Discalimer : Masashi Kishimoto

Pairing: NaruSasu

Rated: M

Warning: YAOI. mohon maaf kalau ada typo yang gak sengaja nyelip,EYD yang masih banyak salah. M-preg, OOC.

Chapternya panjang banget, hoho berharap reviewnya banyak biar bisa lanjutin Sasu-Neko secepatnya. Selamat menikmati TYL chapter terakhir, Minna!

Two Years Later

By Miako Uchiha

Chapter 7 (Akhir bahagia)

Naruto melangkah pelan masuk kedalam rumahnya dengan Sakura yang mengikutinya dari belakang. Kedua tangan Narutopun terlihat sibuk menenteng kantong belanjaan bahan untuk membuat ramen rasa tomat untuk Sasuke.

"Kau sudah pulang, Naruto? Eh? Siapa gadis itu, Naruto?" tanya Kushina yang bertemu Naruto dan Sakura di dapur.

"Dia Sakura, temanku dan Sasuke waktu kami SMA dulu. Dia akan membantuku membuat ramen rasa tomat untuk Sasuke" ucap Naruto dengan cengiran andalannya memperkenalkan Sakura.

"Haruno Sakura, salam kenal bibi" ucap Sakura sopan pada ibu Naruto.

"Oh ya, salam kenal juga Sakura" ucap Kushina tersenyum ramah.

"Oh ya, kaa-san, dimana Sasuke?"

"Sasu-chan ada diatas sedang membaca buku yang dibawakan Mikoto tadi untuk kalian" jawab Kushina.

"Baiklah, kaa-san tolong tahan Sasuke agar tetap diatas selagi aku membuat ramen untuk Sasuke" ucap Naruto dengan semangatnya.

"Kau tak ingin kaa-san membantumu?" tanya Kushina.

"Tak perlu kaa-san, lagipula ada Sakura yang akan mengarahkanku untuk membuat ramen dengan rasa tomat" ucap Naruto sambil menunjuk Sakura yang telah mulai mengeluarkan barang belanjaan mereka tadi.

"Iya bibi. Bibi cukup tahan Sasuke-kun agar ini bisa jadi kejutan nanti untuknya" ucap Sakura.

"Baiklah kalau begitu. Semangat ya!" kushina pun akhirnya meninggalkan mereka dengan membawa beberapa cemilan yang tadi diambilnya untuk menantunya yang manis yang ada dilantai atas rumah ini.

"Yosh, saatnya masak untuk Teme-chan tercinta!" Sakura pun hanya tersenyum melihat tingkah Naruto yang sangat bersemangat.

'Naruto memang selalu bersemangat apalagi menyangkut Sasuke-kun' batin Sakura yang ikut bersemangat membantu Naruto.

.

.

"Dobe, lama sekali" gumam Sasuke mulai terlihat bosan membaca buku yang ada ditanganya.

"Sasu-chan sambil menunggu Naruto, ayo makan dulu ini untuk sementara jangan sampai perutmu kosong" ucap Kushina memberikan cemilan yang dibawanya tadi.

"Tidak Kaa-san, aku tidak mau jika bukan Naruto yang memberikannya" tolak Sasuke halus dengan alasan yang mampu membuat Kiba yang masih berada disana bersama Shikamaru dan Gaara tercengang hingga membuat Kiba bertanya dengan polosnya.

"Memangnya kalau orang hamil itu harus suaminya yang memberi makan ya? Apa orang hamil semanja itu?" tanya Kiba polos langsung pada Sasuke. Namun Sasuke hanya terdiam seolah berpikir apa benar dia terlihat manja?.

"BLETAK"

"Itai, Gaara. Apa yang kau lakukan?!. Sakit tahu!" teriak Kiba yang mendapat sapaan manis dari Gaara.

"Ck, Shikamaru dari pada kau tidur disini, sebaiknya ajak Kibamu ini berkeliling dari pada tambah membuat mood Sasuke turun" ucap Gaara datar sambil membangunkan paksa Shikamaru.

"Homhh. Merepotkan" ucap Shikamaru yang akhirnya menarik Kiba bersamanya.

"Kiba itu tidak berubah ternyata" ucap Kushina yang memang telah mengenal Kiba sejak Naruto masih SMA dulu.

"Sasuke, Apa kau baik-baik saja?" tanya Mikoto lembut saat melihat Sasuke hanya diam setelah mendengar pertanyaan Kiba. Hingga membuat semua yang ada disana, Kushina, Itachi, dan Gaara memandang Sasuke.

"Apa aku benar-benar terlihat manja dengan Naruto?" Guman Sasuke tanpa sadar. Sang kakak yang mendengarnyapun tersenyum tipis.

"Itu biasa Otoutou, lagipula itu sudah kewajiban Naruto untuk memanjakanmu sebagai seorang suami yang memanjakan istrinya yang sedang mengandung anak untuknya" ucap Itachi hingga tanpa sadar membuat rona merah sedikit tercipta dipipi putihnya itu saat mengingat sekarang dirinya sedang hamil.

"Tidak apa-apa, Sasu-chan. Nanti kalau sampai kau meminta sesuatu dan Naruto tidak mau menurutinya tinggal katakan pada Kaa-san. Kaa-san akan memarahinya nanti" ucapan Kushina sukses membuat Sasuke berhenti memikirkan sifat manjanya dan tersenyum misterius, toh itu memang sudah jadi tugas Narutokan untuk memperhatikannya.

Senyum Sasuke yang terkesan misterius itupun terlihat oleh Gaara yang sempat melihat wajah Sasuke. Namun setelah itu dia kembali mengembalikan pandangannya kepada buku yang sedang dipegangnya.

"Aku tak sabar untuk melihat hal aneh apa lagi yang akan kau minta pada Naruto" ucap Gaara.

"Ada banyak sebenarnya yang aku inginkan sekarang" ucap Sasuke membalas ucapan Gaara.

Itachi pun terlihat tersenyum geli melihat adiknya yang sedang berpikir seolah memilih apa dulu yang harus dia minta pada Naruto.

"Santailah, Otoutou, kau itu akan mengandung selama 9 bulan, kau punya banyak waktu untuk memikirkan semua hal yang kau inginkan" Sasuke pun menoleh pada Itachi.

"Atau mungkin sebaiknya kau tulis saja semua hal yang kau inginkan selama masa ngidammu, sembari menunggu Naruto" ucap Gaara memberikan saran.

"Ahh, kau benar Gaara, aku harus menulisnya mulai dari sekarang" Sasuke pun melepaskan buka yang ada padanya dan mengambil kertas dan pena lalu mulai menulis segalah hal yang sangat dia inginkan dan tentunya tak akan mudah untuk didapatkan.

.

.

"Akhirnya ramen rasa tomat special untuk Teme-chan jadi, hehe" ucap Naruto puas dengan hasil ramen buatannya. "Ayo, Sakura, sekarang kita keatas" Sakura pun mengangguk dan mengikuti Naruto menaiki tangga menujuh lantai dua rumah itu.

"Hohoho, ramen rasa tomat spersial untuk Teme-chan datang!" teriak Naruto mengagetkan semuanya termasuk menghentikan Sasuke yang tadi sibuk menulis. Dengan mangkuk ramen ditangannya, Naruto berjalan menghampiri Sasuke dan menunjukan ramen rasa tomat pada Sasuke.

"Kau lama" Naruto mendengus mendengar nada datar dari Sasuke.

"Teme, mana ada orang jual ramen rasa tomat, jadi aku harus membuatnya sendiri. Untung ada Sakura yang mau membantuku" tunjuknya pada Sakura yang tersenyum kikuk saat Sasuke mengikuti arah tunjukan Naruto dan baru menyadari kehadiran Sakura.

"Ha-Hay, Sasuke-kun. Lama tak bertemu" ucapnya. 'Tak banyak yang berubah ternyata dari Sasuke-kun. Yosh. Semangat Sakura rubahlah perasaan cintamu menjadi perasaan seorang sahabat, kau pasti bisa!' batinnya menyemangati dirinya sendiri.

"Jadi, ramen ini Sakura yang buat? Huh, aku tidak mau memakannya" Sasuke mendorong pelan mangkuk ramen yang dibawa Naruto.

