MISSING © EXObubz

Translated by E.J.A (Surat Kaleng)

This story is not mine, it's belongs to EXObubz, who had a story, plot. And I'm just translated this into Indonesia.

Thanks to EXObubz, who gave me permission to translate this fanfiction into Indonesia. Thank you so much^^

Romance

T

Original story :

Please don't reupload. Please don't be silent readers. If you don't like this story, please go back. It's ChanBaek couple fanfiction. And don't forget giving review after read this. Thanks about the attention.

Enjoy my translation and MISSING © EXObubz story.


Setiap kali Chanyeol mencoba untuk mengirim pesan singkat untuk Baekhyun, dan hal yang muncul hanyalah " ERROR "


' TWO : MISSING '

Chanyeol bangun dari tidurnya pada pagi yang cerah dengan kedua matanya mengerjap pada kilatan tipis cahaya dari jendelanya. Dia menggosok matanya dan menguap sebelum kembali merebahkan dirinya. Dia memutar kepalanya kekiri, dan dia tahu dia sendirian ditempat tidur. Setelah menelan bulat fakta bahwa dia memang sendirian, Chanyeol perlahan duduk dan melihat kesegala sudut ruangan untuk memastikan bahwa dia benar – benar satu – satunya orang yang ada di ruangan itu.

Dia melihat pada sisinya sendiri, dia menyeringai pada dirinya. Sisi ranjang yang ditempati Baekhyun sudah rapi, dan Chanyeol mengira suaminya itu sudah bangun dan merapikan tempat tidur sementara dia masih tertidur. Chanyeol tersenyum pada kebiasaan lucu suaminya itu, Chanyeol mengangkat tubuhnya dari ranjang dan pergi kedalam kamar mandi untuk mandi.

Lima belas menit kemudian dia keluar dan segera berpakaian. Seringkali, Chanyeol memeriksa ponselnya, hanya untuk melihat apakah Baekhyun mengiriminya pesan singkat, seperti ucapan selamat pagi. Setiap kali Chanyeol melihat ponselnya, dia tidak melihat apapun.

Sadar mungkin saja suaminya itu sibuk dengan pekerjaan, Chanyeol memutuskan untuk menuruti inisiatifnya sendiri. Setelah mengancingkan kemeja berkerah berwarna putih yang dipakainya, Chanyeol mengambil ponselnya dan menulis teks pesan untuk Baekhyun dengan senyum terpatri pada wajahnya. Dia mengirimnya dan menaruh kembali ponsel itu, dia berjalan menuju almari dan mengambil sepasang kaos kaki. Ketika dia kembali, dia melihat kembali pada ponsel itu, memeriksa apakah Baekhyun sudah menjawab pesannya.

Senyum Chanyeol menjadi goyah saat dia tahu bahwa pesan singkat yang dikirimnya sama sekali tidak dibalas, melainkan pesan otomatis dari operator; menyatakan bahwa ada masalah dengan pengiriman pesan singkat itu. Dan karena waktu juga, Chanyeol memutuskan bahwa dia akan mengirimi Baekhyun pesan teks lainnya ketika dia bekerja nanti.

.

.

.

.

.

Chanyeol tiba ditempat kerjanya dan disambut oleh senyum dari semua orang yang ada disana. Meskipun salam itu terasa begitu hangat, tapi dia dapat merasakan kesedihan yang ditutupi oleh senyuman itu.

Tak ingin ambil pusing dengan hal itu, Chanyeol memutuskan untuk mengabaikan perasaan itu dan terus berjalan.

Saat ia tiba diruangannya, dia sudah disambut oleh Luhan; pemuda itu kaget dan mundur ke pintu lalu meringis "Selamat pagi, Chanyeol."

"Selamat pagi !" Chanyeol menyapa balik, dia berjalan menuju mejanya "Bagaimana dengan kopi yang ada di ruang tunggu? Apa terasa pahit?"

"Masih pahit seperti hari sebelumnya; itu jika tidak bertambah buruk." Luhan tertawa.

"Arggh, mereka benar – benar harus meningkatkan kualitas dari minuman itu." Chanyeol mengeluh. Setelah dia meletakkan kopernya dibawah, dia segera duduk "Jadi bagaimana kabarmu hari ini?"

"Aku baik – baik saja." Jawab Luhan.

"Apakah semua yang berhubungan dengan Sehun juga baik – baik saja?"

Luhan menganguk "Kami baik – baik saja."

"Baguslah."

Luhan terdiam beberapa detik kemudian melanjutkan perkataannya "Bagaimana dengan pagi harimu? Semuanya baik – baik saja, kan?"

"Masih seperti biasanya." Chanyeol menjawab begitu saja. Dia menatap pada foto berframe pada mejanya dan tersenyum pada foto yang menampakkan sosok Baekhyun dan dirinya saat liburan tahun lalu.

