07 September 2015


Disclaimer_: Masashi Kishimoto and Eiichiro Oda.

Disclaimer Retaliation_: Vin'diesel No Giza.

Rate_: T Semi M

Warning:Sebuah Fanfict Dari Imajinasi asli dari Otak Saya. Kosa Kata dan Aturan Menulis masih datar dan banyak kesalahan, Jadi saya mohon nilailah dengan bijak.


.

.

.

.

Sharingan, semua orang mungkin tahu apa yang disebut dengan Sharingan, Sharingan adalah nama salah satu Doujutsu kuat yang sudah melegenda. Sharingan, sebenarnya sudah ada sejak dahulu tapi nyatanya hanya sedikit yang mengetahui hal tersebut, dan kebanyakan orang jaman sekarang akan bilang jika Sharingan itu akan selalu identik dengan seseorang yang bernama Uchiha Madara. Hal itu memang tidak sepenuhnya salah karena dia—Uchiha Madara adalah salah satu Uchiha yang bisa men-upgrade dari Sharingan ber-tomoe lalu ke mangekyou dan lebih tinggi lagi dirinya bisa mencapai tahap Eternal Mangekyou walaupun sebenarnya dia tidak ingin karena itu adalah pengorbanan yang sangat besar secara 'tak sengaja' bagi dirinya dan seseorang, tapi pada akhirnya ia menerima itu dengan diikuti arah hatinya yang membelok ke jurang kegelapan.

Berbicara tentang Uchiha Madara, maka kata 'Kuat, jenius, ambisius dan menakutkan' adalah empat hal yang akan dikatakan oleh orang-orang yang mengenal ataupun yang hanya mendengarnya saja. Namun dengan semua yang dia miliki tak lantas membuatnya mendapat semua yang diinginkannya, disisi lain dia begitu ditakuti namun disisi internal dirinya mendapat perlawanan ideologi dan tak dipercayai oleh Clannya sendiri, Suatu perselisihan pun terjadi dan menjadikan dia —Uchiha Madara yang. . . .

'Diam menakutkan, Bergerak mematikan.'

Terdengar impresif memang tapi fakta saksi dan alur kisah telah mengatakan tanggapan seperti itu, lalu akhirnya Nama Uchiha Madara lebih melambung karena kilas sejarah dirinya yang pada waktu itu melakukan pertarungan one by one dengan Seseorang yang disebut sebagai Dewa Shinobi, dia adalah Shodaime Hokage. Madara dengan menggunakan Eternal dan Bijuu ekor sembilan yang sudah dirinya kontrol sebagai artilerinya terus menggempur Kekuatan Mokuton milik Shodaime Hokage. Entah seperti apa detailnya, pertarungan mengerikan antara Shinobi level tinggi tersebut berakhir dengan terbunuhnya Sang pemilik Sharingan. Untuk menghormati dan mengenang keduanya dibuatlah monumen patung keduanya oleh beberapa pihak. Sampai disitu, Uchiha maupun orang luar yang sekarang melekatkan julukan 'Hantu Uchiha' pada Madara atas keburukan maupun aib yang dilakukannya tanpa berpikir dan menimbang hal baik yang pernah dikerjakannya. Itu adalah sebagian kisah kelam pengguna Sharingan dan sampai saat ini pun Doujutsu Sharingan begitu ditakuti oleh banyak ninja karena masih banyak misteri yang melekat pada kekuatannya.

Seorang Uchiha yang mengerti benar tentang kekuatan Sharingannya sudah pasti dia akan menjadi ninja yang kuat, namun jika dirinya terlalu bergantung dan begitu membanggakan jurus dari Mata spesialnya itu, maka sudah dipastikan rentang hidupnya akan begitu singkat. Hal itu tidak bisa dibantah jika mengingat Doktrin salah satu Prodigy Clan Uchiha generasi sekian yang mengatakan. . .

'Semua jutsu pasti mempunyai kelemahan,'

.

.

.