"Teme, aku bilang Sakura membantu bukan buat. Kalau tidak percaya tanya saja pada Sakura"

"Benar, aku hanya membantu menunjukan pada Naruto bahan-bahannya saja. Ramen itu benar-benar Naruto yang mengolahnya sendiri, aku tidak menyangkah ternyata Naruto bisa memasak juga" jelas Sakura. "Kau harus percaya, Sasuke-kun".

"Kau bisa masak, Dobe?" tanya Sasuke tidak percaya.

"Begitulah, hehe" cengir Naruto.

"Sasu-chan sebenarnya, Naruto memang sering belajar memasak dulu, jadi sepertinya memang Naruto yang membuat ramen itu sendiri" ucap Kushina.

"Baiklah aku percaya" Sasukepun hendak mengambil ramen yang ada ditangan Naruto.

"Aku suapi ya" ucap Naruto mulai menyuapi Sasuke.

"Tidak perlu, aku makan sendiri saja" tolak Sasuke agak malu walaupun sebenarnya dia memang ingin Naruto yang menyuapinya.

"Jangan malu-malu, ayo, katakan AAA" Sasuke pun mendengus geli melihat Naruto yang membuka mulutnya saat menyuruh Sasuke mengatakan AAA untuk menerima suapan dari Naruto.

"Dobe" tapi akhirnya Sasuke juga membuka mulutnya untuk menerima suapan dari Naruto.

"CEKLIK"

Suara kamera terdengar tepat saat Naruto tengah menyuapi Sasuke.

"Momen mulai awal kehamilan Sasuke sampai melahirkan harus terus diabadikan,Na ini Naruto, ingat kau harus memfoto setiap apapun yang Sasuke lakukan, ok" ucap Mikoto menunjukan hasil jepretannya tadi.

"Akh, benar semua momen selama kehamilan Sasuke memang harus diabadikan" ucapnya dan kembali menyuapi Sasuke.

"Senyum Sasuke, kaa-san akan memfotomu" dengan perlahan Sasuke menarik sudut bibirnya untuk terseyum dengan mata yang melihat kearah kamera. Ini adalah hari yang bahagia untuk Naruto dan Sasuke, bukan hanya untuk mereka tapi juga untuk semuanya yang melihat kebahagian mereka termasuk Sakura yang bersyukur tak jadi mengikuti Hinata untuk memisahkan mereka.

'Apa yang akan Hinata lakukan untuk memisahkan mereka?' batin Sakura lalu melihat Naruto yang sibuk menyuapi Sasuke dan terus menyurh Sasuke untuk tersenyum kearah kamera.

'Aku ingin tahu, apa Hinata benar-benar mampu memisahkan mereka? Apa dia tega melakukannya setelah melihat kebahagian meraka ini?' batin Sakura terus memperhatikan Naruto dan Sasuke namun panggilan Gaara membuat perhatiannya teralihkan.

"Ya? Ada apa Gaara?" tanya Sakura.

"Kau serius sekali sepertinya memperhatikan mereka?" pertanyaan Gaara sukses bebuat kedua alis Sakura terangkat heran dengan pertanyaan Gaara.

"Kau adalah orang yang sempat menyukai Sasuke. Apa Ka..". "Ya, awalnya, namun setelah aku tahu mereka resmi menikah sebulan yang lalu kurasa apapun yang akan aku lakukan akan berakhir dengan sia-sia" ucap Sakura mengerti maksud ucapan Gaara.

"Bagaimana kau bisa langsung mengerti maksud ucapanku?" tanya Gaara yang berbalik heran.

"Naruto sudah menceritakan padaku, kalau dia tahu kalau Hinata berniat memisahkan mereka dan mungkin bisa saja berniat juga melukai Sasuke" ucap Sakura dengan suara yang rendah yang hanya didengar oleh Gaara ataupun Itachi yang memang sejak tadi memperhatikan Sakura.

Kediaman Hyuga

"Ini dokumen perusahaan. Ingat kau kembali ke Konoha untuk mengurusi perusahaan bukan untuk mengganggu kebahagian orang" ucap Neji yang menghampiri Hinata diruang kerja pribadinya.

"Sudah kukatakan aku tak akan menyerah" Hinata pun berkata dengan datarnya dan membuka dokumen yang diserahkan Neji.

Neji hanya bisa mendengus meremehkan mendengar ucapan Hinata lalu berbalik keluar dari ruangan itu.

"Kau! Apa-apaan ini! Sebanyak ini semuanya kau serahkan padaku!" protes Hinata membuat langkah Neji terhenti.

"Memangnya kenapa? Ini memang tugasmu Hinata. Lagipula ini lebih baik dari pada kau sibuk membuat rencana gila untuk menghancurkan rumah tangga Naruto dan Sasuke" ucap Neji tanpa peduli dengan Hinata yang memandangnya tajam.

"Ini bukan urusanmu. Sebaiknya kau diam saja jika tak bisa melakukan apapun untuk membantuku mendapatkan Naruto" ucap Hinata mulai melihat tumpukan kertas yang ada dimejanya.

"Aku bukan tak bisa membantumu tapi aku tak ingin membantumu memisahkan orang yang saling mencintai dan merebut kebahagiaan mereka" Hinata pun hanya mendengus bosan mendengar ucapan Neji.

"Apa memang yang bisa diberikan Uchiha itu untuk Naruto. Apa Uchiha itu bisa memberikan anak untuk Naruto, hah?" tanya Hinata sinis.

Nejipun hanya mendegus mendengar ucapan Hinata "Andai kau tahu yang sebenarnya, mungkin kau tak akan percaya jika Sasuke bahkan telah mengandung anak Naruto" gumam Neji kecil Hingga sepertinya membuat Hinata tak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kau bilang sesuatu?" tanya Hinata merasa Neji mengatakan sesuatu tadi.

"Aku harus pergi sekarang menyusul Gaara kerumah Naruto dan Sasuke" ucap Neji beranjak pergi, Hinata terlihat tak peduli dan lebih memilih membaca tumpukan kertas diatas mejanya, Namun sebelum itu Neji kembali berkata pada Hinata "Hey, kau. Kapan kau akan mengembalikan Hinata adikku yang manis, lemah lembut, dan penyanyang. Tolong katakan padanya cepatlah pulang, aku merindukan adikku yang dulu" ucap Neji lebut membuat Hinata hanya terdiam menatap kepergian Neji.

"Kembali ya, Nii-san? Apa aku bisa, Nii-san? Setelah semua yang kulakukan untuk mendapatkan Naruto. Apa aku bisa kembali dan melepaskan Naruto?" Hinata kembali terdiam.

"Tidak. Tidak setelah semua yang kulakukan. Aku sudah terlalu jauh. Jika aku berhenti disini, itu artinya semua perjuanganku akan menjadi sia-sia" dengan seringai kecil dibibirnya "Aku akan menyingkirkar Sasuke dan menjadikan Naruto hanya untukku" seringai terkembang indahnya dibibir Hinata dengan pikiran jahatnya.

Hey Hinata apa yang akan kau lakukan jika tahu bungsu Uchiha yang kau benci itu kini tengah mengandung calon anak orang yang kau cintai? Tegakah kau menyakitinya?

.

.

Didalam sebuah mobil yang tengah malaju yang dikenrai oleh Neji dan Gaara yang baru pulang dari kediaman Naruto dan Sasuke.

"Bagaimana keadaan Sasuke?" tanya Neji pada Gaara.

"Baik-baik saja. Paling hanya munta-munta biasa seperti orang hamil pada umumnya" jelas Gaara.

"Oh. Baguslah kalau dia baik-baik saja" Gaara pun ikut tersenyum saat Neji berkata dengan menunjukan senyum tipisnya.

"Ya.." tiba-tiba suara dering handphone Neji berbunyi, Neji pun segera memelankan mobil yang dibawanya untuk mengangkat telpon yang ternyata dari kepala keluarga Hyuuga.

"Kirigakure? 7 bulan? Baik otou-san" lalu setelah selesai Neji segera mematikan sambunganya.

