"A-aku—" Yunho mencoba menggerakkan bibirnya yang kaku

.

.

Yunho benar-benar di ambang frustasi dan bersalahnya. Ia tak sanggup jika harus melihat Changmin lebih menderita dari ini.

.

.

"—menyerah"

.

..

...

~I'd Do Anything For You~

..An Alternate Universe Fanfiction..

Cast : Jung Yunho, Shim Changmin, Park Yoochun, Kim Jaejoong, Cho Kyuhyun, Choi Siwon

Warn : YAOI, Typo's, OOC, Don't Plagiat! Don't Like, Don't Read!

..TwoShots Story..

.

.

Story 2 of 2

.

..

...

Sreet

Yoochun segera menarik kasar kerah kemeja Yunho hingga membuatnya berdiri dengan paksa.

"Bajingan!"

Bugh!

Yoochun melayangkan pukulannya telak di sisi kiri wajah tampan Yunho yang selama ini terawat dengan amat baik.

"Setelah semua yang Changmin perjuangkan untukmu, dengan begitu mudahnya kau MENYERAH?! HAH?!"

Bugh!

Yoochun benar-benar naik pitam dan melayangkan lagi pukulan kerasnya, kali ini di sisi kanan wajah tampan Yunho yang tampak kusut.

"Pukul aku lagi..." lirih Yunho tanpa perlawanan sedikitpun.

Bugh!

Dengan sekuat tenaga kali ini Yoochun menghantam perut Yunho. Hingga Yunho memekik tertahan dan jatuh tersungkur di lantai dingin dan sunyi malam itu.

Dengan nafas yang menderu cepat dan emosi yang siap meledak kapan saja, Yoochun memandang sengit tubuh Yunho yang kini meringkuk di kakinya.

Namun, air mata Yoochun tak berhenti membanjiri pipi tirusnya.

Hatinya tersayat perih melihat situasi saat ini.

Bukan..

Bukan karena ia melihat sahabatnya babak belur oleh ulahnya sendiri...

Tapi karena seolah ia merasakan apa yang Changmin rasakan..

Bagaimana seandainya Changmin tahu, bahwa Yunho menyerah begitu saja pada hubungan mereka berdua—

.

.

—menjelang hari pernikahannya.

Yoochun tak menyangka jika sahabat yang ia percayakan untuk menjaga hati Changmin, kini malah berusaha menghancurkannya berkeping-keping.

"M-min..nie.." Yunho berucap di sela-sela rintihan kesakitannya yang memuntahkan darah.

"I-ia... Melihatku... ber- uhuk.. ciuman.. dengan Jaejoong"

Yoochun membeku dengan tatapan tak percaya, mendengar apa yang diucapkan Yunho dengan lirih.

Duagh!

"BAJINGAN!"

Yoochun menendang perut Yunho dengan keras.

"BRENGSEK!"

Duagh!

Sekali lagi Yoochun menendang membabi buta pada Yunho yang kini tak berdaya hingga kesadarannya kian menipis.

.

..

...

"Bagaimana keadaannya, hyung?"

Siwon membelai lembut wajah dongsaeng kesayangannya dengan tatapan terluka. Untung saja tak ada luka yang terlalu parah pada tubuh Changmin.

Hanya tulang sikunya yang retak dan pendarahan di kepala yang kini sudah teratasi dengan baik.

"Masih belum ada perubahan..Tapi dokter bilang lukanya sembuh dengan cepat.." Yoochun menjawab pertanyaan Siwon dengan lemah.

"hiks.. hiks.."

Kyuhyun masih saja terisak dalam pelukan Siwon.

Ia tak sanggup melihat keadaan sahabatnya yang saat ini terbaring lemah tak berdaya.

"Shh.. sudah babyKyu.. Jangan menangis sayang..Nanti Changminnie mendengar tangisanmu dan ikut bersedih.."

Siwon mengecup puncak kepala Kyuhyun berulang kali dengan tangan kirinya yang mengusapkan punggung Kyuhyun dengan lembut.

Sementara tangan kanannya yang tadi ia gunakan untuk membelai rambut Changmin, kini ganti meraih dan menggenggam tangan Changmin dengan lembut. Seolah ia takut akan menyakiti adiknya jika ia menggenggam terlalu erat.

"Terima kasih, hyung.. Kau selalu menemani Changmin di sampingnya.."

Siwon berucap tulus pada Yoochun yang berdiri di sampingnya.

Sementara Yoochun hanya mampu menjawab ucapan itu dengan senyuman serta tatapan penuh cinta yang selalu tertuju memandang Changmin.

Tok tok tok..

Sebuah ketukan pintu mengalihkan pandangan Yoochun, Siwon, dan Kyuhyun untuk melihat 2 orang paruh baya yang kini memasuki ruang rawat inap Changmin dengan mata yang sembab.

"A-anakku...hiks.." gumam seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah Ny. Choi. Ia berjalan tertatih-tatih dengan dibantu Tuan Choi yang menangis dalam diam.

Bagaimana pun juga, mereka sudah menganggap Changmin anak mereka sendiri. Sehingga kini saat melihat Changmin terbaring lemah tak berdaya, orang tua itu merasakan sedih tak terkira.

.

.

Selama beberapa jam suasana ruang rawat inap itu hanya hening.

Hanya ada suara elektrokardiograf yang mengalun teratur diselingi isakan tangis dari Kyuhyun dan Ny. Choi.

Hingga akhirnya suara bunyi pintu yang terbuka, membuat seluruh kepala dalam ruangan itu menoleh ke arah pintu.

.

.

Dan muncullah sesosok pria di balik pintu itu.

Dengan bantuan tongkat jalan, ia berjalan mendekati kerumunan yang mengelilingi ranjang tempat Changmin berbaring.

"Mau apa kau ke sini?!" desis Siwon begitu melihat Yunho mencoba mendekat ke arahnya.

Sontak Ny. Choi yang tak mengerti apa-apa, menghentikan tangisnya dan memandang tajam ke arah Siwon.

Ny. Choi sendiri bingung begitu mendapati banyak luka memar di wajah tampan Yunho serta kakinya yang tak bisa berjalan dengan baik hingga harus menggunakan tongkat jalan.

"Ia tunangan Minnie, Siwonnie.. Tentu saja ia berhak mengetahui keadaan tunangannya" dengan suara serak Ny. Choi memperingati Siwon yang kini memperlihatkan wajah permusuhan pada Yunho.

Nyonya serta Tuan Choi tentu bingung dengan situasi yang terjadi.

Maklum saja, mereka baru tiba dari Paris untuk urusan perusahaan Choi group. Tentu mereka tak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Changmin.

Sementara Siwon? Ia dan Kyuhyun sudah mendengar semua penjelasan dari Yoochun.

Bahkan Yoochun pun telah menjelaskan bahwa mulai saat ini, Yoochun yang akan berusaha membahagiakan Changmin dan bersedia menggantikan posisi Yunho sebagai tunangannya.

Yoochun juga sudah melepaskan cincin yang melingkar di jari manis Changmin.

Dan ia berjanji akan mengganti dengan cincin miliknya setelah Changmin siuman.

"Dia bukan tunangan Changmin lagi, eomma" Siwon berujar dengan dingin. Wajahnya mengeras menatap tajam ke arah Yunho.

Dan Yunho..

Ia hanya mampu terdiam seribu bahasa.

Ia tahu bahwa kehadirannya tidak diharapkan lagi dalam lingkaran itu.

Ia hanya mampu menatap Changmin sendu.

Berharap Tuhan mau mengabulkan doanya, agar Changmin segera sadar dan setelahnya, menempuh kebahagiaannya sendiri.