"Apa Baekhyun pergi bekerja saat pagi buta lagi?" Luhan bertanya dengan lembut

Chanyeol mengangguk "Dia terlalu sibuk."

"Kau sudah mengiriminya pesan, kan?"

"Aku sudah mencobanya pagi ini, tapi tetap saja pesan itu tidak terkirim." Chanyeol mengeluarkan ponselnya dari saku, Chanyeol kembali mengirim pesan itu "Akan kupastikan jika ini berhasil.."

Luhan memandang Chanyeol yang sedang mengutak – atik perangkat elektronik itu. Tanpa diketahui oleh laki – laki yang berada dibalik meja itu, wajah Luhan terlihat khawatir.

Chanyeol mencoba untuk mengirim pesan singkat itu lagi dan lagi, tapi dia mendapatkan akhir yang sama. Merasa frustasi, dia meletakkan ponsel itu dimeja dan menghela nafas.

"Mungkin aku harus meng-upgrade barang ini. Ponsel itu sudah tua." Gumamnya.

Luhan mengigit bibirnya, lalu menganguk begitu saja "Yaah, mungkin kita dapat membeli yang baru untukmu."

"Ohh, aku akan mengajak Baekhyun juga." Katanya "Dia akan menyukai ponsel kembar. Itu akan terlihat begitu manis untuk kami."

"Dia akan menyukainya." Luhan berkata dengan nada senang yang dipaksakan.

Chanyeol menatap pemuda itu dengan khawatir "Kau baik – baik saja, Luhan?"

"Aku baik – baik saja. Oh maafkan aku. Aku baik – baik saja." Luhan tersenyum; mencoba untuk membersihkan atmosfer disekelilingnya "Jadi, bagaimana dengan rencana kita untuk memulai hari ini?"

"Ya!" Chanyeol membalas dengan semangat "Tapi pertama – tama, bisakah kau memberi tahu pada Kyungsoo agar mengirimkan bunga ke tempat kerja Baekhyun, untukku? Aku tahu, ponselku mungkin tidak bisa diandalkan, tapi aku yakin toko bunga bisa."

"Tentu saja." Luhan mengangkat tangannya "Aku akan menemuimu lagi beberapa menit di meeting."

"Baiklah. Bye.."

"Bye- cobalah untuk tidak membuat Baekhyun terlalu bosan, oke?"

Sambil tertawa, Chanyeol menganguk "Oke, akan kupastikan."

Setelah melihat Chanyeol yang tersenyum manis pada foto berframe yang ada dimeja kerjanya, Luhan berbalik dan berjalan keluar dari ruangan pemuda itu.

.

.

.

.

.

Jam makan siang telah tiba dan Chanyeol kembali mencoba. Dia tidak mengerti kenapa ponselnya seperti tidak berada dalam jangkauan operator hari ini; karena dia tidak bisa mengirim pesan kepada Baekhyun. Setelah menaruh kembali benda itu ke dalam sakunya, dia berusaha untuk melupakan kejanggalan itu dan bergabung dengan karyawan – karyawannya untuk makan siang bersama.

Kyungsoo; seseorang yang berada dalam kumpulan itu, melihat Chanyeol berjalan menghampiri meja mereka di kantin dan membuat beberapa orang yang duduk agak bergeser agar dia dapat ruang dibangku itu. Setelah Chanyeol duduk, dia mulai bergabung dalam pembicaraan mereka. Menit berlalu dan setelahnya, Chanyeol ingat tentang pesannya.

Dia menepuk bahu Kyungsoo, lalu bertanya "Apa kamu sudah mengirim bunga untuk Baek?"

Kyungsoo mengedip sebentar, terlihat kebingungan sebelum matanya membulat dan dia hanya menganguk "Yaah, aku memerintahkan mereka agar menulis ' I love you ' pada kartu ucapannya. Semoga itu lebih dari yang kau inginkan."

"Itu sempurna." Chanyeol meringis "Terima kasih, Soo. Baekhyun akan menyukainya. Aku akan berhenti sebentar dan membeli sebuah vas di perjalanan rumah nanti. Baekhyun pasti membutuhkan barang itu agar bunga yang kukirimkan bertahan lebih lama."

"Yaah.." Kyungsoo mencicit dengan suara kecil "Akan terasa menyedihkan saat melihat sesuatu yang sangat indah seperti itu mati."

"Itulah kenapa kau harus menaruh bunga itu bersama dengan air. Itu akan membuatnya bertahan lama."

.

.

.

.

.

Chanyeol bangun dari tidurnya seperti hari – hari sebelumnya. Dia mencoba berulang kali tak terhitung, dan itu benar – benar membuktikan bahwa ponselnya sama sekali tidak berguna. Setelah beberapa menit berlalu, dia memutuskan untuk menon-aktifkan ponselnya dan menyimpannya disaku, dan berusaha mengabaikan hal ini.