"Kau akan pergi ke Kirigakure selama 7 bulan?" tanya Gaara menarik kesimpulan sendiri saat mendengar percakapan telpon singkat Neji tadi.

"Bukan aku. Tapi Hinata" ucap Neji.

Gaara pun mengangguk mengerti "Menurutmu apa Hinata akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan Naruto?" tanya Gaara

"Entahlah. Tapi aku yakin dia tak akan menyerah untuk mendapatkan Naruto bagaimanapun caranya" jawab Neji.

"Tapi mungkin jika Hinata akan pergi selama 7 bulan setidaknya mungkin kita tak perlu takut sesuatu yang buruk terjadi iyakan?" tanya Gaara.

"Iya, kita tak perlu khawatir untuk sementara. Tapi sebenarnya aku ingin sekali melihat Hinata kembali seperti dulu. Aku benar-benar tak menyangka Hinata dapat berubah menjadi seperti ini" ucap Neji dengan nada yang terdengar sedih.

"Aku yakin akan ada saatnya Hinata kembali menjadi Hinata adikmu yang dulu" ucap Gaara yang kembali membuat Neji kembali tenang.

"Ya, semoga dia cepat sadar dan kembali, aku sudah merindukan sifat pemalunya" ucap Neji diiringi dengan tawa ringannya.

.

.

Kediaman Naruto dan Sasuke

"Sepi ya, Dobe?" ucap Sasuke yang sedang menunggu Naruto menyiapkan makan malam untuk mereka. "Padahal tadi dirumah ini ramai sekali" Sasuke mengingat tadi semua keluarga dan teman-temannya kemari dan merasa sepi saat sore akhirnya mereka pulang.

"Ayo makan, Teme" ucap Naruto menyodorkan piring beserta lauknya kepada Sasuke. Tapi Sasuke masih saja diam. "Teme, biasanya kau suka suasana sepi, kenapa sekarang malah mengeluh sepi,hm?" tanya Naruto yang akhirnya memutuskan untuk menyuapi Sasuke. Sasuke pun menyambut suapan Naruto padanya.

"Dobe, bagaimana kalau nanti anak kita lahir?" Sasuke pun mengambil piring dari Naruto dan memilih makan sendiri.

"Kalau anak kita lahir tentu saja nanti aku akan jadi ayah dan kau jadi ibunya, Teme" ucap Naruto disertai dengan cengirannya.

"Kenapa hanya kau yang jadi ayah dan aku yang menjadi ibu?" tanya Sasuke sedikit kesal.

"Tentu saja karena kau adalah istriku, Teme-chan sayang" ucap Naruto lalu beranjak untuk membersihkan piring seteh mereka selesai makan.

"Dobe, kau curang…" Naruto pun hanya bisa tersenyum melihat Sasuke yang kesal dan berceloteh ria tentang dirinya yang menurut Sasuke menyebalkan. Siapa yang sangkah kehamilan Sasuke bisa membuatnya jadi cerewet.

"Kau ingin makan atau sesuatu yang lain lagi, hmm?" tanya Naruto menanggkup kedua pipi Sasuke yang masih menunjukan ekpresi kesal dan hanya bisa menutup mulutnya atas apa yang dilakukan Naruto.

"Hn" jawab Sasuke dan membuang mukanya kesamping menolak untuk bertatapan dengan Naruto.

"Baiklah, ayo kita kembali kekamar, kau harus banyak istirahat" Naruto pun menegakkan tubuhnya yang tadi sempat membungkuk untuk menyamai tingginya dengan Sasuke yang duduk.

"Dobe, Gendong aku" dengan manjanya Sasuke berdiri dan mengulurkan tangannya meminta untuk digendong.

Naruto hanya bisa mendengus geli melihat tingkah manja Sasuke. Cepat sekali berubahnya pikir Naruto.

"Baiklah. Aku akan mengeluarkan seluruh kekuatanku untuk mengendong Teme-chan tersayang dan tercinta" ucap Naruto yang dimata Sasuke terlihat lebay.

Setelah sampai dikamar mereka, Naruto membaringkan Sasuke ke ranjang mereka dan ikut berbaring disebelah Sasuke.

"Dobe, kau tahu. Rasanya aku masih tak percaya kalau aku akan hamil" dengan senyum tipisnya Sasuke mengelus sayang perutnya yang masih rata diikuti Naruto yang juga ikut mengelus perut Sasuke.

"Terimakasih, Sasuke. Aku benar-benar tak sabar menunggu hari kelahiran anak kita" dekapan hangatpun Sasuke dapatkan dari Naruto dan membuatnya segera terbuai untuk tertidur.

.

.

Hari-haripun terasa cepat berlalu, tak terasa kini usia kandungan Sasuke telah memasuki usia 7 bulan. Perutnya pun kini telah tak terlihat rata lagi layaknya seorang yang sedang mengandung.

Kini Sasuke sedang berada dirumah sendirian, tentu saja karena sekarang Naruto sedang berada dikantornya. Dengan langkah pelan dan hati-hati Sasuke berjalan menujuh dapur rumahnya untuk mengambil tomat kesukaannya dikulkas.

"Huh, Dobe pasti lupah membeli tomat" Sasuke kembali menutup kulkasnya saat dilihatnya persediaan tomatnya habis. Sasuke pun mengambil handphonenya.

"Dobe, kau pulang jam berapa hari ini?" tanya Sasuke saat sambungan telponnya sudah dijawab oleh Naruto.

"Entahlah. Tapi sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat dari biasanya, tapi aku akan usaha tak terlalu lama. Ada apa, Teme? Kau ingin sesuatu, hmm? Atau kau merindukanku ya, Teme-chan" Sasuke pun tersnyum kecil mendengar ucapan Naruto.

"Tidak, aku sama sekali tak merindukanmu tapi sepertinya malaikat kecil kita yang merindukanmu" Sasuke dapat mendengar tawa bahagia Naruto dari sambungan telpon setiap kali mereka membahas malaikat kecil mereka yang akan lahir sebentar lagi.

"Hehe, aku juga merindukan malaikat kecil kita. Teme, apa kau benar-benar tak menginginkan sesuatu? Makanan mungkin? Aku bisa pulang sebentar kalau kau mau" Sasuke berfikir sebentar sebelum menjawabnya.

"Hn, kaukan sedang sibuk, aku tidak mau kau pulang lebih lambat lagi. Dobe sudah dulu ya" Sasuke pun bersiap mematikan sambungan telponnya.

"Baiklah, Hati-hati dirumah, Teme. Aku mencintaimu"

"Aku juga, Dobe" sabunganpun akhirnya terputus.

"Kalau menunggu dobe masih sangat lama, sebaiknya aku beli sendiri saja" setuju dengan idenya untuk membeli tomat sendiri akhirnya Sasuke bergegas mengganti bajunya dengan baju lain yang bisa menutupi perutnya yang terlihat sedang mengandung. Setelah yakin dengan penampilannya, Sasuke berjalan pelan mengambil kunci mobilnya untuk mengantarnya ke super market.

"Rasanya bosan juga kalau dirumah terus, jalan-jalan sebentar sepertinya bukan ide yang buruk"

Setelah sampai di supermarket, Sasuke berpikir untuk jalan-jalan sebentar ketaman kota yang tak jauh dari super market tempatnya memarkirkan mobilnya. Taman tak begitu ramai hari ini bahkan terlihat lebih sepi. Sasuke berjalan pelan untuk menjaga kandungannya agar tetap aman.

Namun saat sedang asik melihat pemandangan taman yang memang indah dengan ditumbuhi berbagai bungan yang cantik, Sasuke tak menyadari dari arah berlawanan ada dua orang anak kecil yang bermain kejar-kejaran. Anak yang sedang dikejar berlari cepat dan tak dapat menghindari ataupun berhenti saat hendak menabrak Sasuke yang juga tak menyadari akan ada anak kecil yang menabraknya.

"Nii-san, AWAS!"

"BRUK" tabrakkan pun terjadi. Anak kecil itu tak sengaja menabrak tubuh bagian depan Sasuke, Sasuke pun kehilangan keseimbangannya dan akhirnya terjatuh dengan pantatnya yang menghantam kuat dijalanan taman bersemen.

