Title : A Distant Cry

Disclaimer : The annoying author who really sadist for kill Neji chan, the one and only Masashi Kishimoto.

Summary : Sasuke menemukan jurnal milik Itachi yang berisi tentang obsesinya terhadap Neji. Dibutakan oleh rasa dendam dan cemburu yang ia lakukan adalah memastikan bahwa Neji hanya miliknya sendiri tanpa menyadari bahwa ia hanya menyakiti Neji.

Saduran dari fiction berjudul sama oleh Yersi Fanel. SasuNeji, ItaNeji.

Warning's : NC-17, Yaoi, OOC, Dark themes, Abuse, Angst, Unhealty Obsession Uchiha Brother's.

You've been warning, don't be mad after you read this chapter *Hide before the reader's throw me a can's and bottle's

.

.

.

Chapter 10

.

.

.

Jemari Itachi bergerak secara perlahan mengelus sisi-sisi dari wajah Neji, menyingkirkan beberapa helai rambut yang berada di wajah menawan mantan Hyuuga itu. Neji telah terlelap selama tiga hari penuh. Seorang ninja medis telah dikirim oleh Taichou sama untuk mengawasi perkembangan kondisi dari Neji. Laporan yang ia terima adalah cakra yang dimiliki Neji telah berangsur-angsur pulih dan kekuatannya secara perlahan kembali.

Itachi meletakkan telapak tangan kanannya ke atas dada Neji. Ia mengirimkan aliran cakra dirinya sendiri ke anak remaja yang lebih muda itu. Dirinya telah melakukan hal yang sama terhadap Neji semenjak anak berambut panjang coklat indah itu tak sadarkan diri, tujuannya adalah membantu Neji cepat pulih.

Saat ini Itachi merasa sangat senang dikarenakan semuanya telah sesuai dengan yang ia inginkan, setelah empat tahun akhirnya ia dapat membuat anak yang telah menjadi sumber inspirasinya itu tetap berada di sisinya.

"Itachi." Panggil sebuah suara dari arah pintu masuk membuat sang pemuda Uchiha tersebut menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati Kisame yang telah menunggunya. "Kita harus segera berangkat." Ujarnya dengan datar. "Hai." Jawab Itachi tak kalah datar sembari berdiri dan melangkah menuju Kisame, ia menutup pintu dan meninggalkan Neji sendirian di dalam kamar.

.

.

.

Ketika Neji membuka kedua bola mata lavendarnya dia mendapati bahwa pandangannya terasa berat. Dirinya mencoba untuk menggerakkan tangannya menuju matanya, tubuhnya terasa sangat lelah, ia bahkan sangat kesulitan untuk bergerak saat ini. Ia mengerang kesakitan dan secara perlahan menyingkirkan selimut yang menyelimuti dirinya dan berhenti seketika rasa sakit menjalar ke kepalanya.

"Hei, pelan-pelan kau masih dalam tahap penyembuhan." Ujar dari seseorang yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. "Aku memang tidak berada disana tapi aku dengar proses penyegelan itu sangat menakjubkan." Ujar sosok tak dikenal itu sembari membantu Neji untuk duduk dan menyandarkan punggungnya ke dinding. Remaja berambut panjang coklat tersebut masih mengerjapkan matanya untuk beberapa kali karena sekalipun ia dapat melihat tetapi semuanya masih sedikit kabur. Shinobi yang masih belum Neji ketahui identitasnya itu memberikan sebuah handuk ke arahnya dan Neji menerima handuk tersebut yang ternyata cukup lembut, ia gunakan untuk mengusap mata dan wajahnya.

"Arigatou." Ujar Neji ke shinobi asing itu dan meletakkan handuk tersebut ke sampingnya. Butuh beberapa menit untuk membuat pandangannya menjadi jelas. "Sama-sama." Ujar shinobi itu. Ketika Neji memperhatikan orang tersebut Neji mendapati shinobi itu memakai pakian serba hitam dengan sebuah topeng berwarna orange yang memiliki satu lubang mata dan pola spiral hitam pada topeng tersebut. Dari tinggi serta suara Neji menebak usia mereka tak terpaut jauh. "Namaku Tobi, senang berkenalan denganmu." Ujar pemuda bertopeng orange itu membuat Neji mengerjapkan matanya dan menggangguk pelan. "Namaku Neji." Ujarnya membuat Tobi memperhatikan Neji.

"Aku rasa kau pasti kelaparan karena sudah tertidur selama empat hari." Terangnya sembari berdiri dari kursi ia berjalan menuju meja yang berada di sisi ruangan. Neji memandangi Tobi dengan tatapan yang kosong, ia tidak dapat mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Tobi menyerahkan sebuah nampan yang berisi semangkuk sup dan secangkir teh panas ke Neji.

