basi..
Selamat membaca! Maaf kalo ada typo, ceritanya ngawur, dan tidak sesuai yang diharapkan..
Semoga menghibur! :D
-Lutanima-
Part 17
…
…
…
Terang sekali… Aku dimana..?
…
Aku.. Tidak bisa.. Merasakan apa-apa…
….
Ire… Claire…
…? Ada suara… Memanggil… Namaku..?
Claire… …
"CLAIRE!"
Mata Claire pun terbuka sepenuhnya. Hal yang pertama dilihatnya adalah atap klinik, dan wajah ketiga orang yang sangat dikenalnya itu, penuh kekhawatiran.
"Claire… Claire! Kau sadar!" Gray spontan merentangkan kedua tangannya untuk memeluk Claire, namun Dokter dan Cliff sudah siaga menendangnya terlebih dahulu, dan membuat Gray tergelincir di lantai.
"H-Hoi! Apa-apaan sih?!" Ujarnya sambil berdiri dan mendekati Claire.
"Kau tidak apa-apa?" Ujar Cliff, kepada Claire yang masih belum sepenuhnya sadar dari lamunannya.
"Apa yang terjadi? Claire?" Tanya Dokter, menyadarkan Claire sepenuhnya. Claire pun menatap mereka, kemudian tersenyum.
"Hehehe…"
"Mmm..?! Ka-kau kenapa Claire?" Trio ganteng agak takut melihat tingkah Claire.
Claire pun merentangkan tangannya. Meskipun tampaknya dia telah tertidur selama beberapa minggu, tapi badannya terasa sangat lelah. Pastinya akibat petualangan yang telah ditempuhnya.
Mengingatnya membuat Claire ingin tertawa, sekaligus tidak percaya dia telah menjalankan semua itu. Namun, saat ini hatinya terasa sangat hangat dan ringan. Rasanya, seluruh beban telah terlepas dari dirinya.
"Hei.. Kalian tau? Akhirnya masalah ini berakhir.." Ujarnya sambil menatap jendela. Melihat sinar matahari pagi yang menembus masuk dari jendela itu.
"….. Heh?" Trio ganteng yang masih tidak mengerti apa-apa pun hanya saling bertatapan. Yang jelas ada satu hal yang mereka ketahui. Ada hal baik yang terjadi, hingga membuat senyuman Claire jauh lebih mempesona dari sebelumnya.
-oOo-
"Hei, kau sudah memberi makan ternak kan? Ann? Gray?"
"Sudah, sekarang aku akan membawa ini ke kandang ayam. Rick menyuruhku mengambilnya."
"Heii! Dimana kau menyimpan sikatnya? Cliff! Kau yang tadi pakai kan?!"
"Aduh! Karen! Dokter! Jangan keras-keras menarik sapi itu!"
"KYAA! Tolong aku Elli! Mary! Kotoran sapi ini bau sekali!"
"Woi! Popuri! Jangan lari-lari!"
"….."
Claire hanya bisa berdiri kaku di pinggir peternakannya. Trio ganteng telah menceritakan semuanya. Claire tertidur selama 3 minggu, dan selama itu, dia membiarkan peternakannya terlantar. Ya, itu benar. Tapi.. Dia tidak menyangka.. Yang menggantikannya selama ini.. sebanyak ini?!
"Claire, kamu dipinggir saja! Istirahat.. Keadaanmu belum pulih benar." Ujar Elli.
"Benar! Serahkan saja pada kami!" Teriak Karen penuh semangat, sambil mengangkat sikat tinggi-tinggi.
"Heii! Gantian! Aku juga mau menyikat kudanya!" Rengek Popuri.
"Diam kau! Tukang ayam, urus ayam saja! Hari ini kan giliranku!"
"Ahhh, Rick yang tukang ayam! Bukan aku!"
"Hei! Aku ini bukan tukang ayam! Tapi pengurus ayam!" Rick protes.
"SAMA AJA!" Ujar mereka serentak. Rick langsung kicep. Claire ber-sweatdrop. Dia menjadi tambah ragu meninggalkan hewan-hewannya di tangan mereka.
Tiba-tiba dari belakang, trio ganteng mendekati Claire. Lalu menepuk pundaknya.
"Claire, kau istirahat saja. Atau jalan-jalan dulu. Serahkan pada kami." Ujar mereka.
Setelah berpikir sesaat, Claire pun mengangguk. Kemudian, trio ganteng pun meninggalkannya. Tetapi, Dokter tiba-tiba menghentikan langkahnya dan mendekatinya.
"Claire, sebenarnya.. Selama kau tidur, aku sudah menghubungi ayahku. Aku memintanya untuk mencari tau tentang Jack.. Tapi.. Maaf. Sampai saat ini belum ada hasilnya.." Ujar Dokter sedikit bersalah.
"Tidak apa kok! Ini bukan salahmu. Sungguh. Justru.. Kalianlah yang sudah banyak membantuku dan Jack.." Claire menatap teman-temannya yang saat ini sedang merawat hewan ternaknya sambil tertawa-tawa. Benar-benar pemandangan yang membuatnya merasa senang.. Mengetahui banyak orang yang peduli padanya. "Terima kasih." Tambahnya.
"…. Ya. Syukurlah." Ujar Dokter sambil tersenyum. Claire terhentak. Baru kali ini Claire melihat senyuman Dokter dengan jelas. Baru saja beberapa detik melihat kesempatan jarang itu..
CEPLOK!
"Ah! Maaf! Tanganku terpeleset! Jadi.. Kotoran sapinya kena bajumu deh…" Ujar Gray dan Cliff dengan tampang -jangan-coba-coba-berbuat-curang-atau-ini-akibatnya.
"Iyuuhh! Dokter! Menjijikkan sekalii…" Para perempuan pun, mulai menjauhi Dokter sambil menutup hidung mereka.
