Disclaimer: Naruto Cuma dan hanya milik Tuan Masashi Kishimoto
Tetangga baru
Chapter 4
.
.
.
"Bagaimana Senpai bisa menemukanku?"
"Kau pikir aku bodoh? Dan ada apa dengan gaya kekanak-kanakanmu itu? Kau bukan Shimura yang kukenal…."
Sai hanya duduk di lantai kamar mandi yang dingin. Di bibirnya muncul sebuah senyuman yang sangat berbeda dari biasanya. Lelaki yang dipanggilnya Senpai hanya bisa tersenyum ketika melihat senyum yang terpasang di wajah Sai. namun senyum itu segera sirna ketika Sai mulai menggigit ibu jari kanannya bagian dalam.
Splash!
Darah berceceran di sekitar kamar mandi. Sang 'Senpai' menarik langkah mundur dan berniat untuk kembali melompat ke kamar mandi untuk siswa namun waktu tidak mengijinkan.
Pooffff
"Sai-sama! Untuk apa Sai-sama memanggil kami lagi? Kami tidak akan mau menuruti orang seperti anda!"
Dan yang muncul adalah dua ular dengan warna biru tua yang sekarang bersiap untuk menyerang Sai. sedangkan 'Senpai' hanya bersandar sambil melipat kedua lengannya. Pandangannya menunjukkan tanda meremehkan.
"Masih belum bisa mengendalikan mereka? Sudah kubilang lebih baik kau melepaskan mereka atau aku harus menolongmu untuk yang kedua kalinya," ucapnya seraya menyiapkan dua kertas mantra. Giginya bersiap untuk mengigit ibu jarinya.
"Aku tidak butuh bantuan anda….."
Dan muncullah aura dari seorang Sai yang merupakan Omyouji paling menakutkan seantero kuil tempat dia menimba ilmu. Aura kelam yang begitu menyesakkan hingga membuat kedua ular di depannya terkejut bukan main….
"KALIAN! IKUTI PERINTAHKU!"
Dua ular itu akhirnya menuruti apa yang Sai katakan. Dengan sigap mereka menyerang sang 'Senpai'.
.
.
.
"Kemampuanmu memang sangat mengagumkan,Shimura-san. Namun kenapa kau lebih memilih untuk hidup sebagai manusia biasa? Kenapa kau lebih memilih untuk turun gunung dan…."
"Sudah kubilang, aku hanya ingin tinggal dengan kakakku. Apalagi kakek sudah terlalu tua dan aku tidak ingin lepas tangan begitu saja. Mereka adalah sisa keluarga yang kumiliki. Aku tidak ingin membahayakan mereka…."
"Membahayakan mereka ya? Kalau membahayakan diri sendiri?"
"Entahlah Senpai. Aku hanya ingin bersama mereka lebih lama lagi. Aku tidak ingin ke gunung lagi. Oh ya,sudah berapa lama Senpai turun gunung? Rambutnya kok panjang banget?"
Sai yang penasaran segera memegangi rambut Senpai-nya itu. Yang dipegang hanya risih mengingat dia juga risih dengan rambutnya yang panjang (?). Namun ujung-ujungnya Sai hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Senpai-nya itu.
"Walah….. baru jadi murid sekolah sini selama satu hari kau sudah bertingkah dan pedekate sama anak kelas satu…. Bravo…bravo….."
Kedua teman lama itu segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang siswa yang sekelas dengan sang Senpai.
"Wah, konichiwa Kiba-senpai…"
"Yo! Konichiwa Sai! enggak nyangka kalo kalian berdua lagi pedekate di dekat ruang ganti. Ya ampun…."
"EH? Siapa yang pedekate? Aku hanya bertemu dengan Hyuuga-senpai dalam perjalanan kema-"
Ucapan Sai terpotong ketika melihat Kiba yang segera menarik siswa yang bernama Neji membelakangi Sai. sai sendiri hanya melirik jam yang dikenakannya dan segera menepuk jidat ketika tahu bahwa jam sudah berganti. Dia berniat untuk berpamitan namun ujung-ujungnya dua orang itu malah bikin forum sendiri.
Di dalam forum…
"Kau udah lama ya kenal sama cewek itu? "ucap Kiba pada Neji yang masih menunjukkan wajah orang elit.
"Ano….."
"Ya ampun.. kalian terlihat akrab banget ya? Kalian teman lama ya? Ne ne,katanya dia enggak pedekate sama kamu. Kalau kuambil boleh ya? Kan kalau kamu tinggal sebarin aura wibawa cewek-cewek bakalan nemplok. Kalau aku? Eh, nanti tolong diskusikan tentang dia ya?"