-=Scene now=-

Apa yang dilihat itu merupakan suatu ketidakpercayaan dalam hal ilmu medis. Menggenggam jantung manusia yang masih berdetak aktif diluar tubuh tanpa ada setetes darah yang terlihat maupun menetes, jantung yang terbungkus kubus transparan itu terkadang diremas dengan kuat tatkala seseorang yang tergeletak didepannya mencoba untuk bangun dan itu masih terus berlangsung terjadi tanpa ada yang berusaha menghentikannya.

Tanpa rasa iba, Naruto terus meremasnya sampai pompaan otot jantung itu berdetak lebih cepat, namun setelahnya Naruto menghentikan aksinya, menatap seseorang yang bisa dikatakan adalah orang penting ini.

"Aku berharap kau tidak kepayahan ... Melumpuhkanmu adalah hal yang sangat mudah disaat kau dan semua yang ada disini tidak tahu kekuatan apa yang aku miliki."

"Sharingan, kekuatan mata dari pancaran otak yang tersambung ke perasaan ... Doujutsu yang mengerikan jika sudah termasterisasi ... Tapi, Sharingan tidak akan berguna jika si pengguna tidak bisa fokus." Sebuah pujian dan sindiran telah Naruto ucapkan ke kepala Clan Uchiha itu yang masih dalam keadaan tertelungkup dengan nafas terputus-putus.

"Ugh hahhh~, apa yang kau lakukan dengan jantungku? ... Ba-bagaimana bisa kau mengambil jantungku HAH?" Geram Fugaku dengan nafas terengah-engah. Ia sendiri kebingungan karena matanya menangkap satu fakta bahwa jantung yang dipegang Naruto itu sudah pasti adalah jantung miliknya, namun sekali lagi pertanyaan dalam hatinya, 'Ada apa?.'

Dengan wajah tenangnya Naruto menatap Fugaku yang sedang meringkuk kesakitan, namun tatapan yang ada dimatanya sama sekali tak ada yang namanya rasa kasihan. Naruto sangat jengkel dengan orang yang egoisnya gak ketulungan itu.

"Jika aku mendengar dan mengenang ceritanya, aku merasa masih bukan apa-apa dibanding 'dirinya', kau tahu siapa yang kumaksud? Tapi aku tak perlu jawabanmu ataupun pendapatmu. . . ."

"Lagipula aku agak muak juga melihat wajah tembokmu itu. Walaupun aku akan dibenci semua legasi maupun keluargamu, aku akan membunuhmu!" Mendengar kalimat bersinyal ancaman itu tak ayal membuat semua yang berada disitu langsung waspada.

*Sriingg*

Sebuah rantai berpendar keluar dari dalam tanah tepat dibawah Naruto yang langsung melilit tubuhnya, akibatnya Jantung yang ia bawa terlepas dan jatuh tergeletak ditanah begitu saja. Naruto sendiri hanya menatap rantai yang melilitnya ini dengan pandangan biasa walaupun dalam hatinya ia juga terkejut.

"Akan lebih bertambah salah jika seorang ibu melihat putranya membunuh orang didepan matanya," Tegur Kushina yang kini sudah kembali dari Kesedihannya, wajahnya sendiri masih terlihat pucat dengan matanya yang sembab memandang Naruto dan terlihat sebuah rantai yang keluar dipunggungnya yang menembus tanah dibawahnya.

Melihat Pendamping hidupnya melakukan hal tak terduga membuat Minato menyadari suatu hal yang membuatnya kembali merenung. Ucapan dari Kushina barusan secara tak sengaja telah memberi sokongan mental untuknya, itu benar karena suatu kesalahan besar jika dirinya tidak bisa menghentikan perbuatan dari putranya sekarang, dia tahu bahwa setiap perbuatan selalu ada balasannya dan masalah ini adalah hasil perbuatannya di masa lalunya. Ditambah dia adalah Hokage, dari tingkatan itu ia harus mampu membedakan dan menyelesaikan permasalahan internal dan eksternal sebaik mungkin.

"Minato!"

Mendengar teriakan dari Kushina, Minato langsung menoleh kearahnya dan mengangguk, "Aku mengerti."