"…." Dokter kembali memasang tampang datarnya. Dengan sedikit urat yang perlahan mulai menampakkan diri di dahinya.
"A-ah.. Aku pergi dulu ya! Hehehe!" Ujar Claire sambil perlahan mundur, dan harus pergi dari tempat itu sebelum..
"KALIAAANNNN!" Dokter mulai mengeluarkan cairan dari balik jasnya.
Ups, saatnya Claire kabur.
-oOo-
"Haah…"
Dari beberapa tempat untuk mendinginkan pikirannya, Claire memilih untuk pergi ke laut yang saat ini masih sepi akibat musim dingin. Kemudian Claire pun duduk di salah batu di dekat pantai, dan mulai menggosok tangannya yang mulai terasa dingin. Dan.. Dia pun mengeluarkan benda yang dibawa di tasnya sejak tadi. Sebuah kotak kayu kecil. Dengan satu gembok yang masih tersisa.
Saat Claire koma, dia memang melewatkan beberapa festival. Tetapi berkat usaha keras trio ganteng mereka berhasil memenangkan festival dan mengumpulkan kunci-kunci itu dan menyerahkannya kepada Claire. Namun.. Masih tersisa satu kunci lagi, dan Claire tidak memiliki ide lagi untuk mencari kunci itu.
"Hahh… Ini sudah hari ketiga semenjak aku sadar.." Ujar Claire.
Dia pun memandang ke arah laut. Ya, semenjak dia sadar, Claire menghabiskan sebagian besar waktu luangnya di laut. Menunggu.. Jack.
((Jack…))
Claire menggenggam kotak kayu itu erat-erat. Claire ingin sekali bertemu Jack lagi. Dia tau dia harusnya tenang karena Jack masih hidup. Tapi.. Justru hal itulah yang semakin membuatnya gelisah, karena tak ada bukti bahwa Jack benar-benar masih hidup. Benarkah… Jack masih hidup?
Claire menundukkan kepalanya hingga bersentuhan dengan lututnya. Udaranya memang terasa sangat dingin, tapi saat ini kegelisahan sedang menguasai dirinya. Namun.. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang hangat menyentuhnya. Ya, seseorang… menyentuh pundaknya.
((Ada.. Yang menyentuhku.. Jangan-jangan… Jangan-jangan..))
Air mata Claire hampir saja keluar dari matanya. Namun dia masih terdiam dan memastikan bahwa yang dia rasakan itu nyata. Ya, tangan hangat itu masih terasa jelas di punggungnya.
Masih dengan ragu-ragu.. Claire mengangkat wajahnya. Dan membuka matanya..
Orang yang menyentuhnya barusan.. Dia.. Dia..
"Claire, kamu gak dingin?"
…
"KAPPPAAAA?!" Teriak Claire dengan perasaan penuh penyesalan. Dia barusan hampir mengeluarkan air mata haru hanya karena seekor Kappa yang menyentuh pundaknya?! Tidak… Jangan.. Lupakan tentang hal barusan.
"Iya! Apa kabar?" Ujarnya sambil makan ubi rebus. Pantas tangannya hangat tadi, ubinya saja masih ngebul gitu asepnya. Claire harus cuci baju sampai di rumah nanti.
"Hah… Menurutmu?" Ujar Claire sambil mengubur wajahnya di lututnya lagi.
"Mau makan ubi?" Tawarnya sambil menyodongkan ubi yang sudah tinggal 1/30 nya itu.
"Tidak, terima kasih!" Ujar Claire cepat, singkat, dan setegas yang dia bisa.
"Oke!" Kemudian dia melahap ubi itu dengan cepat. Claire hanya menghela nafasnya. Bisa-bisanya dia makan tanpa rasa bersalah di samping orang yang sedang patah semangat?
Kemudian, Kappa pun duduk di samping Claire. Dekat sekaliiii. Sampai jarak mereka hanya 3 cm. Claire menyipitkan matanya. Mau apa ini makhluk?!
"Kau mau a…"
"Claire sudah bertemu dengan nenekmu?" Tanyanya, memotong perkataan Claire.
"E-eh? Mmm.. I-iya.. Ah! Bagaimana kau tau?"
"Rupanya dia masih menggunakan kekuatanku ya? Syukurlah!" Ujarnya dengan gembira. Claire hanya menatapnya.
"Hei.. Kenapa waktu itu kau mau memberikan kekuatanmu pada nenekku? Kan kau… Jadi miris kekuatan begini.." Ujar Claire agak tidak enak hati.
"Karena dia sudah menolongku! Jadi aku harus memberikan imbalan!" Ujar makhluk hijau itu.
"Tapi kan.. Hah.. Sudahlah, susah ngomong sama kamu." Ujar Claire pasrah melihat Kappa yang dari tadi senyam senyum terus. Tanggapannya kepada makhluk satu ini berubah 1%. Mungkin dia sebenarnya baik juga.
"Claire! Lihat! Ada yang nyangkut di gigiku!" Ujarnya sambil menunjukkan benda aneh di salah satu gigi gingsulnya.
Lupakan. Claire memang tidak pernah betah berlama-lama dengannya.
"Bagaimana, Claire?"
Claire menoleh ke arah sumber suara yang rupanya adalah sang Harvest Goddess, ditemani oleh para kurcaci di sampingnya.
"Ah, dewi!" Claire langsung pergi menjauh dari Kappa, dan mendekati Harvest Goddess, serta kurcaci-kurcaci lainnya.
"Kau tidak apa Claire? Kami merindukanmu!" Tanya kurcaci-kurcaci itu sambil memeluk Claire.
"Iya, terima kasih. Aku baik-baik saja." Jawab Claire sambil memeluk balik.
"Nah.. Claire.. Sekarang ada beberapa hal yang harus kusampaikan padamu." Ujar Dewi.