"Itachi San sudah berangkat menjalani sebuah misi dari kemarin pagi. Zetsu San menyarankan aku untuk mengecek keadaanmu." Ujar pemuda tersebut. Neji menerimanya dan mulai memakan supnya walau cuma sedikit. Tobi tetap berada disisinya dengan duduk pada sebuah kursi yang ada di samping matras.

"Apa kau masih merasa tidak enak badan?" Ujar Tobi membuat Neji memandang pemuda bertopeng orange unik itu, ia mengangguk lemah. "Baiklah, coba aku lakukan sesuatu untuk membuatmu merasa lebih baik." Tobi menjulurkan kedua telapak tangannya ke atas dada Neji dan mengirimkan cakra miliknya. Neji menahan nafas untuk beberapa detik tetapi tak lama kemudian rasa letih yang menjalar keseluruh tubuhnya menjadi sedikit menghilang.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya remaja bermata lavendar itu sembari meletakkan tangannya ke arah dadanya sendiri. Tobi menunjuk ke arah dirinya sendiri dan tertawa kecil. "Aku ditugaskan untuk tetap berada di dekatmu karena aku mempunyai pengalaman medis." Terangnya dengan riang. 'Terlalu riang untuk seorang ninja pelarian dengan tingkat S.' Batin Neji.

"Kau seorang ninja medis?" Neji menyeruput supnya lagi dan meminum teh yang telah ditawarkan Tobi kepadannya. "Tidak juga." he said "Aku memang pernah mendapat pelatihan medis tapi aku juga mempunyai beberapa trik rahasia." Ujar Tobi sembari tertawa kecil. "Bagaimana denganmu? Zetsu San mengatakan bahwa kau akan bergabung dengan organisasi mulai saat ini. Ia juga mengatakan bahwa kau datang bersama Itachi San. Apa dia master mu?"

Neji menjadi beku disaat mendengar Tobi menyebut kata master, pandangannya ia fokuskan ke cangkir teh yang telah ia genggam dengan erat. Ia mengehela nafas dan akhirnya mengangkat pandangannya. "Kau dapat mengatakan bahwa dia adalah mentorku." Terang Neji sembari berbisik. Tobi meletakkan sikunya ke atas matras dan menopang kepalanya dengan jemari kanannya. "Aku adalah anak buahnya selama disini." Lanjut Neji. "Oh, berarti kita berada pada tingkat yang sama kalau begitu."Ujar Tobi sembari meluruskan posisi duduknya dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku adalah anak buah dari Zetsu San, tapi aku berencana untuk menjadi anggota penuh Akatsuki ketika kesempatan tiba." Perkataan Tobi membuat Neji penasaran dengan maksud dari anggota penuh Akatsuki.

"Kenapa tidak sekarang?" Tanya Neji ke Tobi. "Hmm, karena saat ini tidak ada posisi yang kosong." Terangnya seolah-olah itu merupakan suatu hal yang gampang di jelaskan. "Oh, kau belum mengetahui banyak hal tentang organisasi ini bukan?" Pertanyaan itu hanya di jawab dengan anggukkan kecil dari Neji. "Akatsuki mempunyai sepuluh posisi untuk anggota resmi." Ujarnya sembari menjulurkan ke sepuluh jarinya.

"Jadi selain Itachi San, Kisame San, Sasori San, Deidara San dan Zetsu San, ada lima anggota lagi." Ujar Neji lebih ke dirinya sendiri daripada ke Tobi. Dia telah melihat keempat anggota termasuk Itachi, tetapi ia masih tidak tahu mengenai Zetsu. "Tidak." Jawaban Tobi membuat Neji memandang penuh tanya. "Hanya ada empat orang. Orochimaru dulu memang anggota Akatsuki tetapi ia telah berkhianat dan dia tidak mengembalikan cincinya."

"Cincin?" Neji meletakkan teh itu di atas nampan yang berada di sisi kanan matras.

"Ya, kau pernah melihat cincin yang Itachi San pakai?" Neji mengganggukkan kepalanya. "Nah setiap anggota dari Akatsuki, termasuk Taichou Sama mempunya cincin yang mereka kenakan di jari yang khusus. Itu termasuk dari bagian sesuatu yang sangat penting, sayang aku masih belum diberitahu secara jelas. Jadi aku gak bisa cerita banyak ke dirimu. Yang jelas saat ini aku cuma tahu kalau kau memerlukan cincin untuk menjadi anggota resmi dari Akatsuki. Hm, aku akan menanyakan lagi perihal masalah ini ke Zetsu San atau Deidara San."