"Ahkkkkk.. uhhgg…" ringis Sasuke saat merasakan sakit yang luar biasa.

"Nii-san, maafkan adikku. Nii-san tidak apa-apakan?" tanya seorang anak kecil yang mengejar anak kecil yang menabrak Sasuke. "Kiroino, ayo minta maaf pada nii-san ini". Anak itupun meminta maaf dengan wajah bersalah pada Sasuke yang makin meringis kesakitan.

"Nii-san, aku minta maaf" kata anak kecil itu.

"Hanna, Kiroino"

"Okaa-san!" anak yang merasa Namanya dipanggilpun menoleh dan melihat ibunya sedang mencarinya. "Nii-san, sekali lagi kami minta maaf" ucap anak itu dan berlari bersama adiknya menemui ibunya.

"Uhhg, a-ada apa ini. Kenapa rasanya perutku sakit sekali" dari kejauhan terlihat seorang gadis yang melihat Sasuke meringis kesakitan setelah bertabrakan dengan anak kecil tadi.

"Bagaimana mungkin Naruto-kun menyukai laki-laki lemah seperti itu bahkan hanya ditabrak anak kecil saja dia sudah meringis kesakitan seperti itu. Dasar lemah!" sinis gadis itu yang ternyata adalah Hinata yang baru kembali dari kirigakure.

Hinata berjalan dengan angkuhnya mendekati Sasuke yang makin meringis kesakitan.

"Sebenarnya apa yang membuat Naruto-kun menyukai laki-laki lemah sepertimu, hah!" teriak Hinata saat telah mendekat pada Sasuke.

Namun Sasuke yang tengah dilanda rasa sakit sama sekali tak mendengarka ucapan Hinata padanya.

"To-Tolong… tolong aku, tolong se-selamatkan kandunganku" Sasuke berbicara dengan terbata-bata karena rasa sakit yang dirasanya.

Hinata tak tahu, dia salah dengar atau si Uchiha ini yang salah bicara. Namun tiba-tiba ucapan Neji sewaktu diruagannya teringat olehnya.

"Andai kau tahu yang sebenarnya, mungkin kau tak akan percaya jika Sasuke bahkan telah mengandung anak Naruto"

Hinata memang sengaja berpura-pura tidak mendengar gumaman Neji atau bisa juga dibilang dia tak ingin percaya kalau si Uchiha ini bisa memberikan keturunan pada Naruto.

"Ka-kau benar-benar hamil?" tanya Hinata tak percaya. Dengan gerakan cepat Hinata mengangkat baju Sasuke hingga perutnya terlihat dan membuat Hinata kaget dengan perut besar Sasuke yang menunjukan dia benar-benar sedang mengandung dan itu adalah anak Naruto.

'A-apa yang harus kulakukan sekarang' batin Hinata bingung yang mulai merasa kasihan melihat Sasuke.

"Tidak. Aku tidak boleh merasa kasihan. Ini kesempatanku untuk menyingkirkannya" gumam Hinata. Namun tiba-tiba Hinata teringat akan masa kecilnya yang tanpa seorang ibu karena ibunya meninggal saat melahirnkannya, sejak kecil dia hanya tinggal bersama ayah dan Nii-sanya, Neji. Dan dia tahu bagaimana rasanya tak memiliki ibu, lalu bagaimana jika Uchiha ini tak selamat dan bayinya selamat ini pasti akan sangat menyedihkan untuk anak itu, apalagi ini adalah anak Naruto. Atau bagaimana jika bayi ini yang tak selamat, Naruto pasti akan sangat bersedih karena kehilangan anaknya, atau yang lebih parah keduanya tak selamat dan Naruto sedih sekali. Apa lagi jika Naruto tahu Hinata ada disini, Naruto pasti akan membencinya karena mengagap Hinata menjadi sumber kamatian orang yang dicintaiya. Tidak. Cukup sudah dia dikatai sumber kamatian ibunya dulu oleh orang-orang.

"To-tolong.. kumohon.. akhh perutku sakit…" teriakan Sasuke yang membuat lamunan Hinata terhenti dan merasakan cengkraman kuat pada lengannya yang dilakukan oleh Sasuke.

"Bertahanlan. Aku akan menolongmu, TOLONG! TOLONG!" ucap Hinata dan berteriak meminta pertolongan."Tunggu sebentar, aku akan kembali" Hinata pun berlari mencari pertolongan lalu dia kembali dengan beberapa orang untuk mengangkat Sasuke.

"Aku tidak bawa mobil. kau bawa mobil?" tanya Hinata. Sasukepun mengangguk dan mengeluarkan kucin mobilnya lalu diberikan pada Hinata.

"Di-di depan super market itu, biru tua" tunjuk Sasuke.

"Ayo, tolong bawa dia kemobil biru tua itu" dengan segera beberapa orang itu mengangkat Sasuke dan membawanya masuk kedalam mobil biru tua milik Sasuke.

Setelah mengucapkan terimakasih dan memastikan Sasuke aman didalam mobil, Hinata segera duduk dibelakang kemudi dan mengemudikan mobil itu menujuh rumah sakit.

.

.

Rumah Sakit Konoha.

Hinata kini benar-benar bingung setela mengantarkan Sasuke kerumah Sakit. Handphone Sasuke yang sempat diambilnya dimobil Sasuke sejak tadi berbunyi terus dengan panggilan dari Naruto. Naruto sekarang pasti sedang mencari Sasuke.

"Apa yang harus kulakukan?" tanyanya bingung. "Bagaimana kalau Naruto-kun menyangkah akulah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Uchiha itu?" kini Hinata benar-benar bingung.

"Drrrttt…Drrttt" tiba-tiba saja getar handphonenya membuatnya terkejut akan panggilan dari Neji.

"Neji-nii. Tolong aku sekarang. Cepat kemari" ucap Hinata dengan nada cemas setelah menjawab sambungannya.

"Kau dimana Hinata?" tanya Neji yang mendengar Nada cemas dari Hinata.

"dirumah sakit Konoha. Kumohon, cepat datang Neji-nii" setelah itu Hinata mendengar nada sambungan yang terputus dari Neji.

.

.

"Teme ayo angkat telponmu. Kau dimana sekarang, Teme?" sejak kepulangannya dari kantor Naruto tak hentinya menghubungi Sasuke yang entah berada dimana sekarang. Di sudah bertanya pada keluarganya dan keluarga Sasuke namun satupun dari mereka tak ada yang mengetahui dimana keberadaan sang istri.

"Bagaimana Naruto?" Shikamaru dan Kiba kini menatap Naruto dengan pandangan bertanya semenjak diberitahu Sasuke tiba-tiba menghilang, Naruto langsung menghubungi Shikamaru yang berkeja di kepolisian untuk membantunya. Terdengar berlebihan tapi terserah yang ada diotak Naruto sekarang dia harus segerah bertemu dengan Sasuke karena kini perasaannya mulai tak tenang.

"Tadi Sasuke sempat menelponku, biasanya dia akan menelponku karena ingin makanan atau sesuatu tapi kali ini dia hanya menelponku tanpa meminta apapun" jelas Naruto pada Shikamaru.

"Coba kau lihat dapurmu adakah sesuatu yang kurang atau tertinggal olehmu hingga membuat Sasuke kemungkinan meninggalkan rumah?" pertanyaan Shikamaru sukses membuat Naruto berpikir keras.

"Seingatku tidak ada yang kurang kecuali… ASTAGA! Aku lupa membeli tomat untuk Sasuke" teriak Naruto saat teringat kebodohannya.

"Sebaiknya kita cari dia di super market dekat sini" saran Shikamaru dan langsung disetujui oleh Naruto.

.

.

Neji dapat melihat wajah cemas dari Hinata yang tak hentinya menatap pintu ruangan yang tadi dimasuki Sasuke.

"Kau menabrak orang, Hinata?. Seingatku, aku melihat mobilmu tadi dirumah" tanya Neji setelah jaraknya dekat dengan Hinata.

"A-Aku bukan menabrak tapi mengantar orang kerumah Sakit" ucap Hinata agak gugup dan masih terlihat cemas.

