LIVING HELL SERIES 16
[The War is END]
WARNING: TYPO
enjoy
"Aku akan tetap menghabisi park Chanyeol"
Suho menggelengkan kepalanya. Tak percaya dengan omongan Yixing. Entah kenapa kini ia tak mau melukai Kim Jongin. Dan Suho merasa sangat benci dengan orang yang tengah duduk di kursi roda tersebut. Kenapa Yixing Harus memberitahu semua kenyataan itu Kalau pada akhirnya ia akan tetap melakukan pekerjaanya. Membuatnya tersiksa dengan perasaan bersalah? Sekejam apa ketua Mafia Unicorn ini. Suho mengambil ponselnya hendak mengirim anak buahnya, namun jemarinya terhenti ketika sebuah layar handphone terpampang di depan wajahnya.
"Kau-" Lidah Suho kelu ketika ia melihat Sosok Kyungsoo yang tidak sadarkan diri terikat di sebuah kursi dalam ruangan yang asing.
"Jangan coba-coba untuk menghalangi pekerjaanku, Klien ku tersayang" Ucap Yixing dengan nada yang sungguh nakal "Atau boneka manis mu ini akan menjemput ajalnya" lanjutnya sambil mengelus layar HP-nya.
"Brengsek kau Zhang-"
"Kau mau ikut? Bukankah seru kaulu kau menyaksikan bagaimana reaksi adik tirimu secara langsung. Saat aku sudah berhasil menghabisi nyawa seseorang yang sangat berarti baginya? Hahahahha bukankah itu yang kau inginkan klienku? Melihat Seorang kim Jongin Hancur hingga berkeping-keping?"
Rahang Suho mengeras mendengar tutur kata seorang Zhang Yixing. Ia sama sekali tak bisa membaca jalan pikir orang di depannya ini. ia bahkan tak mampu melakukan apapun. Karena Kyungsoo telah di sandera. Ia tak mau kehilangan kekasih mungilnya tersebut. Walau mereka baru bertemu 2 bulan terakhir dan menjalin hubungan beberapa minggu yang lalu. Tetap saja… Suho tak mau kehilangan sosok Kyungsoo.
"Sial" ia hanya bisa mengumpat ketika Yixing sudah keluar dan di susul oleh 2 anak buahnya.
.
.
.
"Kau kemana saja?" Tanya Baekhyun yang baru saja keluar dari kamar mandi. Kini pemuda itu menyesap teh hijaunya dengan tenang. Sambil membaca berita online dari Hpnya.
"Hanya jalan-jalan sebentar" balas Yixing sambil menggerakkan kursi rodanya sendiri menghampiri Baekhyun.
"Byun Bekhyun" ucap Yixing ketika ia sudah sampi di depan Baekhyun. Yixing memegang tangan Baekhyun setelah mengambil HP Baekhyun dan meletakkannya di meja. "Byun Baekhyun… aku mencintaimu" Ucap Yixing setelahnya, matanya yang bening memandang lurus mata Baekhyun yang dingin.
"Cih, kau mau main apa lagi sekarang hng?" Baekhyun berdecih di susul tawa remeh dari bibirnya. Yixing tak menjawab hanya mengelus tangan Baekhyun yang tak di sangka sedikit kasar di bagian telapaknya karena terlalu sering menggenggam pistol.
"Hanya ingin mengucapkan saja. memang tidak boleh?" jawab Yixing dengan senyumnnya yang tak pernah sekalipun Baekhyun pernah melihatnya.
"Kau… habis makan apa sih?" tanya Baekhyun lagi masih merasa heran. Entah bagaimana ia seperti melihat sosok Zhang Yixing yang lain. Tidak seperti biasanya. Senyum di wajahnya tadi. Bukan sebuah seringai yang seringkali ia pamerkan. Bukan pula senyum palsu yang sering ia buat saat ia masih menyamar sebagai Lay di dalam kelompok Aliran Netral. Senyum Yixing saat ini… seperti murni. Dan entah kenapa Yixing terlihat… indah.
"Ayo temani aku jalan-jalan" Ucap Yixing sambil melenggang keluar disusul Baekhyun sebelum Pria mungil itu mendorong kursi roda sang Unicorn.