"Mikoto! bawa suamimu beserta putramu menjauh dari sini dan lima ANBU, tolong kawal mereka! ... Aku ingin dua ANBU untuk membawa putriku ke tempat aman dan sisanya mencari orang tadi, sekarang!"

"Ha'i," Tanpa ada yang memprotes semua mengangguk mendengar perintah langsung dari Hokage mereka. Berbeda dengan Mikoto dirinya masih mematung dengan sorot matanya yang terpaku kedepan seolah-olah sama sekali tak menggubris ucapan dari Sahabat suaminya tersebut.

"Miko!" Mikoto terhenyak saat Kushina memanggil dirinya agak keras, dia pun menatap Kushina dan tanpa bicara apapun dia langsung mengangguk sambil berlari menghampiri suaminya yang terlihat sekarat tak jauh didepannya.

Dalam keadaan terbelenggu dengan rantai kecil perpendar milik Kaa-sannya Naruto sendiri cuma melihat kesibukan mereka tanpa berkeinginan untuk melepaskan rantai yang mengikat tubuhnya, bukan karena Naruto tidak bisa melepasnya namun dia ingin melihat mereka-mereka yang begitu tertekan dengan batinnya dalam melakukan tindakan dan dirinya tidak begitu memikirkan hal itu.

Sesaat Naruto menoleh sedikit kebelakang untuk menatap Kakashi yang masih terlihat siaga, ia pun memanggilnya dan langsung ditatap oleh Kakashi. Mendapat respon Naruto pun berbicara ke Kakashi tanpa mengeluarkan nada sedikitpun, mengetahui maksud bicara tanpa suara tersebut Kakashi langsung membaca pergerakan mulut dari Naruto menggunakan Sharingannya dengan pandangan serius. Terlihat Kakashi tertegun ketika Naruto menyelesaikan ucapannya, namun ketika ia melihat Naruto tersenyum padanya dia pun mengangguk pasrah, satu buah kunai disalah satu tangannya ia lempar kearah Naruto yang langsung ditangkap olehnya, setelah memberikan kunai tersebut Kakashi melakunan Shunshin menghilang dalam kepulan asap.

Saat Naruto kembali menatap kedepan ia sedikit terkejut begitu melihat Mikoto sudah berada didepannya sambil memapah Fugaku dan mata berwarna hitam miliknya menatap penuh selidik, tak lupa di salah satu tangannya memegang jantung milik suaminya. Melihat gelagat aneh tersebut Naruto mengerinyit heran.

"Aku tahu apa yang kau maksud tadi, kau salah satu orang yang mengaguminya. Arigatou," Setelah mengucapkan sesuatu yang agak membingungkan akhirnya Mikoto pergi menggunakan Suunshin sambil menggendong Fugaku, lalu Naruto sendiri tetap diam tanpa berpikir jauh.

Kini kembali ke inti, saat ini Naruto dapat melihat empat sosok yang berdiri tak jauh didepannya, mereka adalah Minato, Kushina, Zabuza dan Haku.

Satu melawan empat.

Mengetahui masih ada orang luar yang berdiri disampingnya Minato langsung menatap Zabuza dan Haku secara bergantian, "Untuk kali ini aku sebagai Hokage, maukah kalian ikut menjaga putriku tadi? masalah disini biar kami yang menangani, ini bukan perintah tapi ini lebih ke sebuah permohonan."

Mendengar itu Zabuza langsung mengerti maksud dari perkataan sang Hokage tadi dan dia pun mengangguk, namun hal itu berbeda dengan Haku yang terlihat keheranan, ketika Zabuza mengetahui ekspresi yang dikeluarkan Haku dia pun langsung memegang lengan kiri Haku.

"Kami mengerti Hokage-sama, kami izin undur diri" Ujar Zabuza sambil membungkuk hormat dan memaksa Haku mengikuti apa yang dilakukannya.

"Hm arigatou," Minato pun tersenyum puas lalu Zabuza dan Haku pun menghilang dalam kepulan asap.

.