"Apa maksudmu, Nak?" tanya Tuan Choi meminta penjelasan atas semua yang terjadi.

Namun belum sempat Siwon menjawab, sebuah pergerakan kecil di jari tangan Changmin mengejutkan Yoochun dan Kyuhyun yang memang tak melepaskan genggaman tangan mereka pada masing-masing sisi tangan Changmin.

Yoochun di sebelah kiri. Dan Kyuhyun di sebelah kanan.

Kini keduanya terkesiap dan saling menatap kaget dengan respon yang mereka dapatkan.

Karena kedua tangan Changmin mulai bergerak..

"Cepat panggilkan dokter!" ujar Kyuhyun pada akhirnya.

.

..

...

Perlahan-lahan mata bambi itu mulai terbuka dan tampak menyesuaikan cahaya sekitar.

"Changminnie.." lirih Ny. Choi begitu melihat Changmin mulai membuka matanya.

Dan dokter pun kembali memeriksa keadaan Changmin sebelum bertanya lebih lanjut pada Changmin yang kini masih masa transisi menyesuaikan diri.

"Kau mengenali mereka?" tanya sang dokter lembut untuk memastikan keadaan Changmin.

Mata Changmin pun bergerak menatap dua sosok paruh baya di sebelah kanannya.

"E-eomma... A-ppa.." ucap Changmin lirih menatap Tuan dan Ny. Choi.

"Iya sayang.." jawab Ny. Choi membelai lembut rambut Changmin.

Tuan dan Ny. Choi tersenyum bahagia melihat anak kesayangan mereka begitu mudahnya mengenali mereka.

Lalu Changmin pun beralih ke samping .

"K-kyu... S-siwon..hyung"

"Ne Changminnie.." jawab Siwon tersenyum lembut.

Kini Changmin menoleh ke arah kirinya dimana berdiri sesosok lelaki menawan yang tak henti tersenyum lembut ke arahnya.

Membuat Changmin ikut tersenyum melihat wajah yang amat dikenalnya itu.

"Yoochun-hyung.."

Dan Yoochun hanya mengangguk sambil tetap tersenyum tampan.

Terakhir...

Changmin melihat ke arah sesosok pria dengan banyak luka memar di wajahnya.

Namun sebanyak apapun luka di wajah itu, Changmin mengakui dalam hati, bahwa pria itu begitu—

"Kau... siapa?"

—tampan.

Pertanyaan Changmin sontak membuat seluruh mata terkejut ke arah Changmin. Tak bedanya pada sosok yang tak mampu dikenali Changmin itu.

Namun sosok itu masih bisa tersenyum menatap lembut Changmin. Walaupun senyumannya terasa...

..pahit dan menyakitkan hatinya sendiri.

'Bahkan kau juga membuangku dari hidupmu...'

Ungkapan batin itu ditujukan Yunho untuk Changmin.

.

..

...

...

"Amnesia parsial... pasien dengan amnesia ini tidak mempunyai kemampuan untuk mengingat beberapa orang dalam waktu yang lama, dapat mencapai 3 tahun bahkan bisa selamanya... Kondisi ini bisa terjadi karena pasien memiliki kerusakan otak atau trauma yang besar pada suatu kejadian. Jadi dalam kasus Changmin, dia mengalami trauma yang berat pada orang-orang tertentu sehingga tidak mampu mengingatnya.."

Yunho yang mencuri dengar di depan ruang dokter hanya mampu menangis begitu mendengar penjelasan dokter yang menangani Changmin.

Hatinya sudah hancur berkeping-keping saat kecelakaan itu terjadi.

Melihat dengan mata kepalanya sendiri proses mematikan tunangannya di depan mata.

Dan kini...

Ia merasa benar-benar tak berarti lagi hidup di dunia ini.

Mendapati orang yang paling dicintainya memiliki trauma besar padanya. Hingga Changmin tak bisa mengingat Yunho sedikitpun.

Yunho memejamkan matanya yang sudah banjir air mata.

'Andai waktu dapat diputar kembali... Aku tak akan pernah menyia-nyiakanmu lagi... Aku sangat mencintaimu... Aku tak bisa hidup tanpamu...'

Namun semua terlambat...

Dan sang waktu tak mau berkompromi dengannya.

Karena waktu terus berjalan. Meninggalkan penyesalan pada dirinya yang tak kunjung hilang.

.

..

...

"Yunnie.. Bagaimana keadaanmu? Aku bawakan buah kesukaanmu.." seorang namja cantik memasuki ruang rawat inap Yunho dan menyusun buah yang baru saja dibawanya ke dalam keranjang buah yang terletak di meja samping ranjang Yunho.

"Pergilah Jae.." ucap Yunho dengan tatapan matanya yang memandang lurus ke depan.

Ucapan yang terdengar pelan itu membuat sang namja cantik, Kim Jaejoong, menatapnya tak suka.

"Kau mengusirku?" tanya Jaejoong sambil berusaha menaiki ranjang dan duduk berhadapan dengan Yunho yang terduduk di ranjangnya.

"Pergi.." ulang Yunho masih dengan tatapan kosongnya.

"Yunnie.." Jaejoong mendekatkan tubuhnya pada tubuh Yunho dan melingkarkan lengannya di leher Yunho.

"Hei... Aku tahu kau selalu menginginkanku.. Mau melakukan 'itu' di sini? Kurasa tak ada salahnya mencoba sensasi bercinta di atas ranjang rumah sakit.." bisik Jaejoong seduktif di depan bibir Yunho.

"Kubilang... Pergi! PERGI!" Yunho menghempaskan lengan Jaejoong dan mendorongnya hingga Jaejoong terjatuh ke lantai.

"Yak! Jung Yunho! Apa yang baru saja kau lakukan, hah?!" amuk Jaejoong setelah mendapat perlakuan kasar dari Yunho.

"Apa ini gara-gara namja murahan itu, hah?!"

"Jaga ucapanmu!" Desis Yunho yang kini akhirnya memandang Jaejoong tepat di mata. Hatinya berdenyut sakit mendengar pujaan hatinya dihina sebagai namja murahan.

"Yun, sadarlah! Dia hanya pelarianmu! Akulah cinta sejatimu! Kau hanya bisa puas dengan tubuhku! Bukan dengan tubuh orang lain!"

"Cih! Kau salah! Kau... SALAH! Aku mencintainya! Aku sangat mencintainya melebihi apapun di dunia ini! Aku mencintainya walaupun aku belum pernah menyentuhnya!"

Jaejoong terperanjat mendengar kalimat penegasan dari Yunho.

"Dia terlalu suci untuk kunodai.. Dia terlalu berharga untuk kusakiti.. Dia segala galanya bagiku..hiks.."

Yunho kini mulai tertunduk dan terisak dalam tangis kesedihannya.

"Tidak..Ini... tidak mungkin.." Jaejoong menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan.

Awalnya ia pikir, Yunho hanya bercanda saat menolak ajakannya bercinta di apartemennya beberapa waktu lalu.

Ia pikir Yunho tak pernah benar-benar mencintai Changmin.

Tapi nyatanya...

Ia melihat dengan jelas bagaimana frustasinya Yunho tanpa Changmin.

Dulu, waktu ia meninggalkan Yunho, ia tak pernah melihat Yunho segila ini.

"Minnie...hiks..hiks..Minnie..."

Keadaan berantakan Yunho yang menangis terisak menyebut sebuah nama meyakinkan segalanya.

Jaejoong tak sanggup lagi menerima kenyataan ini.

Ia berlari secepat mungkin dari tempat itu.

Meninggalkan Yunho yang tak henti merapalkan sebuah nama...

