Title : Passionately Ever After (Re-Make)

Author : Mittaeverlasttingfriiend Sparkyupumpkinnerskyumin a.k.a SexyMing137

Cast :

- Cho Kyuhyun

-Lee Sungmin

- Other Cast

Genre : Romance & Drama

Rate : T

Length : Chaptered

Summary : Hanya karena takut kutukan Cho itu benar-benar terjadi dan melukai orang-orang yang dicintainya, Sungmin memilih menghindar dari Kyuhyun, bahkan menyembunyikan kehamilannya dari Kyuhyun. Kyuhyun,seorang lelaki yang dicintainya itu. Satu-satunya lelaki yang tidak bisa berbagi masa depan dengannya.

Disclaimer : KyuMin saling memiliki dan KyuMin milik Tuhan. Ide cerita keseluruhan dari fanfic ini murni dari Metsy Hingle yang saya Re-Make menjadi KyuMin Version tanpa ada perombakan sama sekali di alur ceritanya. Tapi saya hanya mengganti cast nya fanfic ini REMAKE, tapi fanfic ini milik saya.

Warning : GS for Uke | Typo(s) | REMAKE | DLDR | Plagiat?Out!

.

.

*Anda boleh membashing saya. Tapi jangan bash Cast dan FF nya yaa :D *

.

.

Happy Reading )/

.

.

Bagian 1

.

.

Kemujurannya telah berakhir.

Kyuhyun telah menemukannya.

Lee Sungmin tidak mengerti bagaimana ia bisa tahu mobil SUV hitam tak dikenal yang diparkir di depan kediaman keluarga Kim adalah mobil Kyuhyun. Pokoknya ia tahu. Sambil membelokkan mobi,ia nyaris tidak memerhatikan pohon-pohon pinus Ponderosa yang tertutup salju maupun langit bulan Desember yang mengelam. Semua pikiran dan energinya terpusat pada konfrontasi yang akan segera terjadi. Karena ia yakin hal itu pasti akan terjadi.

Sejak sepupunya, Eunhyuk,menelepon beberapa hari yang lalu untuk memperingatkan bahwa Kyuhyun sedang mencarinya, Sungmin tahu tinggal masalah waktu sebelum Kyuhyun menemukan tempat persembunyiannya di Collabukdo, Mujugun. Mungkin itu sebabnya sejak bangun pagi ini, ia diresahkan gejolak dalam perutnya. Gejolak yang tidak ada hubungannya dengan bayi yang tumbuh dalam tubuhnya,tapi sangat berhubungan dengan firasat yang memperingatkan bahwa hari-harinya menghindari Kyuhyun akan segera berakhir.

Setelah menghentikan mobilnya di sebelah SUV kosong itu, Sungmin tetap duduk di balik kemudi untuk beberapa lama. Sesaat, ia mempertimbangkan memutar balik mobilnya dan pergi menghindari semua kekacauan yang menguras emosi yang sudah pasti akan terjadi. Buru-buru ia membuang keinginannya itu. Aku bukan pengecut,ia mengingatkan dirinya sendiri. Dan hingga akhir-akhir ini, ia belum pernah melarikan diri dari apapun dalam hidupnya. Di samping itu, dua setengah bulan lagi Kyuhyun dan semua orang akan tau rahasianya. Dengan penuh tekad ia mematikan mesin mobil.

'Baiklah saatnya menghadapi kenyataan.'

Sambil mengumpulkan keberanian, Sungmin keluar dari mobilnya. Setelah mengambil barang-barangnya dari kursi belakang, ia berjalan ia berjalan melalui jalan setapak yang telah dibersihkan dari salju. Setelah tiba di pintu depan, ia menarik nafas dalam-dalam , mengisi paru-parunya dengan udara dingin dan kering, berusaha menenangkan sarafnya. Ia sudah tahu berbulan-bulan lamanya bahwa hari ini akan tiba- hari ketika dirinya harus mengatakan tentang bayi ini kepada Kyuhyun dan menjelaskan rencana masa depan anak mereka. Namun,saat ini pun ia masih belum mempunyai gambaran yang lebih jelas tentang rencana itu dibandingkan saat ia meninggalkan Seoul dua bulan yang lalu. Ia hanya tahu ia mencintai Kyuhyun, dan ia mencintai keluarganya sendiri. Apapun keputusannya, orang yang ia sayangi pasti akan terluka. Lebih buruk lagi saat memilih, ia akan kehilangan salah satu, entah Kyuhyun ataupun keluarganya. Bahkan mungkin keduanya.