Sekarang di area tersebut hanya berdiri tiga orang yang saling menatap antara orang tua dan anak, tak ada suara maupun gerakan yang mencurigakan dan hanya desiran angin lembut yang menerpa ketiganya, semua terdiam seperti patung. Naruto tetap berdiam diri dengan sorot mata tajam yang diarahkan ke keduanya dan itu berbeda dengan pandangan mata Minato maupun Kushina yang begitu haru dan lembut seolah-olah mencoba melunakkan Hati Naruto.

"Aku tidak tahu dengan apa yang kalian lakukan. Tapi jika melihat tindakan kalian, kurasa kalian juga paham dengan apa yang kulakukan," Ucap Naruto tenang namun deru nafasnya bertambah cepat ketika emosi mulai mengontrol hatinya.

"Na-naruto, bisakah kita bicara baik-baik nak?" dengan lemah lembut Kushina memulai pembicaraan dan mencoba menurunkan ketegangan atmosfir antara mereka. Rasa ingin menangis kembali menyelimuti Kushina ketika melihat tatapan mata penuh luka yang diperlihatkan putranya saat ini.

Naruto terlihat tak peduli dengan semua perkataan Kushina, mengabaikan fakta bahwa tubuhnya masih terlilit rantai berpendar milik Kushina yang membuatnya tak bisa bergerak. Setetes peluh jatuh dipelipis ketika Naruto menyadari bahwa tubuhnya telah 'berwujud' dan efek elemen logia-nya tidak berfungsi, ia berprasangka jika rantai yang melilitnya ini bukanlah rantai sembarangan. Tapi sebenarnya tanpa Logia pun dia bisa keluar dari jeratan itu.

"Jadi? hanya tak punya aliran chakra dan ramalan itu ya?" Naruto mulai berbicara dengan sebuah pertanyaan.

"Naruto, tolong jangan salahkan siapapun. Semua ini salahku, Tou-sanmu yang baka ini," Ucap pelan Minato, perasaan campur aduk menggelayuti hatinya ketika mengatakan hal tersebut. Kushina yang mendengarnya mencoba untuk memprotes. . .

"Mina—"

"INI MEMANG SALAHKU KUSHINA!," Teriak Minato yang langsung membuat wanita berambut merah itu tertunduk dan bisa langsung terlihat tetes demi tetes airmata telah jatuh ke tanah. Melihat sebuah drama yang tersaji didepannya sekarang, itu sama sekali tak membuat Naruto tertarik.

"Kumohon tolong dengarkan aku, Naruto!" Minato kembali memulai berbicara, "Mungkin kau sudah tahu atau mungkin juga tidak ... Yang berinisiatif membuangmu dan mengisolasimu dari dunia ini adalah aku. Dan sebenarnya Ibumu dan saudarimu sama sekali tak setuju dengan hal itu, namun lagi-lagi aku—Tou-sanmu ini yang kembali memaksa mereka menyetujuinya."

Naruto terdiam ketika mendengar Pernyataan langsung dari mulut Orang yang ikut andil membuatnya lahir ke Dunia ini, ia tahu hal yang barusan Minato ucapkan karena ia sendiri dulu tak sengaja mendengar percakapan keduanya. Namun ketika mendengarnya kembali rasanya sangat berbeda, begitu menyakitkan.

"Tou-san tidak tahu, Tou-san tidak tahu dari mana dan kapan pemikiran primitif itu muncul, maafk—"

*Buaakh*

"Cough"

Sebuah pukulan keras mendarat keras di ulu hati Hokage keempat dan sukses membungkam mulutnya yang langsung terbatuk. Walaupun begitu kuatnya pukulan, Minato sama sekali tidak terlempar karena sebuah tangan yang menahan tubuhnya dari depan. Terdiam dan meringis Minato tahu bahwa yang meninju dirinya adalah Naruto. Kushina sendiri baru menyadari bahwa Naruto sudah lepas dari jeratannya saat ia mendengar suara lenguhan suara dari Minato dan terkejut saat Naruto telah meninju ayahnya sendiri.