'Minnie...'

.

..

...

Sudah seminggu berlalu sejak Changmin membuka matanya kembali. Dan keadaan Changmin bisa dikatakan jauh lebih baik. Hingga kini Changmin sudah bisa ditinggal seorang diri. Karena masing-masing orang terdekatnya juga harus melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Namun tidak dengan Kyuhyun. Kini ia duduk termangu di bangku taman rumah sakit sore itu. Poninya yang hampir menutupi mata bergerak gemulai seiring hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

Ia terduduk memejamkan matanya sambil menghirup aroma bunga mawar dan kamboja yang berhembus di taman itu.

Hingga tiba-tiba saja sebuah lengan yang melingkari pinggangnya mengusik kegiatan damainya sore itu.

"Sedang apa, baby?" tanya Siwon, sang kekasih yang kini meletakkan wajahnya di perpotongan leher putih Kyuhyun. Siwon selalu mengagumi aroma alami kekasihnya yang memabukkan itu.

Merasa terusik, akhirnya Kyuhyun membuka matanya dan menatap dedaunan yang bergoyang di hadapannya dengan tatapan sendu.

"Aku tahu bagaimana perasaannya saat ini.."

Kyuhyun berucap pelan hampir menyerupai gumaman.

"Siapa yang kau maksud, baby?" Siwon mengeratkan pelukannya dan mengecup pipi kekasihnya sekilas.

"Tentu saja adikmu, pabbo!" cibir Kyuhyun masih dengan nada yang lemah.

Siwon akhirnya melepaskan pelukannya untuk memutar tubuh sang kekasih agar duduk menghadapnya.

Ia menggenggam tangan Kyuhyun dengan lembut dan menatap Kyuhyun dengan tatapan

'Apa maksudmu? Aku tak mengerti..'

Menjawab arti di balik tatapan Siwon, Kyuhyun menghela nafasnya sekali sebelum akhirnya menguak kenyataan yang sebenarnya.

"Changmin tidak amnesia—

.

.

.

—sama sekali tidak"

Dan kalimat fakta itu membuat Siwon terperanjat kaget bukan main.

"Changmin berusaha melupakan Yunho—

Siwon mempererat genggaman tangannya pada Kyuhyun dengan alis tebalnya yang bertaut menjadi satu.

"—namun ternyata ia tak mampu melakukannya"

.

..

...

Air dan api.

Perang dan cinta.

Dua hal yang saling bertolak belakang itu memang terlihat mustahil untuk disatukan.

Namun jika dilihat lebih dalam..

.

.

..keduanya tak bisa terpisahkan.

.

.

Api hanya bisa padam dengan air. Dan air bisa habis jika dipanaskan dengan api.

.

Perang tak akan bisa damai tanpa adanya cinta. Dan cinta bisa bercerai berai karena berperang.

.

Seperti dua insan yang saat ini menjalani perawatan di rumah sakit yang sama.

Keduanya tampak gelisah di ranjang masing-masing. Dalam ruangannya masing-masing.

Dipisahkan dalam jarak tertentu, namun ternyata pikiran mereka menjadi satu..

.

.

"Minnie.."

"Yunho hyung.."

.

.

Dan secara bersamaan, mereka bangkit dari ranjang mereka masing-masing.

Yunho berniat untuk menuju kamar Changmin.

.

Dan Changmin berniat menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruang rawat inap Yunho.

.

Namun lagi-lagi takdir mempermainkan mereka..

Atau justru takdir tak ingin memihak mereka?

.

Yunho telah sampai di pintu kamar inap Changmin. Dan ia hanya mendapatkan sebuah ranjang kosong tak berpenghuni.

.

Sedangkan di sisi lain, Changmin tengah berjalan menuju kamar inap Yunho. Dan ia terpaksa menghentikan langkah kakinya ketika melihat seorang namja cantik memasuki ruangan itu.

Dan Changmin tak bisa merasakan lebih sakit lebih dari ini.

Ia pun memilih untuk memutar balik arah langkahnya dengan berderai air mata.

.

'Ternyata Yunho hyung lebih memilihnya dibanding aku..'

Kalimat itu terus terngiang di kepala Changmin dan menyayat hatinya setipis mungkin.

Ia mengira bahwa kedatangan Kim Jaejoong ke kamar Yunho memang diinginkan oleh sang pemilik kamar tersebut.

.

'Tak seharusnya aku mengharapkan Yunho hyung untuk kembali padaku.. Memperjuangkan cintanya untukku.. Karena pada kenyataannya, ia sudah melupakanku dan memilih bersamanya..'

.

..

...

Yunho dilanda kepanikan begitu tak mendapati Changmin di kamarnya.

Ia tahu betul bahwa kondisi Changmin masih sangat lemah. Kali ini, ia tak akan membiarkan siapapun untuk membawanya kabur dari rumah sakit seperti yang pernah Changmin lakukan dengan Yoochun.

Yunho berusaha berlari dengan kakinya yang terpincang menyusuri koridor rumah sakit.

Dan jantungnya serasa berhenti berdetak begitu ia melihat siluet lemah yang berguncang di sudut koridor.

Ia tentu saja hafal bentuk tubuh itu.

.

Tubuh yang selalu didekapnya ketika tidur.

.

Tubuh yang selalu ingin memeluknya untuk melindunginya.

.

.

Dengan kakinya yang berjalan pincang, Yunho menghampiri sosok yang menangis di balik lututnya yang terlipat.

Dan perlahan Yunho mengusap punggung yang bergetar itu dengan lembut.

Membuat sosok yang menangis itu mendongakkan kepalanya dan terbelalak kaget.

"Pergi!"

Changmin menepis tangan Yunho di punggungnya dengan kasar.

Dan satu kata itu cukup ampuh membuat Yunho merasa hancur seketika.

.

.

I'd walk halfway around the world

I'd go anywhere for you

Anywhere you asked me to

I'd do anything for you

Anything you want me to

.

.

Yunho menatap Changmin dengan tatapannya yang terluka.

Betapa ia sangat mengkhawatirkan sang pujaan hati.

Namun ia serasa dihempaskan ke jurang saat melihat Changmin yang menatapnya benci dan terluka.

"Aku hanya mengkhawatirkanmu.." Yunho bersuara lembut

"Aku tak mengenalmu! Jadi jangan urusi aku lagi! PERGI!" Changmin berteriak tepat di wajah Yunho.

Membuat Yunho tak tahan lagi menahan kepedihannya dan menitikan air matanya ketika Changmin menjauh pergi.

Meninggalkannya sendiri.

"Aku mencintaimu.. hiks.. Aku sangat mencintaimu—"

Siapapun yang melihat Yunho saat ini. Mungkin mereka akan berfikir bahwa ia saat ini sedang syuting drama romansanya.

Karena siapapun yang mengenal Yunho dengan baik, mereka pasti tak menyangka bahwa seorang Jung Yunho yang terkenal kuat dan keras, bisa hancur lebur hanya karena sebuah nama

"—Minnie..."

.

..

...

"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Yoochun sambil menyuapi Changmin makan.

"Ne.. tanyakan saja apapun yang mau kau tanyakan, hyung.." jawab Changmin sambil tersenyum manis.

"Kau... Apa benar.. kau... tidak ingat sama sekali dengan pria yang kau lihat saat kau siuman?" tanya Yoochun ragu.

Sebenarnya, saat ini Changmin gugup bukan main mendapati pertanyaan Yoochun itu. Tapi ia berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin.

"Maksudmu pria yang memakai tongkat jalan itu?" tanya Changmin dengan suara yang dia buat senormal mungkin.