Dia menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaannya, menenggelamkan diri dalam bertumpuk – tumpuk kertas pekerjaan yang sama sekali tak orang kira betapa banyaknya. Luhan hanya mengamati laki – laki itu dari kejauhan dan mengatakan pada semuanya bahwa Chanyeol benar – benar terpuruk ke seluruh orang di tempat kerja itu.

Saat waktu telah bergeser menjadi sore, Chanyeol menarik kembali jaket dan tas kerjanya. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua karyawannya karena kerja keras mereka dan mengucapkan sampai jumpa pada kawan dekatnya.

"Sampai jumpa besok pagi!" dia berseru dengan semangat saat dia mendorong pintu utama dan kemudian, pergi.

Sesaat setelah Chanyeol pergi, Luhan mulai berubah.

"Aku tidak dapat melakukan ini lagi!" dia menangis "Ini menyakitkanku!"

Kyungsoo berusaha menahan air matanya yang sudah mengumpul dipelupuk matanya saat dia melihat Luhan nampak hancur. Dia melangkah maju dan mencoba untuk menenangkan temannya itu.

"Luhan …"

"Baekhyun sudah meninggal! Dia sudah tiada sejak tiga bulan yang lalu!" Luhan menutupi kedua matanya dengan lengannya "Dia sudah tidak ada, Kyungsoo! Dia sudah pergi …. "

Sehun, pemuda itu masih berdiri, berpindah tempat dan memeluk Luhan dari belakang "Luhan, berhenti menangis.. kami semua tahu."

Meskipun telah diminta agar menghentikan tangisnya, Luhan masih tidak dapat menghentikan agar air matanya tidak keluar lagi "Setiap hari, setiap hari masih seperti biasanya." Dia meracau "Dia tahu. Chanyeol tahu, tapi dia hanya menyakiti dirinya sendiri."

Bibir Kyungsoo bergetar "Luhan, dia tidak dapat melindungi dirinya sendiri."

"Aku tahu." Luhan berkata, lalu menghela nafas "Dia mengira, Baekhyun pergi bekerja pagi – pagi buta. Dia mengira bahwa ponselnya rusak. Dia mengira Baekhyun masih hidup, padahal kenyataannya tidak!"

Semua bukti itu tak dapat dihindari sama sekali. Kyungsoo ikut menangis.

"Dia tidak dapat melupakan, tapi ini bukanlah tempat dimana kita dapat mengatakan semuanya. Chanyeol tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan Baekhyun secara tiba – tiba dalam sebuah insiden."

"Dia menyakitiku, Kyungsoo…" Luhan berbisik "Dia membuatku sakit setiap saat dia memintaku untuk mengatakan padamu agar mengirim sebuket bunga untuk Baekhyun, baik kau dan aku sama – sama tahu bahwa kau tidak dapa memberikan bunga untuk hantu."

Kyungsoo diam.

"Biarkan seperti ini, yang dia inginkan hanya hidup di dunia dimana Baekhyun masih hidup dan kita sama sekali tidak dapat mengambilnya menjauh darinya.."

.

.

.

.

.

Saat Chanyeol kembali ke Apartementnya, dia meletakkan vas bunga itu di tengah – tengah meja makan, memenuhinya dengan air, dan meletakkan bunga yang dibelinya saat perjalanannya menuju rumah.

Dia memutuskan untuk membersihkan diri dan menghabiskan waktu sekitar lima belas menit sebelum keluar dan mengenakan pakaian rumahnya; pakaian yang sering digunakannya saat berada di rumah. Setelah memasak untuk makan malamnya sendiri dan menyisakan bagian untuk Baekhyun, Chanyeol makan sendirian di depan televisi dan menonton acara yang biasa dia dan suaminya itu tonton bersama – sama.

Saat waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam, Chanyeol memutuskan untuk beristirahat. Dengan lembut, dia merapikan sisi ranjang dimana Baekhyun berbaring. Lalu setelahnya, dia terlelap.

.

.

.

.

.

Begitu membuka mata keesokan harinya, Chanyeol merasa tubuhnya kembali bugar. Dia menguap dan menggosok kedua matanya sebelum merentangkan lengannya; mencoba membuat ototnya tidak kaku lagi. Dengan senyum miring yang terpasang pada wajah tampannya, dia memutar kepalanya kearah kiri dan yang dia lihat hanyalah sisi ranjang yang kosong dan rapi.

Senyum itu tidak pudar sama sekali. Chanyeol tahu bahwa sekali lagi, Baekhyun telah berangkat bekerja pagi – pagi sekali, tapi cukup untuk Chanyeol merasakan bahwa tempat tidur itu terasa penuh saat dia terlelap.

end


a/n : another translate drabble.

setelah lama sekali baru saya lanjutkan translate-nya, ada banyak kekurangan dalam menerjemahannya. EYD dan tata bahasa.

Kritik dan saran, terima kasih.