Diclaimer: Naruto ©Masashi Kishimoto

Naruto selalu milik Masashi Kishimoto dan semua karakter yang ada dalam cerita juga murni milik Masashi Kishimoto, dan cerita ini hanyalah fiksi belaka buatan saya tanpa maksud komersial atau apapun itu

Truth ©DarkBlueWinter

Rating : T

Genre : Family ; Hurt/comfort ; Angst

Warning : OOC ; Gaje ; Jalan cerita gak nyambung ; Miss-typo ; d.l.l

.

.

RnR please?

.

.

TRUTH

Chapter 2

.

.

"K-kau?" Itachi membelalakkan matanya, sosok anak kecil di depannya terlihat samar-samar tertutupi gelapnya malam. Itachi mencoba mendekat namun anak itu melangkah mundur tak ingin menampakkan sosok misteriusnya.

"Kau kakak yang kejam! Kakak yang tega membohongi adiknya sendiri," kini anak kecil tersebut kembali berucap dengan nada suara yang ditinggikan.

"Bukan urusanmu anak kecil," jawab Itachi datar.

"Kau yang anak kecil, menerima tugas membunuh klan yang telah menjadi keluargamu. Dimana rasa kasihanmu hah."

DEG

Kalimat yang sukses membuat Itachi mematung. Tidak habis pikir dari mana dia tahu tentang hal ini benar-benar membuat Itachi penasaran dengan rupanya. Sekali lagi pemuda Uchiha itu melangkahkan kakinya mendekat dengan sosok di depannya, namun setiap langkahnya akan diikuti langkah mundur oleh anak kecil di depannya hingga Itachi memilih menyerah.

"Cih, apa kau salah satu mata-mata? Di umurmu yang masih sangat muda kasihan sekali kau," ucap Itachi meremehkan.

"Untuk apa menjalankan pekerjaan kotor itu. Aku sudah tahu semuanya tanpa perlu menjadi mata-mata. Orang tua selalu saja mempersulit keadaan," entah sudah keberapa kalinya Itachi dibuat kaget oleh perkataan anak kecil di depannya ini. Setiap kata yang diucapkannya selalu sukses membuat Itachi terpojokkan pada situasi ini.

"Kau ini…"

"Kau ketua anbu yang bodoh, keturunan Uchiha yang bodoh, generasi konoha yang bodoh, kakak yang bodoh, kau itu bodoh!" geram anak kecil itu tanpa membiarkan Itachi mengatakan satu kata pun. Kini sorot matanya memancarkan amarah yang teramat, sambil mencengkeram kuat leher bonekanya, ia melanjutkan perkataannya,

"Melindungi orang yang dicintai bukan begini caranya. Untuk melindungi desa caramu salah besar. Kau dan semua tetua bodoh itu dan keputusan konyol itu bukan begini caranya. Membunuh klan Uchiha untuk menghentikan kudeta adalah keputusan yang sangat ceroboh. Pikiran kalian seperti anak kecil, mementingkan diri sendiri."

Syaatttt!

Bagai disambar petir, Itachi tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak kecil barusan. Dia dibuat jantungan saat ini. Bagaimana bisa dia tahu semuanya. Itachi mendelik pada tatapan tajam anak kecil itu, tatapan yang seolah-olah ingin menelan Itachi hidup-hidup. Iris matanya berubah, dari sapphireindah di awal kemunculannya menjadi merah darah penuh kebencian.

Merasa pemuda di hadapannya diam mematung, sosok kecil tersebut melangkahkan kakinya mendekat kepada pemuda di hadapannya. Bak pengiring langkahnya, dia kembali melanjutkan kalimatnya,

"Cara kalian benar-benar tanpa perasaan. Apa kudeta tidak bisa dihindari tanpa membunuh klan Uchiha sudah jelas jawabannya iya. Kalian hanya malas berpikir, mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan semuanya. Apa kalian para senior lupa pendiri Konoha, Uchiha adalah salah satunya. Tapi seakan mengabaikan semuanya, tetua malah memerintahkanmu untuk membunuh klannmu sendiri."

Tepat kalimat pedas yang dilontarkan berhenti, sosok samar tersebut kini berada di depan Itachi. Tak ada jarak lagi, Itachi bisa melihat sosoknya dengan sangat jelas. Sosoknya yang terlihat sebaya dengan adik yang baru saja dia buat sakit hati. Rambut pirang sebahu dengan hiasan pita biru, baju biru selutut tanpa corak dan boneka panda yang lehernya hampir putus akibat dicengkeramnya kuat. Kesan imut hampir menggambarkan sosok anak di depannya sebelum akhirnya mangekyou miliknya bertemu dengan iris darah anak tersebut.

Bukan mata biasa, tatapan yang penuh dengan kebencian. Itachi pernah melihatnya sekali dan itu… mata penuh kebencian Kyuubi. Ya, mata anak di depannya sangat mirip dengan mata yang pernah dilihatnya saat biiju berekor Sembilan menyerang Konoha.

Entah teka-teki apa yang dihadapkan untuknya, perasaan pemuda Uchiha itu kini bercampur aduk antara gelisah, bingung, penasaran dan kaget. Dengan segala rasa yang bercampur itu, dia memberanikan dirinya membuka mulut memulai percakapan.

"Siapa sebenarnya kau ini? Apa tujuanmu sebenarnya menemuiku?"

"Aku hanya seorang anak kecil yang muak dengan semua hal bodoh yang terjadi."

Mendengar jawaban anak tersebut Itachi malah mengernyitkan alisnya. Melihat tatapan anak itu dia sangat mengerti perasaannya. Ada kesedihan yang terselip di balik kemarahan di kedua bola matanya. Tatapan Itachi seketika berubah sendu. Tanpa pikir panjang, dia jongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sosok di depannya kemudian tanpa ragu memeluk tubuh mungil di hadapannya.

Yang dipeluk hanya bisa membelalakkan matanya tidak percaya. Ekspresi geram yang ditunjukkan tadi berubah menjadi ekspresi kaget. Tidak habis pikir alasan apa hingga pemuda di depannya memeluk dirinya seperti sekarang.

"Aku mengerti dirimu," kata Itachi seolah dapat membaca pikirannya. Mata merah penuh amarah kini berubah menjadi lautan yang menenangkan. Sapphirenya telah kembali entah bagaimana caranya. Detik berikutnya cairan bening keluar dari mata indahnya. Anak kecil tersebut membalas pelukan Itachi erat hingga tak ingin melepaskannya, meluapkan segala tangisnya di bahu orang yang baru ditemuinya itu.

Itachi tersenyum kecil mendapat respon yang diinginkannya. Dia kemudian menggendong anak yang masih menangis itu, membawanya ke salah satu teras rumah kediaman Uchiha. Itachi kemudian melepas pelukannya, sang anak juga mulai menghapus air matanya.

Sedikit ragu Itachi bertanya kepada anak itu, "Namamu siapa?" kali ini suaranya melembut.

"N-Naruko… namaku Naruko Uzumaki"

.

.

.

A/N: Gimana chapter duanya? Saya mohon maaf atas semua typo-typo yang mungkin masih banyak. Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Happy reading minna!