"Ya.."

"Ani. Aku tidak mengenalnya. Memangnya dia siapa?"

"Dia... Jung Yunho.. teman sekolahku sewaktu SMA.."

"Oh" Changmin mengambil gelas yang berisi air putih dengan tangan yang sedikit gemetar. Dan ia segera meminumnya untuk membasahi tenggorokkannya yang serasa tercekat.

Ia masih berusaha untuk bersikap senormal mungkin di hadapan Yoochun.

Dan sepertinya Changmin melupakan satu hal...

.

.

Yoochun selalu mengerti arti dari setiap gerak gerik yang dilakukan Changmin, bahkan sekecil apapun.

.

Ia tidak tertipu dengan kenyataan..

...bahwa Changmin tidak amnesia.

.

..

...

"Darimana kau tahu kalau Changminnie sebenarnya tidak amnesia?" Siwon mendesak Kyuhyun untuk bercerita.

"Semalam, sewaktu aku berjaga saat Changmin tidur.. Aku mendengar Changmin mengigau menyebut nama Yunho.. Kau tahu kan apa artinya?"

Kyuhyun menatap Siwon dengan tatapan memohon.

Sementara Siwon sendiri bingung dengan sikap memohon Kyuhyun padanya.

"Apa yang kau mau aku lakukan?"

"Kumohon.. biarkan Changmin menentukan pilihannya sendiri.. Aku tahu ia sangat mencintai Yunho hyung.. Aku tahu itu.."

"Kau salah baby.. Changmin seharusnya bersama Yoochun"

"Tidak hyung.. Aku sahabatnya! Aku tahu pasti, Changmin sangat mencintai Yunho hyung" Kyuhyun bersikeras dengan permintaannya.

"Tapi Yunho tak pernah mencintai Changmin, Kyu!" Siwon tanpa sadar membentak kekasihnya dengan keras.

"hiks... "

"Ssh.. Baby.. Maafkan hyung.. Aku tak bermaksud membentakmu seperti itu.. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa mempercepat pernikahan Yoochun dengan Changmin semata-mata untuk kebahagiaan mereka.."

"hiks..hikss.. Ta-tapi.. Changmin tak akan b-bahagia ji-jika bersama Yoochun hyung.."

"Ssh.. Kau salah baby.. Justru Changmin sendiri yang mengatakan, bahwa ia selalu bahagia jika bersama Yoochun"

Kyuhyun masih sesekali terisak di pelukan Siwon yang berusaha menenangkan Kyuhyun dengan membelai lembut punggungnya.

Mereka masih dalam posisi berpelukan di bangku taman sore itu.

Tak menyadari bahwa ada seseorang di balik punggung mereka yang kini tersenyum misterius.

Sebenarnya, seseorang itu berniat untuk bertegur sapa dengan Siwon dan menanyakan barangkali Siwon tahu keberadaan Yunho.

Sebab, orang itu tak menemukan Yunho di dalam ruang rawat inapnya.

Seseorang itu...

Kim Jaejoong, kini memutar balik tubuhnya dan berjalan menjauh dari taman itu dengan senyum kemenangan di bibirnya.

"Kau akan kembali menjadi milikku, Yunnie.."

.

..

...

Dua bulan kemudian...

.

..

...

Changmin dan Yunho kembali menjalani kehidupan mereka masing-masing.

Namun semuanya tak lagi sama.

Changmin kini kembali tinggal di rumah mewah kediaman keluarga Choi. Dan ia menjadi lebih pemurung dari biasanya.

Walaupun ia kembali terjun di bidang jurnalistik bersama Yoochun, rekan kerjanya yang kini telah resmi menjadi tunangannya, Changmin tetap merasakan hampa di hatinya.

Mungkin..

Karena tak ada sedikitpun kabar berita yang ia dapatkan tentang mantan tunangannya sejak Yunho memutuskan untuk meninggalkan dunia entertainment.

Bahkan kabar terakhir yang Changmin dengar, Yunho sudah tidak tinggal lagi di apartemen yang sempat Yunho tempati bersamanya.

Yunho bagai hilang ditelan bumi.

Dan dari pemberitaan yang ada, hanya Kim Jaejoong yang tahu dimana Yunho berada sekarang.

Namun, ketika para wartawan meminta keterangannya, Kim Jaejoong hanya menjawabnya dengan senyuman misterius.

Sebenarnya Changmin ingin tak perduli tentang semua itu. Tapi nyatanya..

Hatinya berkata lain..

Changmin masih memikirkannya..

Changmin masih memikirkan Yunho..

Changmin masih mencintai Yunho..

"Hhh..." Changmin menghelas nafas sambil menundukkan kepalanya. Ia baru saja menerima pesan dari Yoochun bahwa ia tak dapat menemani Changmin bertugas.

Siang itu, Changmin kembali mengumpulkan berita. Dan kali ini ia harus mendapat berita tentang perdagangan gelap sex toys yang terselubungkan oleh toko-toko aksesoris.

Dan di sinilah Changmin berada.

Diantara kawasan pertokoan, ia menemukan sebuah toko aksesoris bernuansa violet.

Jujur saja, Changmin tertarik dengan toko aksesoris itu karena toko itu didekorasi dengan warna favoritnya.

Dengan langkah pasti, ia melangkahkan kakinya memasuki toko aksesoris yang bernama 'Changdolla' itu.

.

.

Changmin benar-benar dibuat terpesona dengan segala pernak pernik yang dijual di toko itu.

Entah perasaannya saja, atau.. memang toko itu mencerminkan dirinya?

Matanya berpendar sekeliling toko itu..

Dan entah mengapa, Changmin tertarik sekali dengan sebuah boneka yang terletak di meja kasir.

Boneka itu dipajang terpisah dengan jajaran boneka-boneka yang lain.

Ia merasa..

Boneka itu spesial...

Changmin sudah akan mengambilnya ketika tiba-tiba saja pegawai toko itu menghampirinya.

"Maaf Tuan.. Boneka yang itu tidak dijual.." suara seorang yeoja berseragam violet itu menginterupsi tangan Changmin yang sudah akan menyentuh sebuah boneka bambi berukuran sedang.

"Eh? Tidak dijual? Kenapa?" tanya Changmim bingung pada pegawai wanita itu.

"Maaf sekali, Tuan.. Tapi bos kami bilang, ia hanya akan memberikan boneka itu untuk istrinya.."

Changmin mempoutkan bibirnya sebal begitu mendengar jawaban sang pegawai wanita.

"Ada apa?"

Deg!

Tubuh Changmin menegang kaku mendengar sebuah suara dari arah belakangnya.

Suara rendah itu..

Suara yang sangat ia hafal...

Suara yang mampu membuat darahnya berdesir..

Suara yang amat dirindukannya...

"Maaf Sajangnim.. Tuan ini sepertinya ingin membeli boneka bambi.. Tapi tenang saja, saya sudah memberitahunya bahwa boneka itu tidak dijual.." jelas pegawai wanita itu pada sang pemilik toko.

Sang pemilik toko itu kemudian tersenyum maklum pada pegawainya.

"Maaf... Tapi aku memang tak menjual boneka itu.." suara bariton itu terdengar lembut di telinga Changmin.

Sementara Changmin? Ia masih tak mau membalikkan tubuhnya dan bertahan pada posisinya.

Hingga akhirnya sang pemilik toko itu berjalan melewati bahu Changmin dan berdiri berhadapan dengan Changmin.

Saat itulah dunia serasa berhenti bagi keduanya.

.

.

.

Mata bambi itu bertemu dengan mata musang.

.

.

.

Changmin dan Yunho saling menatap terkejut satu sama lain.