Nejipun heran melihat Hinata yang cemas padahal dia hanya mengantar orang kerumah Sakit tapi Neji hanya diam saat Hinata seperti ingin melanjutkan ucapannya.

"Aku membawa Sa-Sasuke, Uchiha Sasuke" mata Neji melebar saat Hinata mengatakan orang yang diantarnya kerumah sakit adalah Sasuke.

Neji langsung mencengkram kedua bahu Hinata "Apa yang terjadi Hinata, jangan katakan ini ada sangkut pautnya denganmu" . Hinata pun hanya dapat mengeleng pelan dan mencoba menjelaskan semuanya pada Neji.

"Begitulah ceritanya Nii-san. Aku takut. Bagaimana kalau Naruto-kun menyalahkanku atas kecelakaan yang terjadi pada Sasuke?" Nejipun menghela napas pelan dan mencoba menenangkan Hinata.

"Nii-san akan membantumu nanti menjelaskan yang sebenarnya. Sekarang Nii-san akan menelpon Naruto, dia pasti sangat khawatir pada Sasuke. Kau juga pulanglah dan istirahat" ucap Neji dan Hinatapun hanya bisa mengangguk patuh. Sebelum Hinata beranjak jauh, Neji kembali memanggilnya. "Ne, Hinata, aku tak menyangka kau mau menolong Sasuke. Jadi sepertinya adikku Hinata sudah benar-benar kembali ya?" Hinatapun hanya bisa memasang wajah menyesal asal tindakan bodohnya selama ini.

"Maafkan aku, Nii-san" ucapnya lirih.

"Tak apa, yang penting sekarang kau sudah sadar" ucap Neji mengelus sayang rambut panjang adiknya itu. "Pulanglah dan hati-hati, akan kuberitahu nanti kabar Sasuke padamu".

Sepanjang perjalanan menuju rumahnya Hinata tak bisa berhenti memikirkan kondisi Sasuke. Bagaimana bisa Hinata yang awalnya berniat mencelakai Sasuke sekarang malah khwatir dengan keselamatan Sasuke?.

"Cih, apa yang kupikirkan. Harusnya aku senang tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mereka. Bagaimana kalau nanti Naruto-kun. Akh sial aku tidak sanggup membayangkan wajah bersedih Naruto-kun. Tapi apa Naruto-kun benar-benar mencintainya? Apa mereka saling mencintai? Tapi bukankah sekarang Sasuke itu sedang mengandung? Jadi semua jawabanyanya memang iya ya, sejak awal aku memang sudah tak punya celah untuk berada diantara mereka" Hinata pun tak hentinya memikirkan kejadian tadi "Huh, sebaiknya aku cepat pulang sekarang" ucap Hinata lalu mencari taksi untuk mengantarnya pulang.

.

"Aku sudah mencari Sasuke kemana-mana tapi tetap saja aku tak menemukannya" ucap Kiba memberi laporan pada Shikamaru yang telah menunggunya didepan super market dekat rumah NaruSasu.

"Apa kalian menemukan Sasuke?" tanya Naruto dengan wajah yang jelas tak tenang. Kiba pun mennggelengkan kepalanya.

"Tadi aku sempat bertanya pada orang sekitar sini" Shikamaru pun akhirnya bersuara membuat Naruto dan Kiba memandangnya dengan serius."Mereka bilang tadi mereka sempat menolong lelaki yang kesakitan lalu dibawa kerumah sakit oleh seorang perempuan dengan mobil biru tua" jelas Shikamaru.

"Jangan-jangan.." ucap Naruto.

"Enatalah, tapi menurut ciri-ciri orangnya itu seperti Sasuke" ucap Shikamaru.

"DRTT…DRTT…" Naruto pun segera mengangkat telpon yang ternyata adalah dari Neji.

"APA? Bagaimana bi… baiklah aku akan segera kesana" ucap Naruto mengakhiri sambungannya.

"Kita harus kerumah sakit sekarang, Sasuke ada disana" ucap Naruto dan segera pergi kerumah Sakit bersaman Shikamaru dan Kiba.

.

"Naruto, Shikamaru, KIba?" sesampainya dirumah Sakit mereka bertiga bertemu dengan Gaara yang juga sepertinya baru sampai. Shikamaru dan Kiba pun berhenti saat melihat Gaara, namun Naruto masih terus saja berjalan cepat menuju ruangan yang diberi tahu oleh Neji.

"Kenapa Sasuke bisa ada dirumah sakit?" tanya Kiba ikut khawatir.

"Aku juga tidak tahu, Neji hanya menyuruhku untuk cepat datang kerena Sasuke masuk rumah sakit" ucap Gaara sambil melanjutkan berjalan menujuh ruangan Sasuke.

Sesampainya disana Naruto melihat Neji duduk dikursi tunggu dengan raut wajah yang tak kalah cemas.

"Apa yang terjadi Neji?" Neji pun mendongak kaget saat Naruto diikuti Shikamaru, Kiba, dan Gaara baru datang.

"Neji, ada apa sebenarnya?" tanya Gaara kali ini. Nejipun menghelah napas dan menceritakan apa yang telah terjadi.

"Begitulah ceritanya kata Hinata" ucap Neji setelah menyelesaikan ceritanya.

"Kau yakin begitu kejadiannya?" tanya Shikamaru memastikan.

"Entahlah, aku tak berani jamin. Sebaiknya kita tunggu Sasuke saja" ucap Neji lalu tak berapa lama, Tsunade, dokter yang menangani Sasuke selama kehamilannya dan dokter dirumah sakit ini akhirnya keluar dengan menghembuskan napas.

"Bagaimana baa-san? Sasuke dan anakku baik-baik sajakan?" tanya Naruto dengan wajah yang semakin cemas.

"Untunglah Sasuke cepat dibawa, jika terlambat sedikit lagi bukan tidak mungkin salah satu dari mereka akan ada yang tidak selamat" jelas Tsunade. Membuat Naruto sedikit bernapas lega. "Kita juga harus bersyukur Sasuke dan kandungannya cukup kuat, kita tinggal menunggu hasil pemeriksaan untuk melihat kondisi kandungan Sasuke tapi menurutku kandungan Sasuke baik-baik saja" jelas Tsunade lagi.

"Apa aku boleh melihatnya?" tanya Naruto.

"Boleh, tapi ingat jangan sampai membuatnya terganggu. Untuk kalian sebaiknya jika ingin melihat Sasuke besok saja agar tidak mengganggu Sasuke"Saran dokter Tsunade. Mereka pun hanya mengangguk paham.

"Na Naruto, sebaiknya kami pulang saja, besok pagi kami akan kemari. Aku juga akan memberitahu keluargamu nanti. kau jagalah Sasuke" ucap Shikamaru.

"Iya, terimakasih teman-teman" ucap Naruto tersenyum tipis lalu memasuki ruangan Sasuke.

Naruto tak tahu apa yang harus dia lakukan saat melihat Sasuke yang terbaring lemah seperti sekang ini.

Naruto duduk disamping Sasuke. Diraihnya tangan kiri Sasuke yang terasa dingin dan digenggamnya erat mencoba untuk menyalurkan kehatannya pada Sasuke "Teme, maafkan atas kelalaianku menjagamu" ucapnya lirih perlahan Naruto dapat merasakan jari-jari Sasuke yang digenggamnya bergerak kecil. Melihat Sasuke yang mulai sadar, Naruto bergerak cepat memanggil dokter Tsunade. Dokter Tsunade pun memeriksa keadaan Sasuke kembali.

"Keadaan Sasuke sudah mulai membaik dia hanya perlu istirahat saja. Oh ya hasil pemeriksaan kandungan Sasuke sudah keluar" Naruto pun yang mendengarnya menatap Sasuke yang telah sadar menunjukan ekpresi tegang saat akan mendengarkan hasil pengecekan kandungannya.

"Tak perlu setegang itu. Calon anak kalian baik-baik saja, aku tak menyangka Sasuke dan kandungannya dapat bertahan sekuat ini walaupun sepertinya benturannya cukup kuat" jelas dokter Tsunade lagi membuat Naruto dan Sasuke dapat bernapas lega. Setelah itu dokter Tsunade keluar dari ruangan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang, Sasuke?" tanya Naruto mengusap lembut helaian rambut indah milik Sasuke. Sasuke tiba-tiba menunjukan raut wajah sedihnya.