Sungmin menelan ludah memikirkan hal itu. Ini bukan pertama kali ia bertantya-tanya mengapa takdir mempermainkannya begitu kejam.

Takdir,suara dalam kepalanya berbisik. Mungkin memang takdir,batinnya. Bagaimana lagi ia bisa menjelaskan bahwa pria yang membuatnya jatuh cinta cinta berasal dari keluarga Cho? Satu-satunya pria di dunia yang tidak mungkin bisa berbagi masa depan dengannya. Sungmin mendesah memikirkan masalahnya yang tanpa jalan keluar. Tak peduli betapa besar keinginannya agar keadaan tidak seperti ini, masa lalu tidak dapat diubah. Keluarga Cho dan Lee musuh bebuyutan, bahkan mereka sudah bermusuhan sebelum ia maupun Kyuhyun lahir. Perseteruan antara keluarga mereka yang dimulai saat Lee Minho menikah diam-diam dengan neneknya, alih-alih menikahi bibi Kyuhyun, Shinhye, masih sama kuatnya saat ini seperti tujuh puluh tahun yang lalu. Sebenarnya rasa saling benci itu sekarang semakin kuat, batin Sungmin, sambil mengingat kemvali semua nasib buruk yang menimpa keluarga Lee akibat kutukan Cho.

Kutukan Cho.

Sungmin bergidik mengingat kutukan mengerikan yang telah menghantui keluarganya selama hampir tujuh dekade. Sekarang pun, ia masih ingat dengan jelas ketika ia duduk dipangkuan neneknya saat ia masih kecil dan mendengarkan cerita kutukan Cho. Ia nyaris bisa mendengar suara neneknya menjelaskan…..

"Shinhye begitu marah begitu getir, ketika Minho dan aku memberitahu mereka kami sudah menikah." Kata Lee Minyoung saat ia menceritakan kisah kawin lari Minho dengan dirinya, dan bagaimana mereka pergi menemui keluarga Cho untuk memohon pengertian mereka.

"Mengerti?" tukas Shinhye yang murka. "Aku mengerti kau telah mengkhianatiku,saudara laki-lakiku dan keluarga kami."

"Kami saling mencintai." Ujar Lee Minho kepada Shinhye. "Aku tidak pernah bermaksud melukaimu, Shinhye."

"Yah, kau ,melukaiku. Kau melukai keluarga Cho."

"Mungkin suatu hari nanti, saat kau sudah lebih dewasa, kau bias mengerti dan memaafkan kami serta berharap kami bahagia." Bujuk Minyoung.

"Aku tidak akan pernah memaafkanmu." Sergah Shinhye. "Dan aku tidak akan pernah berharap kau bahagia. Sebaliknya, aku mengutukmu. Kau menikah pada hari Valentine, jadi mulai hari ini dan seterusnya,kuharap kau dan semua keturunanmu akan mengalami hari Valentine yang menyedihkan seumur hidupm sama seperti kesedihan yang kau timpakan padaku."

Lalu, tepat satu tahun kemudian, pada hari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, Minyoung keguguran bayi yang sedang dikandungnya. Sungmin bergidik lagi mengingat neneknya dan kesedihan yang membayangi mata wanita tua itu ketika menceritakan peristiwa kehilangan anak pertamanya.

Sambil mengelus perutnya dengan protektif,Sungmin tidak bisa menghindari rasa khawatir yang sekali lagi muncul akibat memikirkan pengaruh kutukan itu kepada bayi yang tumbuh dalam tubuhnya. Bayinya diperkirakan akan lahir pada hari Valentine. Meskipun Kyuhyun mengatakan tragedi dalam keluarganya hanya kebetulan dan kutukan Cho tak lebih dari tahayul yang dibesar-besarkan akibat imajinasi berlebihan, Sungmin tahu Kyuhyun salah. Ia hanya perlu melihat ke tahun lalu untuk membuktikan kutukan itu nyata dan ketidakbahagiaan yang dtimpakan Cho Shinhye kepada keluarga Lee akan terus membawa petaka.

