Snail?
Author :
Anisaaa
Rate :
M
Categori :
Yaoi/BL, romance, smut, Innocent!Kyungsoo
Cast :
- Do Kyungsoo
- Kim Jongin or Kai
- Other cast
Summary:
Tentang si lamban dan polos Kyungsoo yang selau salah dalam memilih/"YA! Do Kyungsoo, cepat sedikit kalau tidak ingin tertinggal"/"KYUNGSOO LARI! LARI! KUBILANG LARI! BUKAN BERJALAN! ASTAGAAA!"/"Do Kyungsoo… Do Kyungsoo? Dimana anak itu? Apa ia tertinggal lagi?"/"Kyungsoo… Ppali!"/KaiSoo, OOC, typos, BL, don't like don't read.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ
DISLIKE? GO AWAY!
ENJOY~
.
.
"KYUNGSOO! PPALIWA!"
"YA! Do Kyungsoo, cepat sedikit kalau tidak ingin tertinggal"
"KYUNGSOO LARI! LARI! KUBILANG LARI! BUKAN BERJALAN! ASTAGAAA!"
"Do Kyungsoo… Do Kyungsoo? Dimana anak itu? Apa ia tertinggal lagi?"
"HAN SEONSAENIM! HAN SEONSANIM! ANDWAEEEE! JANGAN TUTUP GERBANGNYAAAAA!"
"Kau bangun jam sudah bangun jam 3, tetapi kenapa tetap terlambat, heung? Dasar lamban!"
"Kyungsoo… Ppali!"
"Kyungsoo!"
"Kyungsoo!"
"Kyungsoo!"
BRAK
BRUK
PRANG
KLONTANG
"ASTAGA KYUNGSOO! APA YANG KAU LAKUKAN?!"
Namja mungil bermata bulat itu menciut. Doe eyesnya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menahan tangis. Wajahnya terlihat sangat menyedihkan, dengan debu-debu menempel di baju dan celananya yang membuatnya terlihat sangat err… kucel.
Terlalu asyik melamun sehingga tidak sadar jika tangannya yang sedang memegang kemoceng untuk membersihkan benda-benda usang di gudang rumahnya secara tidak sengaja menyentuh kaleng cat bekas dan membuat benda-benda disekitarnya ikut berjatuhan, lalu terdengar suara gaduh dari arah ruang bawah tanah di rumah Keluarga Do.
Nyonya Do―ibu Kyungsoo—berlari tergopoh-gopoh menuju gudang tempat putera semata wayangnya yang sedang menjalani masa hukuman. Lengkap dengan masker dan mentimun juga tomat yang menutupi wajahnya yang mulai kendur. Mungkin wajah wanita yang sudah berkepala tiga ini cepat menua karena terlalu sering berteriak-teriak pada puteranya yang bertubuh mungil itu. Dan mungki saja ini adalah kutukan Kyungsoo karena telinganya pengang, terlalu sering mendengar teriakan ibunya.
"Eomma… hiks" dan air mata itu menetes sudah. Tepat setelah melihat ibunya dengan wajah―yang menurut Kyungsoo—seperti hantu berada tepat di ambang pintu gudang, menatap nyalang pada benda-benda berserakan di kaki puteranya.
"Aigoo…." dan sang ibu hanya menghela napas pasrah.
Gagal sudah rencana suaminya untuk menghukum si mungil di hadapannya ini. Apalagi melihatnya menangis layaknya balita seperti saat ini membuatnya tak sampai hati untuk berkata dengan nada tinggi. Astagaa, puteranya ini… laki-laki tetapi sangat lamban dan perasa. Disentuh sedikit maka matanya akan berkaca-kaca dan hidungnya memerah, bagaimana mungkin ia bisa tega membiarkannya hidup sendiri dengan keadaan yang seperti ini?