"Y-ya?" Entah kenapa perasaan Claire sangat tidak enak.
"Ingat apa janji kita? Saat itu.. Kita pernah berbicara seperti ini bukan?"
... Jadi.. Memang ada satu cara.. Dan hanya kau yang bisa melakukannya.. Tapi.. Ini ada resikonya..
A-apa?
Aku harus mengambil sesuatu dari dirimu sebagai bayarannya. Bagaimana? Kau tetap mau menyelamatkan Jack?
…
Baiklah! Aku siap!
Claire pun kembali ingat akan janjinya pada dewi. Dia sama sekali melupakannya! Saat ini, keringat dingin membasahi tubuhnya.
((Bagaimana ini… Bagaimana ini… Apa Dewi akan minta yang aneh-aneh?! Kaki? Tangan? Umur pendek?!))
"Tenang, aku tidak akan meminta yang aneh-aneh kok." Jawab Dewi, seolah tau apa jalan pikiran Claire. Claire pun menghela nafas lega. Syukurlah! Dewi memang seorang Dewi! Dia sangat baik!
"Baiklah! Jadi apa permintaanmu?" Ujar Claire sambil menirukan gaya penyihir yang hendak menyihir seorang gadis menjadi seorang putri.
"Hanya satu hal."
"Ya? Ya?"
"Ingatanmu, tentang Jack."
DEG!
Claire merasa nafasnya sempat terhenti tadi. A.. Apa tadi Dewi bilang?
"A…Apa.."
"Ya, aku serius. Kau sudah berjanji kan? Asal kau selamatkan Jack, apapun akan kau berikan. Dan aku tidak bilang bahwa aku 'tidak akan menghapus ingatanmu' bukan?"
Claire terdiam di tempat. Tangan dan kakinya bergetar, dan tenggorokannya terasa sangat kering. Dia tidak bisa membalas perkataan Dewi. Itu benar, dia sudah berjanji. Dia melakukan itu demi Jack. Tapi sekarang.. Dia harus melupakan Jack? Setelah apa yang telah dia lakukan untuknya?
"Jadi? Kau mau bilang.. Bahwa aku jahat?" Ujar sang Dewi dengan nada yang sangat berbeda dengan Dewi yang biasa.
"Kau pikir dengan anggapan bahwa kau bisa melihat dan berbicara denganku, kau bisa melakukan segala hal yang kamu suka?" Claire hanya terdiam sambil melipat kedua tangannya yang bergetar.
"Untuk mendapatkan apa yang kita mau, harus ada imbalannya, bukan?" Para Kurcaci dan Kappa hanya menunduk dan terdiam menyaksikan perdebatan Claire dan Dewi.
Claire terdiam. Ya, dia memang melakukan ini untuk Jack. Dia melakukan ini untuk menyelamatkan Jack. Agar Jack bisa hidup kembali. Agar dia bisa melakukan hal menyenangkan bersama Jack sebagai makhluk yang sama. Kenapa dia melakukan semua ini demi Jack? Ya, itu karena perasaan yang mulai tumbuh di diri Claire semenjak berjalannya hari-hari yang dia lalui bersama Jack.
Wajah Jack mulai terbayang di benak Claire. Wajahnya saat mengejeknya, saat sedang memarahinya, saat sedang cemberut, tertawa, menangis.. Dan saat terakhir dia bertemu dengannya di alam lain..
Ya… Claire.. Menyukai Jack.
"…. Kau mau bilang kau tidak bisa melakuka.."
"Silahkan saja."
"Hah?" Ujar sang Dewi.
"Kubilang, ambil saja ingatanku."Ujar Claire sambil menatap Dewi dengan wajah datarnya.
Sejenak, Claire merasa melihat wajah Dewi yang terkejut. Namun seketika, wajah Dewi kembali menjadi dewi-versi-kejam yang baru saja berhadapan dengannya.
"Baguslah." Jawab Dewi singkat, sambil mengambil ancang-ancang untuk menggunakan sihirnya.
"…." Claire pun duduk di pasir dan memejamkan matanya.
…
Terbayang di benak Claire saat-saat awal dia bertemu dengan Jack. Dia masih ingat sekali bagaimana keadaan Mineral Farm saat pertama kali dia melihatnya. Rumput setinggi 2 meter yang menghalanginya masuk, sampai dia harus mendobrak pintu untuk bisa masuk ke dalam. Kemudian..
"Kau boleh tinggal disini.. Asalkan ada syaratnya.. Kau harus menuruti semua perintahku!"
Ya.. Makhluk yang awalnya sangat ingin Claire bawa ke dukun pengusir setan itu, telah membuat dia melewati banyak hal-hal konyol selama ini. Melewati berbagai macam festival yang dia belum kenal sebelumnya… Bertemu dengan berbagai macam orang yang bisa dia sebut teman.. Dan juga.. Mengenal… Perasaan yang dia rasakan saat ini.
Claire pun berusaha sekeras mungkin menahan air mata yang mulai memenuhi kedua matanya, untuk tidak terjatuh.
"Konyol… Aku melakukan ini semua hanya demi orang yang selalu memanggilku dengan sebutan 'bodoh'…"
Dewi masih melanjutkan mantranya. Sementara Claire, masih terus berbicara kepada dirinya sendiri, sambil menahan air matanya.
"Dia itu berkepribadian buruk! Tidak tau sopan santun! Menyebalkan! Bikin orang susah! Untuk apa aku mengingat orang seperti itu!?"
"Dia tidak pernah memberikan kenangan indah untukku! Masih banyak orang yang bisa memberikanku kenangan indah, kencan di restoran, atau yang biasa dilakukan anak seusiaku!"
"Dia bahkan bukan manusia.. Buat apa aku mengingat kenangan itu?!"