"Maafkan aku, Naruto. Aku ham…" "SSStthh. Ini bukan salahmu, kalau saja aku tak lupa membeli tomat untukmu mungkin ini tak akan terjadi, lagipula kita harus bersyukur karena kandunganmu baik-baik saja" ucap Naruto menghentikan ucapan Sasuke.

"Tidurlah kembali Sasuke, kau membutuhkan banyak istirahat" Sasukepun hanya mengangguk lemah dan mencoba kembali melanjutkan istirahatnya dengan memejamkan matanya.

"Dobe, tidak bisa tidur" ucap Sasuke kembali membuka matanya.

"Huh? Baiklah. Kau ingin apa sekarang hmm, Teme-chan?" tanya Naruto yang semenjak masa hamil Sasuke telah hafal betul ketika sebelum tidur ada saja keinginan Sasuke dan itu harus dipenuhi karena jika tidak Sasuke tak akan bisa tidur sebelum keinginannya dipenuhi.

Namun kali ini Sasuke hanya diam dan menggeser sedikit tubuhnya memberikan tempat kosong disebelah tubuhnya.

"Kau ingin aku tidur disebelahmu, hmm?" tanya Naruto, Sasuke pun mengangguk membenarkan. Naruto lalu ikut berbaring disebelah Sasuke dan memeluk Sasuke, sedangkan Sasuke mencoba menyembunyikan wajahnya didada bidang Naruto, lama mereka seperti itu sampai akhirnya isakan kecil Sasuke terdengar pelan.

"Hiks… Naruto, aku sangat takut tadi, aku takut kalau tejadi sesuatu pada anak kita hiks… tapi kau benar setidaknya aku memang harus bersyukur karena ada perempuan yang mau menolongku tadi hiks.. mungkin jika dia tidak mau menolongku aku pasti tak akan selamat" Naruto pun semakin mengeratkan pelukannya pada Sasuke. Mencoba menenangkan Sasuke yang terisak.

"Kau kenal perempuan itu?" tanya Naruto.

Sasuke menggeleng "Tapi matanya mengingatkan aku pada Neji" jawabnya setelah tenang dan mengingat wajah orang yang telah menolongnya.

'Mungkin itu benar Hinata' batin Naruto.

"Teme, kau menangis? Sejak kapan kau jadi cengeng, Hmm?" tanya Naruto usil disertai cengirannya dan langsung saja Sasuke mencubit tangan Naruto yang memeluknya.

"Dobe, aku serius, ini tentang keselamatan anak kita dan kau malah mengusiliku. Kau memang menyebalkan Dobe. Lihat saja aku akan memberi tahu pada Kaa-san biar kau dimarahi" ucap Sasuke kesal.

Naruto pun menghentikan cengirannya "Teme, kemarilah" ucap Naruto lalu merubah posisi mereka dengan Sasuke yang tidur bersandar diatas tubuh Naruto dan Naruto yang dibawahnya memeluk Sasuke dari belakang. "Terimakasih karena kau sangat peduli pada keselamatan anak kita" ucap Naruto memeluk Sasuke erat lalu mengangkat pakaian Sasuke hingga menampilkan perutnya yang besar seperti orang hamil lalu mengusapnya penuh sayang.

"Dobe, bagaimanapun akulah yang akan menjadi ibunya yang melahirkannya nanti, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk anak ini" ucap Sasuke memejamkan matanya sambil menikmati usapan tangan hangat Naruto pada perutnya.

"Ya. Istirahatlah, aku akan menjagamu" sementara matanya masih terpejam Sasuke merasakan kecupan singkat dari Naruto untuk mengantar tidurnya, Sasuke pun mengangguk lalu tak lama akhirnya napas teratur dari Sasuke menandakan dia telah tertidur lelap dalama pelukan sang suami.

'Mungkin aku harus berterimakasih pada Hinata nanti' batin Naruto.

.

.

Pagi yang tenang namun tak setenang hati kedua Nyonya Uchiha dan Namikaze-Uzumaki saat mendengar kabar anak dan menantu mereka masuk rumah sakit pagi tadi, begitupula dengan Uchiha sulung yang sangat menyanyangi adiknya itu. Maka dari itu mereka sudah datang kerumah sakit bersama-sama pagi sekali.

"Naruto, Bagaimana keadaan Sasuke?" tanya Kushina membuka pintu ruangan dengan terburu-buru.

"Tenanglah Kushiha-chan" Minato yang melihat isterinya cemas memncoba menenangkannya.

Sedangkan Mikoto dia hampir ingin menangis karena takur terjadi hal yang buruk pada anaknya namun Fugaku yang menggenggam tangannya dan rangkulan dari anak sulungnya cukup untuk membuatnya agar tetap tenang namun wajah cemasnya tetap tak tertutupi.

"Naruto sedang keluar, mencari makanan katanya" suara yang berasal dari dalam ruangan membuat mereka melihat siapa pemilik suara dan menemukan Sasuke diatas ranjang rumah sakit dan sedang menikmati tomat ditangannya dengan santai seolah tak terjadi apapun padanya.

"Otoutou, kau baik-baik saja?" tanya Itachi yang tersadar duluan dari rasa tak percaya mereka. Tadi pagi Shikamaru memberitahu mereka Sasuke masuk rumah sakit karena tidak sengaja ditabrak anak kecil saat sedang jalan-jalan ditaman lalu terjatuh, saat itu juga sang Nyonya Uchiha rasanya ingin pingsan namun berhasil mengendalikan dirinya dan cepat meminta suaminya untuk mengantarnya saat itu juga begitupun dengan Nyonya Namikaze-Uzumaki yang juga langsung menyuruh suaminya untuk cepat mengantarnya dan cuti kekantor.

"Aku?" jeda sejenak lalu Sasuke menampilkan wajah kesalnya "Aku sedang tidak baik-baik saja, Dobe, lama sekali hanya membeli makanan saja" ucap Sasuke dan merekapun hanya bisa menghela napas lega melihat keadaan Sasuke yang sepertinya baik dan masih terlihat manja tidak mau ditinggal Naruto walau hanya sebentar.

"Tepat 15 menit, hosh… hohs… Eh? Kalian?" Naruto yang baru sadar akan kedatangan keluarganya baru tersadar dia belum memberitahu langsung keadaan Sasuke termasuk pada teman-temannya.

"Naruto, kenapa tidak memberitahu kami langsung kalau Sasuke masuk rumah sakit?" ucap Kushina.

Naruto pun hanya mampu mengeluarkan cengiran andalannya saat mendengar pertanyaan ibunya "Hehe, Maaf kaa-san karena kemarin aku sangat cemas jadi aku lupa memberi tahu kalian tapi Sasuke baik-baik saja begitupun dengan kandungannya" jelas Naruto pada keluarganya yang terlihat menghembuskan nafas lega setelah mendengar penjelasan Naruto lebih lanjut.

"Kabar dari Shikamaru pagi tadi benar-benar membuat kami semua cemas, Naruto" ucap Minato.

"Ahh, ya. Aku juga lupa memberitahu keadaan Sasuke lebih lanjut pada Shikamaru" ucap Naruto lagi.

"Na. ini Sasuke, jus tomat pesananmu" ucap Naruto memberikan jus tomat dalam kemasan kotak pada Sasuke. Tapi bukannya menerima jus yang diberikan padanya, Sasuke malah melipat tangannya didada dan memalingkan wajahnya, menolak untuk melihat kearah Naruto.

"Kau lama, Dobe!" ucap Sasuke mendengus sebal.

"Teme, tadikan kau bilang 15 menit, aku sudah tepat 15 menit. Lagipula kantinnya lumayan jauh dari ruangan ini" ucap Naruto membela dirinya.

"Oh. Jadi kalau aku bilang kau boleh pergi selama 1 jam, kau akan pergi selama 1 jam, hah?" Sasuke makin kesal dengan jawaban Naruto. Masih bawaan hamil sepertinya.