"Eom―hiks… mma, mianhae… hiks"
GREP
Nyonya Do membawa Kyungsoo ke pelukannya, tak tega membiarkan si mungil itu terus menangis tersedu-sedu seperti anak kecil. Menepuk-nepuk halus punggungnya dan mencium surai lembutnya yang sangat wangi, setidaknya Kyungsoo harus berhenti menangis sebelum ia menanyakan apa yang sedari tadi ditahan ibu satu anak itu.
"Uljima… gwaenchana, sayang. Uljimarayo, heum?"
Menatap kedua mata anaknya yang makin hari makin bulat. Sedangkan yang ditatap langsung menghentikan isakannya lalu mendongak dan memberikan tatapan O.O pada ibunya.
"Eomma, huks… aku―aku tidak sengaja. Mianhae…" ucap si mata bulat tulus
"Neee, tidak apa-apa sayang. Yang penting kau tidak terluka" balas Nyonya Do
Kyungsoo menyengir lebar, membuat ibunya terkekeh geli melihat tingkah sang anak yang sebentar lagi akan menyelsaikan masa sekolah menengah atasnya, lalu… kuliah di negeri entah berantah yang letaknya sangat jauh dari Korea membuat pandangan wanita itu menjadi sendu. Membiarkan si lamban, si imut, sekaligus si cengeng ini seorang diri dan jauh darinya… terdengar sangat tidak mungkin. Terlebih dengan kondisi puteranya yang seperti ini. Haaaahhh, Nyonya Do menghela napas lelah.
"Eomma… wae geurae?" tanya si polos yang bingung melihat perubahan raut wajah ibunya.
"Aniya. Aigoo… kau kumal sekali, sayang. Maafkan Eomma ne… kau tahu sendiri Appamu memang suka berlebihan" ucapnya seraya menepuk-nepuk debu yang menempel di kaos anaknya.
"Gwaenchana. Bukan salah Eomma apalagi Appa. Mungkin ia lelah selalu menjadi orang tua langganan panggilan kesiswaan karena aku hampir tidak pernah tidak datang terlambat"
"Hhhh. Kau pasti lelah, mandi dulu lalu makan bersama Eomma, oke?"
"Neee" jawabnya antusias. Aaah ibunya ini memang sangat peka dengan kebutuhan perutnya.
"Eomma…" panggilnya pelan. Langkah kaki ibunya terhenti lalu berbalik arah menghadapnya, menatapnya dengan senyuman lembut. Seperti biasa…
"Gomawo…" ucapnya tulus.
Nyonya Do melengkungkan bibirnya. Meskipun lamban, cengeng, dan tidak gesit seperti anak laki-laki lainnya. Putera satu-satunya ini selalu tahu bagaimana membuat hatinya berbunga-bunga walaupun hanya dengan ucapan manis seperti tadi.
.
.
.
"YA! KYUNGSOO-YA, CEPATLAH SEDIKIT. KAMI SUDAH TERLALU LAMA MENUNGGUMU DI ATAS SINI" pekik Baekhyun—teman Kyungsoo―dari puncak bukit. Sementara itu di bawah bukit, seorang namja bertubuh mungil dan berkulit pucat terlihat terengah-engah mendaki bukit terjal di depannya ditambah teriakan-teriakan temannya yang membuat hatinya agak jengkel. Tapi memang benar sih, ia memang lamban. Naasnya fakta itu tidak bisa dipungkiri.
"Hei, siput!"
"Heung?!"
Ia terperanjat kaget dan hampir saja terjerembab ke belakang kalau saja tangan namja berkulit tan di yang tiba-tiba muncul di hadapannya memegang pinggulnya. Seketika wajahnya dan telinga memerah menyadari posisi mereka yang agak… intim.
"Siput… teman-temanmu sudah menunggu lama di atas sana. Kau mau membuat mereka menunggu sampai besok, huh?!
O.O
"Aish, dasar siput lamban!"