Neji memejamkan kedua bola matanya. Ia memikirkan mengenai Akatsuki, dirinya memang tidak mengetahui apa-apa tentang mereka dan sekarang ia tinggal di dalam markas mereka. Sungguh ia berharap hidupnya tidak berada dalam keadaan bahaya sekarang. Ia masih ingat bagaimana ritual untuk menghilangkan segel kutukannya dilakukan dan hal itu sangat menakutkan sekaligus mengejutkan dan ia yakin proses ritual dan patung iblis raksasa itu hanya digunakan untuk menyingkirkan segel miliknya saja.

"Hei, Neji!" Tobi melambaikan jemarinya ke depan wajah Neji karena tampaknya remaja bermata lavendar itu melamun. "Maaf." Ujarnya sembari kembali memperhatikan Tobi. "Aku juga mendapatkan ini untukmu." Ujar Tobi sembari menuju meja satunya yang berada di sudut ruangan. Ia mengambil sebuah kotak yang cukup besar yang berada di atas meja dan meletakkannya di atas kursi. "Beberapa pakaian dan barang yang mungkin kau butuhkan." Ujar Tobi. Neji bangkit dari matras dan mendekati kotak tersebut dan membukanya. Ternyata didalamnya terdapat beberapa helai pakaian yang warnanya hampir hitam semua. Lalu terdapat beberapa senjata, aksesoris dan benda-benda lainnya. Ia mengambil sepasang pakaian khas ninja dan memandanginya dengan seksama. Sebuah celana hitam, kaos hitam lengan pendek dengan jarring pada bagian dada, sandal hitam dengan pelindung pada bagian belakang bewarna putih, jaket hitam lengan panjang dan ikat kepala yang panjang.

"Aku rasa kau telah mendapatkan persetujuan dari Taichou Sama. Dia memberikan ini untukmu," Ujar Tobi sembari menyerahkan sebuah gelang kain dengan warna merah dan terdapat awan putih di depannya. Neji mengambil gelang tersebut dan melihatnya dengan sedih. Rasanya sangat luar biasa bagaimana cara ia berjuang selama ini untuk mendapat pengakuan dari keluarganya sendiri dan bagaimana cara ia berjuang untuk melawan perasaannya sendiri untuk membuat semuanya menjadi lebih baik dan sekarang dia mendapatkan perhatian dari seseorang yang kuat yang bahkan tidak ia kenal. Ini sudah pasti merupakan gabungan dari sebuah ironi dan lelucon buruk. Anak laki-laki yang lebih muda itu mendesah dan mengambil pakaian yang telah ia pilih dan berjalan keluar menuju kamar mandi dan memakai seragam barunya sementara Tobi tinggal di ruangan mengambil sisa-sisa benda yang ada di dalam kotak. Dia mengatakan sesuatu tentang pelatihan bersama dengan dirinya.

Sesampainya di kamar mandi Neji memerhatikan dirinya sendiri di balik cermin. Pakaian Itachi memang kebesaran untuknya. Neji menanggalkan pakaian yang ia kenakan dan melepaskan kalung perak pemberian Itachi ke atas wastafel. Ia memasuki ruang shower dan dibawah pancuran deras air dirinya merasa sedikit lebih baik. Secara perlahan rasa sakit kepalanya menghilang dan kekuatannya mula kembali. Neji memeluk dirinya sendiri dan memejamkan kelopak kedua bola matanya. "Akan berapa lama aku sanggup menjalani ini semua?" Bisiknya dengan parau.

Setelah membersihkan diri Neji memakai kaos dan celana barunya tak lupa ia memakai kembali kalung perak tersebut kemudian ia keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamar Itachi. Sesampainya di dalam Neji mengenakan jaket barunya dan kemudian ia mengikat ikat kepala di sekitar dahinya. Itu hanya kain hitam polos tapi itu membantu Neji untuk menjaga rambut menutup matanya. Mata lavendarnya melihat gelang yang berada di atas meja. Neji mengambil aksesori itu dengan tangan gemetar dan mengikatnya di lengan kirinya.

Dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Tobi yang bertepuk tangan beberapa kali dan kemudian memberinya jempol. Neji hanya mengerjapkan kedua bola matanya. "Baguslah bajunya pas denganmu. Aku takut salah memberikan ukuran ke kamu." Ujarnya sembari menyilangkan kedua lengannya ke dadanya. Neji menyibak beberapa helai rambutnya yang jatuh ke belakang telinganya, ia memang tak mengikat rambutnya dikarenakan dirinya belum menemukan sebuah ikat rambut. Tobi masih berbicara ketika membuka pintu dan menyuruh Neji untuk mengikutinya. Tetapi Neji tidak mendengarkan ocehan shinobi dengan topeng orange itu dikarenakan pikirannya tidak berada satu tempat dengan tubuhnya. Keduanya berjalan secara perlahan menuju sebuah ruangan.

"Dan ini adalah area pelatihan yang bisa kau gunakan." Ujar Tobi. Neji mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan yang sangat luas itu. Didalamnya terdapat berbagai macam jenis senjata yang terpajang di dinding. "Apa kau mau bertanding denganku? Saat ini aku sedang bosan." Ujar Tobi.

"Baiklah." Ujar Neji pelan.

.

.

.

Hinata membuka kelopak kedua matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah pandangan penuh khawatir dari adik kecilnya, Hanabi.

"Nee San, Nee San!" Ujar Hanabi dengan penuh air mata. "Otou San, Nee San sudah sadar!"Teriak Hanabi ke arah pintu kemudian pandangannya ia alihkan ke arah Hinata. "Aku sangat takut Nee San! Jangan pernah melakukan hal ini lagi!" Isaknya sembari mencoba mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya. Hiashi memasuki ruangan dan mendekati tempat tidur ia memandangi Hinata dengan penuh rasa khawatir. Hinata hanya tersenyum lemah. "Maaf aku membuat kalian khawatir kepadaku." Ujarnya. Ketika Hinata hendak bangkit Hiashi pun langsung membantu putri sulungnya itu untuk duduk. Sang ketua klan Hyuuga itu pun menempati kursi yang berada disisi tempat tidur. Ia pun meletakkan jemarinya dengan pelan ke atas kepala Hinata walau cuma sebentar. "Otou San?"

"Aku hampir kehilangan dirimu." Ujar Hanabi yang memang berada di tempat tidur dan di sisi kiri Hinata. Ia memeluk ringan kakaknya itu karena kondisi fisik Hinata masih lemah dan ia tidak ingin membuat kakaknya terluka. "Aku tak dapat percaya bahwa aku hampir saja kehilanganmu Nee San." Hinata hanya tersenyum lagi dan ikut memeluk adik kecilnya tersebut. Pandangan Hinata teralihkan ketika ayahnya berdiri dari kursi dan pergi meninggalkan mereka berdua. Hinata memberikan tatapan tak mengerti ke arah Hanabi. Adik kecilnya itu hanya menghela nafas.

"Dia sedih karena telah memperlakukan dirimu dengan buruk selama ini. Sekarang kau telah terluka dan dia menyadari betapa salahnya dirinya." Ungkapnya. "Aku mendengarnya saat ia mengatakan itu ke bibi Minami." Hanabi menyandarkan kepalanya ke dada Hinat dan memejamkan kedua bola matanya. "Dia juga mengatakan kau sangat kuat, tetapi ia terlalu buta untuk melihatnya." Hanabi membuka kembali kelopak matanya dan memandangi Hinata. "Apa yang dia maksud dengan terlalu buta, Nee san?"

Hinata hanya memberikan senyuman yang lembut ke adik perempuannya itu. Bagaimanapun juga Hanabi memang masih anak-anak, tidak peduli betapa inginnya ayah mereka agar ia cepat dewasa, tetap saja Hanabi seorang anak kecil. Hinata mengacak rambut adiknya secara perlahan. "Yang Otou San maksud bahkan dengan mata terbuka ia tetap tidak dapat melihat." Terang Hinata secara pelan. "Ku akan memahami ini suatu hari nanti Imoutou, tapi saat ini hal itu bukanlah menjadi suatu masalah." Hanabi semakin mengeratkan pelukkannya ke Hinata.

Di balik ruangan tampak sosok sang ketua klan yang sedang tenggelam dalam alam pikirannya sendiri. Putri sulungnya hampir saja meregang nyawa, keponakannya telah menghilang dan masa depan yang tidak pasti telah menantinya. Ia harus membuat suatu perubahan secepatnya. 'Hizashi aku memerlukan nasihat darimu. Kumohon bantu aku saudaraku.' Batinnya sembari menghela nafas panjang.

.

.

.