.
.
.
Chanyeol melepasakan tautan bibirnya dengan Kai. ia memegang wajah kai dengan kedua telapak tangannya yang besar. Lalu menempelkan dahinya dengan dahi kai, saling menatap manik satu sama lain. Angin laut yang dingin tak membuat tubuh mereka kedinginan karena mereka merasa hangat dengan keberadaan masing-masing. Sentuhan di kulit mereka, mata yang saling memancarkan cinta. Semua begitu terasa hangat. Kai menutup matanya saat Chanyeol mulai mengecup bibirnya lagi. Mengecupnya pelan hinga kembali menjadi lumatan yang dalam dan terasa lebih panas dan menyenangkan.
Terima kasih telah mencintai hyung
Saat kita bertemu nanti Hyung janji
Hyung akan berkata langsung padamau
Kalau...
Aku... juga sangat mencintaimu Kai-ya
Sangat mencintaimu
"Nghh.." Jongin melepaskan ciumannya dengan Chanyeol ketika ia mengingat isi surat yang dulu pernah Chanyeol berikan kepadanya. Sikap Jongin Membuat Chanyeol sedikit mengerutkan Dahinya. Ia heran dengan sikap Jongin yang tiba tiba menolaknya. Namun, sebelum Chanyeol berkata sepatah katapun Jongin mulai menangis dengan tangan yang menutupi bibirnya agar tak terisak. Chanyeol membelalakan matanya ketika melihat Jongin malah menangis. Apakah ia sudah berbuat salah?
"Kai-ya.. baby, kenapa menangis hei.. tenanglah" Chanyeol memegang tangan Jongin dan meraih tubuh Jongin kedalam pelukannya.
"Hyung.. kau- apa kau sudah melupakannya? Kenapa kau tak kunjung menepati janjimu hingga kini? Apa kau telah melupakannya?" ucap Jongin di tegah tangisnya yang membuat suaranya terdengar serak dan menyakitkan untuk di dengar Chanyeol, karena terlalu memilukan.
"Aku…" Chanyeol menggantungkan kalimatnya. Tentu ia tahu janji apa yang di maksud Jongin. Namun kini setelah semua masalah telah berakhir Chanyeol kembali tidak yakin dengan apa yang dilakukannya.
Baginya mencintai Jongin bukanlah kesalahan. Ia memang mencintai Jongin sejak dulu. Melindungi Jongin juga bukan kesalahan, ia memang hidup untuk itu. Namun… apa ia pantas mengucapkan kata cinta pada Jongin? Ia selalu berpikir bahwa ia mencintai Jongin seperti Bunga. Chanyeol akan merawat bunga itu dan membiarkannya hidup mekar dan indah tanpa harus memetiknya. Chanyeol selalu ingin yang terbaik untuk Jongin. Bahkan menjadi bayang bayang Jongin selama bertahun tahun ia tak masalah. Asalkan ia bisa melihat Jongin sehat dan senang menjalani kehidupannya. Dulu ia bahkan selalu menanti Jongin untuk menemukan wanita yang tepat dalam hidupnya. Dan hidup bahagia dengan istrinya. Dan Chanyeol akan selalu menjadi bayangan Jongin dan melindunginya sampai ia mati. Chanyeol tak akan pernah mengatakan kata Cinta pada Jongin. Karena ia merasa tak pantas.