Aku.. Tidak bisa menyentuh orang yang ingin kusentuh.
Claire mulai teringat akan perkataan Jack.
"Ya! Tentu saja! Dia itu hantu soalnya! Bukan manusia!"
…..
Aku ini.. Roh. Bahkan, penyihir aneh itu menculikku dan mengatakan ingin memakai rohku sebagai percobaannya.
…
"Baguslah dia sudah sadar waktu itu! Lihat.. Tidak ada gunanya aku menolongnya kan?"
…
Aku.. Jadi merasa bingung pada diriku sendiri. Aku ini.. Apa?
…
"A..Ah.." Claire mulai kehilangan kata-kata lagi untuk membohongi perasaannya sendiri. Dan perkataan Jack terus menerus terbayang di benaknya.
…
"Mulai timbul perasaan aneh di dalam tubuhku. Aku.. Aku ingin bermain bersama mereka.. Tertawa... Dan bercanda bersama mereka semua.."
"Sebagai seorang teman.."
…..
Jack.
"Aku tidak akan melupakanmu. Tunggu aku."
Air mata pun mulai membasahi pipi Claire. Dia tidak ingin melupakan Jack. Ya, kenangan selama ini sangat berarti baginya. Dia ingin menjaganya.
"…. Bersiaplah, setelah ini.. Kau harus menutup matamu." Ujar Dewi.
Claire mengangguk pelan, lalu perlahan menutup matanya.
….
Maafkan aku Jack..
… Selamat tinggal..
...
Angin dingin pun berhembus, membuat rambut Claire terhebus oleh angin. Claire menutup matanya erat-erat. Kemudian setelah beberapa detik, angin kencang itu pun berhenti.
...
TOOOOOOTTTT
Claire membuka matanya. Dia masih di tempatnya berada tadi. Namun dewi tidak ada dimana-mana. Yang ada di depannya saat ini adalah hamparan laut luas, dengan sebuah kapal yang mendekat ke pelabuhan.
TOOOOOOTTTTT
Masih tidak mengerti apa yang terjadi, Claire hanya terdiam di tempat. Suara cerobong kapal yang sangat kencang itu membuatnya tidak bisa memikirkan apapun. Dia hanya melihat kapal itu berlabuh. Dan seorang kapten kapal itu pun turun dan menyeburkan jangkar ke dalam laut.
"Kita sudah sampai, tuan." Ujarnya pada seseorang di dalam kapal.
Kemudian orang itu pun keluar dari kapal, dan turun dari kapal itu. Wajah orang itu bisa terlihat jelas oleh Claire.
Claire harusnya kehilangan ingatannya. Ya.. Tapi kenapa.. Kenapa dia masih bisa mengenal wajah orang ini? Ataukah jangan-jangan.. Justru ingatan orang itu yang diambil?
Orang itu pun berjalan dan kemudian mendekati Claire. Kini mereka saling bertatapan. Claire menatapnya dengan seksama. Wajahnya sama persis.. Tapi rambutnya.. Kelihatannya sedikit panjang dari sebelumnya. Baju yang dia kenakan pun benar-benar berbeda, sebuah kaus putih dan celana jeans cokelat. Dan yang terpenting.. Topi khasnya..
Claire menundukkan wajahnya. Air matanya mulai membendung di matanya.
((Ternyata benar… Dia.. Dia bukan Jack…))
Setelah beberapa menit tidak ada suara, dan Claire yakin bahwa orang itu telah pergi, Claire pun mengangkat wajahnya. Dan betapa kagetnya dia saat orang itu masih ada di depannya. Buru-buru dia langsung menutup wajahnya yang super kacau itu.
((Ke-kenapa dia tidak pergi..?!))
"…. Jadi ini caramu menyambut orang yang baru saja datang dari jauh demi menemuimu?"
Suara yang sangat khas itu terdengar di kuping Claire. Dia pun mengangkat wajahnya untuk memastikan. Orang yang ada dihadapannya itu sudah berlutut di depannya.
"Padahal aku mengharapkan penyambutan yang lebih baik dari ini.." Ujar orang itu sambil memalingkan mukanya yang memerah.
"….." Masih dengan muka plengo-abis-nangis nya, Claire menatap orang itu.
"H-Hoi! Apa-apaan mukamu ituu..!" Ujar orang di depannya itu, sambil menghela nafasnya. "Dasar bodoh..."
Mendengar kata itu,kini Claire yakin bahwa orang yang ada di depannya itu..
"J-Jack..?" Claire mulai mau nangis lagi.
"…. Ya?" Jawab Jack sambil menutupi wajahnya yang memerah, dan menghindari tatapan Claire.
"Kau.. Benar-benar Jack..? Kau ingat padaku..?" Tanya Claire meyakinkan.
"…. Bodoh. Aku sudah bilang kan.." Kini Jack menatap kedua mata Claire. "Aku tidak akan melupakanmu."
"Tapi bagaimana kau.."
"Selama ini aku koma, dan dirawat di salah satu rumah sakit besar di kota. Bahkan dokter disana sampai kaget melihatku yang koma bertahun-tahun akhirnya sadar juga."
"Lalu pakaianmu..."
"Ah, ini? Maklum, kalau aku pakai baju yang biasa kupakai di kota, aku akan menarik perhatian nanti. Merepotkan." Ujar Jack sambil menghela nafasnya.
"H-H….. HUAAAA!" Claire nangis.
"W-Woi! Apaan sih?! Kok tiba-tiba nangis?!" Jack menyentuh rambut Claire. Spontan Claire langsung menarik tangan Jack. Jack terhentak.
"Ke-kenapa.. G-Gak boleh ya..?" Ujar Jack takut. Dia hanya bermaksud menghibur Claire dengan mengusap kepalanya, tapi dia tidak tau bahwa Claire akan marah.