Sasuke menendang keras boneka latihan itu sehingga patah dan hancur berjatuhan ke atas tanah. Sementara Orochimaru melihat ini dengan wajah penuh dengan senyuman yang licik. Ia memang masih dalam tahap penyembuhan dari pertempuran sebelumnya tapi hal itu tidak lagi menjadi masalah karena saat ini Sasuke telah berada di bawah kendalinya. Ia akan melatih anak itu, membuatnya semakin kuat dan tubuh tersebut akan menjadi wadah baru untuknya. Sempurna.

Ketika Uchiha terakhir itu tiba, anak itu tidak mengatakan apa-apa. Saat itu Orochimaru memperhatikan bahwa Hitai-ate hitam yang tergantung di leher Sasuke bukan kepunyaan dari anak berambut hitam kebiruan tersebut sedangkan Hitai-atenya sendiri menghilang. Tetapi Sannin ular itu tidak membuat komentar apa-apa.

Shinobi muda itu menginginkan kekuatan dan Orochimarulah yang dapat menawarkan kekuatan tersebut sehingga ia mengambil tawaran tersebut, saat ini yang paling ia inginkan adalah untuk dapat membunuh kakak kandungnya, ia akan membalaskan dendam dari klannya yang telah jatuh dan untuk membalaskan dendam atas kehilangan Neji. Di dalam pikirannya tidak ada ruang untuk memikirkan hal lain.

Setelah berlatih Sasuke segera kembali ke kamarnya dan menutup pintu kamarnya itu. Ia menyandarkan punggungnya ke pintu tersebut sembari memandangi Hitai-ate milik Neji yang berada di meja kecil di samping tempat tidurnya. Tampak kilauan cahaya lilin yang tereflexsi oleh bagian metal dari Hitai-ate tersebut. Dapat ia ingat bagaimana cara Neji memandanginya sembari melepaskan Hitai-ate miliknya itu, bagaimana Neji menggerakan bibirnya untuk mengatakan jika ia tidak ingin Sasuke untuk mati.

Dirinya sangat penasaran mengenai hal apa yang telah terjadi diantara Itachi dan Neji malam itu. Dia selalu mengulangi pertanyaan itu secara berulang-ulang kali sampai pikirannya tidak dapat memikirkan hal itu lagi. Sebelum pergi ke tempat Orochimaru ia telah membaca jurnal milik kakak kandungnya itu lagi. Akan tetapi catatan terakhir yang berada di dalam jurnal itu terjadi beberapa hari sebelum peristiwa pembantaian terjadi. Bahkan hanya sedikit menyebut tentang Neji. Yang ia ingat adalah catatan terakhir yang menyebut mengenai Neji. Ditulis beberapa hari setelah ulang tahun kedelapan Sasuke.

"Semua orang di Klan telah mengambil batas kesabaranku, termasuk Sasuke. Dia menyukai Neji dan aku yakin Neji menyukainya juga. Tak akan aku biarkan ini berlanjut. Klan ini akan jatuh dan akan aku ambil semua yang menjadi milikku sebelum semuanya hancur, termasuk anak yang telah menjadi objek dari inspirasiku."

Apa maksud Itachi dari yang ia tuliskan di jurnalnya masih membuat Sasuke tidak dapat memahaminya. Kebenaran dari hal tersebut hanya diketahui oleh Anikinya dan ada kemungkinan juga Neji. Remaja Uchiha muda itu hanya bisa menutup kelopak kedua bola matanya dan membiarkan dirinya merebah jatuh ke atas lantai, ia menjadikan kedua lengannya sebagai bantalan kepalanya sembari menggertakkan giginya dengan erat.

"Neji…"

.

.

.

Langit sudah gelap gulita saat Itachi dan Kisame mencapai daerah markas Akatsuki setelah berhasil menjalankan sebuah misi. Keduanya memasuki pintu masuk rahasia setelah memastikan tidak ada satupun yang berada di sekitar mereka. Kedua menghadap Taichou sama uuntuk memberikan laporan misi, kemudian setelah Kisame meninggalkan mereka berdua. Taichou sama memerintahkan Itachi untuk tetap tinggal.

"Aku telah memperhatikan anak tersebut pagi ini." Ujar Taichou Sama. Keduanya saat ini telah duduk di sebuah ruangan khusus untuk bersantai. Taichou sama menuangkan sake ke sebuah cangkir dan menyerahkannya ke Itachi, pemuda Uchiha jenius itupun melakukan hal yang sama dan menyerahkan cangkir sake tersebut ke Taichou Sama yang langsung menegaknya kemudian ia melihat Itachi. "Apa dia tahu jutsu lain selain jutsu dari keluarganya?" "Jutsu yang digunakan seorang shinobi secara umum." Jawab Itachi sembari melihat cairan dari cangkirnya.