Namun… itu semua berubah sejak Jongin bertemu dengan Kris. Amarah Chanyeol membara. Ia murka. Perasaan yang dulu ia simpan untuk Jongin bercampur aduk dengan emosi dan keegoisannya. Semua menjadi satu hingga kini ia bisa memeluk Jongin di pelukannya. Bukan sebagai adik lagi. bukan sebagai bayangan lagi. namun sebagai kekasih. Ya kekasih. Dan apakah Chanyeol pantas mendapatkan itu? Seharusnya Jongin bisa lebih bahagia. Namun perasaanya tak bisa di pungkiri lagi. rasa ingin memiliki itu masih beitu besar. Begitu sempurna. Dan apakah Chanyeol bisa selalu membahagiakan Jongin dengan Jongin menjadi kekasihnya? Dan apakah-
"Hyung… " Panggilan Jongin membuyarkan pikirannya. Chanyeol melihat kedalam manik Jongin dalam. Mata itu begitu indah, mata yang selalu ia sukai sejak kecil, begitu bening dan jernih. Chanyeol merasa apakah hal seindah Jongin boleh ia miliki? Chanyeol mencintai Jongin seperti bunga, apakah seorang yang mencintai bunga boleh memetik bunga itu? Bagaimana kalau ia bisa melukai Jongin seperti yang di lakukan kris pada Jongin? Chanyeol mengeratkan pelukannya pada tubuh Jongin. Yang membuatnya paling frustasi adalah. Chanyeol tahu bahwa dirinya tak lebih baik dari seorang kris. Ia bukanlah orang baik. Setidaknya Chanyeol selalu ingin melihat Jongin bersama dengan orang baik kelak. Istri yang cantik dan mempunyai anak-anak lucu yang kelak akan memanggilnya paman. Namun takdir berkata berbeda, dan Chanyeol kembali kalut dalam pemikirannya yang tak karuan. Namun Chanyeol mulai frustasi dan melepaskan nafas beratnya. Ia akan mencoba, sudah sampai disni. Chanyeol tak ingin terus berlari dari kenyataan. Bahwa ia juga sangat sangat menginginkan Jongin.
"Aku…" apa yang sedang ingin ia katakan?
"Kai-ya aku…." Bukankah mengucapkan kata cinta sangat mudah? Kenapa harus terasa sesulit ini?
Jongin mengeratkan remasannya pada jaket Chanyeol. Mencoba menenangkan perasaannya yang bergemuruh luar biasa. Bahkan sekarang detak jatung mereka beradu. Jongin merasa hangat ketika ia sadar tak hanya ia saja yang sedang berdebar-debar, namun juga Chanyeol. Jongin memejamkan matanya sambil menenggelamkan wajahnya di dada Chanyeol. Mendengarkan ritme detak jantung mereka yang membentuk sebuah melody indah di telinganya. Menenangkan.
"Aku Men-"
"Wah.. wah.. Romantis sekali ya" Suara yang sangat familiar itu masuk kegendang telinga keduanya. Chanyeol membelalakan matanya dan menoleh kearah suara itu datang. Dan telinganya serasa terbakar, darahnya mendidih ketika maniknya menangkap sosok Zhang Yixing yang duduk di kursi rodanya dengan seringai khasnya. Bahkan Byun Baekhyun ada di belakangnya dengan wajah tanpa ekspresinya lagi-lagi.
Chanyeol melepasakan pelukannya pada Jongin namun tangannya tetap memegang erat tangan Jongin dan menggiring pemuda itu untuk berlindung di belakangnya. Sialnyanya di situasi seperti ini ia melupakan senjatanya. Chanyeol benar-benar ingin sekali menghabisi orang di depannya ini. seorang yang dulu sangat berarti seperti kakak sendiri. Namun juga mengkhianatinya begitu dalam.
"Kenapa Dongsaeng? Kaget melihatku?" Yixing menyapa Chanyeol dengan panggilan yang bertahun tahun di gunakannya pada Chanyeol. Itu terdengar memuakan bagi Chanyeol. Ia tak sudi di panggil Dongsaeng oleh bajingan seperti Yixing.
Ke empatnya masih saling bertatapan. Byun Baekhyun bahkan tak tahu apa-apa. Namun ia sudah memprediksikan pertemuan ini. bagaimanapun juga hubungan aneh yang tersambung antara Aliran Hitam, Aliran Netral, dan Aliran Putih, sudah seperti kutukan. Baekhyun memandang Kai yang memandangnya. Dengan tatapan "Aku tak percaya bahwa kau juga mengkhinatai kami" dan Baekhyun tersenyum tipis melihatnya. Entah mengapa melihat ekpresi pemuda itu sungguh menyenangkan. Namun bukan itu permasalahannya. Baekhyun memandang ke bawah di mana Yixing mengeleuarkan senjatanya dan memainkannya di tangannya. Membua sepasang pemuda di depannya mulai berkeringat dingin. Mereka tanpa senjata. Pikir Yixing saat melihat Chanyeol yang tak beranjak sejangka pun dan tetap menyuruh Jongin agar terus berada di belakangnya. Romantis sekali pasangan ini. bahkan disaat terdesak seperti ini. Pikir Baekhyun lagi.