Dasar hitam bodoh! Rutuk Kyungsoo dalam hati sambil membiarkan tangan kanannya diseret namja tan di depannya. Mana ada siput yang berjalan seperti cheetah! Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Sepertinya Kyungsoo lupa diri. Bukankah bodoh namanya jika tahu kau lamban tetapi tetap nekat ikut dalam kegiatan naik turun bukit dalam rangka acara rutin organisasi pecinta alam sekolahnya. Dengan jalan yang datar saja, ia tidak bisa berjalan cepat. Apalagi dengan rute perjalanan yang naik-turun dan terjal seperti ini? Bodohnya lagi, sudah tau ia lamban tetapi tetap nekat bergabung dengan klub pecinta alam.
"Ah, jeongmal gomawo Kai. Kalau tidak ditarik seperti tadi, namja ini akan membuat kami menunggu sampai menjadi fosil. Ish!" desis Luhan seraya menatap Kyungsoo tidak suka.
Kai tersenyum simpul lalu pandangannya beralih pada namja yang ia pegang tangannya yang kini sedang menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan matanya yang memanas dan hidungnya yang memerah.
"Ya!"
Kai mengguncang tubuh Kyungsoo dan namja itu langsung tersentak kaget lalu menatap Kai dengan pandangan O.O meskipun matanya kini terlihat agak memerah seperti menahan tangis. Kai mendekatkan wajah mereka, mencoba mengeliminasi jarak di antara mereka berdua. Bahkan Kyungsoo bisa merasakan deru napas Kai di wajahnya. Aigoo… telinganya memerah lagi, eotteokhae?
"Hei siput, kuperingatkan ya. Kalau kau tetap lamban seperti ini, ketua bisa mengusirmu dari klub ini. Jadi… berubahlah kalau ingin tetap bergabung bersama kami. Mengerti?"
Kyungsoo mengangguk gugup yang terkesan lucu bagi namja tan di hadapannya, membuat Kai tidak tahan untuk mengusap surai lembut si namja mungil. Dan dahinya berkerut bingung melihat perubahan warna di wajah Kyungsoo.
"Wae? Kau sakit? Wajahmu merah sekali"
"Eung? A—ani. Gwaenchana" jawab Kyungsoo seadannya. Berjalan secepat mungkin―meskipun sebenarnya tidak mungkin—meninggalkan namja tan itu di belakangnya. Ini lebih baik daripada membiarkan Kai melihat ekspresi bodohnya.
"Anak itu… kenapa?" tanya Kai pada dirinya sendiri. Menatap punggung sempit si imut yang kini berada di depannya.
"Anak itu manis sekali, iya kan Kai?"
"Astaga!" Kai tersentak kaget ketika menyadari seseorang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Kedua mata orang itu fokus pada Kyungsoo yang berjalan terseok-seok bahkan sesekali tersandung-sandung meskipun tidak sampai jatuh.
"Hyung… kau mengagetkanku! Dan apa kau bilang tadi? Manis?"
"Ne. Dia lucu sekali, aigoo…" jawab namja dengan tulisan 'ketua' yang terbaca di lengan sebelah kanannya.
"Ya! Suho hyung… kau menyukainya?" tanya Kai horror.
Suho menatap Kai dengan wajah sumringah. Tersenyum gila lalu menjawab, "Memang iya hehehe" lalu meninggalkan Kai yang terpaku di tempatnya begitu saja seraya berjalan riang menyusul Kyungsoo yang berada tidak jauh di depannya. Dari cara berjalannya saja, bisa dipastikan kalau namja bernama Suho itu sedang gila, begitu pikir Kai. Menatap sedih ketua klubnya yang mulai terganggu kewarasannya.
.
.
.
Suasana malam di puncak bukit seperti ini memang sangatlah sepi. Hanya terdengar beberapa jangkrik dan binatang malam. Udaranya juga sangat dingin, apalagi jika api unggun itu tidak ada di tengah-tengah lingkaran tenda mereka. Anggota yang ikut acara jelajah alam rutin kali ini hanya 10 orang termasuk Kyungsoo. Dan tujuh yang lainnya merupakan pemegang jabatan di organisasi pecinta alam.