"Aku tidak memikirkan masalah itu, aku sadar jika banyak sekali orang-orang diluar sana yang mengalami penderitaan melebihi deritaku," Naruto lebih menekan pukulannya dan membuat Hokage keempat itu terseret kebelakang, disaat Kushina menghampiri Minato, Naruto memegangi kunai pemberian Kakashi tadi begitu erat dan ia ia acungkan ke arah Minato dan Kushina, "Angkatlah kunai kalian dan bertarunglah!, itu yang harus kalian lakukan jika tetap ingin menjunjung kehormatan kalian dimata penduduk desa ini."

"Ti-tidak."

.

.

.

.

Terlihat sebuah bangunan besar yang agak tersembunyi. Bangunan ini adalah salah satu tempat yang dirahasiakan oleh pihak tertentu karena tempat ini menjadi markas satuan grup yang begitu tertutup. Dari luar, bangunan tersebut terlihat tenang, namun sangat berbeda dengan yang berada didalamnya.

*Klaakk*

Satu orang yang menggunakan topeng polos kembali tewas dengan leher yang terlihat patah dan membiru, sang pembunuh dengan dengan santai berdiri tepat dibelakang mayat yang barusan ia bantai dan sebuah rantai panjang yang saling terhubung antara kedua pergelangan tangannya terlihat sedikit bercak darah yang menandakan bahwa benda itulah yang membunuh ANBU root tadi.

"Ahh aku sangat kewalahan melawan mereka, anak buahmu sangat berbahaya, tahu!" Ucap orang tersebut, dihadapannya sudah sekitar 9 orang yang menggunakan topeng yang sama telah tergeletak tak bernyawa. Tobi, dialah yang melakukan ini, ia yang telah membunuh anggota Root yang telah mengepungnya. Gestur tubuhnya yang terbalut pakaian hitam tetap terlihat tegap begitu dirinya masih melihat puluhan anggota Root yang masih bersiaga tak jauh didepannya, mata sharingannya tetap terus bersiaga dan tak lupa ia selalu melihat gerak-gerik Danzo yang terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Aku katakan sekali lagi, untuk apa kau ke Konoha?" Desis Danzo dengan sorot mata tajam, area kulit sekitar wajah yang tadi keriput kini terlihat menegang akibat otot-ototnya yang berkontraksi.

"Untuk apa ya? hmm untuk mengetahui merek popokmu, mungkin" Sarkas Tobi dan nadanya yang begitu santai dan tanpa beban.

Danzo sendiri mencoba untuk tetap terlihat tenang agar emosi tidak mengambil alih pemikirannya. Ia tak boleh terpancing, Ia telah mengorbankan kesembilan anggota Ne miliknya untuk bertarung dan dia menganalisa keadaan musuh, namun musuh yang memiliki jurus tak lazim telah membuatnya sedikit frustasi dan dirinya sama sekali tak menemukan kelemahan terhadapnya.

'Tubuhnya seolah-olah menembus, tapi aku mengabaikan sesuatu bahwa tubuhnya bisa memadat pada saat ia melakukan serangan,' Batin Danzo, ia sedikit frustasi karena merasa tidak cukup info mengenai jutsu yang baru pertama kali ia lihat ini, namun dirinya begitu yakin kalau jurus ini merupakan manipulasi teknik saja.

Danzo menggeram pelan dan mulai membatin sesuatu, 'Yondaime pernah melawannya tapi aku tidak tahu bagaimana si Kiroi itu mampu mengalahkan orang ini. Menembus lalu menyerangnya.'

'Sharingan, ilusi, dua orang ... Oh, jadi begitu. Aku yakin Yondaime menggunakan kecepatannya untuk melakukan dua serangan rangkap dalam satu waktu.'

'Dengan kata lain serangan semu atau pengalihan untuk serangan inti. Seperti salah satu cara untuk mengalahkan pengguna ilusi dari sharingan yang harus membutuhkan dua orang, satu umpan dan satunya menyerang dari sisi berlainan dengan waktu yang tepat,' Bukan menyeringai tetapi Danzo tetap terlihat tenang begitu otaknya mengetahui cara untuk mengalahkan orang yang itu. Matanya yang terpejam kini perlahan mulai membuka separuhnya.