"Ya.. ya… kenapa takut begitu Chanyeol-ah? Kau tidak sedang takut dengan benda di tangannku kan?" Goda Yixing masih dengan seringainya. Chanyeol bahkan tak pernah takut dengan kematian. Satu hal yang Chanyeol takutkan adalah. Kehilangan Jongin.
"Hm tentu kau tidak takut, kau hanya takut kalau aku menembahkan peluru ku ini kepada pemuda di belakangmu itu kan?" ucap Yixing membuat rahang Chanyeol mengeras. Tanpa ia sadari ia meremas pergelangan tangan Jongin terlalu keras. Namun Jongin menahan pekikannya. Ia tahu Chanyeol sedang emosi sekarang.
"Apa maumu" Suara Chanyeol gelap. Membuat Yixing mulai tersenyum lebar. Apabila Chanyeol sudah merespon. Pasti akan menjadi menyenangkan. Pikirnya.
"Yang ku mau? Banyak… tapi pertama aku mau bercerita tentang sesuatu dulu" Yixing melihat keduanya sambil tetap memainkan pistol ditangannya. Yixing tak takut dengan orang yang akan mengganggu acaranya. Nyatanya Suho sudah memesan resort ini agar di kosongkan.
"Kau bersengkokol dengan Suho?" Chanyeol yakin, memang ada yang tidak beres dengan kekasih kyungsoo tersebut. Dan Kyungsoo pernah bilang saat di lobi bahwa resort ini milik kolega dari kekasihnya.
"Hahahahha kau baru menyadarinya? Ya… Suho memang Klienku. Dan seharusnya bukan itu yang kau tanyakan. Seharusnya kau bertanya 'Siapa itu Suho' kan?" Yixing melihat kening Chanyeol yang berkerut. Entah karena terlalu marah atau masih memikirkan ucapannya.
"Sudahlah… bukannya aku bilang aku mau bercerita dulu? Sebaiknya kalian duduk-duduk santai saja. dari pada tegang seperti itu haha" Goda Yixing lagi yang tentu saja tak di hiraukan oleh Chanyeol. Chanyeol tahu bergerak selangkah saja mungkin ia akan kehilangan nyawanya atau lebih parah kehilangan Jongin.
"Jonginnah. Apa kau mendapat kabar bahwa kakakmu sedang mencarimu?" tanya Yixing dan hanya di beri ekspresi wajah kaget oleh Jongin. Dari tatapan Jongin Yixing bisa tahu apa yang sedang di pikirnyannya.
"Tentu saja aku tahu, karena aku sangat kenal siapa kakakmu itu" Jawab Yixing membuat Jongin merubah ekspresinya.
"Aku tidak peduli, Aku tak pernah ingat pernah memiliki seorang saudara" jawab Jongin mantap. Ia tak mau bimbang. Walau ia sadar tubuh Chanyeol sedikit menegang mendengar ucapan Yixing barusan.
"Tentu kau tidak tahu, kau di buang ibumu saat umur lima tahun. bagaimana kau bisa tahu? kau tidak tahu apa-apa Kim Jong-"
"Zhang Yixing! Tutup mulutmu!" Chanyeol berteriak. Ia tak mau Yixing membuka luka lama dalam hati Jongin, dengan membahas hal itu.
"Hei apa-apaan itu. Kau tidak mau memanggilku 'Lay Hyung' lagi hm?" sial. Batin Chanyeol. Ia tahu Yixing tak akan menutup mulutnya.
"Dengar ya Kim Jongin. Sebenarnya kau itu adalah anak dari Kim Jang wok. Kau tentu tahu Kim Jang Wok bukan? Pengusaha yang meningal setahun yang lalu. Ah… tentu kau tak tahu. Hidupmu kan berantakan sekali setahun belakangan." Jongin tak ingin mendengar semuanya. Perkataan Yixing terdengar seperti bualan.