Sambil menggigit bibir bawahnya, Sungmin mengingat bencana yang membayangi keluarganya tahun lalu. Bencana yang dimulai tidak lama setelah ia berhubungan dengan Kyuhyun. Ia meringis mengingat sabotase terhadap es krim baru rasa passionfruit pada hari Valentine dan badai liputan yang buruk berikut kerugian yang terjadi sesudahnya. Lalu ada kebakaran di pabrik sepupunya, Sandara,menderita amnesia. Yang terburuk dan paling menakutkan adalah penculikan adik Kyuhyun, Henry, dan sepupu Sungmin, Siwon.

Mungkin Kyuhyun bisa mengabaikan kutukan itu, tapi aku tidak bisa,batin Sungmin. Lagipula,meskipun ia sanggup mengatasi rasa takutnya atas kutukan itu, bagaimana ia sanggup kehilangan keluarganya? Bagaimana Kyuhyun sanggup kehilangan keluarganya sendiri? Karena ia sangat yakin kedua keluarga akan mengucilkan mereka jika ia dan Kyuhyun mengungkapkan keinginan untuk hidup bersama.

Ia tumbuh ditengah-tengah kasih sayang dan perlindungan keluarga besar dan menginginkan bayinya mengalami hal yang sama. Agar ia dan Kyuhyun bisa bersama, ia terpaksa kehilangan kebahagiannya itu. Bagaimana mungkin ia membiarkan bayinya terperangkap dalam perseteruan tanpa akhir antara keluarga Lee dan Cho?

Kenyataannya, ia tidak bisa. Ia tidak mau. Demi bayiku,aku harus kuat, kata Sungmin kepada dirinya sekali lagi. Entah bagaimana, ia harus menemukan cara agar Kyuhyun mengerti. Agar lelaki itu bisa melihat bahwa tidak ada masa depan bagi mereka karena terlalu banyak orang yang akan terluka. Dan yang paling terluka nantinya adalah mereka sendiri. Ia harus membuat Kyuhyun melihat hal itu.

Sambil menegakkan bahu, Sungmin mengapit belanjaannya dan meraih gagang pintu. Seperti biasa, pintunya tidak dikunci. Dengan cepat, sebelum ia berubah pikiran, ia masuk menghindari dingin. Untuk pertama kalinya sejak ia tiba lebih dari dua bulan yang lalu, aroma roti panggang dan kayu bakar tidak bisa menenangkan jiwanya. Begitu pula suara tawa Kim Ryeowook dan Kim Yesung yang terdengar dari dalam rumah.

"Lalu bibi Shinhye berkata…"

Sungmin terkesiap, mendengar suara Kyuhyun yang dalam sehingga salah satu bungkusan dari kantong belanjaannya terjatuh ke lantai.

"Oh, itu pasti Sungmin." Ujar Ryeowook.

Sambil mengumpat dirinya sendiri karena bereaksi seperti anak sekolah sekolah ceroboh hanya karena mendengar suara Kyuhyun, Sungmin memungut bungkusan yang jatuh itu dan menjejalkannya kembali kedalam kantong belanja.

"Sungmin? Kaukah itu?"

"Kalau bukan Sungmin, itu pasti perampok yang ceroboh," canda Yesung, yang logat bicaranya jelas menunjukkan ia berdarah Jepang.

"Sungmin ?" panggil Ryeowook lagi.

"Ya, Ryeowook. Ini aku," jawab Sungmin, yang terkejut karena bisa bicara dengan nada biasa sementara saraf di perutnya bergejolak.

"Sebentar lagi aku kesana." Tambahnya sambil berusaha menenangkan diri.

Namun Ryeowook sudah menghampirinya di ruang depan dan menyambutnya.

"Kau pergi lama sekali. Aku dan Yesung hampir saja mengirim tim SAR untuk mencarimu."

"Maaf kalau aku membuatmu khawatir." Ujar Sungmin.

"Aku memutuskan sekalian belanja untuk Natal selagi aku di kota."

"Oh begitu." Sahut Ryeowook sambil menatap kantong belanja Sungmin yang dipenuhi hadiah.

"Kunjungan ke doktermu?" tanyanya sambil memindahkan kantong belanja dan bungkusan-bungkusan dari tangan Sungmin dan menyisihkannya.

"Apa semuanya baik?"

"Ya. Ya, semuanya baik." Jawab Sungmin sambil melepas sarung tangan dan menjejalkan benda itu ke dalam saku mantelnya. Ia melepas syal yang melingkar di lehernya dan sebelum sempat memprotes, Ryeowook sudah mengambil syal itu dan menggantungnya di gantungan mantel di samping pintu.