"Bu-bukan itu! Kau.. Kau… Bisa menyentuhku..?"
"Tentu saja bodoh.. Aku ini manusia." Ujarnya sambil menyentil dahi Claire.
"Hiks…. Syu.. Syukurlah…" Ujar Claire sambil menghapus air matanya yang tidak bisa berhenti sejak tadi. Jack hanya tersenyum dan menatapnya.
"Hei… Aku kan sudah kembali.. Dan sudah jadi manusia.."
"Ya?" Ujar Claire sambil menghapus air matanya. Kini dia sudah berhenti menangis.
"Mmm.. Itu…" Jack menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Dengan muka memerah, dia pun menatap Claire. Kemudian memalingkan wajahnya lagi.
"Apaan sih?" Tanya Claire bingung.
"…..leh gak…"
"Apa? Suaramu gak kedengeran!"
"Ahh! Kau ini! Kubilang! Boleh gak! Aku…! … Me.. M-Me.. ….. Memelukmu…" Ujar Jack dengan suara yang makin lama makin mengecil itu.
…..
Claire terdiam. Kemudian saat dia tersadar mukanya memerah.
"A-a-a-apaa-aaa?!" Claire ikutan panik.
"Y-ya-yaa-aa.. AGH! Ya sudah kalau tidak ma-mau…" Ujar Jack sambil membalikkan badannya.
Masih dengan muka memerahnya Claire terdiam. Kemudian dia menatap punggung Jack, yang selama ini selalu dia lihat. Dan.. Dia rindukan..
….
SYUT
"!"
Claire memeluk Jack dari belakang.
"W-WOI!" Muka Jack sekarang merah sepenuhnya.
"Aku kangen tahu.." Ujar Claire sambil mempererat pelukannya. Mendengar hal ini Jack pun terdiam. Kemudian membalikkan badannya dan balik memeluk Claire.
"Bodoh.. Seharusnya itu kata-kataku.. Akhirnya.. Aku bisa memelukmu.." Ujarnya.
".. Iya.." Claire pun membalas pelukan Jack. Kemudian, Jack melepas pelukannya, dan menyentuh kedua pipi Claire.
Eh?
"Claire.."
Perlahan, wajah Jack pun mendekat..
Eh? Eh? Eh?! EHH?!
Panik, Claire pun menutup matanya. Wajah Jack pun semakin mendekat..
Dan…
"Eits, tunggu dulu."
"WUAAAHHH!" Spontan, Jack dan Claire langsung mengambil jarak, melihat Kappa yang berada di samping mereka.
"K-K-K-KAPPAA?!"
"Halo! Bagaimana kabar kalian?" Dewi muncul di samping mereka.
"D-Dewi.." Claire pun mulai merasa takut. Jangan-jangan.. Dewi belum mengambil ingatannya, dan bermaksud mengambilnya sekarang!?
"Tidak, aku hanya mengetesmu saja, Claire." Ujar sang Dewi. "Kalian sudah berjuang. Akhirnya kau bisa kembali… Jack."
".. Iya. Maaf telah banyak merepotkan, Terima kasih.. Dewi." Ujar Jack.
"Hahaha, tidak kok! Aku banyak mendapat hal-hal menyenangkan. Harusnya aku yang berterima kasih." Jawab Dewi. Kemudian Dewi menatap Claire.
"Nah.. Kini, tugas kami sudah selesai.." Perlahan tubuh Dewi, Kappa, dan kuraci pun mulai menghilang.
"Ehh?! Apa yang terjadi!?" Tanya Claire panik.
"Kalian tidak lagi memerlukan kami. Karena itu, inilah imbalan yang kuambil dari kalian." Ujar Dewi.
"Maksudnya… Kami tidak bisa melihat kalian lagi..?" Tanya Claire.
"…. Claire.. Jaga diri baik-baik…" Ujar para kurcaci sambil menahan air mata mereka. Sementara Kappa hanya terdiam.
".. Berbahagialah, kalian berdua."
SRRIINNGG
…
Mereka pun lenyap. Claire dan Jack hanya terdiam.
"Inikah.. Bayarannya?" Ada perasaan sedikit lega di hati Claire, sekaligus sedih.
"Ya…" Jawab Jack sambil menutup matanya.
Inikah.. Yang terbaik bagi kita semua? …
"AH IIIIIIYYYAAAAAA!" Teriakan Claire membuat Jack terhentak. Claire langsung lari ke dekat bebatuan, dan mengambil sebuah benda.
"Syukurlah masih ada.. Tadi kutinggal disana.."
"Itu..? Kotak kakek?" Tanya Jack.
"Ya! Dan tebak! Berkat teman-teman, tinggal satu kunci lagi! Tapi aku tidak tau ini kunci apa.. Karena kunci festival sudah terbuka semua.."
Jack hanya terdiam, dan mulai meraih sesuatu di dalam bajunya. Sebuah kalung, dengan kunci sebagai liontinnya.
"I-Itu?!" Jack tidak membalas respon Claire. Dia berkosentrasi membuka gembok itu.
KLIK!
Kotak itu pun terbuka. Isi di dalam kotak harta kakek Jack.. Apa yang ada di dalamnya… Di dalamnya…
"…. Kertas?"
Jack masih terdiam, dan dengan perlahan dia meraih kertas yang sudah sedikit pudar itu. Dia membuka lipatannya. Dan terpaku saat melihat apa yang ada di depan matanya. Penasaran, Claire pun mendekat dan ikut melihatnya.
Dilihatnya sebuah gambar yang bisa dibilang buatan anak-anak. Di dalam gambar itu, terdapat sebuah gambar anak laki-laki di tengah-tengah yang sedang tersenyum. Kemudian di sampingnya ada gambar sebuah pria dan wanita sedang menggandeng anak itu dengan muka tersenyum. Di pinggir kertas itu ada gambar seorang pria bejanggut yang tersenyum. Dan.. Apa itu? Sebuah benda seperti awan, ada di bawah anak kecil itu.