'Heh, dia marah?' batin Naruto mengelah napas mencoba sabar menghadapi Sasuke yang moodnya berubah lagi. Sedangkan keluarga mereka lebih memilih untuk menonton aksi marah Sasuke pada Naruto dan aksi membujuk Naruto.

"Cih, aku tidak mau makan!" ucap Sasuke mendorong piring untuk sarapannya menjauh dan Naruto mulai berfikir cara untuk membujuk Sasuke agar berhenti marah.

"E-Eh.. Teme, kau harus makan. Nanti kau sakit kalau tidak mau makan. Aku suapi ya?" ucap Naruto tapi Sasuke semakin memalingkan wajahnya dari Naruto.

"Ok… Ok… Aku minta maaf karena sudah membuatmu menunggu lama. Aku janji tak akan lama lagi" ucap Naruto memohon sambil meraih tangan Sasuke tapi Sasuke malah menarik tangannya dan masih memalingkan wajahnya.

"Syukurlah kalau semuanya baik-baik saja" ucap Itachi yang melihat Sasuke kembali ngambek pada Naruto, hal yang sering dilihatnya semenjak kehamilan Sasuke.

"Apa yang baik-baik saja, Itachi?!,Sasuke tidak mau makan bagainama kalau dia Sakit" teriak Naruto berbalik menghadap Itachi yang seenaknya saja bilang semuanya baik-baik saja.

"Itu tugasmu untuk menyuruh Sasuke makan. Kau kan suaminya" ucap Itachi santai.

"Gzzz. Dasar" akhirnya Naruto pun menyerah dan kembali berbalik mengahadap Sasuke yang masih memalingkan wajahnya "Ya sudah kalau kau tidak mau makan biar aku saja yang makan" ucap Naruto mulai akan memakan sarapan untuk Sasuke.

"Dobe, kau menyebalkan" desis Sasuke. Naruto pun mengalihkan padangannya pada Sasuke.

"Teme, kalau saja tidak ada mereka aku sudah menciummu dari tadi biar kau mau makan" ucap Naruto ikut mendengus. Seketika rona merah muncul dikedua pipi Sasuke.

"Suapi aku" ucap Sasuke dengan nada memerintah namun rona merah masih menghiasi pipinya. Naruto pun tersenyum senang dan mulai menyuapi Sasuke. Keluarga merekapun ikut tersenyum, memang hanya Naruto yang bisa membuat Sasuke seperti ini bahkan sejak keduanya masih kecil mereka memang sudah yakin akan hal ini.

Setelah habis, Naruto memberikan segelas air putih pada Sasuke.

"Eh? Diakan?" ucap Sasuke setelah memberikan gelas yang tinggal setengah isinya pada Naruto dan menunjuk kearah pintu. Narutopun mengikuti arah tunjukan Sasuke begitupula keluarganya.

Disana Hinata berdiri, dibelakangnya ada Neji, Gaara, Shikamaru, Kiba, dan Sakura. Hinata merasa aneh ditunjuk seperti itu oleh Sasuke. Matanya melihat Naruto yang berada disamping Sasuke lalu dia mehat keluarga Naruto dan Sasuke. Matanya terpaku pada sosok Itachi yang memandangnya tajam. 'Itukah Uchiha Itachi jika menyangkut adiknya?' batin Hinata. Hinata pernah bertemu dengan Itachi namun tak pernah melihat Itachi berekspresi dengan mata setajam itu biasanya Itachi hanya berekspresi datar layaknya kebanyakan Uchiha.

'Mau apa dia?' batin Itachi lalu suasana hening pun tiba-tiba muncul.

"Dobe, Itu perempuan yang menolongku kemarin" Ucap Sasuke memecah suasana yang sempat hening itu dan membuat Itachi menatap bingung adiknya itu.

"Ayo masuk, Hinata" ucap Neji dibelakangnya. Hinatapun mengangguk canggung lalu kembali berjalan masuk mendekat pada Sasuke.

"Ba-Bagaimana keadaanmu, U-Uchiha-san?" Tanya Hinata sedikit gugup.

"Sasuke, panggil Sasuke. Berkat kau, aku selamat. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kau tak menolongku kemarin, uhm..?" Sasuke terlihat bingung karena tak tahu nama perempuan yang telah menolongnya.

"Hyuuga Hinata, panggil saja Hinata" ucap Hinata.

"Ahh. Ya, terimakasih, Hina.., eh? Hinata? Putri keluaga Hyuugakah?" ucap Sasuke terhenti lalu mandang Naruto "Dia?" seolah mengerti pertnyaan Sasuke, Naruto pun mengangguk.

Hinata juga seolah mengerti maksud Sasuke saat memandang Naruto.

"Benar, Sasuke-san, aku memang mantan calon tunangan Naruto-kun, tapi itu dulu sepertinya Naruto-kun benar-benar lebih mencintaimu hingga lebih memilih membatalkan rencana pertunangan kami dan kembali padamu" ucap Hinata ada nada kesedihan dalam ucapan Hinata namun dia coba untuk tersenyum dan Sasuke menyadari itu. Perasaan bersalah tiba-tiba menghinggapi Sasuke. 'Apa aku telah merebut Naruto darinya?' batin Sasuke.

"Maaf ka…". "Tidak, Kau sama sekali tak bersalah, sejak awal Naruto memang hanya mencintaimu dan tak perna mencintaiku, aku sadar sekarang Naruto-kun hanya mengagapku sebagai adiknya saja, tidak lebih" segaris senyum Hinata tunjukan untuk menyakikan dia baik-baik saja dan telah melepaskan Naruto untuk kembali pada Sasuke.

"Ya, terimakasih untuk semuanya Hinata" ucap Sasuke ikut tersenyum tulus begitupun dengan Naruto.

"Nii-san bangga padamu,Hinata-chan" Hinatapun melihat Neji yang berada disebelahnya tersenyum padanya. 'Sudah berapa lama aku dan nii-san tidak sedekat ini?' batinnya.

"Jadi, dia yang menolongmu, Sasuke?" tanya Itachi yang ikut mendekat kearah mereka. Namun, tiba-tiba Naruto mendekatinya dan menutup mulut Itachi.

"Ck, kau mau membuat Sasuke marah dan membunuhku, huh, dengan bertanya seperti itu" desis Naruto. Dan Itachi baru ingat Sasuke akan kesal jika ada orang yang bertanya ulang padanya dan berefek kekesalannya pada Naruto.

"Kau bilang apa tadi aniki?" tanya Sasuke melihat tingkah aneh suami dan kakaknya itu.

Itachipun melepaskan tangan Naruto yang menutupi mulutnya, setelah yakin Itachi ingat kalau Sasuke tidak suka ditanya ulang, Narutopun melepaskannya.

"Dia orang yang menolongmu?" tanya Itachi dengan wajah polosnya bertanya dan berseringai saat melihat wajah kesal adik iparnya itu.

"Itachi!" dan hari itu dinikmati Naruto dengan mendengarkan kekesalan Sasuke atas apa yang telah dilakukan Itachi. Sedangkan mereka yang ada disana hanya bisa tertawa melihat Naruto yang kewalahan menghadapi Sasuke.

"Teme-chan, Kau benar-benar istri yang durhaka, tega-teganya mencurahkan kekesalanmu padaku" teriak Naruto histeris tapi Sasuke tetap saja mencurahkan kekesalannya pada Naruto.

HARI MEMBAHAGIAKAN

Akhirnya hari yang dinanti tiba. Hari kelahiran Sasuke akhirnya tiba.

"Sasuke, berjuanglah, kami yakin kamu pasti kuat" ucap Mikoto sebelum Sasuke memasuki ruang persalinan. Sasuke mengangguk dan tersenyum. Dan melihat semua orang ada disini menunggu proses persalinanya termasuk Hinata, mantan calon tunangan Naruto. Dia dapat mendengar dukungan dari mereka untuknya. Namun wajah tegangnya dan cemasnya tak dapat tertutupi.

"Tenanglah, Sasuke. Aku akan ada bersamamu nanti" ucap Naruto lalu Sizune segera menyuruh suster yang lain untuk membawa Sasuke masuk diikuti Naruto untuk segera memulai proses persalinan.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Naruto setelah mereka berada didalam dan mengajak Sasuke berbicara, berharap dapat mengurangi rasa tegangnya. Sasuke tak menjawab dan hanya meremas kuat tangan Naruto yang menggenggam jemarinya.

