My Baby, Your Baby and His Baby.

/)-/)

Just prolog.

Disclamer: Masashi Kishimoto

Pair: SasuNaru, dan beberapa pair lainnya(belum ditentukan)

Rate: M (buat jaga-jaga)

Warning: ooc, typos, EYD tak beraturan, menyalahi kodrat, au, oc, gaje, BL. Boys love. M-preg (inginku, tapi leat ntar aja)

.

.

Perlahan tanpa diketahui oleh orang-orang yang tinggal dibumi, sebuah bintang jatuh terlihat diangkasa, sinar terangnya tak telihat bagi mata manusia. Jelas saja, karena saat ini matahari tengah bersinar dengan terik. Mungkin juga dikarenakan kecepatan abnormal dari cahaya yang terlihat seperti lidah api itu membuatnya lebih mirip dengan sebuah komet yang melintasi angkasa.

Hingga sinar aneh itu jatuh kesalah-satu halaman pemukiman warga, menimbulkan bunyi debuman keras, tapi anehnya tak ada satupun warga disekitarnya yang terusik akibat debuman keras itu.

Asap hitam, efek dari benturan keras perlahan mulai menipis. Terlihatlah tiga sosok berbeda surai: pirang, hitam dan merah-jingga.

Mereka terbatuk hebat, sesekali mengaduh kesakitan akibat benturan saat berusaha keluar dari box yang terbuat dari kayu, box besar penuh lilitan kabel itu penyok pada bagian besi dan sedikit retak disalah satu sisinya sedangkan sisi satunya sedikit terperosok kedalam tanah. Sinar merah yang berada didalam box berkedip pelan yang akhirnya mati, diikuti sinar hijau beberapa detik kemudian.

'' Nee-san,'' gumanan pelan terdengar dari sosok bersurai merah-jingga. '' Kita dimana?''

'' Aku juga tak tau?'' anak perempuan- terlihat berumur sembilan-sepuluh tahun-yang dipanggil Nee-san itu mengernyit saat melihat baju yang dipakainya tak terlihat seperti baju, sobek dibeberapa bagian, mungkin pendaratan yang bisa dibilang tidak mulus adalah penyebabnya, tapi akhirnya dia hanya mengangkat bahunya sesekali menepuk-nepuk bahunya yang kotor.

'' Uh, apa kita masih jauh? Aku ingin ketempat papa,'' rengekan terdengar, topi berbentuk serigala hitam miliknya melorot menutupi sebelah iris Sappirenya. Bocah yang terlihat berusia lima-enam tahun itu, terhisak pelan. '' Aku kangen mama.''

'' Hn, mungkin sekitar sini,'' kali ini giliran bocah bersurai hitam raven yang berbicara, dari pembawaannya bocah lelaki itu terlihat lebih dewasa dibanding dengan bocah lelaki disampingnya, mengabaikan T-shirtnya yang kotor, tangan kecilnya memperbaiki letak topi milik saudara kembarnya, melihat wajah mereka yang hampir mirip dan terlihat seumuran. '' Jangan menangis, nanti kita mencari papa, mama dan Tou-san.''

'' Benar, Kyuu.''

Anak perempuan bersurai pirang panjang dan ber-iris Pearl itu merogoh tas selempangnya, mengambil PC miliknya lalu menyentuh beberapa kali, hingga bibirnya melengkung senang. '' Ya, kata Jii-san, papa, mama, tou-san bersekolah disekitar sini. Konoha Internasional High School.''

Pandangan mereka bertiga kini berpusat pada gedung tinggi yang terlihat dari tempat mereka berdiri.

Konoha Internasional High School, ya.

(/)(/)

'' Teme!'' teriakan penuh semangat berasal dari seorang pemuda yang mencuri perhatian sekitarnya. Tak sedikit siswa-siawi yang menghentikan langkahnya hanya untuk melihat bocah blonde tersebut.

Iris mata Sappirenya, tiga goresan mirip kumis kucing dimasing-masing pipi, juga senyum lima jari yang terlihat hangat.

'' Teme, pinjam pr mu dong.''

Seorang pemuda yang entah kenapa lebih terlihat seperti perempuan daripada seorang pria itu merengek, membututi lelaki dengan surai raven unik yang acuh tak acuh mengabaikan keberadaannya.