"Ini… Apa?" Claire merasa pernah melihat kertas itu sebelumnya. Tapi… Dimana?
Jack terdiam, kemudian tersenyum.
"Ini gambarku waktu kecil. Lihat? Anak ini ceritanya aku dulu. Dan ini kedua orang tuaku." Ujar Jack sambil menujuk gambarnya. Claire hanya mengangguk-angguk.
"Dan.. Setelah itu aku pindah ke tempat kakek.. Awalnya aku tidak suka padanya.. Tapi, lama-lama aku merasa nyaman berada bersamanya.. Kemudian kutambahkan gambar kakekku. Lihat, krayonnya beda warna kan?" Ujar Jack.
"Ah! Benar! Lalu ini.. Apa? Rumput?"
"Haha! Bukan.. Ini.. Sahabat kesayanganku.. Kau tau? Dulu aku bersahabat dengan domba."
"BUFHT!" Claire menahan tawanya. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dan dia memutuskan tidak akan memberitahu Jack. 'Jack! Domba itu aku loh!' Claire tidak bisa membayangkan reaksi Jack kalau dia berkata seperti itu.
"Kau kenapa?" Tanya Jack dengan muka aku-tau-ini-memalukan.
"Tidak kok, hanya keselek. Hehehe.." Ujar Claire.
"Haahh, dasar. Tapi benar loh. Dia.. Adalah domba ajaib yang sangat aneh. Dia menghilang tiba-tiba saat menyelamatkanku. Aku dulu sempat berpikir apakah dia menghilang gara-gara aku.. Dan apakah dia membenciku.."
"TIDAK! ITU BUKAN SALAHMU! DAN DIA TIDAK MEMBENCIMU! " Ujar Claire cepat. Jack hanya plengo, kemudian menyentil dahi Claire.
"Hahaha, iya bodoh. Aku tau. Aneh rasanya.. Kenapa aku merasa kau mirip Gembul ya?" Ujar Jack. Baru saja Claire merasa sedikit terharu.. "Mungkin karena sama-sama gembul."
BUAK!
Claire menendang Jack.
"ADUH! APAAN SIH?!"
"Biarin!" Ujar Claire sambil memalingkan wajahnya. Kemudian dia menatap kertas itu. "Tapi.. Kenapa kertas itu bisa jadi harta berharga kakekmu?"
"Entahlah.. Hmm?" Jack membalik kertas itu dan menemukan sebuah tulisan kecil dibaliknya. Dia pun membacanya.
Untuk cucuku,
Selamat! Kau berhasil membuka kotak ini! Kutebak, kau pasti kecewa kan karena isinya bukan emas atau sebagainya? Melainkan gambarmu yang diam-diam kuambil! Hahaha!
Tapi.. Yang ingin kukatakan bahwa..
Jangan menyalahkan dirimu lagi. Jadilah pria dewasa sejati, dan selalu lindungilah apa yang berarti bagimu!
Kau.. Orang tuamu.. Penduduk Mineral Town.. Juga hewan-hewan ternakku, adalah harta berhargaku. Termasuk gambar ini. Karena di gambar ini, aku tau bahwa cucuku adalah anak baik yang menyayangi keluarga dan teman-temannya. Bukanlah pembawa sial seperti yang dikatakan orang-orang.
Karena itulah cucuku... Kuharap, kau juga akan menemukannya. Harta berhargamu. Saat kau menemukannya nanti, tunjukkanlah padaku!
Dan ingatlah, orang tuamu, dan kakekmu ini.. selalu menyayangimu.. Jack.
Penasaran dengan Jack yang terdiam, Claire pun mulai berbicara.
"Apa isinya Jack?"
BRETTT!
Jack merobek kertas itu. Lalu melemparnya ke laut, lalu disusul dengan kotak itu.
BYUUURR!
"EHH?! EHHH? EEEHH?!" Claire panik. "Jack! Itu harta berharga kakekmu kan!? Harta berhargamu juga kan!?"
"Aku sudah tidak memerlukannya lagi." Ujarnya sambil menatap lautan dengan mata yang menerawang entah kemana.
"Eh.. Ta-tapi.. kenapa..?"
"Karena aku…" Jack menatap Claire.
"Telah memiliki harta berharga lain yang harus kulindungi." Ujarnya, sambil tersenyum dengan hangat.
…
"… Hah? KAPAN?! Kau menemukannya dimana?! Kok aku tidak tau?!" Ujar Claire. Jack menepuk wajahnya. Kemudian menghela nafasnya.
"Tidak akan kuberitahuu!" Ujar Jack sambil menjulurkan lidahnya. Kemudian mengangkat kopernya dan pergi meninggalkan Claire.
"Ehh?! Tunggu! JACK!"
Claire pun, ikut mengejar Jack menuju Mineral Farm.
-oOo-
Nenek, apa kabar?
Aku baik-baik saja. Kehidupanku? Masih normal seperti biasa.
Meskipun kekuatan warisan keluarga kita tidak kumiliki lagi, tapi kadang aku masih bisa merasakan keberadaan mereka. Contohnya, ikan di kolamku sering pingsan secara tiba-tiba. Aku tau, pasti Kappa ada disitu. Walau aku tidak bisa melihatnya lagi.