"Aku tahu kau kuat. Berjuanglah untukku, Sasuke. Aku mencintaimu dan aku akan menunggumu dan anak kita" ucapnya lalu Sizune menyuntikan obat bius pada Sasuke namun sebelum seluruh kesadarnya menghilang Sasuke sempat membalas ucapan Naruto.

"Aku juga menicntaimu, Naruto. Tunggu aku dan anak kita" lalu Tsunade mulai proses persalinan Sasuke yang menggunakan cara cesar itu.

.

"Lama sekali" ucap Itachi yang telihat gelisa menunggu proses persalinan adiknya.

"Huh, kau itu" Itachi melirik kearah tou-sanya yang tadi mendengus melihatnya mondar-mandir didepan ruang operasi Sasuke. Mikoto dan Kushina serta Minato terkikik geli melihat Itachi. Sedangkan Hinata, Sakura, Shikamaru, Kiba, Neji, dan Gaara bingung melihat tingkah keempat orang tua yang terlihat santai saja.

"Itachi, kau tahu, melihatmu yang seperti itu, mengingatkan aku pada saat Mikoto melahirkan Sasuke padahal Fugaku terlihat santai saja bahkan nyaris tertidur" ucap Minato mengingat saat dia ikut menunggui istri sahabatnya itu melahirkan anak bungsu mereka yang sekarang menjadi menantunya itu. Itachipun mendengus mengingat tou-sannya memang terlihat santai.

"Kenapa tou-san terlihat begitu santai padahal waktu itu kaa-san sedang berjuang melahirkan Sasuke" akhirnya pertanyaan yang dulu sempat ingin dia tanyakan namun tidak jadi itu akhirnya berhasil ditanyakannya sekarang, Itachi terdiam saat mendengar jawaban dari tou-sannya yang masih memasang wajah datar itu.

"Tentu saja Karena waktu itu aku percaya pada kaa-sanmu kalau dia kuat dan aku tak perlu cemas dan sekarangpun aku percaya pada Sasuke kalau dia kuat. Kau juga harus percaya Itachi, adikmu itu kuat" ucap Fugaku "Dan sekarang kau duduk, dari pada mondar-mandir lebih baik kau berdoa untuk kelancaran persalinan adikmu" akhirnya Itachipun menurut dan mulai tenang.

Setelah beberapa jam akhirnya mereka menunggu, akhirnya Naruto keluar dengan menggendong seorang bayi.

"Bagaimana keadaan Sasuke?" tanya Itachi antara senang dan cemas melihat hanya Naruto yang keluar tanpa Sasuke.

"Sebentar lagi Sasuke akan dipindahkan keruang perawatan" merekapun menghelah napas lega mengetahui Sasuke juga selamat.

"Na, Naruto ,nama apa yang akan kau berikan pada anakmu?" tanya Minato mendekati Naruto yang sedang menggendong anaknya.

"Entahlah Tou-san, aku menunggu Sasuke saja" ucap Naruto masih dengan perasaan haru memandang anaknya yang ada dalam pelukannya.

"Jadi kau benar-benar sudah melepaskan Naruto, Hinata?" tanya Sakura yang ada disebelah Hinata, Sakura dapat melihat ada wajah yang ikut merasakan senang pada wajah Hinata begitupun wajahnya. Hinata pun hanya menoleh dan tersenyum kecil pada Sakura.

"Ku dengar dari Neji, kau sedang dekat dengan Itachi-san ya?" tanya Sakura pada Hinata dan pertanyaan itupun didengar oleh mereka yang ada disana. rona merah muncul dikedua pipinya namun dia hanya tersenyum kikuk dan malu-malu sebagai jawabannya.

Itachi yang mendengarnya pun tersenyum kecil "Mungkin aku akan menyusul Naruto dan Sasuke sebentar lagi" ucap Itachi membuat rona merah pada pipi Hinata makin menjadi.

"Akhir yang bahagia bukan, Sayang?" gumam Naruto dengan senyumnya merasa bahagia atas apa yang telah terjadi sekarang.

.

.

"Nggh, Dobe. Jangan mengganggu, aku sedang masak, nhh… ahh" desah Sasuke.

"Teme, aku ingin sekarang" tangan Naruto mulai meraba dada Sasuke.

"Dobe, ini didapur, jangan disini, bagaimana kalau Menma lihat?" kesal Sasuke pada Naruto.

"Menma sedang main, jadi dia tidak akan lihat" Naruto pun menarik Sasuke, membaringkannya dimeja makan. Mulai menciumi wajah serta tubuh Sasuke. Hingga akhirnya tak ada lagi selembar benang yang menempel pada tubuh mereka. Benar-benar polos.

"Tou-san, papa. Sedang apa?" suara yang mereka kenali itu membuat mereka berhenti dan menoleh pada anak mereka yang melihat mereka dengan pandangan bertanya.

"Kenapa tou-san dan papa tidak pakai baju? Kenapa Tou-san menimpa tubuh papa? Kenapa papa diam saja? Apa tidak berat dan sakit? Kenapa papa tiduran di meja?" tanya seorang anak kecil berumur sekitar 6 tahun yang ternyata adalah Menma, anak yang Sasuke lahirkan 6 tahun yang lalu.

"Uhm, Menma, apa Menma mau punya adik?" tanya Naruto, tubuh Sasuke yang tadi membeku saat melihat anaknya tiba-tiba muncul itu. Menoleh pada Naruto yang baru saja bertanya pada Menma.

"Ya, Menma mau!, Menma mau adik!" ucap Menma dengan semangat karena memang menginginkan seorang adik.

"Kalau begitu tou-san dan papa buat adik dulu ya? Jangan ganggu tou-san dan papa dulu, Ok?" ucap Naruto lalu menggendong Sasuke ke kamar mereka. Sasuke yang mendengar ucapan Naruto pada anak mereka memandang tajam pada Naruto.

"Dobe! Lepaskan aku. Kau tou-san kurang aja, beraninya kau bilang begitu pada Menma" ucap Sasuke meronta dari gendongan Sasuke.

"Teme, tidak bisa, sudah tidak bisa ditahan" ucap Naruto sesampainya dikamar mereka dan langsung membaringkan tubuh polos Sasuke ke ranjang mereka. Pada akhirnya Sasuke memang tak bisa menolak Naruto.

"Memangnya cara buat adik bagaimana?" tanya Menma setelah melihat tou-sannya buru-buru menggendong papanya naik keatas. Lama berpikir, akhirnya Menma memilih untuk mengendikan bahu dan berlalu pergi. "Nanti tanya sensei disekolah sajalah. sekarangaku main lagi saja".

END

Hai, hoho. Akhirnya tamat. Makasi buat yang udah ngikutin TYL dari awal samapai akhir dan juga yang udah ngasi review. Chapter akhir ini panjang banget ya, jadi lama, hoho. Miako minta maaf. Maaf untuk segala kekurangannya, OOC, typo dan yang lainnya ya. Semoga suka ya dengan endingnya. Ok mau mau beles review dulu.

Yuichi : ok udah dilanjut, makasih yah, udah mau RnR TYL. hehe

amour-chan : ok udah dilanjut, makasih yah, udah mau RnR TYL. hehe

Aicinta : udah dilanjut, makasih ya udah ikutin TYL dari awal sampe end. Hoho. Maaf karena lama ya.

Qnantazefanya : Hinata udah jadi baik ya. Makasi karena udah RnR TYL.

Aoi : makasih ya udah RnR. Maaf karena lama dan gak nyeritain secara jelas tentang ngidam Sasuke. Hoho. Aku kurang ngerti soal orang ngidam. Hehe.

Ok, makasi untuk semua yang udah review. Setelah ini Miako akan usahain buat ngelanjutin Sasu-Neko chapter 2 mohon dukungannya ya, mungkin minggu depan baru bisa updated Sasu-Nekonya. Ok. Itu saja. Kita ketemu lagi di Sasu-Neko chapter 2. Salama cinta dari Miako Uchiha, Daadaaaahhh.