'' Teme~ boleh yaa.''

'' Kerjakan sendiri, Dobe!''

'' Buhh, kalau aku bisa pasti akan kukerjakan dari kemarin, pelit sekali kamu Teme. Tak setia kawan,'' iris Sappire miliknya meredup. '' Ya, ya, ya?''

'' Tidak, kapan kamu pintar kalau tetap seperti ini, hah?''

'' Tau ah, aku pinjam punya Neji saja.''

Dengan langkah menghentak pemuda berusia enam belas tahun itu meninggalkan Uchiha Sasuke dikoridor, lalu mendekati seorang pemuda-tak kalah tampan dengan lelaki tadi-yang sedang memasukkan peralatan sekolahnya diloker siswa.

'' Neji~ aku pinjam buku matematikamu ya~'' surai pirang Uzumaki Naruto-nama pemuda itu- menyembul dari balik bahu Hyuuga Neji, menatap penuh permohonan pada pemuda bersurai Dark-Brown dan ber-iris Pearl. '' Sasuke-Teme pelit, Neji.'' adu Naruto.

'' Hhh, ini. Cepat salin. Kakashi-sensei segera datang.''

'' Uhh, makasih Neji.''

Dengan sumringah Naruto berlari-lari kekelasnya, 2A. Sempat-sempatnya dia membuang muka saat tak sengaja bersitatap dengan Sasuke.

'' Hyuuga, berhentilah memanjakan Naruto.''

Tatapan Naji menajam. Menantang balik Onix didepannya dengan Pearl miliknya, '' Urus urusanmu sendiri, Uchiha.''

Keheningan yang memuakkan terjadi, Sasuke mulai memasukkan barang miliknya diloker siswa, berdiri sejauh dua meter dari Neji yang masih menatapnya tajam.

'' Kau akan menyakitinya, Hyuuga,'' pandangan mereka beradu. Kilat emosi terbentuk dengan nyata.

Neji menatap sinis Sasuke. Sejak dulu dirinya memang tak terlalu menyukai pria bermarga Uchiha, selain masalah ekonomi- Hyuuga-Uchiha sama-sama memegang peranan penting perekonomin jepang- masalah ketenaran, kepintaran bahkan mereka sama-sama prodigy dari masing-masing klan mereka. Hingga masalah percintaan, mungkin.

'' Banyak bicara, Uchiha. Tak malu pada kelakuanmu sendiri yang sering membuatnya marah.''

Tangan Sasuke mengepal melihat seringai meremehkan Neji. '' Jangan sampai aku melihatnya menangis lagi.''

'' Aku tak takut ancamanmu. Dia milikku, Uchiha.''

'' Dia bukan milik siapa-siapa,'' desis Sasuke.

Lalu dengan langkah mantap Sasuke berjalan melewati Neji, bahunya menubruk bahu Neji keras. Ya dia sengaja.

Untung saja loker sepi, mengingat sudah lima menit bel berbunyi. Hingga tak ada seorangpun yang mendengar percakapan mereka.

Sepeninggalan Sasuke. Neji menyandarkan tubuhnya dipintu loker, wajahnya terlihat kusut lalu dengan kasar dia mengusap wajahnya.

'' Kuso,'' umpatnya.

(/)(/)

'' Dari mana saja, Teme?''

Sasuke menggeser kursi miliknya, mengabaikan pertanyaan Naruto.

'' Teme, tadi kau bicara apa dengan Neji?'' Naruto memandang Sasuke yang duduk disampingnya dengan pandangan tak terbaca.

Pelan, tangan besar Sasuke mengusap surai pirang disampingnya, membuat gestur menenangkan. kepala Sasuke mendekat kearah telinga Naruto.

'' Dia-''

'' Selamat pagi, anak-anak?''

Reflek mereka berdua bergerak menjauh saat mendengar Kakashi-Sensei sudah hadir didepan kelas.

Naruto mengutuk Sensei mesum itu karena memotong pembicaraannya dengan Sasuke, membuatnya tak bisa mengetahui apa yang dibicarakan sahabat sekaligus rivalnya itu dengan Neji. Ahh, Naruto benar-benar penasaran, beberapa kali dia merengut dan menjatuhkan kepalanya dibangku tak fokus sama sekali pada mata pelajaran tapi langsung terdiam saat Kakashi-sensei melemparkan pandangan tajam kearahnya.