"Terserahlah. Itu pun kalau kau sanggup dengannya," ucap Neji seraya berpaling untuk melihat keberadaan Sai. Dia serius tentang itu. Sai bukan sembarangan gadis kawaii seperti yang lainnya.
"Nah, Sai…."
Ucapan Kiba terhenti ketika melihat tidak ada siapa-siapa lagi di belakangnya (tadi). Dia segera menoleh ke arah Neji yang memasang wajah innocent. Sedangkan wajah Kiba berubah menjadi sebuah ekspresi :kenapa-tidak-bilang-kalau-dia-udah-ngilang?
"Mana kutahu kalau dia udah ngilang? Tapi sikapnya memang seperti itu," ucap Neji dengan tampang sok cool yang membuat Kiba meweks. Untung saja Neji tidak keceplosan kalau maksudnya ngilang itu Sai yang membaca mantra plus muncullah kabut tebal and Sai bakalan ngilang ketika kabut itu ngilang.
.
.
.
Sai berjalan dengan santai menuju ke kelasnya. Namun setelah duduk, dirinya langsung saja dikerubungi oleh para fangirls. Sai hanya bisa ber 'ha he' ria. Memangnya apa yang salah ya?
"Ne ne… tadi Jugo bilang kalo kamu lagi berduaan sama cowok ikemen. Katanya juga sih namanya Neji-senpai! Kyaaa… apa itu beneran Sai?" ucap salah satu fangirls yang sekarang duduk di sebelah Sai. Sai hanya menaikkan sebelah alisnya. Senpai ya?
"Iya. Emangnya kenapa?"
"Kyaa… gimana personality-nya si Neji-senpai itu? Terus terus, katanya kamu juga ketemuan sama Kiba-senpai. Kyaa…. Gimana juga personality-nya si bad boy itu?"
"Kalo Senpai sih biasa aja. Dia emang tenang kok. Lagipula kami tadi ketemunya secara gak sengaja soalnya aku ngejatuhin pakaian gantiku. Terus ditolongin dah."
"Senpai? Maksudmu Neji-senpai?"
"Iya."
"Kyaaa….Neji-senpai keren! Hwaduuuhhhh!"
"Terus terus! Gimana sama Kiba-senpai?"
"Dia? Hm…. Gak tahu lah…"
"Menurut Sai-chan, siapa yang paling keren en ganteng? Neji-senpai apa Kiba-senpai?"
"Ehm….."
Sai memasang mode berpikir. Membuat para fangirls lain menantinya dengan deg-degan. Mereka sih enggak masalah karena mereka juga sayang sama Sai seperti saudara sendiri. Lagian yang jelas menurut pengamatan mereka, Sai malah kepincut sama yang namanya Itachi. Itu lho, kakaknya si Sasuke dari kelas sebelah.
Jadi mereka rasa Sai bakalan netral kalo menilai kedua senpai itu.
"Kurasa Neji-senpai lebih keren dan ganteng!"
"Tuuh..bener kan….. Neji-senpai lebih keren…"
"Yah… emangnya gak ada lebihnya ya si Kiba-senpai itu?"
Para cowok datang dan tiba-tiba nimbrung….
"Sai! kalo dibandingin aku kerenan mana?"
"Hush! Ngapain situ nyama-nyamain muka?"
"Ya kan kalo lebih keren aku bisa aja kan aku mengalahkan si Itachi kakaknya Sasuke itu!"
"Alahhhhh….. kau ini…."
.
.
.
Sasuke yang berjalan keluar areal sekolah dikejutkan oleh dua orang yang berbeda(?) yang menunggu mereka (Sai mungkin?) di depan gerbang. Yang satu dengan gaya tenang dan cool tersenyum ke arah Sai.
Sasuke melirik ke orang yang berada di sebelahnya. Jangan bilang kalau Sai ikut tersenyum. Sudah cukup saingan si rumah (?). sekarang harus ada saingan di sekolah. Dua lagi!
Sai membalas senyuman Neji….
Bumi gonjang ganjing!
.
.
.
"Hai! Sai-chan! Masih ingat aku? Aku ini temennya Neji! Kenalan dulu yuk!" ucap Kiba sambil menawarkan jabat tangan ke arah Sai.
Sai membungkuk dengan status ojigi. Membuat Kiba malah berbunga-bunga. Neji hanya menghela napas. Sedangkan Sasuke terbakar…
"Hajimemashite…. Watshi wa Shimura Sai desu…."
"A-ah…"
"Aduuh…. Wakata! Hajimemashite! Ore wa Inuzuka Kiba! Panggil aja Kiba."