Tidak ada hal penting yang mereka lakukan. Hanya bernyanyi bersama-sama dengan seseorang yang menjadi sukarelawan untuk menjadi gitaris gratis dadakan. Beberapa anggota senior―pemegang jabatan inti—sepertinya sedang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Lihat ke ujung sana. Kris sunbae blasteran China-Kanada itu sibuk mempepet hoobaenya yang bernama Tao, namja dengan mata panda yang lucu. Berusaha mengajaknya untuk mengobrol meskipun garing. Yang penting usaha, batin Kris optimis. Tidak peduli dengan tatapan risih si namja panda yang merasa tidak bisa bergerak karena Kris terlalu dekat dengannya. Poor Tao
Ah, dan juga si ketua―Suho—yang menutut Kai sedang terganggu kewarasannya itu sedari tadi cengar-cengir sendiri memandangi wajah polos Kyungsoo yang sepertinya bingung mau melakukan apa karena semua orang sibuk dengan urusannya sendiri. Sementara itu di samping Suho, Kai sedang memandang risih perilaku ketua klubnya dan terkadang mengumpat-umpat sendiri, persis orang gila. Jadi… disini yang sedang gila Suho atau Kai?
"Hoammm…" Kyungsoo menguap. Matanya sayu, nyaris tertutup jika saja ia tidak memaksakan jari-jarinya menarik-narik kelopak matanya supaya tetap terbuka.
"Ya! Kau!"
Kyungsoo celingukan. Menengok ke kanan dan ke kiri, ingin tahu siapa orang yang sedang ditunjuk sunbae yang diketahui bernama Park Chanyeol. Lalu setelah sadar bahwa mata sunbaenya tertuju padanya, dengan ragu-ragu ia mengarahkan telunjukknya ke arahnya sendiri dengan wajah polos dan tatapan O.O
"Aish! Yaa, kau! Kau yang bermata bulat"
Kyungsoo mengrjapkan matanya lucu. Bingung mungkin.
"Ya! Park Chanyeol, jangan terlalu keras padanya" terdengar suara dari sisi yang lain. Ah ternyata Kai yang sedang mendekat ke arah mereka.
"Wae? Namja manja ini bahkan sudah mengantuk sebelum acara inti di mulai"
Kai mengangguk paham lalu berdiri di depan Kyungsoo dan mensejajarkan tingginya dengan setengah duduk. "Kau mengantuk? Kkaja" tanpa permisi ia menarik tangan si mungil begitu saja. Mengabaikan umpatan-umpatan Chanyeol yang gagal membully hoobaenya.
GREP
Dan Kai kaget ketika tangannya dicengkram kuat oleh Kyungsoo. Ia menatap namja imut itu bingung.
"Bi―bisakah, kau menemaniku dulu. A—aku takut…." Lirih Kyungsoo malu. Pasalnya mungkin hanya ia satu-satunya anggota yang penakut di organisasi ini. Namun apa daya, teman satu tendanya serta tenda disebelah-sebelahnya sedang sibuk mengelilingi api unggun. Ia tidak mungkin berani tidur sendiri dengan keadaan tenda yang sepi seperti ini. Meminta Kai untuk sekedar duduk menjaganya di depan tendanya sepertinya bukan hal yang buruk, begitu pikirnya.
"Takut? Ah, baiklah…"
"Eih?"
"Wae?" tanya Kai heran.
Kyungsoo kaget setengah mati ketika Kai malah ikut memasuki tenda bersamanya. Jadi sekarang mereka berdua berada dalam satu tenda dengan lampu remang-remang seperti ini. Astaga… Astagaa… Astagaa… kupingnya mulai memerah lagi. Tetapi tidak mungkin juga jika ia meminta Kai keluar dari tendanya, bukankah tadia ia sendiri yang meminta Kai menemaninya. Aah, Kyungsoo jadi galau sendiri.