.

.

Keduanya lama bertatapan dengan tatapan rindu sekaligus—

.

.

"Minnie..."

—terluka.

Yunho yang pertama kali membuka suaranya merasa tercekat di tenggorokkannya.

.

.

Dengan tangannya yang gemetar, ia mengambil boneka bambi di sampingnya menyodorkan boneka itu pada Changmin.

.

.

"Untukmu.. tidak perlu bayar" Yunho memaksakan dirinya untuk tersenyum menatap Changmin dengan pelupuk matanya yang mulai basah.

.

.

Sontak saja para pegawai toko asesoris itu terkejut mendengar atasan mereka, yang dengan mudahnya memberikan boneka 'spesial' yang selama ini tak pernah tersentuh siapapun.

"Aku tidak mau. Lagipula, pegawaimu tadi bilang, kalau kau hanya akan memberikan boneka itu untuk istrimu. Dan aku... aku bukan siapa-siapamu!"

Changmin menepis boneka di hadapannya dan hendak pergi ketika Yunho membuka suaranya kembali.

.

.

"Mata bambi ini mirip denganmu.."

Deg!

Jantung Changmin kembali berdegup kencang hingga langkah kakinya terpaksa berhenti. Namun ia lebih memilih menundukkan kepalanya menghindari tatapan Yunho atau..

..menahan air matanya sendiri.

.

.

"Dulu... Aku membeli boneka ini untuk calon istriku.."

Deg! Deg!

.

.

"Tapi sekarang... Ia sudah menjadi milik orang lain.."

Changmin tak sanggup lagi menahan tangisnya.

.

.

"Ambillah..." Yunho meraih tangan Changmin yang terkulai. Dan ia meletakkan boneka bambi itu pada genggaman tangan Changmin.

"Anggap saja sebagai hadiah perkenalan.. Karena.. aku hanya mengenalmu sebagai tunangan Yoochun, sahabatku..."

.

..

...

Malam itu, Changmin memeluk boneka bambi dengan erat sambil menghirup aroma boneka itu dalam-dalam.

Maklum saja, di boneka itu entah kenapa memiliki aroma seperti parfum yang biasa Yunho pakai.

Dan tentu saja itu membuat Changmin semakin merindukan Yunho.

Changmin terus saja berguling-guling di atas kasurnya sambil memeluk boneka bambi itu.

Hingga akhirnya ia pasrah dengan perasaan rindunya yang membuncah.

Ia bangun terduduk di atas ranjangnya. Dan bertekad bahwa malam itu juga ia ingin melihat Yunho. Walau hanya dari jauh.

Dan akhirnya Changmin memutuskan untuk pergi dengan mengajak Kyuhyun. Toh selama ini, Changmin pikir, hanya Kyuhyun yang tahu bahwa sebenarnya ia tidak lupa ingatan.

Ya, setelah didesak oleh Kyuhyun, akhirnya Changmin mengaku pada sahabatnya itu jika ia tak pernah lupa ingatan.

Bahkan ingatannya masih setajam dulu.

"Yeoboseyo.."

Suara lembut Kyuhyun menyapa pendengaran Changmin di seberang telepon.

"Kyu.. Antarkan aku.."

"Apa kau gila? Ini sudah jam 10 malam! Siwon hyung pasti tidak akan mengijinkanmu keluar rumah!"

"Iya aku tahu. Karena itu aku meneleponmu! Karena hanya kau yang bisa membujuk Siwon hyung.. Ayolah Kyu.. Bantu aku! Bilang saja kalau aku akan menginap di rumahmu"

"Aish! Kau ini! Memangnya kau mau kemana malam-malam begini?"

"Aku..."

Hening sejenak.

Terus terang saja, Changmin ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Kemana, Min?"

"Aish.. Sudahlah. Nanti kau juga akan tahu sendiri! Ayo cepat jemput aku.."

"Iya iya.."

Akhirnya Kyuhyun menyerah pada permintaan sahabatnya itu. Karena sebetulnya, ia sendiri penasaran, mau kemana Changmin malam-malam begini.

.

..

...

"Untuk apa kita kesini?" Kyuhyun memandang sekitar tempat mobilnya terparkir. Sejauh yang ia lihat, hanya ada deretan pertokoan di sepanjang jalan itu.

"Aku hanya ingin melihat dia dari jauh, Kyu"

Kyuhyun mengernyitkan dahinya memandang Changmin.

"Dia? Dia siapa?"

Dan pertanyaan Kyuhyun terjawab sudah saat ia melihat seorang pria tengah menarik tangan pria lainnya keluar dari sebuah toko aksesoris di seberang mobilnya terparkir.

"Yunho hyung?" gumam Kyuhyun tertegun melihat pemandangan di depannya.

Bahkan, dari dalam mobil itu, Changmin dan Kyuhyun bisa mendengar dengan jelas apa yang Yunho katakan pada namja cantik yang ia bawa keluar dari toko itu.

"Sudah kukatakan berulang kali, jauhi aku!"

"Tidak akan! Aku tahu kau mencintaiku, Yun! Hanya mencintaiku!"

"Cih! Harus kukatakan berapa kali supaya kau benar-benar mengerti apa yang kukatakan! Aku hanya mencintai Changmin! Shim Changmin!"

Deg!

Kyuhyun terkesiap dengan apa yang baru saja ia dengar langsung dari mulut Yunho. Ia menolehkan pandangannya ke samping untuk mendapati sahabatnya yang kini menangis tertahan dan membekap mulutnya dengan kedua tangan.

"Apa?! Kau seharusnya sadar, Yun! Sebentar lagi ia akan menikah! Dan kau tidak punya harapan sama sekali untuk bersamanya!"

"Aku tahu..."

Yunho merubah pandangannya menjadi terluka mendengar ucapan Jaejoong.

"Aku tahu sebentar lagi ia akan menikah dengan sahabatku.. Dan aku tak masalah dengan itu.. Apapun akan aku lakukan untuk bisa melihatnya hidup bahagia.. Dan aku yakin Yoochun bisa membahagiakannya.." suara Yunho melemah dengan sebulir air mata yang lolos dari matanya.

"Yunnie.." Jaejoong bergerak maju untuk memeluk Yunho, namun dengan segera Yunho menepisnya.

"Cukup, Jae! Kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri jika bersamaku! Maafkan aku.. Aku tak pernah mencintaimu.. Dulu, hanya ada nafsu di antara kita.. Tapi sekarang tidak lagi!" Yunho menggelengkan kepalanya dengan lemah

"Aku terlalu mencintainya... Aku tak mau mengkhianati cintanya.."

"Dia tidak pernah mencintaimu! Sadarlah itu, Yun! Demi Tuhan! Kau tidak mungkin hidup sendiri, Yun! Lihatlah dirimu sekarang! Kau kurus dan tak terawat! Kau butuh pendamping!"

"Aku hanya membutuhkannya, Jae.. Aku tidak membutuhkan orang lain.. Pergilah! Dan jangan pernah kembali lagi.. Aku tak perduli jika aku harus hidup sendiri hingga akhir hayatku. Karena yang terpenting, Changmin-ku hidup bahagia.."

"Kau gila, Yun! hiks..hiks..kau GILA!"

Jaejoong menangis terisak dan berlari meninggalkan Yunho di keheningan malam itu.

Yunho hanya menangis dalam diam menatap kepergian Jaejoong. Ia menangis bukan karena ia menyesal karena telah melepaskan Jaejoong. Tapi karena apa yang dikatakan Jaejoong ia anggap benar.

Ia memang gila.

Ia lebih memilih hidup sendiri dengan cintanya yang terkubur pada Changmin daripada move on dengan orang lain.