"Dia mempunyai potensi yang bagus dan aku ingin potensi itu berkembang bagaimanapun caranya." Ujar pemimpin Akatsuki itu sembari memainkan cangkirnya dan tersenyum licik. "Kau akan melatih anak itu bukan?" "Tentu saja Taichou Sama." Ujar Itachi dengan yakin. "Apakah anda mempunyai saran Taichou Sama?" "Ya, aku mempunyai sebuah metode untuk dirinya." Ujar pria dengan rambut yang menyerupai warna jahe. Ia menegak habis sisa sakenya dan menaruh cangkir kosong itu ke atas meja. "Disaat kau yakin dirinya sudah lebih mampu, bawa dia untuk menemuiku." Itachi menuang kembali botol sake ke cangkir milik Taichou Sama yang langsung ia ambil dan tegak lagi. "Jika ia akan menjadi seorang perantara seperti yang telah kita bicarakan, maka ia akan membutuhkan sebuah persiapan yang khusus." Itachi berhenti bergerak dan untuk beberapa saat ia hampir tersedak. Pemuda Uchiha itu tetapi bereaksi cukup tanggap dalam menutupi hal itu tanpa membuat Taichou sama menyadarinya. "Seperti yang anda minta Taichou Sama." Jawab Itachi membuat Taichou Sama mengangguk puas. Mereka pun melanjutkan meminum sake mereka dalam diam.

.

.

.

Tobi melompat untuk menghindari serangan dari telapak tangan Neji dan meluncurkan sebuah tendangan ke arah remaja bermata lavendar tersebut. Mereka telah melakukan latihan ini selama kurang lebih tiga jam dengan waktu istirahat yang cukup singkat karena cakra milik Neji masih belum pulih sepenuhnya. Shinobi yang satunya menunjukkan ke pada Neji bahwa ia memang seorang petarung dan Neji tidak pernah melihat gaya bertarung seperti itu, bahkan sekedar senjata yang digunakan Tobi juga jenis senjata yang baru baginya dan itu menarik minatnya.

"Cukup bagus Neji." Ujar Tobi lebih mengarah kepada gerakan akhir yang dilancarkan oleh Neji. Pemuda bertopeng orange itu menepuk tangan beberapa kali. "Apa namanya tadi?" "Jyuuken" Jawab shinobi yang lebih muda itu. Tobi berjalan mendekati Neji dan meraih telapak tangan remaja bermata lavendar itu. Ia ingin memeriksa apakah ada luka, ketika ia tidak menemukan apapun dirinya melanjutkan dengan mengirim beberapa cakra miliknya ke Neji untuk membantu remaja berambut coklat panjang itu pulih dengan cepat. Neji membiarkan Tobi melakukan hal ini karena ia tidak memiliki pilihan lain.

"Jutsu yang bagus, cuma-" Tobi menyilangkan kedua lengannya. "Bukankah akan buruk bagimu jika lawanmu adalah tipe jarak jauh?" Ada tersisip nada peduli di balik pertanyaan itu, Neji menjadi penasaran maksud dari Tobi yang sebenarnya.

"Ya kau benar, dia harus belajar untuk menghilangkan kekurangannya itu." Ujar seseorang dari arah belakang mereka membuat Tobi membalikkan badannya dan mendapati Itachi dan Zetsu telah memasuki area training. Yang berbicara tadi adalah Itachi.

"Sama seperti kau harus meningkatkan pengendalianmu yang buruk akan Mokuhon Aku Kansou." Ujar Zetsu sisi hitam membuat Tobi menundukkan kepalanya. "Tapi setidaknya kau dapat memanggilnya. Itu bisa lebih buruk lagi dan tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut." Lanjut Zetsu dengan sisi putih membuat Tobi menghela nafas dengan lega.

Neji memperhatikan Zetsu. Ini adalah pertama kalinya ia melihat shinobi tersebut. Tobi telah memberitahukan tentang Zetsu ke dirinya dari tadi karena Zetsu adalah mentornya. Shinobi bertopeng orange itu telah mengatakan kepadanya bahwa Zetsu adalah orang yang sangat menarik, ia juga mengatakan bahwa mentornya itu terlihat seperti tanaman dan mempunyai kepribadian ganda tetapi Neji tidak mengira bahwa yang Tobi katakan memang sama persis.

"Neji." Panggil Itachi membuat anak bermata lavendar itu mengarahkan pandangannya ke mantan shinobi Konoha tersebut. "Ayo kita pergi" Neji hanya membalas dengan sebuah anggukan singkat dan langsung berjalan di belakang Itachi yang telah berjalan duluan menuju pintu keluar dari ruangan latihan tersebut. Tobi melambaikan tangan ke arah mereka berdua dan Neji membalasnya dengan anggukan singkat lalu pandangannya kembali ke arah punggung Itachi.

