Mereka bertemu. Berjalan berlawanan arah. Tatapannya masih saja tajam, sama seperti dulu. Sama sekali tidak berubah. Walau demikian, sedikit tersirat luka saat menatap Luhan.

Luhan hanya menunduk. Ia tak sanggup. Matanya basah lagi. Ia menangis untuk yang sekian kalinya. Hatinya retak. Sama retaknya dengan orang yang menatapnya tajam.

Luhan terdiam saat Sehun berlalu begitu saja. Menangis dalam diam.

Grep.

Seseorang menarik tangannya.

"Se-Sehun?" yang disebut namanya masih setia menarik tangan Luhan.

Membawanya pada salah satu bilik kamar kecil di gedung itu.

Ia menutup closet dan mengunci pintunya. Kini ia terduduk diatas closet yang tertutup itu dan memangku Luhan menghadapnya.

"Ap-apa yang.."

"Sstt." Sehun menyeka air mata yang turun melalui mata Luhan, rusanya.

Hanya dengan skin ship sederhana seperti itu, Luhan tahu, Sehunnya kembali.

Tangisnya pecah kembali saat tangannya melingkar manja memeluk Sehun.

"Maafkan aku sudah egois."

Airmatanya berhamburan keluar membasahi jas hitam Sehun.

Meringkuk seperti anak koala, Sehun luluh dan membalas pelukan Luhan.

"Aku tahu, aku mengerti sekarang. Sudahlah." Tangan Sehun mengelus lembut rambut Luhan naik turun guna menenangkan rusanya.

Sehun menerawang kembali saat mereka bertengkar karena ia tidak sanggup rusanya pergi, saat ia membentak Luhan egois, saat Luhan pertama kalinya menangis karena bentakan Sehun, saat Luhan benar-benar pergi meninggalkannya tanpa pamit, dan saat Chanyeol menjelaskan semuanya tentang apa yang terjadi.

Sehun sadar. Disini ia yang egois. Mempertahankan Luhan di EXO sama saja dengan membunuhnya secara perlahan.

Sehun tidak tahu jika kondisi kesehatan kekasihnya itu semakin menurun.

Luhan tidak tahu betapa menyesalnya Sehun.

Jika waktu itu Sehun sudah mengetahui yang sebenarnya, mungkin mereka pasti masih terus berhubungan, mungkin mereka tidak berpisah secara menyakitkan, mungkin Sehun tidak akan menyalahkan dirinya sendiri dari hari ke hari.

Sehun mendesah lemah.

Dan disinilah saatnya Sehun melakukan apa yang harus ia lakukan saat itu.

"Aku tidak sanggup, Sehun. Tidak sanggup jauh darimu!" Sehun menepuk-nepuk punggung Luhan guna menenangkannya.

"A-aku akan kembali. Pasti!" Pelukan pada Sehun makin erat.

"Tidak usah memaksakan dirimu, untukku, sayang. Aku mengerti. Aku mendukungmu. Berjuanglah!"

Luhan melepas pelukannya dan menatap sang kekasih.

"Maksudmu?"

Sehun tersenyum lembut.

"Menanglah dalam sidang ini. Tidak usah memikirkanku. Aku mendukungmu. Kau kuat."

Satu kecupan jatuh pada bibir Sehun.

"Terimakasih, Shixun." Luhan mengelus pipi Sehun.

Seakan tidak puas dengan kecupan ringan, Sehun menghadiahi Luhan sebuah ciuman kasih. Begitu dalam dan penuh cinta.

"Jadi?" Sehun mulai membuka suara setelah berlalunya ciuman mereka.

Luhan hanya menggumam kecil sembari merapihkan tatanan rambut Sehun.

"Err... Kita masih seperti dulu kan?" Sehun menggaruk tengkuknya.

Hanya dengan melihat Sehun tersipu, Luhan dapat mengetahui apa yang dimaksud olehnya.

Ia terkikik kecil.

"Sudahlah lupakan!" Menatap kemana saja asal tidak pada Luhan.

How? Review!^^