"Aku mencintaimu, Minnie.." gumam Yunho sambil menatap cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya.

Ia membelai cincin itu dengan lembut sambil berderai air mata.

Sementara di dalam mobil Kyuhyun, Changmin tak sanggup lagi menahan tangisnya.

"Aku mencintainya, Kyu..hiks..hiks.. Aku mencintainya.." gumam Changmin berulang kali di dalam pelukan Kyuhyun yang mencoba menenangkannya.

Kyuhyun memang tak pernah salah pada analisanya selama ini. Tanpa Changmin beritahu pun, Kyuhyun tahu bahwa Changmin sangat mencintai Yunho.

.

..

...

"Permisi Sajangnim, ada yang ingin bertemu dengan anda.."

Yunho yang sedang beristirahat di ruangannya terinterupsi oleh panggilan pegawai toko aksesorisnya.

"Suruh masuk saja.."

Dan setelah pegawai toko itu pergi, tak lama datang seseorang yang ingin bertemu dengan Yunho.

"A-aku..."

Deg!

Yunho sontak berdiri dari tempat duduknya begitu mengetahui siapa yang datang menemuinya siang itu.

"M-maaf jika aku mengganggu istirahatmu.."

"Ani.. Kau sama sekali tidak menggangguku.." ucap Yunho sambil tersenyum lembut pada Changmin, orang yang datang sukarela menemuinya.

"Emm.. A-aku hanya ingin memberimu ini.. Sebagai rasa terima kasihku atas boneka yang kau berikan padaku kemarin.." Changmin mengangkat keranjang bekal makan siang yang ia bawa.

Dan Yunho tak bisa lebih senang dari ini. Ia pun tersenyum tulus melihat sang pujaan hatinya kini berdiri di hadapannya. Dengan rona tipis yang menghiasi wajah malu-malunya.

'Menggemaskan'

"Kau memasaknya sendiri?"

Changmin mengangguk dengan imut menjawab pertanyaan Yunho.

"Maaf aku harus pergi!" Changmin terburu-buru meletakkan bekal makan siang itu namun tubuhnya membeku seketika ketika Yunho menggenggam tangannya.

"Aku tidak mau makan sendiri. Kau harus menemaniku"

Dan Changmin seperti jatuh cinta untuk yang kedua kalinya melihat senyum menawan di wajah tirus Yunho.

Changmin tentu merasa bersalah melihat wajah Yunho saat ini.

Ada bekas luka di lingkar mata kiri Yunho akibat pukulan Yoochun yang bertubi-tubi beberapa waktu lalu.

Belum lagi wajah itu terlihat sangat tirus dengan kumis dan janggut tipis tak terawat.

"Ne, kajja kita makan bersama" Changmin tersenyum manis membalas senyuman hangat Yunho.

Keduanya lebih banyak diam saat memakan makan siang buatan Changmin itu.

"Masakanmu selalu enak.." gumam Yunho yang tanpa sadar membuat Changmin tersenyum senang.

"Aku akan membawakannya setiap hari kalau kau mau.."

"Benarkah?"

"Hu-um!" Changmin mengangguk antusias

"Ani.. Tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkanmu dan membuatmu lelah"

"Tapi aku tidak merasa direpotkan dan lelah"

"Tidak perlu, Minnie.."

Deg!

Lagi-lagi detak jantung Changmin berdetak tak normal hanya dengan mendengar nama panggilan yang diucapkan Yunho.

"Sebagai gantinya, bagaimana kalau besok kita makan siang di rumahku?"

"Rumahmu?"

"Ne.. Rumahku"

"Memangnya dimana rumahmu?"

"Rumahku—"

Yunho menatap lekat mata bambi di hadapannya

"—adalah kamu"

Blush!

Kontan saja wajah Changmin memerah mendengar ucapan Yunho.

"Hehe.. Ani. Aku hanya bercanda! Rumahku tak jauh dari sini.. Hanya beberapa blok dari kawasan pertokoan ini. Nanti aku beritahu alamat lengkapnya"

.

..

...

"Changmin-ah, siang nanti kita ambil undangan, ne?"

"Eh?"

"Aish.. Kau pasti lupa. Hari ini undangan pernikahan kita sudah selesai dibuat"

Deg!

"T-tapi.."

"Kenapa?"

"Ah..A-ani.."

Changmin tak menyangka bahwa pernikahannya sudah di depan mata.

Namun hatinya masih belum bisa menentukan piihan yang pasti.

Di satu sisi, ia merasa bahagia saat bersama Yoochun.

Tapi di sisi lain...

.

.

...jantungnya berdebar menyenangkan saat bersama Yunho.

.

..

...

Siang itu, Yunho terus menunggu Changmin dengan sabar.

Padahal waktu sudah menunjukkan telat 2 jam dari makan siang. Namun Yunho belum menyentuh makan siang yang sengaja ia siapkan secara spesial untuk sang pujaan hati.

Bahkan Yunho kini berbenah diri dengan mencukur kumis dan janggut tipisnya hingga bersih. Dan Yunho sudah bersenang hati begitu mendengar bel pintu di rumahnya berbunyi.

Namun..

Senyumnya luntur seketika saat ia melihat Changmin berdiri di sana..

.

.

..bergandengan tangan dengan seorang yang amat dikenalnya.

"Yoochun-ah.." sapa Yunho lemah.

"Hai Yunho-yah.. Aku terkejut saat Changmin bilang ia tahu rumahmu. Awalnya aku pikir ia berbohong. Tapi ternyata, ini benar rumahmu"

Yunho tersenyum kikuk sambil melirik Changmin yang kini lebih memilih menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Masuklah.. Kita kan sudah lama tak bertemu" Yunho membuka pintunya lebar-lebar mempersilakan Yoochun dan Changmin masuk ke dalam rumahnya.

"Tidak perlu.. Mungkin lain kali saja. Karena masih banyak undangan yang harus kami antarkan.. Dan ini.."

Yoochun menyerahkan sebuah undangan yang tergulung dengan pita emas dan perak dimana dengan jelas tercetak inisial Y dan C di sampul undangan itu. Mirip sekali dengan undangan yang pernah Yunho buat beberapa bulan yang lalu. Hanya saja, huruf Y pada undangan kali ini, bukanlah nama dirinya, melainkan nama sahabatnya, Yoochun.

"...Sebenarnya kami hanya ingin mengantarkan undangan pernikahan kami. Walaupun yaah, aku sendiri tak yakin kau bisa datang atau tidak. Mengingat, pernikahan kita dilaksanakan di Rotterdam"

Deg!

Yunho seperti tersengat listrik saat mengetahui dimana pernikahan Changmin dan Yoochun dilaksanakan.

Rotterdam...

Kota impian Yunho dan Changmin untuk melaksanakan pernikahan mereka...

"Akan aku usahakan untuk datang.." ujar Yunho dengan lemah.

"Kalau begitu, kami permisi dulu.. Aku benar-benar berharap kau bisa datang, Yun"

Yoochun menepuk bahu Yunho sekali sebelum pergi meninggalkan Yunho yang menatap miris kepergian Yoochun bersama Changmin.

Ia tak bisa untuk tak menangis kali ini.

Ini terlalu sakit untuknya.

Di saat ia berharap lebih untuk kedekatannya bersama Changmin..

.

.

..ia malah mendapat undangan pernikahan Changmin.

.

.

'Tuhan... Bahagiakanlah ia.. Buatlah ia selalu tersenyum... Walau bukan di sisiku..'

.

..

...

...