"Berikan mantelmu." Perintah Ryeowook.

"Tidak." Sungmin tajam, lalu segera melunakkan suaranya.

"Maksudku aku masih ingin memakainya sebentar. Aku….aku masih agak kedinginan." Ia berbohong. Memutuskan sedikit menunda hal yang sudah pasti terjadi dengan menyembunyikan tubuhnya dibalik mantel longgar.

Ryeowook meraih jari-jari Sungmin dan mengernyit.

"Pantas saja kau kedinginan. Tanganmu sedingin es. Apa kau yakin tidak apa-apa?"

Kali ini Sungmin tidak mengingatkan wanita kecil berambut gelap itu bahwa karena ia lima sentimeter lebih tinggi daripada Ryeowook dan perutnya mulai menyerupai bola basket.

"Aku tidak baik-baik saja. Sungguh. Matahari mulai terbenam, jadi diluar semakin dingin. Itu saja." Ia memberi penjelasan.

"Aku hanya perlu menghangatkan diri beberapa menit dan aku akan baik-baik saja."

Tampak puas, Ryeowook berkata, "Baiklah. Kalau kau yakin."

"Aku yakin." Tegas Sungmin.

"Kalau begitu,ayo. Aku punya kejutan untukmu. Ada tamu." Tambahnya dengan mata berbinar. Ryeowook berbalik dan melangkah ke ruang duduk. Namun Sungmin tetap mematung di tempatnya.

"Sungmin, kenapa?" Tanya Ryeowook saat menyadari Sungmin tidak mengikutinya. "Kau yakin kau tidak apa-apa?"

"Ya. Aku tidak apa-apa."

"Kalau begitu, ayo!" Ryeowook mendesak dan bergerak agar Sungmin mengikutinya. Ia memembimbing Sungmin menuju ruang duduk. Dengan suara riang, ia berkata " Lihat siapa yang jauh-jauh datang dari Seoul untuk menemuimu."

Meskipun sebelum menapakkan kaki ke dalam ruangan itu ia sudah tau Kyuhyun sedang menunggunya, hal itu tidak mengurangi efek yang ia rasakan karena melihat pria itu lagi. Seperti ketika pertama kali pandangan mereka bertemu di ruang resepsi pernikahan Joon dan Nana hampir setahun yang lalu, udara seolah tersedot keluar dari paru-paru Sungmin. Saat itu ia tidak tahu Kyuhyun berasal dari keluarga Cho.

Ia hanya tahu ia tidak pernah tertarik seperti itu pada pria. Bukan hanya tertarik,akunya. Ia terpesona oleh Kyuhyun. Cukup satu kali melihat Kyuhyun, ia tahu pria inilah yang ia tunggu selama ini. Ia memuaskan diri memandangi pria itu selagi saat ini. Tubuh tinggi atletis. Bahu tegap yang membentuk indah sweeter merah hitam yang dipakainya. Rambut coklat yang ikal. Tiba-tiba Sungmin ingat tekstur rambut itu saat ia memainkannya dengan jarinya, merasakan rambut itu menyentuh kulit telanjangnya saat mereka bercinta.

Menyadari apa yang sedang ia lakukan, Sungmin menutup kenangan berbahaya itu. Ia menaikkan matanya dan menatap mata Kyuhyun. Nafasnya terhenti saat melihat mata tajam pria itu berubah dari dingin menjadi panas saat menatapnya.

Untuk sesaat, Sungmin tidak bisa bernafas. Terjebak dalam panasnya pandangan pria itu, nadinya berdenyut tidak karuan saat Kyuhyun mulai melintasi ruangan menghampirinya. Tatapan pria itu tidak beralih sedikit pun dan saat pria itu menggenggam jari-jarinya yang gemetar, untuk sesaat Sungmin takut akan benar-benar pingsan.

"Halo Sungmin." Kata Kyuhyun, suaranya terdengar seperti belaian.

Sungmin membuka mulut, berniat membalas sapaan itu, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Seolah tidak sadar, ia hanya berdiri dan terperangah saat Kyuhyun menunduk. Ketika mulut pria itu tinggal beberapa sentimeter dari mulutnya, akal sehatnya tiba-tiba kembali. Ia berpaling dan bibir pria itu menyapu pipinya. Ciuman itu ringan, hanya seperti sapuan halus, tapi tetap melekat,batin Sungmin. Ia merasakan kehangatan ciuman Kyuhyun menjalar hingga ke ujung jari kaki.