"Dan.. tentu kau adalah anak dari hasil perselingkuhan Jang wok dengan Kim Jungah ibumu, atau punya nama asli Kim Sera." Tubuh Jongin menegang. "Dan kau tahu kenapa kau di buang ibumu? Itu karena hubungan orang tuamu di ketahui oleh kakekmu. Ayahmu bahkan mengganti nama ibumu menjadi kim Jungah agar mereka tak bisa menemukan kalian berdua. Tapi… sepertinya ibumu terlalu egois. Ia lebih memilih membuangmu dari pada kau di temukan oleh kakekmu" Jongin menggelangkan kepalanya. Ia tak mau mendengar itu semua. Untuk apa ia mendengar itu semua kalau pada kenyataannya sama saja. tak akan merubah apapun. Bahwa ia adalah seorang yang tak pernah di inginkan bahkan sejak lahir.
"Hentikan" suara Chanyeol marah namun Yixing menangkap sedikit nada memohon disana.
"Untuk apa? Jongin juga berhak mengetahui semuanya Chanyeol…" Yixing melihat wajah Chanyeol yang mulai tak tenang. "Dan kau tahu Jongin? Sebenarnya Ibumu beberapa kali ke panti asuhan untuk menemuimu. Namun ibumu tak pernah punya nyali, ia hanya sering menayakan tentang dirimu pada seorang anak panti yang lain. Anak panti yang juga dekat denganmu. Dan anak itu yang ada di depanmu itu sekarang" mata Jongin benar-benar membulat mendengar hal itu. Ia melihat Chanyeol horor. Namun Chanyeol enggan melihat kearah Jongin. Tak sanggub melihat mata Jongin yang meminta jawaban darinya.
"Hei Chanyeol lihatlah Jonginmu. Ia butuh jawaban darimu, kau ini kejam sekali Chanyeol… tak pernah sekalipun memberi tahu Jongin tentang keberadaan ibunya. Disaat kau selalu bertemu dengan beliau dan menceritakan semua perkembangan Jongin. Bukankah itu jahat? Kau menyembunyikan ibu Jongin seperti itu" Tidak. Semua pasti tidak benar. Jongin tetap berucap seperti itu dalam hatinya. Namun ketika melihat Chanyeol yang tidak menyangkal sama sekali bahkan setelah Jongin meremas lengan Chanyeol erat. Pemuda itu tetap diam.
"Hyung…" bahkan suara serak Jongin yang meminta jawaban, tetap tak membuat Chanyeol berucap apapun.
"Dan Jonginah… kau lihat tangan ini?" Yixing mengangkat telapak tangannya. Dan membuat Jongin mengerutkan keningnya "Tangan ini yang menghabisi nyawa ibumu 10 tahu yang lalu" kali ini bukan hanya Jongin tersentak namun juga Chanyeol. Tak heran kenapa wanita anggun itu tak pernah menemuinya sejak 10 tahun yang lalu untuk menanyakan tentang Jongin padanya.
"Kenapa Chanyeolah? Kau kaget? Tak perlu sekaget itu… tentu banyak yang tak kau ketahui juga. Namun kau tahu kata-kata terakhir nyonya Sera saat aku akan membununhnya? Dia bilang 'Jongin sudah punya Chanyeol sekarang. Aku sudah tak perlu khawatir. Kalau kau ingin membunuhku, bunuh saja sekarang' dan Nyonya kim tersenyum saat itu. Ahhhhh aku sungguh tak bisa melupakannya. Itu adalah kali pertama ayahku memberikan tugasnya padaku. Dan nyonya sera adalah wanita yang baik dan lucu. Siapa yang sudi mengobrol akrab dengan orang yang akan membunuhnya? Mungkin hanya ibumu. Dan beliau sangat mirip sekali denganmu Jongin… sangat mirip"
Jongin merasa persendiaanya melemas mendengar itu semua. Kediaman Chanyeol tak membuat hatinya lebih baik. Ia bahkan tak mau percaya bahwa Chanyeol sudah melakukan itu. Bagaimana mungkin Chanyeol menyembunyikan kenyataan ini begitu lama.