Oh iya, ngomong-ngomong.. Jack tetap tinggal bersamaku. Tapi, tentu saja di kamar terpisah. Gotz membuatkannya untuk kami. Walau terkadang, trio ganteng sering sekali menginap di Mineral Farm dengan alasan agar-aku-aman. Aku tidak mengerti…
Soal teman-temanku… Yah, mereka memang unik-unik seperti biasa. Dan terima kasih berkat kedatangan Jack yang bikin heboh satu desa, para laki-laki langsung menganggapnya rival. Terutama trio ganteng yang tidak menyangka bahwa Jack sangat berbeda dengan yang mereka bayangkan. Mereka pikir Jack adalah seorang pria gendut ala bangsawan yang super duper egois. Oke, hanya egoisnya yang benar. Bahkan, mereka sempat menyangka Jack itu perempuan. Hah.. Mereka itu..
Sedangkan… Teman-teman perempuanku sudah menjadi fansnya. Mereka bilang Jack adalah seorang gentle man yang super keren. Huh! Mereka belum tau sifat aslinya. Seenaknya menilai sifatnya.. Eh tunggu dulu.. Bukan berarti aku ya cemburu, nek! Aku hanya tidak suka bagaimana cara mereka menempel terus pada Jack, membicarakan tentang Jack, dan.. Ah, kurasa aku memang cemburu. Tidak apa kan, nek?
Kemudian..
BRAAKK!
"WOI! Claire! Ayo, bantu di luar!... Mmm? Kau sedang apa?"
"Ti-tidak! Bukan apa-apa kok!" Claire dengan sigap menutup, dan memasukkan diarynya ke dalam laci mejanya. Kenapa sih Jack harus datang di saat yang sangat tidak tepat?!
"Hah.. Terserah.. Sebentar lagi teman-temanmu datang.. Cepat siap-siap!" Ujar Jack sambil membenarkan topinya.
"Ah, iya iya!" Claire pun berjalan keluar dari kamarnya. Sementara Jack, dibelakangnya, menatap pintu kamar Claire yang masih sedikit terbuka. Kemudian masuk ke dalam kamar tersebut diam-diam.
-Mineral Farm-
"Maaf lama ya…" Ujar Claire dan Jack yang baru saja keluar dari rumah mereka. Rupanya teman-teman mereka sudah menanti.
"Claire! Ayo! Kita siapkan pesta tahun baru yang meriah!" Ujar para gadis yang sudah menunggu di luar.
"Hei, Claire! Nanti kan ada pesta dansa, ayo kita berdansa bersama!" Ajak Cliff.
"Tunggu! A-aku.. aku duluan yang mengajak Claire!" Sahut Gray.
"Kalian ini, pesta dansanya kan masih nanti.." Ujar Dokter.
"Kalau begitu.. Jack! Kau sama aku ya!" Ujar Karen sambil mendekati Jack.
"Ehh?! Karen!?" Rick kecewa. Sedikit. Eh tidak deh, lumayan. (?)
"Jangan! Aku juga mau sama Jack!" Popuri gak mau kalah.
"BAHKAN POPURI!? ….. GRRRR… JACK….!" Tampaknya, yang paling dendam pada Jack adalah Rick. Sementara, Jack dengan tampang tidak bersalahnya, pura-pura tidak melihat Rick. Sabar ya, Rick.
"Mmm.. Bagaimana kalau kita siapkan pestanya dulu saja?" Ujar Claire.
"Tunggu!" Tiba-tiba Jack mengalihkan perhatian. "Aku mau bicara."
"Ada apa Jack?" Tanya Ann.
"….. Supaya tidak ada kesalahpahaman.."
GREP!
"Kami sudah jadian." Ujar Jack sambil memeluk Claire dari belakang.
…..
"EEHHHHH?!" Semua kaget, termasuk Claire.
"A-a-a-a-a-apaa?!" Claire panik.
"Kenapa? Keberatan?"
"Bukan begi.."
"SANGAAATTTT!" Belum selesai Claire bicara, trio ganteng sudah mencela duluan.
"Ya sudah, toh kalian tidak akan bisa merebutnya dariku!" Ujar Jack sambil mempererat pelukannya pada Claire.
"?! LEPASKAN!" Teriak Trio ganteng sambil menarik lengan Jack.
"Tidak! Ayo kabur!" Jack menggandeng Claire dan pergi ke atas gunung.
"TUNGGGUUU HEEIII!" Tidak terima, trio ganteng dan kawan-kawan pun mengejar mereka di belakang.
-oOo-
Di Mineral Farm yang sudah kosong itu, masih terdapat makhluk yang sejak tadi menonton mereka..
"Hah.. Syukurlah akhirnya mereka jadian juga.." Ujar para kurcaci.
"Iya iya! Tapi.. Apa kita benar-benar tidak terlihat lagi oleh mereka?" Tanya Kappa.
"Kenapa? Kau kesepian? Hahaha, tidak apa. Mereka masih tetap menyadari keberadaan kita kok. Kita juga masih akan tetap mengawasi mereka. Benar kan, Witch Princess? Sampai kapan kau mau sembunyi?"
"EHHH?!" Kappa dan kurcaci sama-sama terkejut.
"H-Huh! Siapa juga yang sembunyi?!" Ujarnya ketus.
"Jangan malu-malu!" Ujar sang Dewi.
"Aku tidak…. Yah.. Aku akan mengaku.. Aku.. Minta maaf.." Kurcaci dan Kappa membatu. Witch Princess.. Minta maaf?!
"… Kau itu bicara apa? Aku sudah memaafkanmu sejak lama.." Ujar Dewi. Apa?! Kappa dan kurcaci sampai mangap menyaksikan adegan itu.
"Be-benarkah? Te… Terima kasih.." Ujar Witch Princess.
"Ahhh… Syukurlah semua berakhir baik!" Ujar para kucaci.
"Happy ending.. Happy ending!" Teriak Kappa.
"Ah, ini, hadiah untukmu!" Ujar Witch Princess, memberikan bunga kepada Harvest Goddess.
"Ah, ini juga untukmu. Kau suka kan?" Ujar Harvest Goddess memberikan jamur.