"Benarkah kalau kau itu adalah Madara?" Tanya Danzo, matanya yang mungkin terlihat rabun itu menajam saat menatap Tobi yang terlihat masih dalam pose tenang, "Tapi aku sangat ragu jika kau adalah 'Hantu' itu."

"Hantu? Sampai Begitu takutnya kalian dengan nama Madara?" Kekeh Tobi yang membuat Danzo sedikit berdecak karena menurutnya hal itu adalah benar adanya, "Benar, seharusnya memang begitu, kalian harus takut dengan nama itu." tambah Tobi.

"Hmm, suka tak suka aku memang harus mengakui itu," dengan mata yang masih menatap lurus kedepan, Danzo menghentakkan dua kali tongkatnya ketanah namun dalam waktu tempo secara tidak bersamaan.

ANBU Ne yang mengerti kode tersebut langsung bersiaga, empat orang melakukan shunshin dan mereka muncul di empat penjuru dan mengepung Tobi yang berada ditengahnya. Mereka berempat melakukan segel tangan yang berbeda dan mulut mereka terlihat mengembung.

"Apapun yang kalian lakukan itu tidak ada gunanya!" Dengan santai Tobi menanggapi hal yang saat ini dihadapinya.

"Katon — Goukakyuu"

"Suiton — Mizurappa"

"Jurus gabungan yang aneh," Komentar Tobi saat jurus yang mempunyai elemen berlawanan itu dengan cepat hendak menghantam dirinya. Namun apapun yang terjadi otaknya tetap menganalisanya dan tetap berhati-hati.

*Blaarr*

Dua jutsu semburan air dan bola api itu bertabrakan tepat di tempat Tobi berdiri, uap asap tebal langsung memenuhi ruangan tersebut akibat efek jurus yang sama kuat. Disaat itu Tobi yang sama sekali tak terkena jurus itu pun cuma tetap berdiri sambil terdiam dibalik kepulan asap, namun tak lama kemudian satu ANBU ne dengan tanto ditangannya muncul didepan Tobi dan mencoba menyerang dan menusuk secara frontal.

*Wuush*

Serangan satu arah dari salah satu anak buah Danzo tersebut hanya melewati tubuh Tobi, ketika tubuh ANBU itu sudah melewati dirinya, Tobi langsung berbalik dan mencengkeram pakaian ANBU tersebut dan sebuah pusaran yang muncul dari mata kanannya mencoba menghisap tubuh ANBU itu.

*Wuush*

Disaat Tobi hampir menghisap seluruh tubuh itu, tiba-tiba muncul Danzo dari balik asap yang masih menyelimuti area tersebut dengan sebuah kunai yang siap terhunus ke Tobi.

*Jleeb*

Darah terciprat ketika dari tubuhnya ketika kunai Danzo menusuk punggung tersebut. Tobi terdiam dan Danzo sendiri terlihat membelalakkan matanya.

"Kau berhasil," dengan nada datar Tobi melompat menjauh dan berdiri di tiang penyangga gedung.

*Bruukk*

Tubuh itu terjatuh dengan darah mengucur dipunggungnya dan Danzo yang melihatnya mendecih pelan.

"Selamat! Kau telah membunuh anak buahmu sendiri," Tobi menatap Danzo dari satu lubang di topengnya dan seringai puas tercetak jelas diwajah yang tertutup itu.

"Cih." Tanpa rasa bersalah Danzo menghiraukan tubuh kaku murid didikannya yang telah dibunuhnya barusan ketika serangannya kombinasi yang telah ia rencanakan telah gagal menyentuh tubuh Tobi dan malah menusuk umpannya sendiri.

Merasa cukup puas bermain dengan Danzo dan Root, Tobi mendudukkan tubuhnya dan satu tangannya menopang kepalanya, "Kau tahu? . ."

"Aku kesini hanya untuk satu tujuan, Aku ingin mengambil mata kanan palsumu itu, Kekkei Genkai milik Klanku yang kau pasang di matamu, mata yang sama sekali tak berhak kau miliki." Ucap Tobi dengan intonasi berat disetiap kata-katanya dan hal itu sangat berbeda dengan gestur tubuhnya yang santai tanpa bersiaga.