Sudah tiga hari ini Yunho tak pernah keluar rumah. Bahkan ia sama sekali tak ada niatan untuk sekedar makan.

Yunho menatap langit-langit ruang tengah rumahnya dengan pandangan kosong. Ia berbaring terlentang dengan lemah tak berdaya di lantai yang berlapis karpet tebal himalaya itu.

Yunho memejamkan matanya saat ia membeli rumah ini dua tahun yang lalu..

Desain interior..

Dekorasi taman...

Bahkan segala property dan cat dinding...

Ia sendiri yang menyusun dan melakukannya dengan sepenuh hati.

Di sela-sela padatnya jadwal syuting dan perform, Yunho selalu menyempatkan diri untuk membeli segala pernak pernik hingga mengecat sendiri rumah ini sesuai dengan idaman 'calon istri'nya saat itu.

Dan Yunho kembali meneteskan air mata sambil terpejam begitu melihat kenyataan yang ada..

Semua yang ia lakukan sia-sia..

Akibat kesibukannya sendiri itu, Changmin merasa terlupakan dan tersisihkan..

Akibat perbuatannya itu, Changmin malah semakin menjauh darinya..

Ting Tong

Suara bel rumah yang berbunyi selalu ia abaikan setiap harinya.

Ting Tong Ting Tong Ting Tong

Namun kali ini sepertinya sang tamu terkesan tak sabaran atau... khawatir?

Dengan langkah yang gontai akhirnya Yunho memutuskan untuk membuka pintu rumahnya.

Dan...

.

.

"Yunho—

Sosok di hadapan Yunho berurai air mata

.

.

—hyung.."

Sosok di hadapan Yunho berhambur memeluk Yunho dengan erat.

.

.

Sementara Yunho?

Ia bahkan lupa bagaimana caranya bernafas!

.

..

...

...

Mata Changmin berbinar bahagia, entah karena apa..

Hanya dengan melihat seisi rumah itu dan dekorasi taman belakang yang ada di rumah Yunho, hatinya membuncah senang.

"Berapa hari kau tak makan?" pertanyaan yang terlontar begitu saja dari mulut Changmin terdengar ketus —dan khawatir saat Yunho membawakan Changmin minum di taman belakang rumahnya.

Setelah Yunho meletakkan dua gelas minuman itu di meja bundar pemisah duduk antara Yunho dan Changmin, ia hanya tersenyum lembut ke arah Changmin.

Ia mengesampingkan sedihnya begitu mendengar sebuah kalimat perhatian dari 'mantan tunangan'nya itu.

"Nafsu makanku hilang akhir-akhir ini.."

"Tapi kau tetap harus makan! Memangnya kau mau mati, eoh?!"

Yunho tersenyum hangat melihat mata bulat dihadapannya yang kini menatapnya dengan kesal.

Betapa ia rindu omelan serta perhatian dari sosok di hadapannya saat ini.

"Baiklah, dimana dapurmu? Biar aku masakkan sesuatu untukmu!" Changmin sudah berdiri dari duduknya dan menunggu Yunho untuk ikut bangun dari duduknya.

"Ayo cepat tunjukkan dapurmu!" Changmin yang tak sabar akhirnya menarik tangan Yunho untuk segera bangun.

"Iya iya... Ayo kutunjukkan seluruh isi rumahmu ini.."

Deg!

Wajah Changmin kontan terasa panas saat kini Yunho menggenggam tangannya dan membawanya berjalan keliling rumah.

'Ish! Yunho hyung pabbo! Apa tadi ia bilang? Rumahku? Ini kan rumahnya!'

"Minnie?"

"Eh?"

Blush!

Changmin tersentak saat tiba-tiba saja wajah Yunho sudah berada dekat sekali di depan wajahnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Yunho khawatir melihat wajah tertunduk Changmin.

Changmin hanya mengangguk kecil menjawab pertanyaan Yunho. Ia belum mampu mengangkat wajahnya namun tangan Yunho menyentuh dagunya dan mengangkat wajahnya.

Yunho menatap intens ke dalam mata bulat Changmin. Membuat Changmin mengerjap-ngerjapkan matanya dengan imut ditatap intens seperti itu.

"May I kiss you?" bisik Yunho dengan lembut.

Changmin sendiri bingung harus menjawab apa. Ia belum pernah berciuman sebelumnya.

Tapi jika ia bisa memilih dengan siapa ciuman pertamanya, tentu saja ia memilih Yunho-lah orangnya.

"Ne.." jawab Changmin setengah berbisik.

Dan Changmin menutup matanya ketika ia merasakan bibir lembut Yunho menyentuh bibirnya.

Hanya menempel. Dan Yunho mulai tak tahan untuk mengecap rasa manis yang ditawarkan bibir Changmin di bibirnya.

Seluruh tubuh Changmin bergetar hingga tanpa sadar ia mengalungkan lengannya di leher Yunho. Ia semakin terlena ketika ciuman Yunho mulai menuntut dan semakin ganas. Bahkan Changmin membiarkan lidah Yunho kini bergerilya di dalam rongga mulutnya.

Mereka terus saja terlena dalam dekapan hangatnya cinta yang sarat akan kerinduan hingga tak sadar kemana arah langkah kaki membawa mereka.

"Akhh.."

Satu desahan Changmin lolos ketika ciuman Yunho kini mulai turun ke leher jenjangnya.

"Akhh..Nghh.."

Dan Yunho mulai tak sadarkan diri karena diliput nafsu begitu mendengar alunan desahan dari sang pujaan hatinya yang seperti meminta rangsangan lebih dari Yunho.

.

.

.

.

Ini mungkin salah. Jika melihat keadaan bahwa lusa Changmin akan menikah dengan Yoochun.

Ini mungkin salah. Jika melihat keadaan bahwa Changmin dan Yunho tak memiliki hubungan apapun.

Tapi bagi mereka, ini tidak salah. Karena yang mereka yakini saat ini bahwa keadaan mereka yang saling merindukan, saling mencintai, dan saling mengisi kehangatan yang selama ini mereka idamkan.

"Aku mencintaimu.. mmhh.." bisik Yunho disela-sela kegiatannya mencium nipple Changmin yang menegang.

Keduanya kini sudah terbaring di kasur yang terletak di kamar utama. Tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh keduanya, Yunho yang mengungkung tubuh Changmin di bawahnya.

"Nggh... Ohh.."

Changmin mengeratkan pegangannya di rambut Yunho ketika Yunho mulai menjilat, menggigit, serta menghisap nipple Changmin dengan rakus.

Changmin tentu saja sadar akan tanggal pernikahannya. Tapi Changmin lebih sadar bahwa ia sejak lama menginginkan ini.

Membiarkan dirinya merasa bahwa ia menjadi milik Yunho seutuhnya.

Menyerahkan kesucian yang selama ini dijaganya hanya untuk Yunho.

"Aku sudah tidak tahan, Minnie.." Yunho memandang Changmin dengan sarat akan nafsu. Namun dibalik tatapannya itu, tersimpan cinta yang begitu tulus dan besar. "Jika kau ingin menghentikan semua ini, cukup katakan satu kata 'tidak' untukku... Maka aku akan berhenti.."

Yunho mengecup lembut kedua pipi Changmin yang kini merah padam.

"Aku mohon.. Lanjutkan sampai selesai.." bisik Changmin penuh ketegasan.

'Setidaknya, jadikan aku milikmu untuk malam ini.. Karena aku hanya sanggup melepaskan kesucianku untukmu..' batin Changmin menangis.

.

..

...

...

"Oh astaga, Changminnie! Darimana saja kau semalam?! Kenapa ponselmu tidak aktif seharian?! Kau membuat kami khawatir!"