"Hehehe…" Mereka tertawa bersama. Tak lama…
DDUUUUGGGGEEEERRRR DDUUUGGERRRR!
Kappa dan para kurcaci terlempar akibat ledakan misterius yang entah muncul darimana itu.
"A-apa yang terjadi?!" Ujar para kurcaci panik.
"BERANINYA KAU MEMBERIKANKU JEBAKAN!?" Ujar Witch Princess dengan baju compang camping kena ledakan.
"ITU KATA-KATAKU TAU! BUNGA APAAN NIH?!" Ujar Dewi yang juga penuh dengan asap, rambutnya mekar. Mengalahkan jambul khatulistiwa sekalipun.
"JADI KAU MEMANG SENGAJA YA?!"
"KAU JUGA KAN!?"
"Ahh… Ternyata mereka belum rukun…" Ujar Kappa kecewa.
"Yah.. Lebih baik kita segera pergi dari sini sebelum.."
DDUUUUGGEERRR DUUUGGERRRR!
"… … SELAMATKAN TERNAK CLAIRE!" Ujar kurcaci dan Kappa, yang segera berlari menuju kandang ternak.
-oOo-
Setelah beberapa lama berlari, Claire pun melepaskan pegangan Jack.
"Tunggu dulu!" Teriaknya.
"Mmm? Apa? Ayo cepat! Kita harus lari!" Ujar Jack, tanpa menatap Claire. Claire menatap Jack dengan lekat.
"… Jack.. Kau serius.. Soal.. Tadi..?" Tanya Claire. Agak ragu.
"…" Jack hanya membelakanginya, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
"Jack..!" Claire mendekati Jack, dan dia pun melihat, wajah Jack semerah tomat.
"WUAH! Ja-ja-jangan ngagetin.. BODOH!" Ujar Jack, sambil mundur beberapa langkah.
"Aku tidak ngagetin! Aku.. Cuma.. Ingin memastikan kata-katamu.. Tadi.."
"…." Mereka berdua pun terdiam untuk beberapa saat. Kemudian..
"Ka…."
"Eh?" Claire merasa Jack mengatakan sesuatu tadi.
"Aku suka padamu." Ujar Jack sambil menghindar dari tatapan Claire.
...
"H-hah…" Muka Claire memerah. Memanas. Mendidih. Pikirannya kosong.
((Ta-tadi dia bilang… Apa..?))
"Hei.. JAWAB DONG! SESUATU!" Protes Jack dengan wajah memerahnya.
"M-Maaf! Maksudku a-aku.. Bingung harus bagaimana.." Ujar Claire masih menundukkan wajahnya.
"... Ya sudahlah.. Lagipula.. aku sudah tau kok.." Tambah Jack. Claire langsung menatap Jack.
Heh?
Tunggu.. … Tunggu dulu! Apa maksudnya?
"Tau apa maksu.."
"Kau tidak akan bisa bohong lagi.. Karena aku sudah tau segalanya.." Jack menunjukkan sesuatu di tangannya yang satu lagi. Sebuah benda yang sangat amat teramat sangat Claire jaga keberadaannya.
JENG!
"DIARYKUUU?!" Claire berusaha meraih buku pusakanya itu, namun sia-sia. Jack mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Jadi.. Bagaimana? Kau tidak bisa bohong lagi.." Ujar Jack dengan wajah meledek.
Claire hanya bisa diam di tempat dengan muka memerah. Memang sih Claire menyukai Jack.. Tapi kalau begini cara ketahuannya…
"Karena itulah..."
Jack mendekatkan wajahnya ke wajah Claire, kemudian..
Cup!
"Aku hanya tertarik padamu kok, jadi tidak perlu secemburu itu pada teman-temanmu! Hahaha!" Ujarnya sambil pergi berlari meninggalkannya. Claire masih diam ditempat dan berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
… Barusan.. Barusan.. Apa yang dilakukan Jack padanya?!
Blusshh
Claire bisa merasakan wajahnya memanas. Tapi, Claire pun tersadar akan hal penting yang dia lupakan. Bagaimana dia tau kalau Claire cemburu pada teman-temannya...? ... Jangan-jangan..!
"JAAACCCCCKKKKKKKK! TUNGGUU! KEMBALIKAN DIARYKUUUU!"
...
Nenek,
Berkat nenek aku bisa merasakan berbagai macam hal sampai saat ini.
Mulai dari yang menyebalkan, tapi ada juga yang menyenangkan.
Dan mulai saat ini kurasa.. Masalahku akan bertambah banyak.
Tapi aku juga banyak mendapatkan pelajaran berharga.
Juga berhasil menemukan harta berhargaku.
Aku bersyukur aku bisa datang ke Mineral Town.
Bisa tinggal di Mineral Farm.
Dan menjalani hidup sebagai Claire sang petani.
Ini semua berkat nenek.
Karena itulah..
… Nenek… Terima kasih.
-(^_^)-
Yak, jadi sebenarnya.. Itulah ending dari kisah ini. Saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya buat yang membaca cerita ini sampai akhir.. Terima kasih! /
Juga untuk yang sudah banyak memberikan review, favorites, sungguh, itu berarti sekali buat saya :'D , Yang jelas, berkat dukungan kalian semua, cerita ini bisa tamat! Terima kasihhhhh! (Maaf ya kalau lebay, maklum, authornya norak).
Terus saya minta maaf buat yang berharap cerita ini bakal berlanjut lebih lama.. Atau ending cerita ini diluar harapan kalian.. Karena itu, buat kalian semua yang punya ide atau saran untuk cerita saya selanjutnya, tolong kasih tau saya ya! Enaknya cerita ini mau dibikin sequelnya? Atau ada yang mau kasih saran pairing lain? hehehe!
Ditunggu ya kritik dan sarannya! Terima kasih banyak! Aku sayang kalian semuaaaa! :D
-Lutanima-