Gugup dan khawatir akan melakukan hal bodoh seperti menghambur dan memeluk pria itu, Sungmin menarik lepas tangannya dan mundur.

"Halo Kyuhyun." Akhirnya ia mampu bersuara. Ia bisa melihat kilatan kekecewaan yang muncul di wajah Kyuhyun.

"Kejutan yang menyenangkan bukan, mendapati Kyuhyun-mu datang berkunjung?" Tanya Ryeowook.

"Sepertinya Sungmin tidak terlalu kaget dengan kunjunganku, ," sahut Kyuhyun, menutupi sikap diam Sungmin.

"Panggil aku Ryeowook saja." Ucap wanita itu.

"Maaf Ryeowook," sahut Kyuhyun sopan dan dibalas senyuman oleh Ryeowook.

"Benarkah Sungmin? Kau memang menunggu Kyuhyun?" Tanya Ryeowook.

"Tidak, bukan begitu." Elak Sungmin. Lebih tepat jika ia berharap Kyuhyun tidak berhasil menemukannya. Sadar Ryeowook dan Yesung sedang menunggu penjelasannya, ia berkata,

" Saat aku bebricara dengan Eunhyuk kemarin, sepupuku itu bilang bahwa Kyuhyun ingin berbicara denganku."

Kyuhyun menaikkan alis mendengar pernyataan Sungmin yang terlalu menyerdahanakan situasi. Tapi Sungmin lega karena pria itu tidak mengungkapkan sumpahnya kepada Eunhyuk untuk menemukan Sungmin, tidak peduli berapa lama lelaki itu mencarinya.

Sayangnya, pria itu sama sekali tidak butuh waktu lama. Bukannya ia terkejut, sama sekali tidak. Fakta Cho Kyuhyun berhasil menjadi miliuner sebelum usianya menginjak 25 tahun menunjukkan lelaki itu tidak pernah gagal mencapai tujuan yang ditetepakannya sendiri. Dan menurut Eunhyuk, pria itu bertekad menemukannya dengan atau tanpa bantuan sepupunya itu.

"Yah, Yesung dan aku senang sekali kau datang. Sungmin sudah bersedih semenjak Thanksgiving. Sekarang kami mengerti sebabnya. Ya kan Yesung?" Tanya Ryeowook dengan kilau bahagia tersembunyi dimatanya.

"Kita tahu?" Tanya Yesung, ekspresi bingung terpancar di wajahnya yang tampan.

Ryeowook memutar bola matanya. "Dasar laki-laki! Yesung, Sungmin bukan hanya merindukan keluarganya. Ia juga merindukan Kyuhyun."

"Benarkah Sungmin?" Apakah kau merindukanku?" Tanya Kyuhyun dengan suara berat, sorot matanya serius.

Hati Sungmin pedih melihat kerinduan pria itu yang sama sekali tidak ditutup-tutupi. Merasa tidak sanggup menjawab pertanyaan itu, ia berbalik dan emlangkah mendekati perapian. Kali ini ia tidak bisa menikmati keindahan selimut Indian yang tergantung pada dinding diatas perapian batu itu. Ia hanya menatap kosong pada api,nyaris tidak menyadari panasnya api yang menjilati potongan kayu atau desis dan lentikan kayu yang terbakar. Ia meletakkan satu tangan di perutnya dan mencari kata yang tepat untuk mengatakan pada Kyuhyun tentang bayi diperutnya.

"Sungmin, kenapa?" Tanya Ryeowook.

Mendengar suara Ryeowook, Sungmin mengesampingkan kesedihannya dan mengalihkan perhatiannya kepada wanita itu.

"Maaf Ryeowook, kau tadi bilang apa?"

Ryeowook khawatir bergegas mendekat meletakkan telapak tangan di dahi Sungmin, lalu menggenggam jemari gadis itu.

"Tidak demam. Dan kau sudah tidak kedinginan? Apa kau masih kedinginan?"

"Sedikit." Sungmin berbohon, masih belum mau mengungkapkan kehamilannya.

Kerutan di dahi Ryeowook kian dalam. "Apa kau bilang kepada dokter mengenai masa dingin ini?"

"Dokter?" ulang Kyuhyun, dan Sungmin bisa mengenali nada waspada di suara pria itu.

"Ada apa dengan dokter? Apa kau sakit?"