"Dan Ayahmu sebenarnya selalu mencarimu, namun karena ibumu meminta Chanyeol agar selalu menjagamu dari kaki tangan kakekmu dan bahkan Ayahmu, Chanyeol selalu menjagamu dan menggagalkan aksi mereka dengan berbagai cara. Jangan pikir saat Chanyeol meninggalkan panti, ia melupkan mu begitu saja. tidak Kim Jongin, Chanyeol selalu memandangmu dari Jauh menjagamu agar tetap aman" Yixing mulai berwajah serius "Chanyeol-ah bukankah kau pernah bilang bahwa kau mencintai Jongin seperti Bunga? Kau tak ingin memetiknya dan memilikinya. Kau hanya ingin merawatnya dan menjaganya agar tetap mekar dan indah walau kau tak bisa memilikinya" Chanyeol menunduk, karena perkataan Yixing memang benar, itulah perasaannya pada Jongin. Dan itu juga kenapa ia merasaka tak bisa memiliki Jongin. Karena Ia tak mau menyakiti Jongin. Karena pada dasarnya ia sadar ia bukanlah orang yang baik.
Jongin mengendurkan pegangannya pada jaket Chanyeol. Ia tak menyangka harus mengetahui semua itu dari bibir Yixing. Kenapa?, Kenapa disaat ia dan Chanyeol sudah melewati semuanya, hal-hal seperti ini selalu datang, bohong kalau Jongin tak merasa di khianati. Namun di khianati oleh orang yang kau cintai sungguh terasa sakit luar biasa.
"Hyung… apa semua itu benar? Kau… ibuku" Jongin menggigit bibir bawahnya ia tak sanngub bila Chanyeol berucap 'ya' setidaknya bila Chanyeol berbohong bahwa yang di katakan Yixing adalah bualan, itu akan membuat hatinya lebih baik. Namun Chanyeol hanya memejamkan matanya frustasi lalu mengangguk pelan. Baginya menyembunyikannya terus menerus dari Jongin juga bukanlah hal yang bagus. Walau ternyata kini tante Sera sudah tiada. Dan orang dengan lesung pipi di depannya yang menghabisi wanita yang telah melahirkan Jongin tersebut.
"kenapa…" Jongin tak sanggub melanjutkan kalimatnya.
"Maaf… tapi beliau yang memintaku-" Chanyeol terhenti saat ia melihat Yixing mulai bergerak.
"Sudahlah, aku muak dengan ini semua. Lebih baik… " Yixing berdiri dengan kedua kakinya yang dulu di nyatakan lumpuh. Tidak, Yixing tak pernah lumpuh selama ini. tak pernah. Ia berseringai dan mengangkat pistolnya dan mengarahkan ke arah Chanyeol dan Kai. Chanyeol mendelik dan reflek berbalik dan memeluk Jongin erat.
"Menghilang…"
Dor!
.
.
"Aku mencintaimu" Bagai badai yang melanda, dadanya bergemuruh luar biasa saat Chanyeol membisikan kata-kata kata itu di telinga Jongin bersamaan dengan bunyi pistol yang nyaring.
.
.
Dor!
Peluru itu pun menembus punggungnya… darah segar merembes di kemeja putihnya. Tubuh Jongin bergetar mendengar suara dentuman pistol itu. Ia bahkan tak bisa berteriak. Pikirannya terasa kosong. Ia bahkan tak bisa berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Ia tak mau kehilangan Chanyeol. Untuk kesekian kalianya. Matanya yang masih terbelalak memandang Chanyeol yang kini berwajah pucat.
Namun ketika Chanyeol membuka matanya. Tatapan mereka bertemu. Dan Chanyeol mengerutkan Dahinya. Ia tak merasakan apapun. Chanyeol reflek langsung berbalik dan melihat Yixing tersenyum. Pistol yang di bawanya berbunyi 'Crek' saat Yixing menarik pelatuknya sebelum ia menjatuhkan pistolnya ke pasir. tanda tak ada satupun peluru di dalam pistol Yixing. Mata Chanyeol dan kai terbelalak ketika di sudut bibir Yixing yang sedang tersenyum mengalir cairan merah.