Ugh, sial.

Bibir Naruto semakin mengecut.

(/)(/)

'' Naruto, nanti malam kita karaoke yuk, mumpung malam minggu dan kita boleh keluar.''

Inuzuka Kiba, salah satu teman sekelas Naruto menduduki kursi kosong disamping pemuda Blonde yang asyik memakan ramen kesukaannya, ditangannya terdapat beberapa snack dan minuman kaleng dingin. '' Sekalian ajak Sasuke dan Neji. Kalau ada mereka berdua dipastikan banyak perempuan yang akan ikut.''

'' Cih,'' Naruto membenarkan ucapan sahabat kentalnya, kalau ada dua mahkluk tuhan paling sekseh itu dia tak ragu lagi akan ada banyak lalat-lalat berterbangan disekitar kumbang. Well, perumpamaan yang aneh. Tapi memang benar kok. Membuat Naruto kesal dan iri saja.

'' Dan kamu juga harus ikut, Naruto,'' dengan seenaknya lengan Kiba merangkul bahu Naruto. '' Pasti gadis-gadis penyuka bocah imut akan datang.''

Kepala Naruto tersentak, wajahnya memerah, bibirnya mengerucut tanda dia sedang kesal. '' Apa maksudmu, hah? Kau berniat melecehkanku, Dog Boy? Seharusnya kau lihat wajahmu sendiri sebelum menghina orang lain.''

'' Hei, aku tak menghinamu. Itu kenyataan,'' protes terdengar hingga ujung kafetaria. Beberapa pasang mata melirik duo-bocah-imut saling memaki.

'' Cih, jangan harap aku akan datang,'' Dengan kasar dia melepaskan rangkulan Kiba lalu memandang Sasuke yang duduk disamping kirinya-memakan pasta extra tomat dengan tenang, tak menghiraukan teriakan duo remaja ababil itu- dengan cemberut. '' Sasuke, kiba bilang aku im-uhh, padahal aku-kan ganteng.''

'' Hn, Dobe.''

'' Kamu juga mengakui kalau aku lebih tampan darimu kan?''

'' Hn.''

'' Teme!'' protes Naruto '' Aku lebih tampan darimu,'' putusnya. Wajahnya merengut kesal.

'' Hn, cepat habiskan ramenmu.''

Wajah Naruto berubah sumringah saat mendengar kata ramen, dengan secepat kilat dia menghabiskan ramennya yang sedikit mengembang gara-gara meladeni Kiba.

'' Pokoknya nanti malam aku tunggu kalian ditempat biasa, Sakura, Ino, tenten, Shika semua ada. Awas kalau tidak datang, ajak Neji juga ya, Naruto. Kaliankan dekat,'' putus Kiba, mengabaikan roman Sasuke yang mengeras walaupun tak ada yang melihat perubahan wajahnya yang selalu bertampang datar.

'' Uh,uh. Akan kucoba.''

(/)(/)

'' Sudah kubilangkan kalau kau tak tahan minum sake, Dobe,'' cercaan sinis terdengar dari bibir Sasuke yang tengah menggendong Piggy Back Naruto, sedangkan yang digendong tengah tertawa gembira, melonjak senang dengan tangan yang menggapai-gapai udara layaknya anak kecil.

'' Yeii, Sasuke-hik-aku dapat-hik-bintang.''

'' Hn.''

'' Sa~su~ke~ aku sedih waktu Neji pergi tadi, jadi aku mengambil sake milik Kakashi Sensei, uhh. Rasanya panas, tapi aku suka. Ayo kita beli lagi.''

'' Diam kau pemabuk, tak tau kalau kau itu berat, hah?''

Sasuke tak habis pikir kenapa Naruto bisa sebodoh ini, mengambil sake milik wali kelasnya yang juga sedang karaokean dengan beberapa guru lainnya. Mereka -grup Kiba dan grup Kakashi-Sensei- bertemu tak sengaja saat hendak memasuki tempat karaoke dan akhirnya Kiba-entah kenapa jadi pintar- mengusulkan kalau mereka bergabung jadi satu, itulah sebabnya kenapa Naruto bisa mabuk.