"Enggak manggil make 'Senpai'?"
Kiba hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cewek ini bener-bener sopan sampai membuatnya kikuk. Namun beberapa menit kemudian…
'Kya…. Kawaii…'
Kiba hanya bisa memendam perasaannya sebelum dijitak oleh Neji. Dari info yang didapatnya, Neji dulu pernah satu sekolah dengan Sai dan Sai sendiri sudah dianggap adik oleh Neji.
"Mau kuantar? Yang kutahu kau selalu lupa jalan. Sedangkan kau sudah lama tidak ke daerah sini," ucap Neji. Secara tak sadar, Sasuke menggenggam tangan Sai. Sai sendiri malah merasa risih. Dia melepaskan tangan Sasuke dengan mudahnya.
"gomen ne Senpai….. aku udah ditemenin sama dia…" ucap Sai dengan nada blink-blink sambil menunjuk-nunjuk Sasuke. Sasuke merasa agak narsis.
"Sou…."
Neji mendekati wajah Sasuke. Sasuke yang tidak takut malah tersenyum dengan evil smirk. Membuat indra protektif Neji muncul secara tak diundang.
"Orang mencurigakan kaya gini?" ucap Neji sambil menunjuk-nunjuk Sasuke. Yang ditunjuk malah sweatdrop.
"Dia tidak mencurigakan kok…"
Neji memandang Sai dengan tatapan tak percaya.
"Wajahnya memang mencurigakan namun sebenernya dia baik kok. Cuma memang niatnya agak melenceng-melenceng gitu…"
Jduak!
Ada simpul gantungan ga di sekitar sini?
"Ooo… kalo gitu bareng aku aja! aku hapal semua jalan disini! Dijamin deh nanti bakalan ketemu rumahnya!" ucap Kiba. Sai ber-ojigi lagi dan membuat Kiba kikuk dan berbunga-bunga seperti yang tadi.
'Sekalian apel di rumahnya sih…. Khukhukhu….'
"Gomen ne Kiba-senpai…."
"huwah… ya udah deh enggak apa-apa…." Ucap Kiba dengan keadaan agak kecewa. Dia merelakan kepergian Sai dan Sasuke. Sai melambai ke arah mereka. Kiba ikutan melambai dengan senang hati.
Ketika di jalan…..
Sasuke tiba-tiba saja merogoh saku celananya dan menemukan(?) sebuah handphone yang membuat Sai memperhatikannya. Sasuke dengan pd-nya membuka pesan singkat dari sang Baka Aniki.
'Hari ini aku dan Shin tidak bisa pulang tepat waktu. Terus aku lupa enggak naruh kunci pintu depanku di bawah pot. Kamu bawa kan cadangannya?'
Sasuke hanya bisa tepok jidat jadinya…..
Sai memandangnya dengan wajah penasaran. Namanya juga seorang klan Shimura. Klan yang terkenal dengan sikap observatif mereka. Jadilah seperti ini.
"Ada apa Sasuke-kun? Kok pukul-pukul jidat sendiri?" Tanya Sai sambil memiringkan kepalanya. Sasuke menoleh dan melihat Sai yang begitu…..
Dia terlihat begitu manis ketika bibirnya tidak terlalu 'mingkem' plus naik ke atas dan tidak tersenyum sampai matanya hilang(?). angin semilir membelai rambutnya yang membuat Sai begitu menawan di mata Sasuke yang menatapnya dari arah samping. Apalagi mata teduh itu….
Serasa berada di bawah pohon rindang yang dikelilingi oleh musim kemarau panjang… (?)
Setidaknya itulah yang Sasuke rasakan saat ini…
.
.
.
"Sial! Beneran enggak disimpen disini!"
Sasuke yang sibuk mengitari pot-pot bunga yang berada di depan teras rumahnya malah memeriksa apakah pintu rumahnya memang benar-benar terkunci. Salahkanlah insting yang selalu menyertainya.
Sedangkan Sai hanya menunggu di pinggir jalan sambil menaruh tas ranselnya di dekat kakinya. Dirinya hanya memandangi Sasuke yang masih sibuk mencari sesuatu. Hingga sebuah ide muncul di kepalanya.
Bagaimana kalau Sasuke diajak maen ke rumahnya? Kan seru juga ada yang mengajarinya computer. Shin memang begitu protektif terhadap Sai sampai-sampai apapun yang Sai inginkan dituruti olehnya.
Sai memang memiliki sebuah komputer di rumah. Namun karena Sai yang belum terlalu menguasainya, maka komputer itu masih dalam bentuk(?) yang hampir seperti baru.