Bruk
Yixing ambruk dan disana Baekhyun dengan ekspresi dinginnya membawa pistolnya yang baru saja ia pakai untuk menembak Yixing dua kali. Bahkan Chanyeol tak habis pikir dengan keadaan ini.
"Khek. Akhirnya…" ucap Yixing terkekeh di tengah kondisinya yang sekarat.
Dan Chanyeol yang perlahan mengumpulkan semua memorinya mulai dari saat ia bertemu Yixing hingga saat ini. Chanyeol mengeratkan giginya dan merasa kesal. Chanyeol mulai tahu kenapa Yixing melakukan ini. Chanyeol mulai paham, dengan maksud Yixing. Karena ini memang tujuan Yixing. Tujuan Yixing sejak dulu. Yixing telah merencanakan ini semua sejak dulu. Bahkan Yixing telah merencanakan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Hingga kematiannya. Demi…
"Impianku adalah perdamaian" dan suara Yixing waktu kecil mulai terngiang di telinganya.
"Kenapa… Kenapa kau membunuh Xiumin Hyung dan Jondae?!"entah ini waktu yang tepat atau tidak, bertanya seperti itu kepada orang yang sedang sekarat. Namun jauh dari lubuk hati Chanyeol. Ia sebenarnya percaya Yixing bukanlah orang yang seperti itu. Membunuh teman sendiri demi kepentingannya. Chanyeol melihat Cairan bening kelua dari mata Yixing.
"Ak…aku, akan- minta maaf.. nanti di akhirat" Yixing tersenyum lagi walau wajahnya makin pucat dan menyiratkan rasa bersalah yang luar biasa "Aku harus.. demi hari ini- aku harus melakukannya Chanyeol-ah..." Yixing menoleh kearah Baekhyun yang kini melihatnya dengan mata yang marah. Yixing tersenyum ke arah Baekhyun "Terimakasih…Baekhyun"
"Kau-" Ucapan Chnayeol tercekat di lehernya. Ia tak menyangka Yixing melakukannya sampai sejauh ini. Demi perdamaian itu. Dan kenapa di saat ia kembali menyadari bahwa Yixing adalah Lay Hyungnya yang dulu dan tak berubah. Ia harus kehilangannya saat ini. Chanyeol berjalan kearah Yixing dan memeluk tubuh Hyungnya yang sekarat itu.
"Hyung… kenapa" Ucap Chanyeol sambil menangis. Ia bahkan memanggil Yixing dengan panggilan Hyung lagi.
"Hitam… Putih… Netral… sudah tidak ada. Sudah tidak ada… tidak ada dendam. Damai Chanyeol… " dan Chanyeol menggigit bibir bawahnya. Mendengar ucapan Yixing. Inikah tujuanmu?
"Bunga…" Chanyeol memperhatikan wajah Yixing yang sangat pucat. "Bunga … bis..a kau- kau miliki, walau.. tak kau petik." Yixing menoleh kearah Jongin dan tersenyum. "Buat… bungamu.. mekar" Yixing melirik Baekhyun yang Kini mulai menangis tanpa suara "Bungaku juga… aku titip"
Dan saat Yixing melihat ke manik basah Chanyeol. Yixing tersenyum mungkin untuk yang terakhir kalinya
.
.
"Berbahagialah dongsaeng"
.
.
Yixing menghembuskan nafas terakhirnya. Bersama terputuskan tali kutukan yang mengikat 3 Aliran Mafia tersebut.
.
.
.
LIVING HELL SERIES
END
A/N
Terimakasih untuk semua reader yang mengikuti ff ini mulai dari pertama hingga sekarang. Akhirnya saya menamatkan living hell. Terima kasih sudah mau mencintai ff ini. terima kasih sudah mau mencintai Chankai.
I love u
.
.
.
Kau boleh memiliki bunga itu, walau kau tak memetiknya. Karena Bunga itu juga akan merasa senang karena memiliki seseorang yang selalu merawat dan menjaganya.
EL