Siwon menghampiri Changmin yang baru saja tiba di kediaman keluarga Choi. Tampak sekali di raut wajah masing-masing yang sedang berkumpul di ruang tengah kediaman keluarga Choi itu bercampur khawatir sekaligus lega.

Pasalnya, sejak kemarin Changmin menghilang tanpa kabar. Dan yoochun hanya bisa mengatakan bahwa Changmin hanya pergi sebentar dan pasti akan pulang.

Ya, Yoochun yang sejak kemarin menduga-duga kemana perginya Changmin, kini menjadi yakin akan asumsinya.

Keyakinan itu ia dapatkan dari jaket tim bisbol SMA-nya yang kini dipakai oleh Changmin.

Yoochun tahu pasti, siapa anggota tim bisbol sekolahnya dulu yang dikenal oleh Changmin. Siapa lagi kalau bukan—

"Maaf, aku menginap di rumah temanku semalam.." jawab Changmin sambil tersenyum manis

—Yunho.

"Tak apa.. Semuanya sudah aku siapkan.. Ayo kita berangkat sekarang" ajak Yoochun sambil berusaha tersenyum, walaupun saat ini hatinya hancur berkeping-keping. Karena di balik kerah jaket bisbol yang Changmin kenakan, Yoochun sempat melihat beberapa tanda merah keunguan di leher Changmin.

Dan sepanjang perjalanan menuju Rotterdam, Changmin tak henti-hentinya menghirup dalam-dalam aroma di jaket yang ia kenakan. Wajahnya akan bersemu merah setiap ia mengingat kejadian semalam di rumah Yunho –atau rumah impiannya.

Changmin terus tenggelam dalam kebahagiaannya sendiri. Hingga tak menyadari tatapan terluka dari orang yang kini duduk di sampingnya.

Tak satupun gerak gerik Changmin yang mampu terlewatkan oleh Yoochun. Bukankah selama ini ia bersahabat baik dengan Changmin?

Atau...

.

.

Selamanya hanya bersahabat dengan Changmin?

.

.

Yoochun menghela nafas berat berkali-kali mengingat keputusannya yang mendadak berubah beberapa menit tadi.

Masih ia ingat percakapan di sambungan telepon itu.

Walau terasa menyakitkan,

Namun ia yakin ini adalah yang terbaik.

.

.

'Ini kesempatan terakhirmu! Jika kau kembali menyia-nyiakannya, maka aku akan membawanya pergi jauh dari kehidupanmu selamanya!'

'Kau memang sahabat terbaikku!'

'Cih! Aku menyesal bersahabat denganmu!'

'Aku juga menyayangimu..'

'Kau bahkan tahu bahwa aku lebih menyayangimu!'

'Aku berjanji tidak akan menyia-nyiakannya lagi..'

'Buktikan ucapanmu! Aku tak mau hanya sekedar janji!'

.

.

"Grote of Sint-Laurenskerk..." Yunho bergumam sambil memejamkan matanya. Ia masih ingat nama gereja yang dipilihnya dulu bersama Changmin untuk melaksanakan pernikahan mereka.

Setelah menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, Yunho melangkahkan kakinya dengan mantap memasuki bandara internasional Incheon.

Masih terngiang di kepalanya percakapan beberapa menit lalu melalui sambungan telepon genggamnya.

Percakapan dua orang sahabat.

Ya, apapun dan bagaimanapun yang terjadi, mereka tidak akan bisa melepas persahabatan mereka begitu saja.

Seolah takdir mempermainkan ikatan persahabatan di antara mereka bertiga, namun ikatan itu tak pernah putus.

Yoochun telah mengklaim persahabatannya dengan Yunho dan Changmin. Dan ia hanya perlu menegaskan akan adanya ikatan lain di antara Yunho dan Changmin.

Takdir yang menginginkannya berbuat demikian.

"Tunggulah aku.. Aku akan menjadikanmu pengantinku.." Yunho tersenyum lembut menatap wallpaper di layar ponselnya.

Wallpaper yang menunjukkan wajah Changmin yang tidur dengan manis dalam dekapannya, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh bagian atasnya yang terekspos sempurna.

.

.

'Terima kasih Yoochun-ah.. Selama ini, kau selalu menjaganya dan berusaha membuatnya bahagia'

'Kau berhutang banyak padaku, Yun! Kau harus membayar semua pengeluaranku untuk pesta pernikahanmu!'

'Hahaha.. Kalau itu, kau tidak perlu khawatir.. Aku akan membayarnya'

'Tiga kali lipat!'

'MWO?!'

'Dan satu kecupan dari istrimu..kekeke~'

'YAH!'

.

..

...

"BabyKyu?" Siwon menatap tak percaya pada pasangan yang kini berdiri di altar pernikahan.

"Kan sudah kubilang, mereka itu saling mencintai! Kau tidak percaya padaku!" Kyuhyun membuang wajahnya dan Siwon memandang kekasihnya itu dengan bingung.

Pertama, tentu saja ia bingung akan kehadiran Yunho yang menggantikan Yoochun di altar pengantin bersama Changmin.

Kedua, ia semakin bingung melihat kekasih hatinya itu kini tengah merajuk.

"Baby.." Siwon mendekatkan duduknya dengan Kyuhyun dan memeluk Kyuhyun dari samping.

"Kau tahu Wonnie?..." Kyuhyun memalingkan wajahnya dan menatap Siwon dengan mata bulatnya yang berkaca-kaca. "..Kisah cinta Changmin dan Yunho hyung itu mengharukan sekali.. hiks..hiks.."

Sementara Siwon?

Ia hanya ber-sweatdrop ria melihat kekasihnya yang mendramatisir suasana itu.

"Selama ini, hubungan kita selalu baik-baik saja kan, Wonnie?"

Siwon mengangguk setuju.

"Hubungan kita tak pernah bermasalah.."

Siwon lagi-lagi mengangguk dan tersenyum bangga menyetujui pernyataan Kyuhyun.

"Kalau begitu, mulai besok.." Kyuhyun tiba-tiba saja merubah ekspresinya menjadi serius dan Siwon hanya mengernyitkan dahinya menanti apa yang dikatakan lebih lanjut oleh Kyuhyun.

"Mulai besok... aku akan berselingkuh!" ucap Kyuhyun mantap

"MWO?! ANDWAEEE!.. TΛT "

.

..

...

~END~

...

..

.

Akhirnyaaaa... Bisa update! Maaf yaa agak lama. Padahal author pengen update cepet, tapi perjalanan bolak balik keluar kota bikin author gak sempet update deh.

Dan, ceritanya berakhir dengan HOMIN! YEAAY...

Padahal author sempet pengen YOOMIN aja endingnya, tapi berhubung banyak yang request HOMIN, yasudah diganti aja alurnya.

Author tak lupa berterima kasih untuk yang review di chap 1 kemarin:

Ajib4ff, babywonwon3, Kyuhyuk07, shin min hyo, morehomin, mirabbluv, Nashya, caroline, niyalaw, vivi minnie, ciciva, homin lover, sheloomitha, s4kur4h4n4, GaemGyu92, Guest, maxcharm, FiWonKyu0201, nvr, banzaianime80, kame chan, mun

Maaf yaa kalo endingnya kurang greget, soalnya emang sengaja dibikin gantung2 dikit :P

Untuk s4kur4h4n4, nanti yaa aku republish ff aku yg kemarin aku delete, dan untuk kame chan add Line aku aja yaa, userIDnya: ratnapurnamasari

Untuk reader yang lain juga boleh add kalo mau berteman sm author ;)

Last, sampai jumpa di ff berikutnya dari author. See you :*