"Tidak. Tidak, aku tidak sakit. Aku Cuma check up." Sahut Sungmin cepat, diam-diam memohon Ryeowook melalui sorot matanya agar tidak menceritakan apapun mengenai si bayi.

"Aku Cuma tidak biasa dengan musim dingin disini dan agak sedikit kedinginan saat masuk rumah. Cuma itu."

Mata Ryeowook yang gelap sedikit melebar saat menangkap maksud Sungmin.

"Barangkali cokelat hangat bisa membantu menghangatkanmu." Tawar Ryeowook. Sungmin bisa mengenali pengertian di wajah wanita itu.

"Ya, cokelat hangat sepertinya enak." Jawab Sungmin.

"Bagaimana dengamu Kyuhyun?"Tanya Ryeowook sambil kembali ke meja kopi dan mulai meletakkan piring-piring kotor diatas nampan.

"Apa kau mau kopi lagi atau kau juga mau cokelt hangat?"

"Jika tidak merepotkan, kopi saja."

"Sama sekali tidak merepotkan."

"Aku juga mau tambah." Yesung memberi tahu istrinya.

"Bagaimana kalau kau Bantu aku ke dapur, Yesung?" saran Ryeowook.

"Tapi-

"Aku yakin Kyuhyun dan Sungmin perlu membicarakan banyak hal. Kami permisi dulu. Tidak apa-apa kan?" Tanya Ryeowook sambil menatap Sungmin tajam.

"Tentu saja." Jawab Sungmin.

"Ayo, Yesung!" Ryeowook tersenyum kepada suaminya yang tampak bingung dan menyerahkan nampan kepadanya.

"Mungkin kau bisa mencicipi cinnamon roll yang kupanggang tadi. Kupikir mungkin aku harus mengirim beberapa botong untuk Bazar Natal di gereja."

"Aku akan melakukan apa saja untuk membantumu di gereja." Jawab Yesung gembira, ia dengan nampan di tangan, ia pun berjalan menuju pintu.

Ryeowook berhenti, menoleh sejenak kepada Sungmin.

"Aku ada di dapur jika kau membutuhkanku, Sungmin." Ujarnya sebelum mengikuti suaminya keluar ruangan.

.

.


Kyuhyun mengamati kedua wanita itu bertukar pandang dan bertanya-tanya pesan tersirat apa yang disampaikan di antara mereka. Untuk sesaat,ia berani bersumpah bias merasakan getaran aneh di dalam ruangan, tapi lalu Ryeowook menutup pintu dan meninggalkannya bersama Sungmin.

Sepeninggal pasangan Kim, ruangan menjadi sunyi, dan jika bukan karena desisan batang kayu yang terbakar di perapian, Kyuhyun yakin ia bias mendengar jika ada jarum jatuh. Namun, setelah berbulan-bulan dihantui kenangan akan Sungmin, kesunyian itu pun tidak bias mengurangi kebahagiannya karena bias berdekatan dengan wanita itu lagi.

Jadi sekarang ia memperhatikan gadis itu lekat-lekat. Seperti kelaparan, ia mengamati setiap detail penampilan Sungmin. Rambut gadis itu lebih panjang, ia mencermati, terurai bagai sutra mahoni,hamper menyentuh bahu. Kulitnya lebih pucat daripada yang diingatnya, tapi sepertinya ada kulit yang berpendar dari kulit itu sekarang. Pendar tidak ada saat wanita itu meninggalkan Seoul. Akibat udara pegunungan,duganya. Ia tidak yakin apakah rona di pipi Sungmin disebabkan kehadirannya atau karena panas dari perapian, dan memutuskan mungkin keduanya sedikit berperan. Bibirnya masih sama, tetap menggoda dan menggairahkan. Ia tidak bisa lupa betapa sempurna bibir itu saat bertemu dengan bibirnya. Bagaimana rasanya mendengar bibir itu memanggil namanya saat ia berada dalam pelukan wanita itu. Bagaimana bibir yang sama bersumpah mencintainya. Kyuhyun ingin menghampiri Sungmin,merengkuh gadis itu ke dalam pelukan dan menciumnya,mendengarnya mengucapkan kata-kata itu lagi kepadanya sekarang.

Karena begitu meninginkan Sungmin, ia menghujamkan kepalan tangannya ke dalam saku untuk mencegah dirinya merengkuh gadis itu.

"Bagaimana kau bisa menemukanku?" Tanya Sungmin memecah keheningan.