Pemuda Uchiha itu menatap Neji melalui bahunya. Seragam baru yang Neji kenakan tampak sangat pas dengannya. Tampaknya bawahan Zetsu cukup berguna untuk hal-hal seperti ini. Itachi juga memperhatikan gelang yang berada di pergelangan kiri Neji yang memiliki corak awan Akatsuki. Rupanya Taichou Sama memang serius ketika mengatakan ia berharap banyak dari Neji.

Sesampainya di dalam kamar Itachi melepaskan jubahnya dan meletakkannya di atas kursi. Ia pun mengalihkan perhatiannya ke Neji yang sedang larut dalam alam pikirannya sendiri. "Neji" Panggil Itachi sembari mendekatkan dirinya ke shinobi yang lebih muda itu. Sedangkan bola mata lavendar itu hanya memandanginya hampir tanpa ekspresi. Itachi membelai pipi Neji, bergerak dengan lambat untuk menyentuh bibirnya. Kemudian ia mengangkat dagunya Neji dan menatap langsung ke arah kedua bola mata milik Neji. Dia semakin mendekatkan dirinya dan bibirnya nyaris menyentuh Neji.

Remaja yang lebih muda itu membiarkan Itachi menjelajahi isi mulutnya dengan mata yang tertutup dan tidak bergerak. Itachi menghentikan aktifitasnya dan memandangi Neji. Ia berdiam diri sejenak hingga sebuah ide terlintas di benaknya. Dengan tersenyum ringan ia memeluk Neji dan menggendongnya, membawa remaja berambut coklat panjang itu ke atas tempat tidur. Ia membaringkan Neji dengan tetap memberikan ciuman yang lembut, tangan kanan bergerak memasuki kaos milik Neji sedangkan tangan kirinya bermain-main pada tubuh bagian milik Neji, membuat remaja bermata lavendar itu mendesah secara perlahan. Itachi menyeringai kecil melihat efek yang ia ciptakan kepada Neji, ia berpindah dari menciumi bibir mungil itu ke arah leher jenjang milik Neji, menghisap lembut kulit mulus tersebut.

Neji menggerakkan kakinya sedikit saat Itachi menyentuhnya seperti itu. Pipi remaja yang lebih muda itu semakin merona saat Itachi mengelus pelan dada Neji. Secara perlahan lengan Neji begerak ke arah dada Itachi dan ia pun memejamkan kedua bola matanya. Itachi menghisap leher jenjangnya dengan keras membuat Neji terkejut dan ia tanpa ragu langsung menanggalkan setiap helai pakaian mereka berdua, tanpa berhenti menyentuh bibir dan wajah Neji. Itachi memandangi Neji yang telah tampak merah merona dengan mata yang terpejam dan nafas yang tersengal-sengal. Lengan Neji yang kanan berada di dekat leher Itachi sedangkan lengan kirinya berada di atas perutnya. Itachi memandangi kalung pemberiannya yang memang sengaja tak ia lepaskan. Dengan rambut panjang coklat yang bertebaran diatas bantal, menghiasi kulit halus berwarna putih bersih itu sangat mempesona dimata Itachi.

Neji setengah membuka matanya, tampaknya dengan segala hal yang ia dilakukan Itachi kepadanya membuat dirinya cukup terangsang. Itachi meringkukkan tubuhnya dan mengambil organ penting milik Neji ke dalam mulutnya membuat Neji mendesah dan menutup mulutnya dengan jemari kanannyasementara jemari kirinya berada di atas kepala milik Itachi. Anak bermata lavendar itu tampak bingung karena tubuhnya memberikan reaksi setiap kali Itachi menyentuhnya dan ia sangat malu akan tingkatnya itu. Ia hampir merintih saat shinobi yang lebih tua darinya itu menghentikan aksinya dan tak membiarkan Neji untuk klimaks.

"Cium aku Neji." Bisik Itachi pada telinga kanan Neji membuat shinobi yang lebih muda itu melingkarkan lengannya yang bergetar ke leher Itachi dan mencium shinobi jenius itu. Itachi yang tanpa ragu mencium balik sangat puas akan sikap yang diberikan Neji. Shinobi bermata lavendar itu sangat memerlukan untuk bisa klimaks dan tampak ekspresi seperti kesakitan di wajahnya. Ia menggerakkan tangan nya menuju kakinya tetapi Itachi menggenggam kedua pergelangannya utnuk menghentikan gerakan Neji sehingga shinobi bermata lavendar itu merintih pelan.