"Sasuke-kun! Gimana kalo mampir dulu aja ke rumahku? Kan Shin-nii itu partner-nya Itachi-san. Mestinya mereka pulangnya bebarengan. Nanti kalo Shin-nii udah pulang, berarti Itachi-san juga udah pulang!" ucap Sai senang. Sasuke hanya mengangguk sambil mengambil tas ransel milik Sai yang berada di dekat kaki Sai. lalu dirinya berjalan mendahului Sai menuju ke rumah sebelah.
"Hey! Kenapa dibawa? Aku bisa bawa sendiri!"
"Kelamaan," ucap Sasuke singkat. Sai hanya cemberut sambil terus mengikuti Sasuke menuju ke rumahnya. Sai dengan senangnya membuka pintu depan rumahnya yang tidak dikunci. Ketika diperhatikan lebih detil lagi, rumah Sai memang terlihat mewah saat itu.
Taman yang mengelilingi ters rumahnya cukup menawan karena bunga-bunga yang memang sengaja diurusi oleh Sai sedang bermekaran. Sedangkan lantai porselennya pun sudah dipoles dan dipel oleh Sai.
Kalau dipikir-pikir, kenapa tiba-tiba dia teringat dengan yang namanya Itachi?
"Ayo masuk!"
"Kenapa pintumu tidak dikunci? Bagaimana dengan resiko kemalingan?"
"kalau kemalingan sih kelihatannya enggak…."
"Bagaimana bisa?"
"Ada deh…."
Sasuke mulai berspekulasi kalau yang menjaga rumah Sai adalah sesuatu yang tak kasat mata. Sai membukakan pintu depannya dan mempersilahkan Sasuke untuk masuk. Namun mata Sai segera tertuju ke arah seekor kucing gemuk nan 'makmur' yang sedang duduk-duduk(?) di atas pagar rumah Sai.
"Kyaaa! Nyanko-chan! Ayolah kemari!" ucap Sai sambil terus menerus memanggil si kucing yang menggerak-gerakkan telinganya tanda tak senang. Si kucing malah jual mahal dengan Sai. inginnya di datangi olehnya dan digendong masuk. Sai mendengus kesal dan mendatangi si kucing. Lalu pandangannya beralih pada Sasuke.
"Oh, Sasuke-kun masuk aja dulu. Anggap aja rumah sendiri. Aku masih mau urusan sama si neko yang satu itu!" ucap Sai sambil menggulung kedua lengan bajunya. Sasuke hanya cengo.
Namun ujung-ujungnya Sasuke masuk duluan juga. =,=!
.
.
.
Kalau dilihat dari dalam, struktur rumah Sai memang keren dan bergaya Eropa klasik. Dengan ornament-ornamen unik yang menghiasi langit-langit, rumah Sai memang bak istana.
Namun beberapa 'suara' mengganggu pengamatannya.
'Lihatkah kau rumah induk milik marga Shimura itu?'
'Rumah itu dihantui oleh mahkluk tak kasat mata.'
'Kabarnya para Ayakashi yang tuan-nya sudah mati tidak mau meninggalkan rumah itu.'
Sasuke menghela napas panjang. Dia segera memasang pikiran positif. Namun pikiran positif itu lenyap ketika Sasuke mendapati sosok aneh yang berjalan dan berdiri di dekat dinding. Makin dilihat sosok itu mirip manusia tapi masih terlihat aneh karena banyaknya perban yang menutupi tubuhnya.
'Tahan…. Dia Cuma Ayakashi yang mau kenal sama aku…'
Sasuke berjalan melewati-nya dengan rasa was-was. Dirinya merasa kalau mata mahkluk itu terus mengikutinya hingga dirinya duduk di atas sofa.
'Ayolah Sai… cepatlah datang…'
Muncullah Sai sambil menggendong seekor kucing gempal tadi dengan wajah berseri-seri. Kedua pasang mata berpapasan namun pandangan Sai beralih pada…
"Lhooo….. jiisan….. kok malah jalan-jalan sih? Ini kan udah siang….. kalau mau jalan-jalan mendingan besok pagi aja… pasti Sai temenin…." Ucap Sai kepada mahkluk itu. Sasuke hanya bisa…
"HEY! Darimana kau bisa berteman dengan anak tak punya sopan santun itu?! Sama orang tua saja tidak mau menyapa!"
"Eh?"
.
.
.
Tbc
.
.
Author's note:
Puah… udah jadi nih chapter lanjutannya… ^_^
Gomen ne reader-sama yang udah lama nungguin Kasumi buat update *readers:kelamaan dudul!*
Sekali lagi gomen ne…..