Apalagi tadi dia tak sengaja mendengar Neji yang berbincang lewat ponselnya, tapi sepertinya Naruto tau itu telfon dari siapa karna setelah kepergian Neji yang terburu-buru pandangan Naruto tak fokus sama sekali, matanya memerah walaupun tak terlihat, tapi Sasuke yang notabene adalah teman sejak kecilnya sangat tau tingkah polah Naruto yang menahan tangis hingga puncaknya saat Naruto merebut sake milik wali kelasnya dan meminumnya dalam sekali teguk.

Keheningan menyapa langkah Sasuke, tak banyak orang yang melewatinya, selain ini adalah tengah malam, gang ini jarang dilewati orang-orang mungkin hanya beberapa murid KIHS yang ingin memotong jalan.

Sesekali Sasuke harus berhenti guna menahan lengan Naruto tertidur pulas setelah menghabiskan ingus dan air matanya.

'' Papa.''

Sasuke membeku.

Merasa ada yang aneh, saat mendengar suara serak dan jernih khas anak kecil disampingnya.

'' Papa, mama kenapa?''

Kini Sasuke menghentikan langkahnya saat merasakan tarikan diujung jaket miliknya. Pandangannya tertuju pada sesosok bocah mungil nan imut ber-iris Sappire familiar yang hanya setinggi pahanya, memandangnya dengan kening berkerut, kedua tangannya terangkat sebuah gestur meminta digendong.

Papa siapa? Batin Sasuke

'' Mama tidur, Kyu. Jangan berisik!'' kini Sasuke menoleh kebelakang dan menemukan bocah berambut raven mirip miliknya-walaupun Sasuke melihatnya sekilas- dan iris onix yang sangat kelam, bocah itu sedang mengelus sayang lutut Naruto, membuat pemuda pirang itu mengerjap pelan.

'' Chibi Sasuke,'' bisik naruto saat melirik kebawah, kearah bocah berambut raven yang ikat longgar ditengkuknya.

Dahi Sasuke berkerut lebih dalam.'' Siapa yang kau maksud?''

'' Tapi Kyu kangen papa,'' kedua tangan mungil itu mencengkram jaket Sasuke erat. '' Papa, Kyu kangen. Papa jangan tinggalin Kyu, Kyu janji nggak akan nakal dan memakan eskrim diam-diam.''

Bocah yang memanggil dirinya 'Kyu' itu memeluk sebelah kaki Sasuke dan menangis disana. '' Kyu janji bakal belajar lagi, jadi jangan tinggalin Kyu, Sei-Nii, Nee-San sama mama. Ya papa ya!''

Sasuke melongo, okey ini memang tidak etis bagi klan terhormat sepertinya, tapi ketahuilah dirinya merasa aneh saat melihat dua anak kecil yang mengakuinya sebagai papa dan Naruto sebagai Mamanya. Eh, Sasuke merasa salah bicara.

Tubuhnya membeku membiarkan Naruto berontak dipunggungnya.

'' Hei jangan menangis, mana orang tua kalian,'' Naruto memaksa sasuke untuk menurunkannya lalu berjongkok sejajar dengan tinggi badan dua bocah itu, pening dikepalanya akibat mabuk menghilang entah kemana. '' Siapa nama kalian? Kenapa malam-malam begini kalian masih diluar, nanti mama papa kalian khawatir lho.''

Tubuh Naruto tersentak kebelakang saat bocah beriris Onix memeluk tubuhnya erat melingkarkan lengan mungil disekeliling lehernya dan pipi chubby itu bersandar nyaman dibahunya, lalu sebuah beban menimpa punggungnya, menghantarkan hawa panas akibat hembusan nafas ditelinganya, surai pirang panjang terjatuh lurus menutupi pandangan Naruto.

Tubuh Naruto menegang saat mendengar dua vocal suara yang berbeda manyambangi indra pendengarannya.

'' Mama, jangan pergi.''

TBC / AND ?

Okey ini hanya prolog, kalau kalian suka akan aku lanjutkan, tapi kalau tidak, ya begini saja.

Ini fic yaoi pertamaku. Jadi harap maklum kalau masih rancu, mengingat tulisanku yang lain juga masih banyak kesalahan. Soal judul yang gaje bin lebay, maaf aku lagi krisis judul. hehehe

Makasih sudah membaca.

Terakhir RnR.

Ageha Haruna

16/10/2013.