"Cepat tidur!" titah Kai dan Kyungsoo langsung merebahkan dirinya di atas alas tidur yang meskipun tidak seempuk kasur di kamarnya namun rasanya sangat nyaman. Mungkin karena ada Kai disini. Mungkin… eh?
"Ya! Kubilang cepat tidur!" Kai agak kesal ketika namja yang kini sedang merebahkan diri di hadapannya tidak juga menutup matanya. Namun Kyungsoo malah terbengong-bengong menatapnya. Pilihan yang salah, Kyungie sayang…
"Aish"
CHU
Kedua bibir itu bertemu. Kai memejamkan matanya, meresapi manisnya bibir namja yang berada di bawahnya. Sementara itu Kyungsoo mengerjap-ngerjapkan matanya bingung, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.
Dan ketika bibir Kai mulai bergerak pelan barulah Kyungsoo sadar bahwa namja yang selalu sukses membuat telinganya memerah itu kini sedang melumat bibirnya pelan. Astaga! Astaga! Astaga! Kyungsoo panik setengah mati namun ia berusaha menahannya dengan cara memejamkan matanya erat-erat dan membiarkan bibirnya dihisap oleh namja yang berada di atasnya.
Napas Kyungsoo hampir habis, dan Kai langsung melepaskan tautan bibir mereka begitu sadar dengan deru napas si mungil yang mulai pendek-pendek. Menatap lembut namja yang masih memejamkan erat kedua matanya. Lucu sekali, pikirnya. Lalu melanjutkan aksinya menjelajahi leher putih mulus milik Kyungsoo. Aaah, kau tahu wangi sekali leher namja imut itu.
Menjilat lalu menghisapnya pelan, dengan gerakan yang teramat lembut agar Kyungsoo yang polos itu tidak terganggu dengan kegiatannya. Bahkan kini bercak-bercak merah samar mulai terlihat di leher Kyungsoo yang kini menggigit bibirnya kuat agar tidak satupun suara muncul dari bibirnya.
CUP
Kai mengecup lembut bibir kissable itu. Sekedar mengecup lalu terkekeh kecil melihat ekspresi namja polos yang ada di bawahnya. Perlahan Kyungsoo membuka matanya dan berhenti menggigit bibirnya. Ia menatap namja yang wajahnya kini sangatlah dekat dengan wajahnya. Pipinya memanas, dan seluruh tubuhnya menegang. Astagaa apa yang baru saja aku lakukan, pikir Kyungsoo bingung.
"Hei, siput"
"…."
"Siput"
O.O
"Siput!" Kai meninggikan suaranya agar si polos ini tersadar dari lamunannya. "Bagaimana bisa bibirmu semanis ini, heum?"
Kyungsoo jelas saja bingung. Menatap aneh pada namja tan di atasnya.
"Kau pacarku, oke!"
"Huh? Kau bilang apa"
"Jadi sekarang aku berhak tidur di sini, dan jangan protes" ucapnya seraya memeluk tubuh Kyungsoo dari samping dengan erat.
"Tapi, Aku―"
"ASTAGA! KAI APA YANG KAU LAKUKAN?"
Dan kedua namja sedah berbaring di dalam tenda berwarna biru itu menatap kaget dua orang namja yang tiba-tiba saja membuka tirai tenda mereka.
"S—Suho h―yung…"
Tamatlah riwayat Kim Jongin.
.
.
.
Kebayang mukanya Kyungsoo O.O jadilah ff ini
Ini ceritanya… entah apa. Tiba-tiba kepikir gitu aja
Ini twoshoot (kayaknya) jadi bakal ada lanjutannya—kalo mau dilanjutin.
Oke, thanks for reading guysss
Salam hangat,
Anisaaa :*
October 21, 2013