"Apa itu penting? Yang penting aku sudah menemukanmu." Jawab Kyuhyun, mengelak mengakui dirinya melanggar beberapa aturan untuk menemukan Sungmin. Saat gadis itu tetap diam, ia menghembuskan nafasnya kesal.

"Aku melacakmu lewat kartu kreditmu. Kau menggunakannya untuk mengirimi keluargamu bunga pada hari Thanksgiving."

"Tapi bagaimana…." Sungmin mulai bicara dan akhirnya menjawab pertanyaannya sendiri.

"Komputer. Kau masuk tanpa izin ke sistem komputer untuk mengetahui aktivitas kartu kreditku."

"Ya," aku Kyuhyun. "Dan kalau kau mau bilang perbuatanku itu melanggar hukum, tidak perlu. Aku sudah tahu. Tapi saat itu aku putus asa ingin menemukanmu."

"Kau bisa dipenjara."

Kyuhyun mengangkat bahu. "Bukan masalah asal aku bisa menemukanmu."

"Kau seharusnya tidak mengambil resiko." Sanggah Sungmin.

"Aku sanggup mengambil resiko yang lebih besar lagi untuk menemukanmu." Kata Kyuhyun jujur.

"Tapi sepertinya aku lolos dari perbuatan kriminalku. Kecuali kau berencana menyerahkanku ke polisi."

"Tentu saja tidak." Balas Sungmin.

"Sesaat tadi, aku tidak yakin." Goda Kyuhyun, berusaha meringankan suasana. Sayangnya Sungmin tetap murung.

"Sekarang setelah kujawab pertanyaanmu, bagaimana kalau kau jawab pertanyaanku?"

Sungmin mengertukan alis, menimbulkan kerutan kecil di dahi, yang seingat Kyuhyun selalu muncul saat gadis itu bingung. "Pertanyaan apa?"

"Apa Ryeowook benar? Apa kau merindukanku?" Saat Sungmin tidak menjawab, Kyuhyun menahan rasa kecewa dan suaranya menegang saat berkata, "Itu pertanyaan sederhana, Sungmin. Hanya butuh jawaban ya atau tidak. Apa kau merindukanku? Meskipun sedikit?"

"Ya, aku merindukanmu." Akhirnya Sungmin menjawab, dengan suara yang lebih menyerupai bisikan.

Rasa lega menjalari Kyuhyun saat mendengar jawaban itu dan ia mulai mendekati Sungmin.

"Ya Tuhan, Sungmin, kalau saja kau tahu betapa

"Jangan." Ujar Sungmin sambil mengangkat tangan.

Kyuhyun berhenti di tengah jalan. Rasa frustasi menumpuk dalam dirinya. Frustasi dan terluka.

"Jangan apa? Jangan bilang aku mencintaimu? Bahwa aku hamper hilang akal dua bulan terakhir ini tanpa dirimu? Bahwa aku mempercayaimu saat kau bilang kau mencintaiku? Dan bahwa kau hamper membuat hatiku hancur saat kau menghilang tanpa penjelasan apapun?"

"Aku meninggalkan pesan." Jawab Sungmin membela diri.

"Yeah, beberapa baris kata tak berarti yang mengatakan kau perlu pergi. Bahwa kau butuh waktu untuk berpikir." Ujar Kyuhyun tanpa merasa perlu menutupi kegetiran dalam suaranya. Ia mondar-mandir melintasi ruangan, tangannya terkepal meremas rambut. Ia berbalik tiba-tiba dan menghadap Sungmin, "Menurutmu bagaimana perasaanku? Aku bilang aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu, lalu kau menghilang dan menyuruhku untuk tidak mencarimu. Apa kau tahu betapa aku terluka?"

"Maafkan aku."

"Maaf?" ulang Kyuhyun dan berjalan cepat mendekati Sungmin berdiri di dekat perapian.

"Kau bilang kau mencintaiku,lalu merenggeut hatiku dan melemparkannya kembali ke mukaku dengan cara melarikan diri, dan satu-satunya yang bisa kau katakan hanya maaf?"

Sungmin menatap kosong pria itu dari balik mata kelincinya yang sedih.

"Percayalah Kyuhyun. Melukaimu adalah…adalah hal yang paling tidak kuinginkan."

"Well, kau sudah melukaiku Sungmin." Balas Kyuhyun. Tanpa bisa mengendalikan diri, ia meraih Sungmin.