Danzo mendelik saat mendengar kalimat tersebut, ia terkejut bahwa orang yang tak jauh dari dirinya berdiri itu mengetahui rahasia tentang mata kanannya. Hal ini berbahaya jika orang luar tahu tentang mata ini.

"Ne serang dia secara bersamaan! jangan lengah dan serang terus walaupun dia tidak bisa ditembus, empat orang lindungi aku dari semua sisi dan berikan aku waktu untuk membuka segel," Mendengar itu semua langsung melaksanakan perintah Danzo, dan mereka pun menyerang Tobi dari pelbagai arah.

.

.

.

"ku mohon hiks, hentikan ini semua!" Suara parau Kushina terdengar jelas di telinga Naruto yang masih menggenggam erat kunainya. Minato sendiri kini sudah berdiri tegap menatap sedih Kushina yang mati-matian membujuk Naruto yang seolah-olah menulikan pendengarannya, hatinya begitu sakit ketika melihat pendamping hidupnya itu terus menerus berurai airmata.

'Ini begitu rumit, Kami-sama berilah aku jalan' Batin Minato.

Naruto, walaupun ia begitu nafsu untuk bertarung dan membunuh dua orang yang ada didepannya ini entah kenapa dirinya merasa tidak sanggup melakukannya, Hati kecilnya bergetar dan terasa pedih ketika matanya melihat Sesosok 'Ibu' yang menangisinya, saat memejamkan matanya agar ia tidak melihat pemandangan itu maka saat itu juga hatinya turut memanas. Naruto mengerti, sangat mengerti bahwa. . .

"Shambles" Tiba-tiba Naruto menghilang dari tempatnya dan muncul dibelakang Minato dengan kunai siap menghunus ke leher dari Hokage keempat itu.

*Jleeb*

'Hiraishin?' Minato dan Kushina membelalakkan matanya saat Naruto berpindah tempat begitu cepat dan lebih terkejutnya lagi tanpa sadar mereka mengetahui bahwa darah telah mengucur membasahi pakaian depan Minato.

"Aku tidak tahu kenapa bisa begini," Ucap Naruto yang terdengar jelas dalam telinga Minato dan Kushina yang terlihat syok, "Saat ini dari sisi manapun aku lah yang terlihat seperti orang jahat dan durhaka, bukan begitu?"

"Sebenci-bencinya aku pada kalian, aku tidak sanggup melukai kalian walaupun aku mampu melakukannya." ungkap Naruto pelan.

Yang terlihat saat ini adalah Naruto telah menusuk tangannya sendiri yang melingkari leher Minato dengan kunainya dan darah keluar merembes mengenai baju ayahnya tersebut.

"Na-naruto. . ." Kushina menutup mulutnya karena mendengar ucapan Naruto yang membuat hatinya bertambah sakit.

"Kumohon, untuk saat ini dan seterusnya kalian harus berlaku adil pada semuanya, biar aku yang terakhir kali merasakan hal seperti ini," Sebutir air menetes dari kedua mata Naruto tapi bersamaan dengan itu pula hatinya terasa lebih ringan seolah-olah beban yang begitu berat telah hilang dengan sendirinya.

Melepaskan kunai yang menancap di tangannya Naruto terdiam sebentar dan berpikir sesuatu, "Maafkan hamba Minato-sama dan Kushina-sama, hamba harus membunuh seseorang diwilayah kekuasaan anda."

Nafas Naruto terengah-engah seperti baru berlari ratusan kilometer, ia lupa bahwa barrier room miliknya masih aktif dan menguras sedikit demi sedikit staminanya, setelah Berbicara dengan nada yang begitu mantab Naruto pun menghilang disertai kilauan cahaya, meninggalkan Minato dan Kushina yang terdiam merenung.

.

.

.

.

TBC


Note's: Dengan updatenya chapter ini, saya hanya ingin katakan bahwa saya akan Hiatus dan melihat keadaan dulu dan Mohon maaf karena lama update.

.

.

Sekian.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA KARANGANKU.