"Nu-uh" Itachi menggelengkan kepalanya sedikit membuat Neji menggigit bibir bawahnya. "Memohonlah." Neji menggelengkan kepalanya, rona merah sudah menjalar ke seluruh tubuh Neji bukan hanya di pipinya lagi dan Itachi sangat menikmati pemandangan dihadapannya itu. Ia mengusapkan tubuhnya ke remaja yang lebih muda tersebut dan menyeringai senang karena mendengar erangan dari Neji lagi. Jemarinya hampir tak menyentuh tubuh Neji dan ia hanya mencium dagu dari Neji tanpa mengalihkan pandangannya dari setiap ekspresi yang dibuat oleh Neji. Dengan bibir yang bergetar Neji berkata "Kumohon."

Hanya satu kata itu saja yang Itachi butuhkan, jemarinya meraih sebotol kecil lotion dari mejanya dan ia melumuri kedua jemarinya dengan lotion tersebut tanpa mengalihkan pandangannya dari Neji. Dengan lebih membungkukkan tubuhnya Itachi memasukkan dua jari kedalam tubuh bagain terdalam milik Neji membuat remaja berambut coklat itu mendesah kesakitan. Itachi mengusap pelan perut milik Neji mengatakan untuk relax sembari mencium lembut shinobi yang lebih muda itu. Itachi menggerakkan jari-jarinya secara liar di dalam tubuh Neji dan dalam sekejap jemari tersebut diganti dengan ereksi milik Itachi membuat Neji mengerang dan menancapkan kukunya ke bahu Itachi. Itachi tak mempedulikan rasa sakit akibat kuku Neji pada bahunya ia tetap saja melakukan gerakan-gerakan kedalam tubuh bagian bawah milik Neji. Shinobi bermata hitam itu menyentuh titik yang sama berulang-ulang kali membuat pikiran Neji menjadi kacau ditambah Itachi juga menggenggam ereksi milik Neji dan memainkannya sesuka hatinya.

Itachi berada di dunianya sendiri. Erangan Neji dan suara kecil yang keluar dari bibir mungil itu sangat memabukkan baginya. Dia menyandarkan kepalanya di lekuk leher remaja itu, merasakan klimaksnya semakin mendekat.

Neji berteriak dan akhirnya klimaks hampir pada saat yang sama dengan Itachi yang telah mencapai puncaknya. Dia membuka matanya, dan hanya memandangi langit-langit Napasnya terengah-engah keras dan tidak menentu, rona merah pada pipinya terlihat sangat jelas dikarenakan kulitnya yang putih dan seluruh tubuhnya gemetar. Remaja yang lebih muda itu menutup matanya dan meringkukkan dirinya membuat Itachi menyeringai senang dengan hal yang baru saja berakhir. Dia berbaring di samping Neji dan menutupi mereka berdua dengan selimut dan membiarkan dirinya tertidur.

Neji merasa bahwa Itachi telah mempersempit jarak diantara mereka berdua dengan dada Itachi yang menempel ke punggung Neji dan sang pemuda Uchiha itu melingkarkan kedua lengannya secara posesif pada pinggang Neji. Nafasnya telah kembali menjadi normal. Ia tidak ingin memikirkan apa yang telah terjadi saat ini. Pikirannya seperti mati rasa dan tampak sebuah senyum sedih yang terpasang di sudut bibirnya dan ia pun terlelap letih.

Neji memimpikan seorang remaja laki-laki dengan rambut hitam berlarian ke arahnya, akan tetapi bahkan dengan lengan yang terjulur untuk meraih lengan anak itu, jemarinya tidak dapat saling terpaut dan ia menemukan dirinya sendirian. Dalam diam dilingkupi oleh kegelapan yang tebal menunggu untuk anak remaja itu kembali.

.

.

.

To be continue…

.

.

.

A/N:

Hei all apa kabar?

I'm very sorry for the really late update.

Sampe dapat pm dari para my lovely readers mengenai update-annya.

Big thanks for all my lovely readers, who already give me a support to me, a reviews, a favorites, and follows to my story so far.

Btw, I just make another translate story with title 'Thirty Dates' original plot line by NayanRoo, you can read the original one in my favorite story list.

The pairing is ItaNeji, yey for their fans and I think their character is near IC.

Oh well if you have a spare time please check it out and tell me what do you think about that story.

But please don't forget to drop me your opinion about this chapter so far.

Once again Thank you very much.

Ciao

xoxoxo