"Aku mencintaimu Sungmin. Dan demi Tuhan, aku tahu kau mencintaiku. Lalu kenapa kau melakukan ini? Katakan, apa yang salah? Apa pun itu, aku akan memperbaikinya."

"Kau tidak bisa memperbaikinya." Sahut Sungmin sambil menjauh. Sambil bersedekap, ia berbalik membelakangi Kyuhyun dan menatap kosong ek api. "Tidak ada yang bisa memperbaikinya. Tidak ada." Air mata dalam suara gadis itu mengoyak Kyuhyun.

"Ada apa sayang? Ceritakan padaku apa yang salah."

Ketika Sungmin menggeleng, Kyuhyun membalikkan badan wanita itu menghadapnya. Sambil mengangkat dagu Sungmin, ia menatap mata yang berkilat-berkilat oleh air mata dan rahasia itu. Seolah ada tangan yang meremas jantungnya saat ia menatap wajah Sungmin. Ia selalu menganggap wajah Sungmin cantik, sejak pertama kali ia melihat gadis itu dipernikahan Joon dan Nana. Namun sekarang, ada sesuatu yang lebih cantik daripada itu, ada cahaya dari dalam yang terpancar seperti pelayan wanita di restoran keluarganya saat pelayan itu sedang –

Kyuhyun mengalihkan tatapannya dari mata Sungmin dan memperhatikan sekujur tubuh gadis itu. Emosi mendesak dalam dirinya saat mengenali perubahan kecil pada penampilan dan pembawaan gadis itu. Ia mengamati mantel emrah longgaryang menutup sosok langsing Sungmin, mencermati cara gadis itu meletakkan tangannya di perut. Dalam sekejap perubahan itu menghantamnya seperti orang bodoh.

"Lepaskan mantelmu, Sungmin." Dan perintahnya dengan suara begitu terkendali dan dingin, terdengar sangat asing bahkan untuk dirinya sendiri.

Sungmin menatapnya seperti rusa tertangkap cahaya mobil yang mendekat, pikir Kyuhyun. Ia benci kenyataan bahwa yang ia lihat di mata Sungmin adalah rasa takut.

"Kyuhyun,"

"Lepaskan mantelmu Sungmin." Ulangnya dan melembutkan suaranya dengan menambahkan, "please"

Dengan kesabaran yang bertolak belakang dengan darah yang bergejolak bagai api yang tak terkendali di nadinya, Kyuhyun mengawasi Sungmin saat perlahan-lahan melepas kancing mantel merah itu. Ketika kancing terrakhir sudah lepas, Sungmin melepaskan mantel itu dan melemparkannya ke samping. Gadis itu menengadah, dan menatap Kyuhyun lurus-lurus dari balik mata yang diselimuti pemberontakan.

Tatapan Kyuhyun turun ke perut Sungmin yang membuncit. Beragam emosi langsung menguasainya. Marah, bahagia, terluka. Ketika ia menaikkan tatapannya lagi, ia melihat sesal di mata Sungmin. Sesal itulah yang terasa bagai pisau menghujam tepat di jantungnya.

"Katakan Sungmin." Kata Kyuhyun berusaha menjaga suaranya tetap lembut sementara amarah dan luka berkecamuk dalam dirinya.

"Apa?"

"Apakah kau pernah berencana mengatakan kepadaku bahwa aku akan menjadi ayah?"

.

.

TBC or Delete?

.

.

A/N : Saya balik lagi membawa fanfic yang di REMAKE dari PASSIONATELY EVER AFTER atau yang lebih dikenal dengan CINTA ABADI, sebuah novel karya METSY HINGLE yang sayan ganti cast nya menjadi KyuMin Version. Ada yang sudah pernah membacanya?

Sekedar memberi tahu saja, bahwa sebenarnya Ryeowook itu memanggil Sungmin dengan 'pequena' yang artinya si kecil. Itu tidak saya tulis, karena itu bahasa asing yang mungkin Spanyol. Entahlah saya juga bingung :D

Makanya saya pikir tidak perlu ditulis, karena seluruh Cast nya orang Korea, kecuali mungkin disini Yesung keturunan Korea-Jepang.

Saya tunggu responnya saja ya, jika bagus saya lanjutkan, jika tidak ya tidak saya lanjutkan.

Oh iya, yang menunggu fanfic saya 'When Sungmin Lies to Kyuhyun' ini sedang dalam proses :D

.

.

Akhir kata, Mind to Review?